Anda di halaman 1dari 6

Sistem kardiovaskular merupakan suatu sistem organ yang bertugas dalam hal pemindahan

suatu zat yang ada pada tubuh kemudian diteruskan menuju ke sel-sel tubuh manusia. Penyakit
kardiovaskular (PKV) merupakan sekumpulan gangguan atau penyakit yang disebabkan adanya
gangguan pada organ jantung dan pembuluh darah. Salah satu penyakit pada sistem
kardiovaskular yaitu hipertensi. Hipertensi merupakan penyakit karena adanya pengaruh
peningkatan tekanan darah di atas normal secara menetap, yang dimana pada penyakit ini
tekanan darah mengalami peningkatan akibat terbentuknya angiotensi II. Penyakit hipertensi
disebabkan oleh faktor gen, obesitas, jenis kelamin, stress, dan pola kebiasaan hidup. Pengobatan
hipertensi bisa dengan non farmakologis dan farmakologis. Dilakukan review artikel ini
bertujuan untuk mengetauhi bagaimana patofisiologi dari penyakit sistem kardiovaskular salah
satunya yaitu pada penyakit hipertensi.

DEFINISI HIPERTENSI

Hipertensi merupakan penyakit karena adanya pengaruh peningkatan tekanan darah di atas
normal secara menetap. Pada saat hipertensi keadaan tekanan darah sistolik meningkat lebih dari
sama dengan 140 mmHG dan pada tekanan darah diastolik lebih dari sama dengan 90 mmHg
setelah dua kali pegukuran secara terpisah.. Menurut Sundari & Bangsawan, penyakit hipertensi
sering disebut dengan The Silent Disease atau penyakit yang tersembunyi, hal ini dikarenakan
terkadang orang tidak sadar telah mengidap penyakit ini, karena biasanya kurang gejala atau pun
gejalanya tidak terlalu parah bagi tubuh, sehingga terkadang perlu dilakukan pemeriksaan
tekanan darah. Penyakit hipertensi selalu berkaitan dengan tekanan darah sistolik dan diastolik.

Tekanan darah sistolik merupakan tekanan darah ketika jantung memompa darah ke
seluruh tubuh (fase ejeksi) sedangkan tekanan darah diastolik merupakan tekanan darah pada
saat jantung istirahat artinya pada saat tersebut ventrikel akan diisi oleh sejumlah darah, yang
dimana darah tersebut dialirkan dari atrium.

Penyakit hipertensi dibedakan menjadi dua macam yaitu :

1. Hipertensi primer (esensial) merupakan jenis hipertensi yang tidak ditemukan penyabab dari
peningkatan tekanan darah tersebut. Hipertensi primer mampu dikatakan penyakit
multifaktorial yang dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan yang memicu naiknya
tekanan darah yang dimana akan diperparah oleh adanya diabetes, obesitas, stres, dan
kebiasaan pola hidup buruk lainnya.
2. Hipertensi sekunder adalah peningkatan tekanan darah oleh karena gangguan pada
sistem lain seperti kardiovaskuler, renal, endokrin, atau seperti penyakit gagal ginjal,
hiperaldosteonisme, renovaskular, penyakit endokrin, dan penyebab lainnya (Anggriani,
2016).

HIPERTENSI PADA KEHAMILAN


Penyakit hipertensi dalam kehamilan didefinisikan sebagai kelainan pembuluh darah yang
terjadi sebelum kehamilan atau muncul dalam kehamilan atau pada masa nifas. Kasus hipertensi
dalam kehamilan masih sering ditemui pada masyarakat dan masih merupakan salah satu
penyebab dari kematian ibu. Angka. Hipertensi dalam kehamilan juga dapat menjadi penyebab
dari kelahiran mati dan kematian perinatal yang disebabkan akibat partus prematur.

