Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH ELIMINASI URINE

DOSEN PENGAMPU:NEVY SUSIANTY,S.Tr.Keb,M.Kes

MATA KULIAH:KETERAMPILAN KLINIK PRAKTEK KEBIDANAN

OLEH
WILA DESRIANI(200206001)

NOVITA DARMIANTI(200206002)

SUCI INDAH SARI(200206003)

FIVIN SUSANTI(200206004)

RAHMINA WITI(200206005)

PRODI D-III KEBIDANAN

FAKULTAS MIPA DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU

2020
BAB 1
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Eliminasi adalah proses pembuangan sisa metabolisme
tubuh baik berupa urin atau bowel (feses). Miksi adalah
proses pengosongan kandung kemih bila kandung kemih
terisi. Sistem tubuh yang berperan dalam terjadinya
proses eliminasi urine adalah ginjal, ureter, kandung
kemih, dan uretra Eliminasi merupakan salah satu
kebutuhan dasar yang harus di penuhi oleh setiap
manusia. Kebutuhan dasar manusia terbagi menjadi
14 kebutuhan dasar, menyatakan bahwa kebutuhan
eliminasi terdapat pada urutan ke tiga. Apabila sistem
perkemihan tidak dapat berfungsi dengan baik,
sebenarnya semua organ akhirnya akan terpengaruh.
Secara umum gangguan pada ginjal mempengaruhi
eliminasi. Sehingga mengakibatkan masalah
kebutuhan eliminasi urine, antara lain : retensi urine,
inkontinensia urine, enuresis, dan ureterotomi. Masalah
kebutuhan eliminasi urine sering terjadi pada pasien –
pasien rumah sakit yang terpasang kateter tetap
Penggunaan kateter urin merupakan suatu tindakan
keperawatan yang banyak dilakukan di rumah sakit.
dan untuk membantu pengosongan kandung kemih
BAB II
PWMBAHASAN

A.organ yang berperan dalam eliminasi urine


1.Ginjal

Ginjal adalah organ yang berbentuk seperti kacang berwarna merah


tua, panjangnya sekitar 12,5 cm dan tebalnya 2,5 cm (kurang lebih
sebesar kepalan tangan). Beratnya antara 125-175 g pada laki-laki dan
115-155 g pada wanita. Ginjal terletak pada dinding abdomen posterior
berdekatan dengan dua pasang iga terakhir, dan merupakan organ
retroperitoneal. Terdiri atas dua yaitu kiri dan kanan.

Ginjal berfungsi :

1. Mengeluarkan zat sisa organik.

2. Mengeluarkan konsentrasi ion penting

3. Pengaturan keseimbangan asam basa tubuh

4. Produksi sel darah merah

5. Pengaturan tekanan darah

6. Pengendalian terbatas terhadap konsentrasi glukosa darah atau


asam amino darah

7. Pengeluaran zat beracun.


Unit fungsional dari ginjal adalah nefron, satu ginjal mengandung 1-4
juta Nefron yang merupkan unit pembentuk urine.

2.Ureter

Menghubungnkan ginjal dan kandung kemih. Setiap ureter panjangnya


25 cm -30 cm dan berdiameter 4-6mm. Otot ureter memiliki aktifitas
peristaltik intrinsik, yang berfungsi untuk mengalirkan urine ke kandung
kemih.

Ureter menyempit pada tiga titik; dititik asal ureter, di titik saat
melewati pinggiran pelvis, dan di titik saat pertemuannya dengan
kandung kemih. Batu ginjal dapat tersangkut ditempat ini, dan
mengakibatkan nyeri dan disebut kolik ginjal.

3.Kandung Kemih

Kandung kemih (Buli-buli/bladder) merupakan sebuah kantong yang


terdiri atas otot halus, berfungsi menampung urine. Dalam kandung
kemih terdapat beberapa lapisan jaringan otot yang paling dalam,
memanjang ditengah, dan melingkar yang disebut sebagai destrusor,
berfungsi untuk mengeluarkan urine bila terjadi kontraksi.

Pada dasar kandung kemih terdapat lapisan tengan jaringan otot


berbentuk lingkaran bagian dalam atau disebut sebagai otot lingkar
yang berfungsi menjaga saluran antara kandung kemih dan uretra,
sehingga uretra dapat menyalurkan urine dari kandung kemih keluar
tubuh.

