PENDAHULUAN
1
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1. Anatomi
Palpebra adalah jaringan yang mudah bergerak yang terletak di depan bola
mata. Palpebra berfungsi sebagai daun jendela yang melindungi mata dari trauma
dan kelebihan cahaya. Adapun fungsi lainnya yang penting adalah untuk
mengalirkan air mata ke konjungtiva dan kornea yang juga membantu drainage
air mata dengan cara sistem pompa lakrimal. Setiap palpebra dibagi berdasarkan
horizontal sulcus menjadi bagian orbital dan tarsal. Ketika mata terbuka , palpebra
superior melingkupi 1/ 6 bagian kornea dan palpebra inferior menyentuh limbus.
Kedua palpebra bertemu satu sama lain pada bagian medial dan lateral. Tempat
pertemuan antara palpebra superior dan inferior disebut kantus. Medial kantus
terletak 2mm lebih tinggi daripada kantus lateralis. Adapun yang disebut sebagai
celah palpebra yang merupakan ruang elips antara palpebra atas dan palpebra
bagian bawah. Ketika mata terbuka secara vertikal maka ukurannya 10-11 mm
pada bagian tengahnya, sedangkan secara horizontal 28-30 mm. Lebar batasnya
kurang lebih 2 mm dan dibagi menjadi 2 bagian punctum. Bagian medial, lakrimal
berbentuk bulat dan tidak memiliki bulu mata atau kelenjar (Khurana, 2007)
2
Bagian lateral, area bulu mata terdiri dari batas anterior bulat, batas
posterior yang tajam (letaknya berlawanan dengan bola mata) dan bidang
intermarginal (diantara kedua batas) . Garis abu (tanda yang membatasi kulit
dengan konjungtiva) dibagi menjadi bidang intermarginal dalam bidang anterior
terdiri dari 2-3 baring bulu mata dan bidang posterior yang menjadi tempat
kelenjar meibomian. (Eva-Riordan & Whitcher, 2015).
1. Kulit : merupakan bagian yang elastis dan bagian yang paling tipis
2. Jaringan subkutan areolar : merupakan jaringan yang sangat longgar yang
tidak memiliki lemak. Jaringan ini dapat membesar jika disebabkan oleh
oedema atau darah.
3. Otot lurik : terdiri dari muskulus orbicularis yang berbentuk oval melalui
palpebra. Lapisan ini meliputi 3 bagian yaitu orbital, palpebral, dan
lacrimal. Lapisan ini membantu untuk menutup mata dan diinervasi oleh
cabang zigomaticus nervus facialis. Maka, ketika terdapat paralisis pada
nervus facialis akan terjadi lagoftalmus yang akan menimbulkan
komplikasi keratitis paparan.
Sebagai tambahan , palpebra superior mengandung otot levator palpebra
superior (LPS).
4. Jaringan Submuscular Areolar : merupakan lapisan jaringan ikat longgar.
Persarafan dan pembuluh darah terletak di lapisan ini . Sehingga pada
anestesi palpebra, dilakukan injeksi pada area ini.
5. Lapisan fibrous: merupakan kerangka palpebra yang tersusun atas dua
bagian yaitu : central tarsal plate dan peripheral septum orbitale.
6. Tarsal : terdapat dua lapisan jaringan ikat padat, satu untuk setiap
palpebra , yang memberikan bentuk dan kepadatan dari palpebra. Bagian
atas dan bawah lapisan tarsal menyambung dengan setiap kantus medial
dan lateralis. Dan terikat pada batas orbita melewati ligamen medial dan
lateral. Pada bagian lapisan tarsal terdapat kelenjar meibomian.
3
7. Septum orbitale : merupakan suatu jaringan ikat yang terdiri dari membran
tipis yang terikat di tengah dengan lapisan tarsal dan pada perifer terikat di
periosteum batas orbita. Bagian ini berlubang dan dilewati oleh saraf,
pembuluh darah dan otot levator palpebra superior ( Denniston dan Murray,
2014).
