Anda di halaman 1dari 31

1.

Anatomi Mata
Mata adalah indera penglihatan. Mata dibentuk untuk menerima
rangsangan berkas-berkas cahaya pada retina, lalu dengan perantaraan serabutserabut nervus optikus, mengalihkan rangsangan ini ke pusat penglihatan pada
otak, untuk ditafsirkan. Mata terdiri atas organ okuli assesoria (alat bantu
mata), dan okulus (bola mata). Organ Okuli assesoria terdiri dari Cavum
Orbita, Konjungtiva, Palpebra, Apparatus lacrimalis, dan Otot-otot bola mata.
Okulus (bola mata) terdiri dari tiga lapisan dari luar kedalam yaitu Tunica
Fibrosa, Tunica Vasculosa, dan Tunica Nervosa.
1.1 Organ Okuli Assesoria
Orbita adalah sepasang rongga di tulang yang berisi bola mata, otot,
saraf, pembuluh darah, dan lemak yang berhubungan dengan bola mata;
dan sebagian besar apparatus lacrimalis.Lubang orbita dilindungi oleh dua
lipatan tipis yang dapat bergerak, yaitu kelopak mata (palpebra).(Snell,
2006)
Cavum Orbita
Orbita adalah rongga berbentuk pyramid dengan basis di depan dan
apeks dibelakang. Orbita berbentuk buah pir, dengan nervus optikus
sebagai tangkainya. Lingkaran anterior lebih kecil sedikit dari pada
lingkaran di bagian dalam tepiannya yang merupakan pelindung yang kuat.
Volume orbita kira-kira 30cc dan bola mata hanya menempati seperlima
bagian ruangan, selebihnya diisi lemak dan otot. Pada bagian anterior,
terdapat septum orbitae (pemisah antara palpebra dan orbita).
Tulang-tulang pembentuk rongga orbita :
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)

Os Frontalis
Os Maxillaris
Os zygomaticum
Os Sphenoidalis
Os Lakrimalis
Os Ethmoidalis
Os Palate

Dinding Orbita:

Atap orbita
Terdiri dari facies orbitalis osis frontalis. Di bagian anterior
lateral atas, terdapat fosa lakrimalis yang berisi kelenjar lakrimal.
Di posterior atap, terdapat ala parva osis sphenoid yang
mengandung kanalis optikus.
Dinding lateral
Dipisahkan dari bagian atap oleh fisura ortalis superior yang
memisahkan ala parva dan ala magna osis sphenoidalis. Bagian
anterior dinding lateral dibentuk oleh facies orbitalis osis
zygomatici (malar), merupakan bagian terkuat orbita.
Dasar orbita
Dipisahkan dari dinding lateral oleh fisura orbitalis inferior.
Bagian dasar yang luas terbentuk dari pars orbitalis osis
maksilaris (merupakan tempat yang paling sering terjadinya
fraktur). Processus orbitalis osis platini membentuk daerah
segitiga kecil pada dasar posterior.
Palpebra
Struktur mata yang berfungsi sebagai proteksi lini pertama adalah
palpebra. Fungsinya adalah mencegah benda asing masuk,

dan

juga

membantu proses lubrikasi permukaan kornea. Pembukaan dan penutupan


palpebra diperantarai oleh

muskulus orbikularis okuli dan muskulus

levator palpebra. Muskulus orbikularis okuli pada kelopak mata atas dan
bawah mampu mempertemukan kedua kelopak mata secara tepat pada saat
menutup mata. Pada saat membuka mata, terjadi relaksasi dari muskulus
orbikularis okuli dan kontraksi dari muskulus levator palpebra di palpebra
superior. Otot polos pada palpebra superior atau muskulus palpebra
superior (Mller muscle) juga berfungsi dalam memperlebar pembukaan
dari kelopak tersebut. Sedangkan, palpebra inferior tidak memiliki
muskulus levator sehingga muskulus yang ada hanya berfungsi secara aktif
ketika memandang kebawah (Encyclopdia Britannica, 2007)

Palpebra terletak di depan mata, yang melindungi mata dari cidera


dan cahaya berlebihan. Palpebra superior lebih besar dan lebih mudah
bergerak daripada palpebra inferior. Kedua palpebra saling bertemu di
sudut medial dan lateral. Fissura palpebra adalah lubang berbentuk elips di
antara palpebra superior dan inferior, yang merupakan tempat masuk ke
dalam saccus conjunctivae (Snell, 2006).
Lapisan superfisial dari palpebra yang terdiri dari kulit, kelenjar Moll
dan Zeis, muskulus orbikularis okuli dan levator palpebra. Lapisan dalam
terdiri dari lapisan tarsal, muskulus tarsalis, konjungtiva palpebralis dan
kelenjar meibom (Wagner, 2006).
Permukaan supperficial palpebra ditutupi oleh kulit dan permukaan
dalamnya diliputi oleh membrana mucosa yang disebut conjunctiva.
Conjunctiva melipat pada fornix superior dan inferior untuk melapisi
permukaan anterior bola mata. Epitelnya melanjutkan diri dengan epitel
cornea. Bagian lateral atas fornix superior ditembus oleh ductus glandula
lacrimalis. Jadi conjunctiva membentuk ruang potensial, yaitu saccus
conjunctivialis, yang terbuka pada fissura palpebrae.(Snell, 2006)
Bulu mata, yang pendek dan melengkung, terdapat pada pinggir bebas
palpebra, dan tersusun dalam dua atau tiga baris pada batas mucocutaneus.
Glandula sebacea (glandula Zeis) bermuara langsung kedalam folikel bulu
mata. Glandula ciliaris (glandula Moll) merupakan modifikasi kelenjar
keringat, yang bermuara secara terpisah diantara bulu mata yang
berdekatan. Glandula tarsalis adalah modifikasi kelenjar sebacea yang
panjang, yang mengalirkan secretnya yang berminyak kepinggir palpebra;
muaranya terdapat dibelakang bulu mata.(Snell, 2006)
Sudut lateral fissura palpebra lebih tajam dari yang medial dan
letaknya berhubungan langsung dengan bola mata. Sudut medial yang lebih
bulat dipisahkan dari bola mata oleh suatu rongga sempit, yaitu lacus
lacrimalis. Ditengah rongga ini terdapat tonjolan kecil yang berwarna
kuning kemerahan, disebut carancula lacrimalis. Lipatan semilunaris
kemerahan, yang disebut plica semilunaris, terletak pada sisi lateral
carancula. Dekat sudul medial mata, bulu mata dan glandula tarsalis

mendadak berhenti dan terdapat tonjolan kecil, yaitu papilla lacrimalis.


