Anda di halaman 1dari 38

1

Kebutuhan Eliminasi

Kebutuhan Eliminasi
Urine Kebutuhan Eliminasi
(Buang Air Kecil) Alvi
(Buang Air Besar)

2
Organ yang Berperan
dalam Eliminasi Urine

Proses Berkemih

Kebutuhan
Faktor yang Mempengaruhi
Eliminasi Eliminasi Urine
Urine (BAK)
Gangguan atau Masalah
Kebutuhan Eliminasi Urine

Tindakan Mengatasi
Masalah Eliminasi Urine
3
1. Ginjal
Ginjal merupakan organ
retroperitoneal (dibelakang
selaput perut) yang terdiri
atas ginjal sebelah kanan
dan kiri tulang punggung.
Ginjal berperan sebagai
pengatur komposisi dan
volume cairan dalam
tubuh. Ginjal juga
menyaring bagian dari
darah untuk dibuang dalam
bentuk urine sebagai zat
sisa yang tidak diperlukan
oleh tubuh
4
5
6
7
8
9
Komposisi Urine :
1.Air (96 ℅).
2.Larutan (4 ℅ ).
a. Larutan organik
Urea, amonia, kreatin, dan asam urat.
b. Larutan anorganik
Natrium (sodium), klorida, kalium (potasium), sulfat,
magnesium, fosfor.
Nartrium klorida merupakan garam anorganik yang
paling banyak.

10
Stres
Tingkat Tingkat
psikologis perkembangan
sktivitas

Kebiasaan
Kondisi Sosiokultural seseorang
penyakit

11
Pembedahan

Pengobatan Pemeriksaan
diagnostik

12
2. Inkontinensia Urine
1. Retensi Urine Inkontinesia urine merupakan
Retensi urine merupakan
ketidakmampuan otot sfingter
penumpukan urine dalam
eksternal sementara atau
kandung kemih akibat
menetap untuk mengontrol
ketidakmampuan kandung
ekskresi urine.
kemih untuk mengosongkan
kiandung kemih. •Penyebab
* Tanda Klinis Retensi a. proses penuaan (aging
a. Ketidaknyamanan daerah publis. process).
b. Distensi vesika urinaria. b. pembesaran kelenjar prostat.
c. Ketidaksanggupan untuk c. penurunan kesadaran.
berkemih. d. penggunaan obat narkotik
dan
* Penyebab sedatif.
a.Operasi pada daerah abdomen  
bawah, pelvis vesiak urinaria.
b. Trauma sumsum tulang
belakang. 13
3. Enuresis
Enuresis merupakan
ketidaksanggupan
menahan kemih
(mengompol) yang
diakibatkan tidak
mampu mengontrol
sfingter eksterna.
4. Perubahan Pola
* Faktor penyebab Enuresis
a. Kapasitas vesika urinaria Eliminasi Urine
lebih besar dari normal Perubahan pola eliminasi
b. Makanan yang banyak urine merupakan keadaan
mengandung garam dan seseorang yang mengalami
mineral. ganguuan pada eliminasi
c. Anak yang takut jalan urine karena obstruksi
gela anatomis, kerusakan
untuk ke kamar mandi motorik sensoris, dan
infeksi saluran kemih.

14
15
16
17
Sistem yang Berperan dalam
Eliminasi Alvi

Proses Buang Air Besar


(Defekasi)

Kebutuhan
Gangguan atau Masalah
Eliminasi
Eliminasi Alvi
Alvi
(Buang Air Besar)
Faktor yang Mempengaruhi
Proses Defekasi

Tindakan Mengatasi Masalah


Eliminasi Alvi 18
19
Sistem Gastrointestinal
Bawah

Usus Halus Usus Besar

• Rektum • Duodenum
• Kolon- Anus • Jejunum
• Ileum

20
Proses Buang Air Besar (Defekasi)

Pada dasarnya rektum lebih banyak dalam keadaan


kosong, disebabkan oleh adanya spinkter dan angulasi
antara kolon sigmoid dan rektum.
•         Namun bila terjadi gerakan massa yang mendorong
feses ke rektum, rasa ingin buang air besar (defekasi) akan
timbul.
•         Proses defekasi terjadi secara volunter dan
involunter/refleks. Gerakan yang mendorong feses ke anus
terhambat oleh adanya konstriksi tonik dari spinkter ani
interna dan spinkter ani eksterna.
•         Spinkter ani eksterna berada di bawah kesadaran
karena merupakan otot rangka dan diinervasi oleh saraf
somatik yaitu nervus pudendus.