8. Lapisan serat otot polos : terdiri dari otot palpebra mueller yang terletak
dalam septum orbitale pada kedua palpebra. Pada palpebra superior
mumcul sebuat serat otot levator palpebra superior dan pada palpebra
inferior merupakan lanjutan dari rectus inferior. Bagian ini disuplai oleh
serat saraf simpatis
9. Konjungtiva : Bagian konjungtiva yang berada pada palpebra disebut
sebagai konjungtiva palpebra. Konjungtiva palpebra tersusun atas tiga
bagian yaitu marginal, tarsal, dan orbital.
4
Gambar 2.3 Struktur Palpebra Superior ( Denniston dan Murray, 2014).
1. Kelenjar meibomian . Bagian ini diebut juga sebagai kelenjar tarsal dan
bagian ini terdapat pada bagian stroma lapisan tarsal. Kelenjar ini
berukuran 30-40mm pada palpebra superior dan berukuran 20-130 mm
pada bagian palpebra inferior. Kelenjar ini merupakan modifikasi kelenjar
sebacea. Duktus kelenjar ini terbuka pada tepi palpebra. Sekresi
kelenjarnya dari lapisan berminyak film air mata.
2. Kelenjar zeis. Merupakan kelenjar sebaceous yang menuju folikel bulu
mata.
3. Kelenjar Moll. Merupakan kelenjar keringat yang terletak dekat folikel
rambut. Kelenjarnya menuju folikel rambut atau menuju ke duktus
kelenjar zeis. Kelenjar ini tidak terbuka secara langsung ke permukaan
kulit
4. Kelenjar acessorius lakrimalis wolfring. Merupakan kelenjar yang terletak
di batas bagian atas lapisan tarsal (Mescher, 2012)
5
Gambar 2.4 Kelenjar pada Palpebra (Mescher, 2012).
Saraf motorik pada palpebra terdiri dari saraf facialis (mensuplai otot
orbicularis), oculomotor (mensuplai otot levator palpebra superior) dan serat
simpatis (menyuplai otot Mueller). Bagian sensoris berasal dari percabangan
nervus trigeminus (Suharjo, 2007). Cabang nervus fasialis mempersarafi otot-otot
pembentuk raut wajah. Cabang frontal dan zigomatikum dari N VII menginervasi
orbicularis oculi dan otot dahi. Levator palpebra superior dipersarafi oleh cabang
atas N III (AAO, 2011).
6
Gambar 2.5 Histologi Palpebra (Eroschenko, 2010)
Lapisan luar kelopak mata terdiri dari kulit tipis. Epidermis terdiri dari
epitel berlapis gepeng dengan papila. Di dermis terdapat folikel rambut dengan
kelenjar sebacea dan kelenjar keringat. Lapisan inferior kelopak mata adalah
membran mukosa yang disebut sebagai konjungtiva palpebra . Pada bagian ini
terletak dekat dengan bola mata. Epitel konjungtiva palpebra adalah epitel berlapis
kolumnar redah dengan sedikt sel goblet. Epitel berlapis gepeng , kulit tipis
berlanjut hingga ke tepi kelopak mata dan kemudian menyatu menjadi epitel
berlapis silindris konjungtiva palpebra (Eroschenko, 2010).
Lamina propria konjungtiva palpebra yang tipis mengandung serat elastik
dan kolagen. Di bawah lamina propria adalah lempeng jaringan ikat kolagenosa
padat yang disebut dengan tarsus, tempat ditemukannya kelenjar sebasea khusus
yang besar yaitu kelenjar tarsal (meibomian) . Asini sekretorik kelenjar tarsal
bermuara ke dalam duktus sentralis yang berjalan sejajar dengan konjungtiva
palpebra dan bermuara di tepi kelopak mata. Ujung bebas kelopak mata terdapat
bulu mata yang berasal dari folikel rambut panjang dan besar. Bulu mata
berhubungan dengan kelenjar sebasea kecil. Di antara folikel-folikel rambut bulu
7
mata terdapat kelenjar keringat (Moll) (glandula sudorifera palpebralis) besar
(Eroschenko, 2010).