Pada puncak papilla terdapat lubang kecil, punctum lacrimale, yang
berhubungan dengan canaliculus lacirmalis. Papilla lacrimalis menonjol
kedalam lacus, punctum dan canalicus mengalirkan air mata ke dalam
hidung.(Snell, 2006)
Gerakan palpebra, posisi palpebra pada waktu istirahat bergantung
pada tonus m. Orbicularis oculi dan m. Levator palpebrae serta posisi bola
mata. Palpebra menutup oleh kontraksi m. Orbicularis oculi dan relaksasi
m. Levator palpebra superior. Mata dibuka oleh kontraksi m. Levator
palpebra superior (Snell, 2006). Gangguan penutupan kelopak mata akan
mengakibatkan keringnya permukaan mata sehingga terjadi keratitis et
lagoftalmos (Ilyas, 2004).
Konjungtiva
Konjungtiva merupakan lapisan terluar dari mata yang terdiri dari
membran mukosa tipis yang melapisi kelopak mata, kemudian melengkung
melapisi permukaan bola mata dan berakhir pada daerah transparan pada
mata yaitu kornea. Secara anatomi, konjungtiva dibagi atas 2 bagian yaitu
konjungtiva palpebra dan konjungtiva bulbaris. Namun, secara letak
areanya, konjungtiva dibagi menjadi 6 area yaitu area marginal, tarsal,
orbital, forniks, bulbar dan limbal. Konjungtiva bersambungan dengan kulit
pada tepi kelopak (persambungan mukokutan) dan dengan epitel kornea
pada limbus.
Pada konjungtiva palpebra, terdapat dua lapisan epithelium dan
menebal secara bertahap dari forniks ke limbus dengan membentuk
epithelium berlapis tanpa keratinisasi pada daerah marginal kornea.
Konjungtiva palpebralis terdiri dari epitel berlapis tanpa keratinisasi yang
lebih tipis. Dibawah epitel tersebut terdapat lapisan adenoid yang terdiri
dari jaringan ikat longgar yang terdiri dari leukosit. Konjungtiva palpebralis
melekat kuat pada tarsus, sedangkan bagian bulbar bergerak secara bebas
pada sklera kecuali yang dekat pada daerah kornea (Sihota, 2007).

Aliran darah konjungtiva berasal dari arteri siliaris anterior dan arteri
palpebralis. Kedua arteri ini beranastomosis bebas dan bersama dengan
banyak vena konjungtiva yang umumnya mengikuti pola arterinya

membentuk jaringjaring vaskuler konjungtiva yang banyak sekali.


Pembuluh limfe konjungtiva tersusun dalam lapisan superfisial dan lapisan
profundus dan bersambung dengan pembuluh limfe palpebra hingga
membentuk pleksus limfatikus yang banyak. Konjungtiva menerima
persarafan dari percabangan pertama (oftalmik) nervus trigeminus. Saraf ini
hanya relatif sedikit mempunyai serat nyeri. (Riordan-Eva, 2000).
Fungsi dari konjungtiva adalah memproduksi air mata, menyediakan
kebutuhan oksigen ke kornea ketika mata sedang terbuka dan melindungi
mata dengan mekanisme pertahanan nonspesifik yang berupa barier epitel,
aktivitas lakrimasi, dan menyuplai darah. Selain itu, terdapat pertahanan
spesifik berupa mekanisme imunologis seperti sel mast, leukosit, adanya
jaringan limfoid pada mukosa tersebut dan antibodi dalam bentuk IgA
(Sihota, 2007).
Pada konjungtiva terdapat beberapa jenis kelenjar yang dibagi
menjadi dua grup besar yaitu (Kanski, 2003):
1. Penghasil musin
Sel goblet; terletak dibawah epitel dan paling banyak ditemukan
pada daerah inferonasal.
Crypts of Henle; terletak

sepanjang sepertiga atas dari

konjungtiva tarsalis superior dan sepanjang sepertiga bawah dari


konjungtiva tarsalis inferior.
Kelenjar Manz; mengelilingi daerah limbus.
2. Kelenjar asesoris lakrimalis : kelenjar asesoris ini termasuk kelenjar
Krause dan kelenjar Wolfring. Kedua kelenjar ini terletak dalam
dibawah substansi propria.

Apparatus Lacrimalis
Apparatus lacrimalis dibagi menjadi dua bagian yaitu sistem sekresi
dan sistem ekskresi air mata. Sistem sekresi air mata atau Glandula lakrimal

terletak didaerah temporal bola mata. Sistem eksresi mulai pada punctum
lakrimal, kanalikuli lakrimal, sakus lakrimal,

duktus nasolacrimal dan

meatus inferior (Ilyas, 2004).


Glandula lacrimalis, terdiri atas pars orbitalis yang besar dan pars
palpebralis yang kecil. Keduanya saling berhubungan pada ujung lateral
aponeurosis M. Levator palpebrae superioris. Glandula ini terlerak diatas
bola mata, di bagian anterior dan superior orbita, posterior terhadap septum
orbitale. Kira-kira 12 ductus keluar dari permukaan bawah kelenjar dan
bermuara pada bagian lateral fornix superior conjunctiva (Snell, 2006).
Ductus lacrimalis, air mata membasahi kornea dan berkumpul
didalam lacus lacrimalis. Dari sini, air mata masuk ke canaliculi lacrimales
melalui puncta lacrimalia. Canaliculi lacrimales berjalan ke medial dan
bermuara kedalam saccus lacrimalis, yang terletak di dalam alur lacrimalis
di belakang ligamentum palpebra mediale dan merupakan ujung atas yang
buntu dari ductus nasolacrimalis (Snell, 2006).
Ductus nasolacrimalis panjangnya lebih kurang inci (1,3 cm) dan
keluar dari ujung bawah saccus lacrimalis. Ductus berjalan ke bawah,
belakang, dan lateraln di dalam canalis osseosa dan bermuara ke dalam
meatus nasi inferor. Muara ini dilindungi oleh lipatan membrana mucosa
yang dikenal sebagai plica lacrimalis.Lipatan ini mencegah udara masuk
melalui ductus kedalam saccus lacrimalis pada waktu membuang ingus
(Snell, 2006).
Otot-otot Orbita
Otot-otot orbita adalah m. Levator palpebrae superioris, empat m.
Rectus dua m. Obliquus, m. Sphincter pupillae, m. Dilatator pupillae, dan
m. Ciliaris. Otot-otot ini menggerakan mata dengan fungsi ganda dan untuk
pergerakan mata tergantung pada letak dan sumbu penglihatan sewaktu aksi
otot (Ilyas, 2004)
Tabel 1. Otot-otot Bola Mata
Nama Otot
M. rectus superior

Origo
Annulus

Insersio
Permukaan

tendineus

superior

Persyarafan
Fungsi
N. oculomotorius Mengangkat
bola (N. III)

kornea

ke

communis pada mata

M. rectus inferior

tepat

dinding

posterior terhadap

posterior orbita

taut

Annulus

scleral
Permukaan

tendineus

inferior bola mata (N. III)

M. obliquus superior

N. oculomotorius Menurunka
n cornea ke

posterior

bawah

taut

medial

terhadap

posterior orbita
Annulus

corneo-scleral
Permukaan

tendineus

medial bola mata (N. III)

dan

N. oculomotorius Memutar

posterior
taut

bola

mata

sehingga

dinding

terhadap

posterior orbita

corneo-scleral

Annulus

ke medial
Permukaan lateral N. abducens (N. Memutar

tendineus

bola mata tepat VI)

kornea
menghadap

bola

mata

communis pada posterior terhadap

sehingga

dinding

taut

cornea

posterior orbita

scleral

corneo-

menghadap

ke lateral
Dinding posterio Melalui trochlea N. trochlearis (N. Memutar
orbita

M. obliquus inferior

medial

dinding

communis pada tepat

m. rectus lateralis

dan

corneo-

communis pada tepat

M. rectus medialis

atas

Dasar orbita

dan

dilekatkan IV)

bola

mata

pada permukaan

sehingga

superior

cornea

bola

mata, dibawah m.

menghadap

Rectus superior

ke

bawah

dan lateral
Permukaan lateral N. oculomotorius Memutar
bola

mata, (N. III)

profunda
terhadap
Rectus lateralis

bola

mata

sehingga
m.