Penyaluran ransangan kekandung kemih dan ransangan motoris ke otot


lingkar bagian dalam diatur oleh sistem simpatis. Akibat dari ransangan
ini, otot lingkar menjadi kendur dan terjadi kokntraksi sfingter bagian
dalam sehingga urine tetap tinggal dalam kandung kemih. Sistem para
simpatis menyalurkan ransangan motoris kandung kemih dan
ransangan penghalang ke bagian dalam otot lingkar. Rangansang aini
dapat menyebabkan terjadinya kontraksi otot destrusor dan kendurnya
sfingter.

4.Uretra

Uretra merupakan organ yang berfungsi menyelurkan urine ke bagian


luar. Fungsi uretra pada wanita berbeda dengan yang terdapat pada
laki-laki. Pada laki-laki, uretra digunakan sebagai tempat pengaliran
urine dan sistem reproduksi, berukuran panjang 13,7-16,2 cm, dan
terdiri dari tiga bagian; yaitu prostat, selaput (membran) dan bagian
yang berongga (ruang). Pada wanita panjang 3,7-6,2 cm dan hanya
berfungsi sebagai tempat penyaluran urine kebagian luar tubuh.

Saluran berkemih dilapisi oleh membran mukosa, dimulai dari meatus


uretra hingga ginjal. Meskipun mikroorganisme sercara normal tidak
ada yang bisa melewati uretra bagian bawah, membran mukosa ini
pada keadaan patologis yang terus menerus akan menjadikannya
media yang baik untuk pertumbuhan beberapa patogen.

B. Faktor yang mempengaruhi eliminasi urine


1. Diet dan Asupan (intake)

Jumlah dan tipe makanan merupakan faiKtcw utama yang


memengaruhi output urine (jumlah urine). Protein dapat menentukan
jumlah urine yang dibentuk. Selain itu, juga dapat meningkatkan
pembentukan urine.

2. Respons Keinginan Awal untuk Berkemih

Kebiasaan mengabaikan keinginan awal untuk berkemih dapat


menyebabkan urine banyak tertahan di dalam urinaria sehingga
memengaruhi ukuran vesika urinaria dan jumlah urine.

3. Gaya Hidup

Perubahan gaya hidup dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan


eliminasi dalam kaitannya terhadap tersedianva fasilitas toilet.

4. Stres Psikologis

Meningkatnya stres dapat mengakibatkan meningkatnya frekuensi


keinginan berkemih. Hal ini karena meningkatnya sensitivitas untuk
keinginan berkemih dan jumlah urine yang diproduksi.

5. Tingkat Aktivitas

Eliminasi urine membutuhkan tonus otot vesika urinaria yang baik


untuk fungsi sfingter. Hilangnya tonus otot vesika urinaria
menyebabkan kemampuan pengontrolan berkemih menurun dan
kemampuan tonus otot didapatkan dengan beraktivitas.

6. Tingkat Perkembangan

Tingkat pertumbuhan dan perkembangan juga dapat memengaruhi


pola berkemih. I-Ial tersebut dapat ditemukan pada anak, yang lebih
memiliki mengalami kesulitan untuk mengontrol buang air kecil.
Namun dengan usia kemampuan dalam mengontrol buang airkecil

7. Kondisi Penyakit
Kondisi penyakit dapat memengaruhi produksi urine, seperti diabetes
melitus.

8. Sosiokultural

Budaya dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan eliminasi urine,


seperti adanya kultur pada masyarakat tertentu yang meaarang untuk
buang air kecil di tempat tertentu.

9. Kebiasaan Seseorang

Seseorang yang memiliki kebiasaan berkemih di mengalamikesulitan


untuk berkemih dengan melalui urineal/pot urine bila dalam keadaan
sakit.

10. Pengobatan

Pemberian tindakan pengobatan dapat berdampak pada terjadinya


peningkatan atau penurunan proses perkemihan. Misalnya pemberian
diure;tik dapat meningkatkan jumlah urine, se;dangkan pemberian obat
antikolinergik dan antihipertensi dapat menyebabkan retensi urine.

11. Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan diagnostik ini juga dap'at memengaruhi kebutuhan


eliminasi urine, khususnya prosedur-prosedur yang berhubungan
dengan tindakan pemeriksaan saluran kemih seperti IVY (intra uenus
pyelogram), yang dapat membatasi jumlah asupan sehingga
mengurangi produksi urine. Se;lain itu tindakan sistoskopi dapat
menimbulkan edema lokal pada uretra yang dapat mengganggu
pengeluaran urine.

12.Hormon antidiuretik (ADH)


hormon ini mempengaruhi proses penyerapan air. Hormon ADH
dihasilkan oleh kelenjar hipotalamus yang selanjutnya akan disimpan
dan dilepaskan oleh kelenjar hipofisis.