Kelopak mata mengandung tiga jenis otot: bagian panpebra otot rangka
yaitu orbikularis okuli, otot rangka siliaris (Riolan) di bagian folikel rambut, bulu
mata dan kelenjar tarsal dan otot polos tarsal superior (Mueller) di kelopak mata
atas. Jaringan ikat kelopak mata terdiri dari sel adiposa, pembuluh darah, jaringan
limfoid (Lang, 2016).
8
palpebra atas. Penatalaksanaan yang dapat dilakukan adalah dengan
pembedahan plastik rekonstruksi.
9
Gambar 2.7 Cryptothalmos (Ilyas, 2013)
2.5 Blefaritis
10
Penatalaksanaan secara umum meliputi peningkatan keseimbangan diet
untuk menjaga kesehatan. Penatalaksanaan secara lokal adalah dengan
menghilangkan sisik dari tepian palpebra menggunakan air hangat
ditambahkan dengan 3% soda bikarbonat atau shampoo bayi dan pemberian
teratur salep antibiotik dan steroid pada tepian palpebra (Eroschenko, 2010).
2. Ulcerative Blepharitis
11
eversi punctum yang menyebabkan epifora. Eksim pada kulit dan ektropion
akan terjadi akibat lakrimasi yang berkepanjangan (Duncan, 2015).
Penyakit ini harus ditangani dengan tepat untuk menghindari komplikasi.
Krusta harus dihilangkan setelah dikompres dengan air hangat-panas
dicampurkan dengan cairan 3 % soda bicarbonat. Salep antibiotik harus
diaplikasikan pada tepian palpebra, segera setelah proses menghilangkan
krusta, setidaknya dua kali sehari. Antibioti tetes diberikan 3-4 kali dalam
sehari. Hindari mengosok bagian yang sakit dengan jari. Antibiotik oral bisa
diberikan yaitu dengan memberikan eritromisin atau tetrasiklin. Antiinflamasi
oral seperti ibuprofen bisa membantu meredakan inflamasi (Duncan, 2015).
12
sistemik untuk 6-12 minggu , dan eritromisin dapat diberikan ketika
tetrasiklin dikontraindikasikan (Duncan, 2015).
4. Blepharitis Parasitic
Blefaritis acrica merujukm pada blefaritis kronis yang dikaitkan dengan
infeksi Demodex folliculor dan Phthiriasis palpebram yang dapat
menyebabkan kutu. Treatment yang diberikan yaitu dengan menghilangkan
parasit secara mekanis dengan forcep disertai dengan pemberian antibiotik
salep pada tepian papebra, menjaga higienitas pasien dan keluarga pasien
(Duncan, 2015).
2.6 Trikiasis
Penyakit ini merupakan keadaan tumbuhnya bulu mata yang menuj ke
dalam mata sehingga mengganggu pandangan. Salahnya arah tumbuhnya bulu
mata diikuti dengan entropion (terlipatnya kelopak mata ke dalam ) yang disebut
dengan pseudotrikiasis (Eroschenko, 2010).
Penyakit ini disebabkan oleh sikatriks trakoma, blefaritis ulseratif,
konjungtivitis membranosa yang sembuh, hordeolum eksterna, trauma mekanik,
luka bakar, scar operasi pada tepian palpebra (Kirkwood, 2014).
Gejala yang ada pada pasien adalah adanya sensasi seperti ada benda asing
di mata dan fotofobia. Terdapat iritasi pada pasien, nyeri pada mata dan lakrimasi.
Tanda yang ditemukan saat pemeriksaan adalah adanya bulu mata yang
tumbuhnya tidak normal (mengarah ke bola mata) . Selain itu terdapat reflek
blefarospasm dan fotofobia ketika kornea mulai terjadi abrasi, terdapat kongesti
konjungtiva (Barton. 2015). Pada pemeriksaan slit lamp akan didapatkan bulu
mata yang arahnya tidak normal yaitu masuk ke dalam bola mata, keratopati
punctata superficial, abrasi kornea, infeksi, vaskularisasi (Kirkwood, 2014).