kornea
menghadap
ke atas dan

M. sphincter pupillae

Parasimpatis
melalu

M. dilator pupillae
m. ciliaris

lateral
Konstriksi
n. pupil

oculomotorius
Simpatis

Dilatasi

Parasimnpatis

pupil
Mengatur

melalui
oculomotorius

n. bentuk
lensa, pada
akomodasi
membuat
lensa
bulat

(Snell, 2006)
1.2 Okulus (Bola Mata)
Mata tertanam di dalam corpus adiposum orbitae, tetapi dipisahkan
dari corpus adiposum ini oleh selubung fascial bola mata. Bola mata terdiri
atas 3 lapisan, dari luar ke dalam adalah tunica fibrosa, tunica vasculosa
yang berpigmen, dan tunica nervosa.(Snell, 2006)

lebih

Tunica Fibrosa
Kornea (Latin cornum=seperti tanduk) adalah selaput bening mata,
bagian selaput mata yang tembus cahaya (Ilyas, 2004). Kornea merupakan
dinding bola mata depan terdiri atas jaringan yang jernih dan bening.
Kornea berfungsi sebagai membrane pelindung yang tembus cahaya
(Budianto dan Azizi, 2004). Kornea memiliki tebal sekitar 0,6 1.0 mm
terdiri atas lima lapisan dari luar ke dalam yaitu:
1. Epitel
Tebalnya 50 m, terdiri atas 5 lapis selepitel tidak bertanduk
yang saling tumpang tindih; satu lapis sel basal, sel poligonal
dan sel gepeng.
Pada sel basal sering terlihat mitosis sel, dan sel muda ini
terdorong ke depan menjadi lapis sel sayap dan semakin maju ke
depan menjadi sel gepeng, sel basal berikatan erat berikatan erat
dengan sel basal di sampingnya dan sel poligonal di depannya
melalui desmosom dan makula okluden; ikatan ini menghambat
pengaliran air, eliktrolit, dan glukosa yang merupakan barrier.
Sel basal menghasilkan membran basal yang melekat erat
kepadanya. Bila terjadi gangguan akan mengakibatkan erosi
rekuren.
Epitel berasal dari ektoderm permukaan
2. Membran Bowman
Terletak di bawah membran basal epitel kornea yang merupakan
kolagen yang tersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal
dari bagian depan stroma.
Lapisan ini tidak mempunyai daya regenerasi
3. Stroma
Terdiri atas lamel yang merupakan susunan kolagen yang
sejajar satu dengan lainnya, pada permukaan terlihat anyaman yang
teratur sadangkan dibagian perifer serat kolagen ini bercabang;
terbentuknya kembali serat kolagen memakan waktu lama yang
kadang-kadang sampai 15 bulan.
Keratosit merupakan sel stroma kornea yang merupakan
fibroblas terletak di antara serat kolagen stroma. Diduga keratosit
membentuk bahan dasar dan serat kolagen dalam perkembangan
embrio atau sesudah trauma.

4. Membran Descement
Merupakan membran aselular dan merupakan batas belakang
stroma
kornea dihasilkan sel endotel dan merupakan membran basalnya
Bersifat sangat elastis dan berkembang terus seumur hidup,
mempunyai tebal 40 m.
5. Endotel
Berasal dari mesotelium, berlapis satu,bentuk heksagonal,
besar 20-40 m. Endotel melekat pada membran descement melalui
hemi desmosom dan zonula okluden
Dari kelima lapisan tersebut hanya lapisan epitel yang dapat
regenerasi. Kornea tidak mempunyai pembuluh darah (avaskuler) dan
mendapat nutrisi dan oksigen dari udara, air mata dan cairan aquosus
humor (Wibawaty, 2009).
Kornea dipersarafi oleh banyak saraf sensoris terutama berasal dari
saraf siliar longus, saraf nasosiliar, saraf V. saraf siliar longus berjalan
supra koroid, masuk ke dalam stroma kornea, menembus membran
Boeman melepaskan selubung Schwannya. Seluruh lapis epitel dipersarafi
samapai kepada kedua lapis terdepan tanpa ada akhir saraf. Bulbus Krause
untuk sensasi dingin ditemukan di daerah limbus. Daya regenerasi saraf
sesudah dipotong di daerah limbus terjadi dalam waktu 3 bulan (Ilyas,
2004).
Sklera yaitu lapisan berwarna putih di bawah konjungtiva serta
merupakan bagian dengan konsistensi yang relatif lebih keras untuk
membentuk bola mata. Sklera merupakan bagian putih mata yang terdiri
atas jaringan ikat kolagen, kenyal dan tebalnya kira-kira 1 mm (Ilyas et al,
2002). Di bagian posterior sclera terdapat daerah yang ditembus oleh
syaraf dan pembuluh darah. Lamina cribosa sclera merupakan bagian
sclera yang ditembus oleh nervus opticus dan arteri/vena centralis retinae.
Di sekitarnya sclera ditembus oleh a. ciliaris posterior longa et breve dan
n. ciliaris longus et breve. Di sekitar equator 4 v. vorticosa menembus
sclera (Budianto dan Azizi, 2004). Sclera terdiri atas dua lapisan, yaitu:

substantia propia sclera yang terdiri atas serabut kolagen padat dan lamina
fusca yang memiliki pigmen warna coklat.
Tunica Vasculosa Pigmentosa
Tunica vasculosa oculi (uvea) terletak antara sclera dan retina.
Lamina choroidea merupakan bagian uvea yang paling luas dan memiliki
banyak anyaman pembuluh darah sehingga lapisan ini berfungsi member
nutrisi pada retina. Corpus ciliare (badan siliaris) terletak antara iris dan
choroidea. Lapisan corpus ciliare dari luar ke dalam adalah musculus
ciliaris, substantia propia dan stratum pigmenti corporis ciliaris. Processus
ciliaris berfungsi sebagi penghasil aqueosus humor (Snell, 2006).
Corpus ciliare berhubungan dengan lensa melalui ligamentum
suspensorium lentis (zonula Zinii) untuk membantu akomodasi ketebalan
lensa. Musculus ciliaris berfungsi mengatur focus mata. Iris adalah lapisan
yang dapat bergerak untuk mengatur banyaknya cahaya yang masuk ke
dalam mata. Iris merupakan lanjutan ke anterior dari corpus ciliare. Iris
terdiri atas endothelium, stroma yang mengandung butir pigmen dan
stratum pigmenti. Iris sering memberikan warna pada bola mata dan
tergantung dari banyaknya pigmen. Apabila mengandung banyak pigmen
maka iris berwarna coklat dan sedikit pigmen berwarna biru/hijau
(Budianto dan Azizi, 2004).
Lubang bundar di tengah-tengah iris disebut Pupil. Pupil merupakan
suatu lubang tempat cahaya masuk ke dalam mata, dimana lebarnya diatur
oleh gerakan iris (Perdami, 2005).
Bila cahaya lemah iris akan berkontraksi dan pupil membesar
sehingga cahaya yang masuk lebih banyak. Sedangkan bila cahaya kuat
iris akan berelaksasi dan pupil mengecil sehingga cahaya yang masuk
tidak berlebihan Pupil normal memiliki diameter antara 3-4 mm. Pupil
normal kanan dan kiri ukurannya sama disebut isokoria. Dekat stratum
pigmenti terdapat otot polos yang berjalan radier yaitu m. dilatator papillae
dan berjalan sirkuler yaitu m. sphincter papillae. M. dilatator papillae
berfungsi melebarkan pupil (midriasis) dan dipersarafi oleh saraf simpatis.
M. sphincter papillae berfungsi mengecilkan pupil (miosis) dan dipersarafi
oleh saraf parasimpatis.