13.Jumlah air yang dikonsumsi

Jika jumlah air yang diminum banyak, konsentrasi protein darah


menurun dan konsentrasi air meningkat. Oleh karena itu, tekanann
koloid protein menurun sehingga tekanan filtrasinya menjadi
berkurang. Akibatnya, air yang diserap berkurang. Sehingga urin yang
diproduksi meningkat. Itulah sebabnya, makin banyak minum, makin
banyak konsentrasi urin yang dikeluarkan. Berlaku pada semua jenis
minuman yang dikonsumsi, tak hanya air putih atau air minum saja
kawan.

14.Konsentrasi hormon insulin

Apabila konsentrasi hormon insulin rendah ( misalnya penderita


kencing manis) maka kadar gula dalam darah tinggi dan akan
dikeluarkan melalui pembuluh distal. Keberadaan kadar gula itu
mengganggu proses penyerapan kembali air di dalam pembuluh distal,
karena konsentrasi gula meningkat. Akibatnya orang yang bersangkutan
sering mengeluarkan urin.

15.Suhu

Ketika suhu panas atau banyak mengeluarkan keringat, konsentrasi air


dalam darah turun mengakibatkan sekresi ADH meningkat sehingga
urin yang di hasilkan sedikit. Sebaliknya jika suhu udara dingin
konsentrasi air dalam darah naik sehingga menghalangi sekresi ADH
maka produksi urin banyak.
16.Diabetes Melitus

Orang yang mengidap penyakit diabetes insipidus,mengalami gangguan


berupa ketidakmampuan kelenjar hipofisis posterior mensekresikan
ADH, sehingga mengakibatkan produksi urin menjadi banyak dan encer,
disertai dengan rasa haus yang amat sangat.

C. Gangguan /masalah pada kebutuhan eliminasi urine


Kebutuhan eliminasi uri merupakan kebutuhan dasar untuk dapat
buang air kecil secara normal. Eliminasi uri masuk dalam kebutuhan
fisiologis yang harus segera dipenuhi. Berikut masalah atau gangguan
eliminasi uri yang sering terjadi pada pasien

Gangguan/masalah yang sering didapakan pada eliminasi uri

Retensi urin adalah penumpukan urine dalam bladder (kandung kemih)


dan ketidakmampuan bladder untuk mengosongkan kandung kemih
yang menyebabkan distensi dari vesika urinaria yang ditandai dengan
ketidaknyamanan daerah pubis.

Inkontinensia total adalah keadaan dimana seseorang mengalami


pengeluaran urine yang terus menerus dan tidak dapat diperkirakan,
ditandai dengan terjadi pada saat tidak diperkirakan, tidak ada distensi
kandung kemih dan nokturi.

Inkontinentia stres adalah keadaan seseorang mengalami keilangan


urine kurang dari 50 ml yang terjadi dengan peningkatan tekanan
abdomen, yang ditandai dengan adanya urin menetes dengan
penignkatan tekanan abdomen, adanya dorongan berkemih, dan sering
miksi (lebih dari setiap 2 jam).
Inkontinentia refleks adalah dimana seseorang mengalami pengeluaran
urin yang tidak dirasan, yang terjadi pada interval yang dapat
diperkirakan apabila volume kandung kemih mencapai jumlah tertentu,
ditandai dengan tidak ada dorongan untuk berkemih, merasakan
kandung kemih penuh, dan kontraksi atau spasme kandung kemih tidak
dihambat pada interval teratur Inkontinentia fungsional adalah
seseorang yang mengalami pengeluaran urin secara involunter dan
tidak dapat diperkirakan. Ditandai dnegan adanya dorongan untuk
berkemih dan kontraksi kandung kemih cukup kuat untuk
mengeluarkan urine.

 Enuresis adalah ketidaksanggupan menahan kemih (mengompol)


yang diakibatkan tidak mampu mengontrol spingter eksterna
 Urgency adalah perasaan seseorang untuk berkemih, takut
mengalami inkontinen jika tidak berkemih.
 Dysuria adalah rasa sakit dan kesulitan dalam berkemih hal ini
sering ditemukan pada penyaki ISK (infeksi saluran kemih),
trauama dan stiktur uretra (penyempitan uretra).
 Polyuria adalah produksi urine abnormal dalam jumlah besar oleh
ginjal, tanpa adanya penignaktan intake cairan, defisiensi ADH
(antideuretic hormone), penyakit ginjal kronik.
 Urinaria suppression adalah berhenti mendadak produksi urine,
secara normal urine diproduksi oleh ginjal secara terus menerus
pada kecepatan 60-120 ml/jam.