Komplikasi yang dapat terjadi adalah abrasi kornea, kornea ulserasi, vaskularisasi
kornea (Eroschenko, 2010).
13
Gambar 2.10 Trikiasis (Eroschenko, 2010).
14
5. Metode surgical (pembedahan) (Eroschenko, 2010).
2.7 Entropion
Gejala yang muncul antara lain bulu mata masuk dan mengenai kornea dan
konjungtiva yang mana serupa dengan trichiasis. Sehingga akan ada sensasi
seperti kelilipan, iritasi, lakrimasi dan fotofobia (Eroschenko, 2010).
Tanda yang ditemukan saat pemeriksaan fisik yaitu palpebra terbalik
menuju ke dalam bola mata. Ada beberapa grade masuknya palpebra (i) hanya
bagian posterior palpebra yag terbalik ke dalam (ii) inter-marginal strip ikut
terbalik ke dalam (iii) semua bagian tepi palpebra menuju ke dalam termasuk
batas anterior tepi palpebra (Vallabhanath, 2000).
15
Gambar 2.11 Entropion (Vallabhanath, 2000)
Komplikasi yang dapat terjadi antara lain abrasi kornea, kornea ulserasi,
vaskularisasi kornea. Penatalaksanaan yang dapat diberikan antara lain :
2.8 Ektropion
Penyakit yang ditandai dengan terlipatnya tepian palpebra menuju ke luar .
Terdapat beberapa tipe ektropion antara lain :
1. Senile ectropion merupakan kasus yang biasa terjadi pada palpebra
bawah. Keadaan tersebut disebabkan karena kelemahan jaringan pada
palpebra dan hilangnya tonus pada otot orbicularis.
2. Cicatrical ectropion disebabkan karena adalah bekas luka pada kulit
dan bisa mengenai palpebra. Penyebab yang umum adalah trauma kimia,
ulser kulit dan trauma akibat laserasi
16
3. Paralytic ectropion disebabkan karena paralisis nervus ketujuh. Hal
tersebut banyak terjadi pada palpebra bagian bawah. Hal yang sering
menyebabkan paralisis nervus tujuh adalah Bell’s palsy, trauma kepala,
infeksi telinga tengah.
4. Mechanical ectropion merupakan kondisi dimana palpebra bagian
bawah terlipat keluar (misal : pada tumor atau pada proptosis dan
ditandai dengan kemosis konjungtiva)
17
Penatalaksanaan yang dapat diberikan antara lain :
1. Senile ectropion. Penatalaksanaan tergantung pada tingkat keparahan,
diikuti dengan tiga jenis operasi yang biasa dilakukan.
(I) Medial konjungtivoplasti . Berguna pada kasus ektropion yag
ringan yang melibatkan area punctum. Operasi terdiri dari
eksisi bagian konjungtiva spindle shape dan jaringan
subkonjungtiva dari bawah area puncta
(II) Horizontal lid shortening dikerjakan dengan cara eksisi full
thickness secara pentagonal pada pasien dengan ektropion
grade moderate
(III) Byron smith’s modified kuhnt-Szymanowski operation.
Dikerjakan pada kasus ektropion yang berat.
2. Paralytic ectropion bisa dikoreksi dengan lateral tarsoplasti atau
operasi sling palpebra, yang mana fascia lata sling dilewatkan pada
lapisan subkutaneus
3. Cicatrical ectropion tergantung pada derajat ektropionnya. Kasus ini
dapat dikoreksi dengan beberapa metode operasi antara lain
V-Y operation, yang dilakukan pada ektropion derajat rendah.