Tunica Nervosa Bulbi


Tunica nervosa bulbi terdiri atas stratum pigmenti dan stratum
cerebrale. Stratum cerebrale sering disebut sebagai retina (Budianto dan
Azizi, 2004). Retina atau selaput jala merupakan bagian mata yang
mengandung reseptor yang menerima rangsang cahaya (Ilyas, 2004). Tiga
perempat posterior retina merupakan organ reseptor. Pinggir anteriornya
membentuk cincin berombak disebut ora serrata. Ora serrata memisahkan
corpus ciliare dengan retina. Pada pertengahan posterior retina terdapat
daerah lonjong kekuningan disebut macula lutea, daerah tajam penglihatan
yang tinggi (bintik kuning). Di tengahnya terdapat lekukan disebut fovea
centralis. Nervus opticus menembus sclera kira-kira 3 mm medial dari
macula lutea melalui discus nervi optici (papilla nervi optici) bersama
arteri/vena centralis retinae di bagian tengahnya. Pada discus nervi optici
tidak terdapat sel batang, sel kerucut, choroidea, dan stratum pigmenti
sehingga tidak peka terhadap cahaya dan disebut bintik buta (macula ceca)
(Snell, 2006).
Lapisan retina secara garis besar dibagi menjadi dua, epitel pigmenti
retina (EPR) dan sensorineural retina (SNR). Epitel pigmenti retina
merupakan lapisan terluar, satu lapis dan lebih melekat erat pada choroidea
daripada lapisan retina di bawahnya. Pigmen pada lapisan ini berfungsi
untuk menyerap cahaya masuk dan mencegah pemantulan cahaya dari
bagian lengkung bola mata sehingga penglihatan akan jelas. EPR
berfungsi mensuplai nutrisi lapisan retina di bawahnya dan pemeliharaan
fotoreseptor, barrier difusi cairan dan menyimpan vitamin A. Sensorineural
retina merupakan bagian retina yang berfungsi untuk melihat dan memiliki
9 lapisan dari luar ke dalam (Ilyas, 2004):
1. Lapisan fotoreseptor, lapisan terluar retina terdiri atas sel conus
(kerucut) dan sel bacillus (batang)
2. Membrana limitans externa, merupakan membran ilusi
3. Stratum nukleus externum, merupakan susunan lapis nucleus sel
kerucut dan sel batang
4. Stratum fleksiforme externum, merupakan lapis aselular dan
merupakan tempat sinapsis sel fotoreseptor dengan sel bipolar dan
sel horizontal

5. Stratum nukleus internum, merupakan tubuh sel bipolar, sel


horizontal dan sel Muller lapis ini mendapat metabolisme dari
arteri sentral
6. Stratum fleksiforme internum, merupakan lapisan aselular tempat
sinaps sel bipolar, sel amakrin, dan sel ganglion
7. Stratum ganglionare, merupakan lapis badan sel daripada neuron
kedua
8. Stratum nervosum, merupakan lapis akson sel ganglion menuju kea
rah saraf optik
9. Membrana limitans interna, merupakan membran hialin antara
retina dan badan kaca.
Fovea centralis hanya mengandung sel conus. Sel ini berfungsi untuk
menerima rangsang cahaya kuat dan warna. Ada 3 sel conus untuk
rangsang warna, yaitu: conus merah, hijau dan biru. Sel bacillus terutama
untuk menerima rangsang cahaya yang rendah dan untuk membedakan
gelap dan terang.
1.3 Isi Bola Mata (Media refraksi Mata)
Isi bola mata adalah media refraksi, humour aquosus, corpus vitreum
dan lensa. Hasil pembiasan sinar pada mata ditentukan oleh media penglihatan
yang terdiri atas kornea, aqueous humor (cairan mata), lensa, badan vitreous
(badan kaca), dan panjangnya bola mata. Pada orang normal susunan
pembiasan oleh media penglihatan dan panjang bola mata sedemikian
seimbang sehingga bayangan benda setelah melalui media penglihatan
dibiaskan tepat di daerah makula lutea. Mata yang normal disebut sebagai
mata emetropia dan akan menempatkan bayangan benda tepat di retinanya
pada keadaan mata tidak melakukan akomodasi atau istirahat melihat jauh
(Ilyas, 2004).
Lensa berfungsi sebagai media refraksi dengan kekuatan 20 D untuk
memfokuskan sinar pada retina.Kemampuan melakukan refraksi ini dibantu
oleh m. ciliaris. Jaringan ini berasal dari ektoderm permukaan yang berbentuk
lensa di dalam bola mata dan bersifat bening. Lensa di dalam bola mata
terletak di belakang iris dan terdiri dari zat tembus cahaya (transparan)

berbentuk seperti cakram yang dapat menebal dan menipis pada saat
terjadinya akomodasi (Ilyas, 2004).
Lensa berbentuk lempeng cakram bikonveks dan terletak di dalam bilik
mata belakang. Lensa akan dibentuk oleh sel epitel lensa yang membentuk
serat lensa di dalam kapsul lensa. Epitel lensa akan membentuk serat lensa
terus-menerus sehingga mengakibatkan memadatnya serat lensa di bagian
sentral lensa sehingga membentuk nukleus lensa. Bagian sentral lensa
merupakan serat lensa yang paling dahulu dibentuk atau serat lensa yang
tertua di dalam kapsul lensa. Di dalam lensa dapat dibedakan nukleus
embrional, fetal dan dewasa. Di bagian luar nukleus ini erdapat serat lensa
yang lebih muda dan disebut sebagai korteks lensa. Korteks yang terletak di
sebelah depan nukleus lensa disebut sebagai korteks anterior, sedangkan
dibelakangnya korteks posterior. Nukleus lensa mempunyai konsistensi lebih
keras dibanding korteks lensa yang lebih muda. Di bagian perifer kapsul lensa
terdapat zonula Zinn yang menggantungkan lensa di seluruh ekuatornya pada
badan siliar (Ilyas, 2004).
Corpus vitreum (badan kaca) merupakan bagian mata yang terletak
antara lensa dan retina. Corpus vitreum berbahan gelatin, transparan,
avaskuler dan dibungkus oleh membrana hyaloidea. Corpus vitreum terdiri
atas air, serat kolagen, asam hialuronat dan mukopolisakarida. Bangunan ini
berfungsi memelihara tekanan intraokuler, menjaga bentuk bola mata dan
sebagai media refraksi agar cahaya dapat mencapai retina (Wibawaty, 2009).
Badan vitreous menempati daerah mata di balakang lensa. Badan
vitreous mengandung sangat sedikit sel yang menyintesis kolagen dan asam
hialuronat (Luiz Carlos Junqueira, 2003). Peranannya mengisi ruang untuk
meneruskan sinar dari lensa ke retina. Kebeningan badan vitreous disebabkan
tidak terdapatnya pembuluh darah dan sel. Pada pemeriksaan tidak
terdapatnya kekeruhanbadan vitreous akan memudahkan melihat bagian retina
pada pemeriksaan oftalmoskopi

(H. Sidarta Ilyas, 2004).Vitreous humor

penting untuk mempertahankan bentuk bola mata yang sferis (Lauralee


Sherwood, 1996).