D. Perubahan Pola Eliminasi Urine


1. Frekuensi
Jumlah berkemih dalam sehari. Frekwensi yang tinggi dijumpai pada
keadaan stress atau hamil

2. Urgensi

Perasaan seseorang untuk berkemih, takut mengalami inkontenensia


jika tidak berkemih

3. Disuria Rasa sakit atau kesulitan dalam berkemih. (ISK, trauma,


striktur uretra)

4. Poliuria

Produksi urine abnormal dalam jumlah besar oleh ginjal tanpa adanya
peningkatan asupan cairan.

5. Urinaria Supresi

Berhentinya produksi urine secara mendadak, secara normal urine


diproduksi oleh ginjal secara terus menerus pada kecepatan 60-
120ml/jam.

E.Tindakan Mengatasi Masalah Eliminasi Urine


1.Menolong buang air kecil dengan menggunakan pot/urineal

urinal adalah penampung kemih dari karet bagi orang sakit yg tdk
boleh/dapat bangun.ada dua jenis urenal yaitu urenal male dan urenal
female jadi Pispot adalah salah satu alat medis yang berguna sebagai
alat bantu bagi pasien yang harus berbaring di ranjang atau lansia yang
kesulitan untuk bergerak sendiri ke kamar mandi. Alat bantu ini tidak
hanya digunakan di rumah sakit tapi juga untuk di rumah (homecare).
Pispot memiliki bentuk yang bermacam-macam disesuaikan dengan
jenis kelamin pemakainya. Namun tidak hanya untuk orang sakit dan
lansia, ada juga pispot yang dikhusukan untuk anak- anak kecil sebagai
alat belajar menggunakan toilet sendiri. Biasanya pispot ini untuk
melatih kemampuan anak untuk mandiri dan tidak perlu bergantung
lagi pada orang tua untuk ke kamar mandi.

Pahami Sikap yang Tepat selama proses defekasi pasien

Sikap yang tepat yang harus dimiliki oleh perawat atau bidan adalah
sebagai berikut.

1. Tidak menunjukkan rasa jijik di hadapan pasien

2. Sopan terhadap pasien, yaitu dengan memberi salam dan meminta


izin terlebih dahulu setiap akan melakukan tindakan, jaga privasi pasien

3. Tidak tergesa-gesa dalam mengambil tindakan. Utamakan


kenyamanan pasien.

4. Teliti dalam mengamati keadaan tinja atau urin

Persiapan Alat :

Berikut adalah alat-alat yang harus ada dalam proses defekasi (buang
air) pasien

1. Pispot

2. Tisue

3. Botol berisi air bersih

4. Sarung tangan karet

5. Kapas Btt
6. Pinset

7. Bengkong

8. Perlak

9. Larutan florin 0,5%

Langkah-langkah:

1. Beri salam kepada pasien

2. Komunikasi tindakan yang akan dilakukan atau minta izin kepada


pasien

3. Menutup jendela, pintu, dan tirai

4. Mencuci tangan dan memakai sarung tangan

5. Meminta izin untuk menanggalkan pakaian bawah pasien

6. Meminta pasien untuk menekuk lutut

7. Meminta pasien mengangkat bokong dan memasang perlak.

8. Tempatkan pispot dibawah bokong

9. Pada pasien wanita dibersihkan dulu area kewanitaan dan bersihkan


dubur dengan air bersih dan keringkan dengan tissue.

9. Tutupi bagian bawah pasien dengan selimut. Tunggulah pasien


menyelesaikan hajatnya

10. Setelah selesai maka bersihkan dengan air bersih dan dikeringkan
dengan kapas BTT yang dijepit oleh pinset

11. Setelah selesai singkirkan pispot dari bawah bokong pasien.


12. Anjurkan pasien memiringkan badan membelakangi perawat untuk
dibersihkan anusnya menggunakan kapas BTT dengan pinset jika pasien
tersebut buang air besar.

13. Singkirkan perlak

14. Pakaikan pakaian bawah pasien

15. Lepaskan sarung tangan dan masukkan ke larutan florin 0,5%

16. Cuci tangan dengan bersih

2.memasang dan melepaskan kateter sementara atau tetap

Kateter merupakan sebuah alat berupa tabung kecil yang fleksibel dan
biasa digunakan pasien untuk membantu mengosongkan kandung
kemih. Pemasangan alat ini dilakukan khusus untuk pasien yang tidak
mampu buang air kecil sendiri dengan normal.