Dilakukan insisi bentuk V, kulit disatukan pada bentuk Y
Z-Plasty dilakukan pada derajat ektropion ringan-sedang
Excision of scar tissue and full thickness skin grafting. Dilakukan pada
ektropion derajat berat. Skin graft diambil dari palpebra atas
dibelakang telinga atau di dalam lengan atas.
4. Mechanical ectropion dikoreksi berdasarkan penyebabnya
5. Spastic ectropion dikoreksi dengan menatalaksana penyebab
blefarospasm nya
2.9 Lagoftalmus
Lagoftalmus adalah penutupan yang tidak lengkap atau rusaknya
kelopak mata. Kata ini berasal dari bahasa Yunani "Lagos," kelinci, dan
"ophthalmos," mata, karena binatang itu dipercaya tidur dengan mata terbuka
(Pereira dan Ana, 2010).
18
Berkedip sangat penting untuk distribusi yang efektif dari air mata di
permukaan mata dan hasil dari aksi dua otot antagonis: otot orbicularis dan levator
palpebra. Kelenjar lakrimal dibentuk oleh tiga lapisan: lipid, berair, dan musin.
Bertanggung jawab atas pelumasan kornea, nutrisi dan transportasi oksigen ke
epitel kornea, eliminasi debris, antibakteri berfungsi karena adanya IgA, lisozim
dan laktoferin, dan menghasilkan permukaan optik yang halus. Ketidakmampuan
untuk berkedip dan secara efektif menutup mata mengarah ke paparan kornea dan
penguapan yang berlebihan pada selaput air mata. Pasien datang dengan sensasi
kekeringan, terbakar, dan kabur penglihatan. Ini dapat menyebabkan keratitis,
infeksi abrasi kornea, vaskularisasi, dan dalam kasus ekstrim mata perforasi,
endophthalmitis, dan kehilangan mata (Pereira dan Ana, 2010).
Klasifikasi :
1. Paralitik Lagoftalmus
Kelumpuhan saraf wajah mempengaruhi 30 hingga 40 orang per 100.000
per tahun di Amerika Serikat. Jumlah yang paling umum adalah Bell's
palsy dan bertanggung jawab atas 80% kasus. Bell's palsy adalah akut,
idiopatik, kelumpuhan saraf wajah unilateral yang dapat spontan membaik
seiring waktu. Penyebabnya tidak diketahui tetapi mungkin dikaitkan
dengan infeksi virus. Pasien bisa juga bermanifestasi dengan sakit telinga,
tuli atau hiperakusis, perubahan rasa, kesemutan atau mati rasa di pipi dan
19
mulut, dan sakit mata. Prognosisnya baik dan fungsi saraf wajah lengkap
pulih pada 84% pasien (Pereira dan Ana, 2010).
2. Sikatrik Lagoftalmus
Terjadi setelah trauma atau pembedahan yang mengakibatkan jaringan
parut kelopak mata yang berlebihan. Kecelakaan kimia, luka bakar,
laserasi, kondisi kulit kronis seperti xeroderma pigmentosum dan bedah
pengangkatan kulit dalam blepharoplasty adalah penyebab umum (Pereira
dan Ana, 2010).
3. Nokturnal Lagoftalmus
Terjadi selama tidur dan dapat menyebabkan paparan yang sama dan
gejala mata kering.Diagnosis bisa jadi menantang karena tidak ada
perubahan pada kelopak mata siang hari dan klinis gambar tumpang tindih
dengan blepharitis. Pasien melaporkan tidak bisa tidurmalam dan
ketidaknyamanan yang ekstrem saat bangun tidur (Pereira dan Ana, 2010).
Penatalaksanaan
2.10 Eksoftalmus
Eksoftalmus merupakan kondisi yang mana salah satu atau kedua bola
mata menonjol keluar, hal ini dapat disebabkan oleh pembengkakan dari jaringan
halus dalam kantung mata. Eksoftalmus selalu dikaitkan dengan penyakit Grave's,
yang juga mengakibatkan tirotoksikosis (aktivitas berlebihan dari kelenjar tiroid).