Aquosus humor merupakan cairan bening menyerupai cairan limfe


dihasilkan oleh processus ciliaris dan terdapat pada camera oculi posterior
(COP) dan camera oculi anterior (COA). COP merupakan ruangan yang
dibatasi sebelah depan oleh iris dan pupil, sebelah belakang zonula Zinii dan
lensa crystallina, sebelah samping oleh corpus ciliare. COA dibatasi oleh
kornea di depan, pupil dan iris di belakang. Aliran aquosus humor mulai dari
processus ciliaris masuk ke dalam COP melalui pupil masuk ke COA
kemudian menuju angulus iridocornealis (sudut antara iris dan kornea) masuk
ke sinus venosus sclera (canalis Schlemm) lalu ke canal colector dan menuju
vena spiscleratis (Budianto dan Azizi, 2004).
Aqueous humor mengandung zat-zat gizi untuk kornea dan lensa,
keduanya tidak memiliki pasokan darah. Adanya pembuluh darah di kedua
struktur ini akan mengganggu lewatnya cahaya ke fotoreseptor. Aqueous
humor dibentuk dengan kecepatan 5 ml/hari oleh jaringan kapiler di dalam
korpus siliaris, turunan khusus lapisan koroid di sebelah anterior. Cairan ini
mengalir ke suatu saluran di tepi kornea dan akhirnya masuk ke darah. Jika
aqueous humor tidak dikeluarkan sama cepatnya dengan pembentukannya
(sebagai contoh, karena sumbatan pada saluran keluar), kelebihan cairan akan
tertimbun di rongga anterior dan menyebabkan peningkatan tekanan
intraokuler (di dalam mata). Keadaan ini dikenal sebagai glaukoma.
Kelebihan aqueous humor akan mendorong lensa ke belakang ke dalam
vitreous humor, yang kemudian terdorong menekan lapisan saraf dalam retina.
Penekanan ini menyebabkan kerusakan retina dan saraf optikus yang dapat
menimbulkan kebutaan jika tidak diatasi (Sherwood, 2011).
1.4 Vaskularisasi Mata
A. ophtalmica adalah cabang dari a. Carotis interna. Pembuluh darah
ini berjalan di depan dan lateral dari n. Opticus, kemudian menyilang di
atasnya untuk sampai ke dinding medial orbita. Kemudia arteri ini
memberikan banyak cabang, sebagian dari cabang-cabang ini mengikuti
saraf-saraf di dalam orbita. A. ophtalmica bercabang menjadi :
centralis retinae

rami musculares
a. ciliaris anterior dan posterior
a. supraorbitalis serta suprathrochlearis
V. ophtalmica superior berhubungan di depan dengan v. Facialis. V.
Ophtalmica inferior berhubungan melalui fissura orbitalis inferior dengan
plexus venous pterygoideus. Kedua vena ini berjalan ke belakang melalui
fissura orbitalis superior dan bermuara kie dalam sinus cavernosus (Snell,
2006).

2. Anatomi Telinga
Telinga merupakan indra pendengaran, secara anatomi telinga dibagi
menjadi tiga bagian, yakni telinga luar, tengah dan dalam (Liston, 2014).

2.1 Telinga luar


Telinga luar atau pinna merupakan gabungan dari tulang rawan yang
diliputi kulit. Telinga luar erdiri atas auricula dan meatus acusticus
externus. Auricula mempunyai bentuk yang khas dan berfungsi
mengumpulkan getaran udara. Auricula mempunyai otot intrinsik dan
ekstrinsik, keduanya disarafi oleh N. Facialis.(Snell, 2006)
Meatus

acusticus

externus

adalah

tabung

berkelok

yang

menghubungkan auricula dengan membrana tympani. Tabung ini berfungsi


menghantarkan gelombang suara dari auricula ke membrana tympani.

Meatus dilapisi oleh kulit dan sepertiga bagian luarnya mempunyai


rambut, kelenjar sebacea dan glandula ceruminosa. Saraf sensorik yang
melapisi kulit pelapis meatus berasal dari n. Auriculotemporalis dan ramus
auricularis n. Vagus. Aliran limfe menuju nodi parotidei superficiales,
mastoidei dan cervicales superficiales.(Snell, 2006)
Liang telinga (meatus akustikus eksternus) berbentuk huruf S,
dengan rangka tulang rawan pada sepertiga bagian luar, di sepertiga bagian
luar kulit liang telinga terdapat rambut dan banyak kelenjar serumen yang
merupakan modifikasi dari kelenjar keringat. Kelenjar keringat terdapat
pada seluruh kulit liang telinga. Pada dua pertiga bagian dalam hanya
sedikit dijumpai kelenjar serumen, dua pertiga bagian dalam rangkanya
terdiri dari tulang. Panjangnya kira-kira 2,5-3cm. Meatus dibatasi oleh
kulit dengan sejumlah rambut, kelenjar sebasea, dan sejenis kelenjar
keringat yang telah mengalami modifikasi menjadi kelenjar seruminosa,
yaitu kelenjar apokrin tubuler yang berkelok-kelok dan menghasilkan zat
lemak setengah padat berwarna kecoklat-coklatan yang dinamakan
serumen (minyak telinga). Serumen berfungsi menangkap debu dan
mencegah infeksi (Liston, 2014).

Gambar 1: Telinga luar, telinga tengah, dan telinga dalam. Dilihat dari depan.
Sumber: Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran, 2006

2.2 Telinga Tengah (Cavum Tympani)

Telinga tengah adalah ruang berisi udara di dalam pars petrosa osis
temporalis yang dilapisi oleh membrana mucosa. Ruang ini berisi tulangtulang pendengaran yang berfungsi meneruskan getaran membrana tympani
(gendang telinga) ke perilympha telinga dalam (Snell, 2006).
Telinga tengah berbentuk kubus dengan:
Batas luar

: Membran timpani

Batas depan

: Tuba eustachius

Batas Bawah

: Vena jugularis (bulbus jugularis)

Batas belakang

: Aditus ad antrum, kanalis fasialis pars vertikalis.

Batas atas

: Segmen timpani (meningen atau otak)

Batas dalam

: Berturut-turut dari atas ke bawah kanalis

semisirkularis horizontal, kanalis fasialis, tingkap lonjong (oval


window), tingkap bundar (round window) dan promontorium.
Membran timpani berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah
liang telinga dan terlihat oblik terhadap sumbu liang telinga. Bagian atas
disebut pars flaksida (membran shrapnell) sedangkan bagian bawah pars
tensa (membran propia). Pars flaksida hanya berlapis dua, yaitu bagian luar
yang merupakan lanjutan epitel kulit liang telinga dan bagian dalam dilapisi
oleh sel kubus bersilia, seperti epitel mukosa saluran napas. Pars tensa
mempunyai satu lapis lagi di tengah, yaitu lapisan yang terdiri dari serat
kolagen dan sedikit serat elastin yang berjalan secara radier dibagian luar
dan sirkuler pada bagian dalam (Liston, 2014).
Bayangan penonjolan bagian bawah maleus pada membran timpani
disebut umbo. Di membran timpani terdapat 2 macam serabut, sirkuler dan
radier. Serabut inilah yang menyebabkan timbulnya refleks cahaya yang
berupa kerucut. Membran timpani dibagi dalam 4 kuadran dengan menarik
garis searah dengan prosesus longus maleus dan garis yang tegak lurus
pada garis itu di umbo, sehingga didapatkan bagian atas-depan, atasbelakang, bawah-depan serta bawah-belakang untuk menyatakan letak
perforasi membran timpani (Liston, 2014).
Di dalam telinga tengah terdapat tulang-tulang pendengaran yang
tersusun dari luar ke dalam, yaitu maleus, inkus dan stapes. Ossicula