21
Diawali oleh refleks defekasi yang terjadi sebagai berikut :
saat feses memasuki rektum, distensi dinding rektum
menimbulkan refleks rektospinkter yang mengirim sinyal
dan menyebar sepanjang pleksus mienterikus dan
memulai terjadinya gelombang peristaltik pada kolon
desendens, kolon sigmoid, dan rektum, sehingga feses
terdorong ke anus.
•         Setelah gelombang peristaltik mencapai anus,
spiknter ani interna berelaksasi oleh adanya sinyal yang
menghambat dari pleksus mienterikus; dan bila saat itu
spinkter ani eksterna relaksasi secara sadar maka
terjadilah defekasi.

22
PROSES DEFEKASI

   Kontraksi otot abdomen dan diafragma dapat


membantu mendorong feses ke arah anus oleh karena
peningkatan tekanan intra abdominal.
       

 Defekasi dapat ditahan bila secara sadar kita


kontraksikan spinkter ani eksterna yang berakibat
tertutupnya spinkter ani interna dan relaksasi dari
rektum.

23
Otot yang berperan dalam proses defekasi :

 Otot sphincter ani internus :


• Bekerja tidak sadar
• Tidak terjadi proses defekasi

 Otot sphincter ani eksternus :


• Bekerja secara sadar
• terjadi proses defekasi

24
Sadar

Buang Air Besar Tidak Sadar

25
26
Usia
Diet
Asupan cairan

27
28
 Penyebab .
 Defek persarafan , kelemahan pelvis,immobilitas karena
cedera serebrospinalis, cerebro vascular accident
(CVA), dan lain-lain.
 Pola defekasi yang tidak teratur
 Nyeri saat defekasi karena hemorroid.
 Menurunnya peristaltik karena stress psikologis.
 Penggunaan obat seperti antasida, laksatif, atau
anestesi.
 Proses menua (usia lanjut).

29
2. Diare
o Berisiko sering mengalami pengeluaran feses dalam
bentuk cair.
 Tanda klinis
 Adanya pengeluaran feses cair.
 Frekuensi lebih dari 3 kali sehari.
 Nyeri/kram abdomen.
 Bising usus meningkat.
 Kemungkinan penyebab

 Malabsorpsi atau inflamasi, proses infeksi.

 Peningkatan peristaltik karena peningkatan metabolisme.

 Efek tindakan pembedahan usus.

 Efek penggunaan obat seperti antasida,laksatif, antibiotic,

dan lain-lain.
 Stres psikologis. 30
3. Inkontinensia Usus
Mengalami perubahan kebiasaan dari proses defekasi
normal, hingga mengalami proses pengeluaran feses
tak disadari.
 Tanda Klinis
 Pengeluaran feses yang tidak dikehendaki.

 Kemungkinan Penyebab
• Gangguan sfingter rectal akibat cedera anus,
pembedahan,dan lain-lain.
• Distensi rectum berlebih
• Kurangnya control sfingter akibat cedera medulla spinalis,
CVA, dan lain-lain.
• Kerusakan kognitif
31
 Tindakan yang dapat diambil untuk menjaga agar
inkontinensia feses tidak muncul :
Suatu latihan yang baik dari otot-otot dasar panggul
(pada inkontinensia stress)
Makanan yang disesuaikan.

Alat-alat bantu dalam perawatan


pasien/penghuni inkontinensia untuk defekasi
adalah lembar kain, pempers/popok-popok, dan kain-
kain selulose yang khusus dipakai untuk
inkontinensia.
32
Tindakan Mengatasi Masalah
Eliminasi Alvi (Buang Air Besar)
1. Menyiapkan Feses untuk Bahan Pemeriksaan
Pemeriksaan feses lengkap
Pemeriksaan feses kultur

33
2. Membantu pasien buang air dengan pispot
Tujuannya untuk memenuhi kebutuhan eliminasi
alvi.

34
3. Memberikan Huknah Rendah
memasukkan cairan hangat ke dalam kolon desenden
dengan kanula rekti melalui anus
bertujuan mengosongkan usus pada proses prabedah
agar dapat mencegah terjadinya obstruksi makanan
sebagai dampak dari pascaoperasi dan merangsang
buang air besar bagi paasien yang mengalami
kesulitan dalam buang air besar

35
4. Memberikan Huknah Tinggi
tindakan memasukkan cairan hangat ke dalam kolon
asenden dengan kanula usus.
Tujuan : mengosongkan usus pada pasien prabedah
atau untuk prosedur diagnostik.

36
5. Memberikan Gliserin
tindakkan memasukkan cairan gliserin ke dalam poros
usus dengan spuit gliserin.
Tujuan : merangsang peristaltik usus, sehingga pasien
dapat buang air besar (khususnya pada orang yang
mengalami sembelit). Selain itu, tindakan ini juga
dapat digunakan untuk persiapan operasi.

37
6. Mengeluarkan feses dengan jari
tindakan memasukkan jari ke dalam rektum pasien
untuk mengambil atau menghancurkan massa feses
sekaligus mengeluarkannya.

38

Anda mungkin juga menyukai