20
Penyebab lainnya adalah tumor mata, sebuah aneurisme (penggelembungan
pembuluh arteri) atau inflamasi pada bagian belakang mata (Klingenstein, 2016)
2.11 Ptosis
Istilah ptosis menunjukkan keadaan abnormal terkulainya kelopak mata
atas yang disebabkan oleh kehilangan parsial atau total fungsi levator. Gambaran
klinis meliputi batasan dalam bidang visual dan ambliopia. Etiopatogenesis ptosis
palpebra bisa neurogenik, miogenik, aponeurotik, atau mekanis, dan bersifat
bawaan atau didapat (Yanoff, 2014)
21
Gambar 2.15 Ptosis (Yanoff, 2014)
Klasifikasi
1. Ptosis Kongenital
- Simple Kongenital Ptosis adalah bentuk yang paling umum, dan bersifat
unilateral dalam 70% kasus dan bilateral (simetris atau asimetris)
dalam 30% kasus. Secara umum bersifat sporadis, tetapi jarang turun
temurun. Dari histologinya, degenerasi otot berkorelasi dengan ptosis.
Umumnya, anak menutupi kondisinya dengan gerakan kepala
kompensasi, seperti dagu elevasi dan kontraksi otot frontalis. Biasanya
tidak ada kelainan lain, ambliopia ditemukan pada sekitar 20% pasien.
Yang terakhir biasanya adalah sekunder dari strabismus konvergen,
astigmatisme, atau anisometropia (Clauser, L. 2016).
- Fibrosis kongenital pada otot ekstraokular adalah bentuk yang langka,
mungkin sporadis atau turun-temurun, dan itu terkait dengan ptosis
palpebral yang disebabkan oleh hampir hilangnya fungsi levator
sepenuhnya. Secara klinis itu ditandai dengan tatapan tetap ke bawah
(Clauser, L. 2016).
- Kelemahan rectus superior. Sekitar 5% dari pasien ini memiliki defisiensi
elevasi mata ipsilateral. Ini disebabkan oleh anomali embriologis yang
mempengaruhi kedua otot levator dan otot rektus superior (Clauser, L.
2016).
2. Ptosis Didapat
- Neurogenik ptosis
Kelumpuhan saraf kranial ketiga yang dapat disebabkan oleh lesi
pembuluh darah, tumor, penyakit radang, degeneratif proses yang
disebabkan oleh neurotoksin, atau oleh trauma. Lesi dapat berupa
22
perifer atau sentral. Topografi diagnosis dibuat berdasarkan gambaran
klinis untuk lesi perifer (pedungular, sinus kavernosa, atau sindrom
apeks orbital). Klinis tanda-tandanya adalah ptosis, eksotropia yang
tidak bersamaan, midriasis, dan kehilangan akomodasi (Clauser, L.
2016).
23
diingat bahwa beberapa neoplasma ganas, khususnya karsinoma sel sebasea
(SebCC), dapat salah didiagnosis sebagai kalazion (Ilyas, 2007).
24
.Tabel 2.1 Perbedaan Hordeolum dan Kalazion (McAlinden, 2016)
25
Rata-rata hampir semua jenis tumor berasal dari kulit, jaringan ikat,
kelenjar, pembuluh darah, nervus, dan otot yang mana semuanya bisa terjadi pada
palpebra. Berikut tumor yang biasa terjadi pada kelopak mata
Klasifikasi :
Benign Tumor
1. Papilloma
Jenis tumor ini sering terjadi yang mana tumbuh dari permukaan epitel.
Tumor ini memiliki dua bentuk yaitu : squamous papillomas dan seborrhoeic
keratosis (basal cell papillomas, senile verrucae) (Khurana, 2007).
2. Xanthelasma
Penyakit ini merupakan bentukan lesi kekuningan yang sering terjadi pada
palpebra atas maupun bawah dekat dengan kantus. Penyakit ini sering terjadi
pada orang usia pertengahan terutama pada wanita. Xanthelasma yaitu adanya
deposit lemak di histiosit pada dermis palpebra. Penyakit ini dikaitkan dengan
diabetes mellitus, kolesterol yang tinggi. Treatment yang diberikan adalah
simple excision untuk indikasi kosmetik, dan rekurensi sering terjadi
(Khurana, 2007).