auditus adalah malleus, incus dan stapes. Malleus adalah tulang


pendengaran terbesar, dan terdiri atas caput, collum, processus longum atau
manubrium, sebuah processus anterior dan processus lateralis.Caput mallei
berbentuk bulat dan bersendi di posterior dengan incus. Collum mallei
adalah bagian sempit di bawah caput. Manubrium mallei berjalan ke bawah
dan belakang dan melekat erat pada permukaan medial membrana tympani.
Processus anterior adalah tonjolan tulang kecil yang dihubungkan dengan
dinding anterior cavum tympani oleh sebuah ligamen. Incus mempunyai
corpus yang besar dan dua crus. Corpus incudis berbentuk bulat dan
bersendi di anterior dengan caput mallei. Corpus longum berjalan ke bawah
di belakang dan sejajar dengan manubrium mallei. Crus breve menonjol ke
belakang dan dilekatkan pada dinding posterior cavum tympani oleh sebuah
ligamen. Stapes mempunyai caput, collum, dua lengan dan sebuah basis.
Caput stapedis kecil dan bersendi dengan crus longum incudis. Collum
berukuran sempit dan merupakan tempat insersio m stapedius (Snell, 2006).
Telinga tengah dibatasi oleh epitel selapis gepeng yang terletak pada
lamina propria yang tipis yang melekat erat pada periosteum yang
berdekatan. Di dalam telinga tengah terdapat dua otot kecil yang melekat
pada maleus dan stapes yang mempunyai fungsi konduksi suara. Maleus,
inkus dan stapes diliputi oleh epitel selapis gepeng. Pada pars flaksida
terdapat daerah yang disebut atik. Di tempat ini terdapat aditus ad antrum,
yaitu lubang yang menghubungkan telinga tengah dengan antrum mastoid.
Tuba eustachius termasuk dalam telinga tengah yang menghubungkan
daerah nasofaring dengan telinga tengah (Liston, 2014).

Gambar 2: Membran Timpani


Sumber: Buku Ajar Penyakit THT, Boies

Telinga tengah berhubungan dengan rongga faring melalui saluran


eustachius (tuba auditiva) yang berfungsi untuk menjaga keseimbangan
tekanan antara kedua sisi membran timpani. Tuba auditiva akan membuka
ketika mulut menganga atau ketika menelan makanan. Ketika terjadi suara
yang sangat keras, membuka mulut merupakan usaha yang baik untuk
mencegah pecahnya membran timpani. Karena ketika mulut terbuka, tuba
auditiva membuka dan udara akan masuk melalui tuba auditiva ke telinga
tengah, sehingga menghasilkan tekanan yang sama antara permukaan
dalam dan permukaan luar membran timpani (Liston, 2014).
2.3 Telinga Dalam atau Labyrinthus
Telinga dalam terdiri dari koklea (rumah siput) yang berupa dua
setengah lingkaran dan vestibuler yang terdiri dari 3 buah kanalis
semisirkularis yang saling berhubungan secara tidak lengkap dan
membentuk lingkaran yang tidak lengkap. Ujung atau puncak koklea
disebut holikotrema, menghubungkan perilimfa skala timpani dengan skala
vestibule (Liston, 2014).

Labyrinthus terletak di dalam pars petrosa ossis temporalis, medial


terhadap telinga tengah dan terdiri atas (1) labyrinthus osseus, tersusun dari
sejumlah rongga di dalam tulang dan (2) labyrinthus membranaceus,
tersusun dari sejumlah saccus dan ductus membranosa di dalam labyrinthus
osseus (Snell, 2006).

Gambar 3: Gambar labirin bagian membran labirin bagian tulang, Telinga Dalam
Sumber: Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran, 2006.

Labyrinthus Osseus
Labyrinthus osseus terdiri atas tiga bagian : vestibulum, canalis
semicircularis dan cochlea. Ketiganya merupakan rongg-rongga yang
terletak di dalam subtantia compacta tulang dan dilapisi oleh endosteum
serta berisi cairan bening, yaitu perilympha, yang didalamnya terdapat
labyrinthus membranaceus (Snell, 2006)
Vestibulum, merupakan bagian tengah labyrinthus osseus, terletak
posterior terhadap cochlea dan anterior terhadap canalis semicircularis.
Pada dinding lateralnya terdapat fenestra vestibuli yang ditutupi oleh basis
stapedis dan ligamentum annularenya dan fenestra cochlea yang ditutupi
oleh membrana tympani secundaria. Di dalam vestibulum terdapat sacculus
dan utriculus labyrinthus membranaceus.(Snell, 2006)
Vestibulum letaknya di antara koklea dan kanalis semisirkularis yang
juga berisi perilimfa. Pada vestibulum bagian depan, terdapat lubang
(foramen ovale) yang berhubungan dengan membran timpani, tempat
melekatnya telapak (foot plate) dari stapes. Di dalam vestibulum, terdapat

gelembung-gelembung

bagian

membran

sakkulus

dan

utrikulus.

Gelembung-gelembung sakkulus dan utrikulus berhubungan satu sama lain


dengan perantaraan duktus utrikulosakkularis, yang bercabang melalui
duktus endolimfatikus yang berakhir pada suatu lipatan dari duramater,
yang terletak pada bagian belakang os. piramidalis. Lipatan ini dinamakan
sakkus endolimfatikus. Saluran ini buntu (Liston, 2014).
Sel-sel persepsi di sini sebagai sel-sel rambut yang dikelilingi oleh
sel-sel penunjang yang letaknya pada macula. Pada sakkulus, terdapat
macula sakkuli sedangkan pada utrikulus dinamakan macula utrikuli
(Liston, 2014).
Di kedua sisi kepala terdapat kanalis-kanalis semisirkularis yang
tegak lurus satu sama lain. Di dalam kanalis tulang, terdapat kanalis bagian
membran

yang terbenam dalam perilimfa. Kanalis semisirkularis

horizontal berbatasan dengan antrum mastoideum dan tampak sebagai


tonjolan-tonjolan kanalis semisirkularis horizontalis

(lateralis) (Liston,

2014).
Kanalis semisirkularis vertikal (posterior) berbatasan dengan fossa
crania media

dan tampak pada permukaan atas os. petrosus sebagai

tonjolan, eminentia arkuata. Kanalis semisirkularis posterior tegak lurus


dengan kanalis semi sirkularis superior. Kedua ujung yang tidak melebar
dari kedua kanalis semisirkularis yang letaknya vertikal bersatu dan
bermuara pada vestibulum sebagai krus komunis (Liston, 2014).
Kanalis semisirkularis membranasea letaknya di dalam kanalis
semisirkularis ossea. Di antara kedua kanalis ini terdapat ruang berisi
perilimfa. Di dalam kanalis semisirkularis membranasea terdapat
endolimfa. Pada tempat melebarnya kanalis semisirkularis ini terdapat selsel persepsi. Bagian ini dinamakan ampulla (Liston, 2014).
Sel-sel persepsi yang ditunjang oleh sel-sel penunjang letaknya pada
krista ampularis yang menempati 1/3 dari lumen ampulla. Rambut-rambut
dari sel persepsi ini mengenai organ yang dinamakan kupula, suatu organ
gelatinous yang mencapai atap dari ampulla sehingga dapat menutup
seluruh ampulla (Liston, 2014).