Umumnya penggunaan kateter hanya untuk sementara, sampai pasien


mampu kembali buang air kecil sendiri. Kateter juga perlu diganti dalam
jangka waktu tertentu agar tetap berfungsi dengan baik dan tidak
memicu infeksi. Selain dengan pemasangan kateter.

Salah satu kondisi yang paling memerlukan kateter adalah retensi urine,
yaitu kondisi ketidakmampuan kandung kemih dalam mengeluarkan
seluruh urine, misalnya karena pembesaran prostat dan hidronefrosis.

Sebaliknya, kondisi ketika seseorang tidak mampu mengendalikan


kandung kemih atau inkontinensia urine juga mungkin memerlukan
pemasangan kateter.

Selain itu, kateter juga sering digunakan dalam berbagai prosedur


medis, seperti:
 Proses persalinan dan operasi caesar.
 Perawatan intensif yang membutuhkan pemantauan
keseimbangan cairan tubuh.
 Proses pengosongan kandung kemih sebelum, saat, atau
sesudah operasi.
 Saat pemberian obat langsung ke dalam kandung kemih,
misalnya karena adanya kanker kandung kemih.

Jenis kateter yang digunakan dalam proses medis:

 Kateter plastik fungsinya digunakan sementara, kerena mudah


rusak dan tidak fleksibel. Biasanya digunakan ketika seseorang
hanya mengalami sakit yang tidak kronis.
 Kateter lateks, digunakan untuk penggunaan pemakaian dalam
jangka waktu sedang (kurang dari 3 minggu).
 Kateter silikon murni, untuk penggunaan jangka waktu lama 2-3
bulan karena bahan lebih lentur pada saluran uretra ala kelamin.
 Kateter logam, digunakan untuk pemakaian sementara,
biasanya pada pengosongan kandung kemih pada ibu yang
melahirkan.

Proses penggunaan kateter

Pemasangan kateter adalah proses memasukkan selang yang terbuat


dari plastik atau karet melalui uretra menuju kandung kemih (vesika
urinaria). Bagaimana caranya?

 Pemasangan kateter dilakukan atas program dari dokter, dan


biasanya dilakukan secara steril dan terjamin kebersihannya
oleh dokter atau perawat yang bertugas.
 Sebelumnya, petugas akan membuka dan membersihkan
peralatan kateterisasi dan alat kelamin pasien terlebih dahulu.
 Nah, selang akan dilubrikasi dengan pelumas tertentu agar
mudah saat dimasukkan ke dalam saluran uretra.
 Selang akan dimasukan perawat ke dalam lubang kencing
(uretra).
 Selang kateter akan dimasukkan hingga mencapai leher
kandung kemih Anda, kira-kira sekitar 5 cm. Setelah ini, Anda
sudah bisa langsung buang air kecil menggunakan selang
kateter.
 Jangan lupa kosongkan kantong urin yang terhubung pada
kateter Anda setiap 6-8 jam sekali.

Kebanyakan pemakaian kateter diperlukan sampai pasien mendapatkan


kembali kemampuan untuk buang air kecil pada diri mereka sendiri,
biasanya ini untuk pemakaian singkat dan kondisi kesehatan yang tidak
parah. Namun, orangtua yang telah lanjut usia dan mereka yang cedera
permanen atau mengalami penyakit yang parah, mungkin perlu
menggunakan kateter urin untuk jumlah yang jauh lebih lama dan
kadang-kadang menggunakannya secara permanen.
BAB III

KESIMPULAN

Eliminasi adalah proses pembuangan sisa metabolisme tubuh baik


berupa urin atau bowel (feses).Organ yang beran sebagai eliminasi urin:
adalah:urin,ureter,kandung kemih,uretra Dan adapun cara mengatasi
masalah urin yaitu dengan cara menggunakan pot atau ureniel dan
kateter.
DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, Fitri Respati dan Nita Nasution. 2015. Ketrampilan


Dasar Praktik Klinik. Yogyakarta: Dua Satria Offset.

Alimul H, A. Aziz. 2008. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi


Konsep dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Cempakaningroem, Sri Diini. Sri Puguh Kristiyawati, S. Eko Ch.


Purnomo. 2015.Tingkat Akurasi Pemeriksaan Bladder TrainingScan
Dengan Katerisasi Intermitten Pada Pasien Stroke Dengan Retensi
Urin. Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Vol 2, No 3.

Anda mungkin juga menyukai