26
3. Haemangioma
Tumor Ganas
27
palpebra bawah (50%) diikudi dengan kantus medialis (25%) , palpebra atas
(10-15%) dan kantus lateralis (5%-10%) (Khurana, 2007).
Penyakit ini biasanya ada dalam empat bentuk yaitu, Nodululcerative
basal cell carcinoma yang sering terjadi. Mulanya tumbuh nodul yang kecil
yang memiliki ulcer pada bagian tengahnya dengan batas bergulung. Tumor
tumbuh dengan cara merusak jaringan lokal seperti ‘tikus’ sehingga ulkusnya
disebut sebagai ulkus rodent. Gambaran klinis lain yang mungkinjuga tampak
adalah : non-ulserasi nodul, sclerotik atau tie morfea dan pigmented basal
cell carcinoma. Secara histologis pada basal cell carcinoma ini akan terjadi
perusakan dermis oleh massa basaloid sel yang ireguler dengan karakteristik
tampilan perifer palisade (Khurana, 2007).
Penatalaksanaan yang diberikan antara lain pembedahan. Pembedahan
dilakukan dengan eksisi tumor beserta 3mm jaringan sehat sekitarnya dengan
repair primer sebagai pilihan. Selain itu juga bisa dilakukan radioterapi dan
cryoterapi pada pasien yang non-operable (Khurana, 2007).
28
Ada dua jenis bentukan SCC yang dapat terlihat, yaitu: Bagian tumor yang
mengalami ulserasi dengan indurasi pada tepian tumornya. Selain itu ada
yang jenis poliploid lesi verucous tanpa ulserasi.
Metastasis sering terjadi pada bagian preauricular dan limfa nodi
submandibular.Secara histologis dikarakteristikkan dengan adanya ploliferasi
irregular sel epidermal ke dalam dermis. Pada bentukan yang terdiferensiasi
baik memiliki susunan lingkaran epitel yang tersusun dari keratin pada
tengahnya. Penatalaksanaan yang dapat diberikan yaitu pembedahan dan
radioterapi, cryoterapi (Khurana, 2007).
29
Gambar 2.20 Sebaceous Gland Carcinoma (Khurana, 2007)
Tumor ini merupakan tumor yang jarang terjadi pada palpebra (kurang dari
1% pada palpebra). Pertumbuhannya dari nevus yang sebelumnya telah ada,
tapi bisa juga tumbuh dari pigmen melanosit pada kulit. Secara klinis terlihat
datar atau agak sedikit menonjol dengan pigmentasi yang bervariasi dan
tepian yang ireguler. Tumor mungkin bisa berdarah dan terdapat ulkus.
Metastasis sering terjadi pada saluran limfa dan pembuluh darah.
Penatalaksanaan yang dapat diberikan adalah pembedahan karena tumor ini
merupakan jenis tumor yang resisten terhadap radioterapi (Khurana, 2007).
DAFTAR PUSTAKA
30
5. Duncan. K dan Jeng BH. 2015. Medical Mangement of Blepharitis.
Wolters Kluwer Health Inc.
11. Ilyas, S dan SR. Yulianti. 2013. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Badan
Penerbit FKUI.
18. Mescher, A. L. 2012. Histologi Dasar Junqueira: Teks & Atlas Edisi 12.
Jakarta: EGC.
19. Pereira, MVC dan LFG. Ana. 2010. Lagophthalmus. Brazil: Instituto de
Previdência do Servidor do Estado de Minas Gerais (IPSEMG)
31
20. Saleh, Mr George dan Sister Crina Guarino. 2017. Entropion. Diakses 19
Mei 2019 https://www.moorfields.nhs.uk/sites/default/files/Adnexal-
Entropion.pdf
32