Cochlea berbentuk seperti rumah siput dan bermuara ke dalam bagian


anterior vestibulum. Umumnya terdiri atas satu pilar sentral, modiolus
cochleae dan modiolus ini dikelilingi tabung tulang yang sempit sebanyak
dua setengah putaran (Snell, 2006). Bagian koklea labirin adalah suatu
saluran melingkar yang pada manusia panjangnya 35mm. Koklea bagian
tulang membentuk 2,5 kali putaran yang mengelilingi sumbunya. Sumbu
ini dinamakan modiolus, yang terdiri dari pembuluh darah dan saraf. Ruang
di dalam koklea bagian tulang dibagi dua oleh dinding (septum). Bagian
dalam dari septum ini terdiri dari lamina spiralis ossea. Bagian luarnya
terdiri dari anyaman penyambung, lamina spiralis membranasea. Ruang
yang mengandung perilimfa ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu skala
vestibule (bagian atas) dan skala timpani (bagian bawah). Kedua skala ini
bertemu pada ujung koklea. Tempat ini dinamakan helicotrema. Skala
vestibule bermula pada fenestra ovale dan skala timpani berakhir pada
fenestra rotundum. Mulai dari pertemuan antara lamina spiralis
membranasea ke arah perifer atas, terdapat membran yang dinamakan
membran reissner (Liston, 2014).
Pada pertemuan kedua lamina ini, terbentuk saluran yang dibatasi
oleh:
Membran reissner bagian atas
Lamina spiralis membranasea bagian bawah
Dinding luar koklea
Saluran ini dinamakan duktus koklearis atau koklea bagian membran
yang berisi endolimfa. Dinding luar koklea ini dinamakan ligamentum
spiralis. Di bagian ini, terdapat stria vaskularis yang merupakan tempat
terbentuknya endolimfa (Liston, 2014).

Gambar 4: Koklea
Sumber: Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran, 2006.

Di dalam lamina membranasea terdapat 20.000 serabut saraf. Pada


membrana basilaris (lamina spiralis membranasea) terdapat alat korti.
Lebarnya membran basilaris dari basis koklea sampai ke atas bertambah
dan lamina spiralis ossea berkurang. Nada dengan frekuensi tinggi
berpengaruh pada basis koklea. Sebaliknya, nada rendah berpengaruh di
bagian atas (ujung) dari koklea (Liston, 2014).

Gambar 5: Organ korti


Sumber: Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran, 2006.

Pada bagian atas organ

korti, terdapat suatu membran, yaitu

membran tektoria. Membran ini berpangkal pada krista spiralis dan


berhubungan dengan alat persepsi pada alat korti. Pada alat korti dapat
ditemukan sel-sel penunjang, sel-sel persepsi yang mengandung rambut.
Antara sel-sel korti ini terdapat ruangan (saluran) yang berisi kortilimf
(Liston, 2014).
Duktus koklearis berhubungan dengan sakkulus dengan peralatan
duktus reunions. Bagian dasar koklea yang terletak pada dinding medial
cavum timpani menimbulkan penonjolan pada dinding ini kearah cavum
timpani. Tonjolan ini dinamakan promontorium (Liston, 2014).
Labyrinthus Membranaceus
Labyrinthus membranaceus terletak di dalam labyrinthus osseus dan
berisi endolympha dan dikelilingi oleh perilympha. Labyrinthus
membranaceus terdiri atas utriculus dan sacculus, yang terdapat di dalam
vestibulum osseus; tiga ductus semicircularis, yang terletak di dalam

canalis semicircularis osseus; dan ductus cochlearis yang terletak di dalam


cochlea.(Snell, 2006)
Utriculus adalah yang terbesar dari dua buah saccus vestibuli yang
ada, dan dihubungkan tidak langsung dengan sacculus dan ductus
endolymphaticus oleh ductus utriculosaccularis (Snell, 2006).
Sacculus berbentuk bulat dan berhubungan dengan utriculus. Ductus
endolymphaticus, setelah bergabung dengan ductus utriculosaccularis akan
berakhir di dalam kantung buntu kecil, yaitu saccus endolymphaticus
(Snell, 2006).
Ductus semicircularis meskipun diameternya jauh lebih kecil dari
canalis semicircularis, mempunyai konfigaris yang sama. Ketiganya
tersusun tegak lurus satu terhadap lainnya, sehingga ketiga bidang
terwakili (Snell, 2006).
Ductus cochlearis berbentuk segitiga pada potongan melintang dan
berhubungan dengan sacculus melalui ductus reuniens. Epitel sangat
khusus yang terletak di atas membrana basilaris membentuk organ corti
(organ spiralis) dan mengandung reseptor-reseptor sensorik untuk
pendengaran (Snell, 2006).

3. Anatomi Kulit
Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari
lingkungan hidup manusia. Luas kulit orang dewasa 1.5 m2 dengan berat kirakira 15% berat badan. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta
merupakan cermin kesehatan dan kehidupan. Kulit juga sangat kompleks,
elastis, dan sensitif, bervariasi pada keadaan iklim, umur, seks, ras, dan juga
bergantung pada lokasi tubuh (Wasitaatmadja, 2005).
Warna kulit berbeda-beda, dari kulit yang berwarna terang, pirang, hitam,
warna merah muda pada telapak kaki dan tangan bayi, serta warna hitam
kecoklatan pada genitalia orang dewasa (Wasitaatmadja, 2005).
Demikian pula kulit bervariasi mengenai lembut, tipis dan tebalnya; kulit
yang elastis dan longgar terdapat pada palpebra, bibir, dan preputium, kulit
yang tebal dan tegang terdapat di telapak kaki dan tangan dewasa. Kulit yang

tipis terdapat pada muka, yang lembut pada leher dan badan, dan yang
berambut kasar terdapat pada kepala (Wasitaatmadja, 2005).

Anatomi Kulit Secara Histopatologik


Secara histology Pembagian kulit secara garis besar tersusun atas tiga
lapisan utama yaitu:
Lapisan epidermis, terdiri atas stratum korneum, stratum lucidum,
stratum granulosum, stratum spinosum, dan stratum basale.(Wasitaatmadja,
2005)
Stratum korneum, lapisan tanduk adalah lapisan kulit paling luar dan
terdiri atas beberapa lapis sel-sel gepeng yang mati, tidak berinti, dan
protoplasmanya telah berubah menjadi keratin (zat tanduk) (Wasitaatmadja,
2005).
Stratum lusidum, terdapat lansung dibawah lapisan korneum,
merupakan lapisan sel-sel gepeng tanpa inti dengan protoplasma yang berubah
menjadi protein yang disebut eleidin. Lapisan tersebut tampak lebih jelas di
telapak tangan dan kaki (Wasitaatmadja, 2005).
Stratum granulosum, lapisan keratohialin merupakan 2 atau 3 lapis selsel gepeng dengan sitoplasma berbutir kasar dan terdapat inti di antaranya.

Butir-butir kasar ini terdiri atas keratohialin. Mukosa biasanya tidak


mempunyai lapisan ini. Stratum granulosum tampak jelas di telapak tangan
dan kaki (Wasitaatmadja, 2005).
Stratum spinosum, stratum malphigi atau disebut pula Prickle cell
layer (lapisan akanta) terdiri atas beberapa lapis sek yang berbentuk poligonal
yang besarnya berbeda-beda karena adanya proses mitosis. Protoplasmanya
jernih karena banyak mengandung glikogen, dan intinya terletak di tengahtengah. Sel-sel ini makin dekat ke permukaan makin gepeng bentuknya. Di
antara sel-sel stratum spinosum terdapat jembatan-jembatan antar sel
(inteceluller bridges) yang terdiri atas protoplasma dan tonofibril atau keratin.
Perlekatan antar jembatan-jembatan ini membentuk penebalan bulat kecil
yang disebut nodulus Bizzozero. Di antara sel-sel spinosum terdapat pula sel
langerhans (Wasitaatmadja, 2005).
Stratum basale, terdiri atas sel-sel yang bebentuk kubus (kolumnar)
yang tersusun vertikal pada perbatasan dermo-epidermal berbaris seperti pagar
(palisade). Lapisan ini merupakan lapisan epidermis paling bawah. Sel-sel
basal ini mengadakan mitosis dan berfungsi reproduktif. Lapisan ini terdiri
atas dua jenis sel yaitu:
Sel-sel yang berbentuk kolumnar dengan protoplasma basofilik inti
lonjong dan besar, dihubungkan satu dengan yang lain oleh jembatan
antar sel.
Sel pembentuk melanin (melanosit) atau clear cell merupakan sel-sel
berwarna muda denga sitoplasma basofilik dan inti gelap dan
mengandung butir pigmen (melanosomes).
Lapisan Dermis, adalah lapisan dibawah epidermis yang jauh lebih tebal
daripada epidermis. Lapisan ini terdiri atas lapisan elastik dan fibrosa padat
dengan elemen-elemen seluler dan folikel rambut. Secara garis besar dibagi
menjadi dua bagian yakni:
Pars papillare, yaitu bagian yang menonjol ke epidermis, berisi ujung
serabut saraf dan pembuluh darah (Wasitaatmadja, 2005).
Pars retikulare, yaitu bagian di bawahnya yang menonjol ke arah
subkutan, bagian ini terdiri atas serabut-serabut penunjang misalnya

serabut kolagen, elastin, dan retikulin. Dasar (matriks) lapisan ini terdiri
atas cairan kental asam hialuronat dan kondroitin sulfat, dibagian ini
terdapat pula fibroblas. Serabut kolagen dibentuk oleh fibroblas,
membentuk ikatan (bundel) yang mengandung hidroksiprolin dan
hidroksisilin. Kolagen muda bersifat lentur dengan bertambah umur
menjadi kurang larut sehingga semakin stabil. Retikulin mirip kolagen
muda. Serabut elastin biasanya bergelombang, berbentuk amorf dan
mudah mengembang serta lebih elastis (Wasitaatmadja, 2005).
Lapisan subkutis, Lapisan ini merupakan kelanjutan dermis, terdiri atas
jaringan ikat longgar berisi sel-sel lemak di dalamnya. Sel-sel lemak
merupakan sel bulat, besar, dengan inti terdesak ke pinggir sitoplasma lemak
yang bertambah. (Wasitaatmadja, 2005)
Sel-sel ini membentuk kelompok yang dipisahkan satu dengan yang lain
oleh trabekula yang fibrosa. Lapisan sel-sel lemak disebut panikulus adiposa,
berfungsi sebagai cadangan makanan. Di lapisan ini terdapat ujung-ujung
saraf tepi, pembuluh darah, dan getah bening. Tebal tipisnya jaringan lemak
tidak sama bergantung pada lokalisasinya. Di dalam abdomen dapat mencapai
ketebalan 3 cm, di daerah kelopak mata dan penis sangat sedikit. Lapisan
lemak ini juga merupakan bantalan.(Wasitaatmadja, 2005)
Vaskularisasi di kulit di atur oleh 2 pleksus, yaitu pleksus yang terletak
di bagian atas dermis (pleksus superficial) dan yang terletak di subkutis
(pleksus profunda). Pleksus yang di dermis bagian atas mengadakan
anastomosis di papil dermis, pleksus yang disubkutis dan di pars retikulare
juga mengadakan anastomosis, di bagian ini pembuluh darah berukuran lebih
besar. Bergandengan dengan pembuluh darah terdapat saluran getah bening.
(Wasitaatmadja, 2005)
Adneksa Kulit
Adneksa kulit terdiri atas kelenjar-kelenjar kulit, rambut, dan kuku.
1. Kelenjar kulit terdapat dilapisan dermis, terdiri atas:
a. Kelenjar keringat (glandula sudorifera)

Ada dua macam kelenjar keringat yaitu kelenjar ekrin yang kecilkecil, terletak dangkal di dermis dengan sekret yang encer, dan
kelenjar apokrin yang lebih besar, terletak lebih dalam dan sekretnya
lebih kental.(Wasitaatmadja, 2005)
Kelenjar ekrin telah dibentuk sempurna pada 28 minggu kehamilan
dan baru berfungsi 40 minggu setelah kelahiran. Saluran kelenjar ini
berbentuk spiral dan bermuara langsung di permukaan kulit. Terdapat
di seluruh permukaan kulit dan terbanyak di telapak tangan dan kaki,
dahi, dan aksila. Sekresi bergantung pada beberapa faktor dan
dipengaruhi oleh saraf kolinergik, faktor panas dan stress emosional.
(Wasitaatmadja, 2005)
Kelenjar apokrin dipengaruhi oleh saraf adrenergik, terdapat di
aksila, aerola mame, pubis, labia minora, dan saluran telinga luar.
Fungsi apokrin pada manusia belum jelas, pada waktu lahir kecil,
tetapi pada pubertas mulai besar dan mengeluarkan sekret. Keringat
mengandung air, elektrolit, asam laktat, dan glukosa, biasanya pH
sekitar 4 - 6,8.(Wasitaatmadja, 2005)
b. Kelenjar palit (glandula sebasea)
Terletak di seluruh permukaan kulit manusia kecuali di telapak
tangan dan kaki. Kelenjar palit disebut juga kelenjar holokrin karena
tidak berlumen dan sekret kelenjar ini berasal dari dekomposisi sel-sel
kelenjar. Kelenjar palit biasanya terdapat di samping akar rambut dan
muaranya terdapat pada lumen akar rambut (folikel rambut). Sebum
mengandung trigliserida, asam lemak bebas, skualen, wax ester, dan
kolestrol. Sekresi dipengaruhi oleh hormon androgen, pada anak-anak
jumlah kelenjar palit sedikit, pada pubertas menjadi lebih besar dan
banyak serta mulai berfungsi secara aktif.(Wasitaatmadja, 2005)
2. Kuku, adalah bagian terminal lapisan tanduk (stratum korneum) yang
menebal. Bagian kuku yang terbenam dalam kulit jari disebut akar kuku
(nail root), bagian yang terbuka di atas dasar jaringan lunak kulit pada
ujung jari tersebut badan kuku (nail plate), dan yang paling ujung adalah
bagian kuku yang bebas. Kuku tumbuh dari dari akar kuku keluar dengan
kecepatan tumbuh kira-kira 1 mm per minggu.(Wasitaatmadja, 2005)

Sisi kuku agak mencekung membentuk alur kuku (naik groove).


Kulit tipis yang menutupi kuku di bagian proksimnal disebut eponikium
sedang kulit yang ditutupi bagian kuku bebas di sebut hiponikium.
(Wasitaatmadja, 2005)
3. Rambut, terdiri atas bagian yang terbenam dalam kulit (akar rambut) dan
bagian yang berada di luar kulit (batang rambut). Ada 2 macam tipe
rambut, yaitu lanugo yang merupakan rambut halus, tidak mengandung
pigmen dan terdapat pada bayi, dan rambut terminal yaitu rambut yang
lebih kasar dengan banyak pigmen, mempunyai medula, dan tedapat pada
orang dewasa (Wasitaatmadja, 2005)

DAFTAR PUSTAKA
Budianto, Anang dan M. Syahrir Azizi (ed). 2004. Guidance to Anatomy 1. Edisi
revisi. Surakarta: Keluarga Besar Asisten Anatomi FK Universitas Sebelas
Maret.
Ilyas, Sidarta [et al]. 2002. Ilmu Penyakit Mata untuk Dokter Umum dan
Mahasiswa Kedokteran. Jakarta: Sagung Seto.
Snell, Richard S. 2006. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Edisi 6.
Alih bahasa: Liliana Sugiharto. Jakarta: EGC.
Wasitaatmadja, Syarif M. 2005. Anatomi Kulit dalam Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin. Jakarta: FKUI.

Wibawaty, Halida. 2009. Mata Sebagai Jendela Informasi. Disampaikan pada


Kuliah Ilmu Penyakit Mata Semester VIII FK UNS Surakarta.

Anda mungkin juga menyukai