Dikatakan hipertensi dalam kehamilan apabila tekanan darah ibu mencapai 140 mmHg atau
lebih setelah kehamilan berumur 20 minggu pada wanita yang sebelumnya normotensif, atau
kenaikan tekanan sistolik 30 mmHg dan tekanan diastolik 15 mmHg diatas nilai normal.
Hipertensi ini merupakan salah satu masalah dalam bidang kesehatan yang sering kali muncul
selama masa kehamilan dan dapat juga menyebabkan komplikasi pada 2- 3% kehamilan. Selain
itu hipertensi pada kehamilan juga masih merupakan sumber utama penyebab kematian pada ibu.
(Imaroh, Nugraheni and Dharminto, 2018)

Hipertensi dalam kehamilan dianggap sebagai komplikasi obstetrik karena dapat merugikan
ibu hamil. Namun, ada pula yang memiliki efek buruk bagi janin, yaitu abrupsio plasenta, gagal
ginjal akut, pendarahan intraserebral dan edema paru.

Perubahan Sistem Kardiovaskular Pada Kehamilan


1) Curah Jantung (cardiac output)

Peningkatan curah jantung pada kehamilan terjadi antara 35hingga 50% dari rata-rata 5
liter/menit sebelum kehamilan menjadi sekitar 7 liter/menit pada minggu ke-20. Peningkatan
curah jantung terjadi akibat peningkatan isi sekuncup (jumlah darah yang dipompakan oleh
jantung dengan satu kali denyut) dan frekuensi jantung. Peningkatan frekuensi jantungmeningkat
hingga 10-20%. Frekuensi jantung wanita hamil padaumumnya 10-15 denyut per menit lebih
cepat daripada frekuensi jantung wanita yang tidak hamil, meningkat dari sekitar 75 menjadi 90
denyut per menit. Namun jumlah darah yang dipompakan olehjantung dengan satu kali denyut
atau dinamakan isi sekuncup tidakbertambah hingga volume plasma bertambah. Isi
sekuncupmeningkat hingga 10% selama pertengahan pertama kehamilan danmencapai
puncaknya pada usia gestasi 20 minggu yangdipertahankan hingga cukup bulan. Jadi dapat
disimpulkan bahwapeningkatan curah jantung ketika hamil terjadi jika volume plasmajuga
meningkat.

2) Volume Darah

Darah terdiri dari dua komponen utama yaitu plasma dan sel darah merah, volume darah
maternal total meningkat 30-50% padakehamilan dengan rata-rata peningkatan 35%. Beberapa
ibu hamil mungkin hanya terjadi peningkatan sedang pada ekspansi volume, sedangkan pada ibu
yang lain dapat terjadi hampir dua kali lipatnya(Rampengan, 2014). Pada wanita normal, volume
darah saat aterm meningkat kira-kira 40-45% diatas volume saat tidak hamil. Volume darah
ibumulai meningkat pada trimester pertama, bertambah cepat padatrimester kedua, kemudian
naik dengan kecepatan yang lebih pelanpada trimester ketiga untuk mencapai kecepatan konstan
(kondisi plateau) pada beberapa minggu akhir kehamilan. Peningkatanprogresif volume darah
terjadi pada minggu ke-6 sampai ke-8, danmencapai puncak pada minggu ke-32 sampai ke-34.
Volume darahakan kembali seperti semula pada 2-6 minggu setelah persalinan(Rampengan,
2014). Volume darah akan semakin meningkat saat jumlah serum darahlebih besar dibandingkan
dengan pertumbuhan sel darah, sehinggaterjadi semacam pengenceran darah (hemodilusi)
dengan puncaknyapada umur hamil 32 minggu. Serum darah atau volume darahbertambah
sebesar 25-30% sedangkan sel darah bertambah sekitar 20%. Curah jantung akan bertambah
sekitar 30%, bertambahnya hemodilusi darah mulai tampak sekitar umur hamil 16
minggu(Manuaba, 2012).

Mendekati pada akhir trimester pertama volume plasma darahmulai meningkat. Peningkatan
volume ini pada minggu ke-34mencapai kurang lebih 50% volume darah sebelum konsepsi.
Jumlahpeningkatan volume plasma darah pada kehamilan berbeda-beda, ibuyang mempunyai
volume plasma darah kecil sebelum konsepsi mengalami peningkatan yang relatif lebih besar.
Hal tersebut dapat mempengaruhi jalannya kehamilan. Peningkatan yang relatif kecil cenderung
berakibat bayi lahir mati, keguguran, dan bayi lahir dengan berat badan rendah (BBLR).
Selama kehamilan massa sel darah merah atau volume total sel darah merah dalam sirkulasi
meningkat sebagai respons terhadappeningkataan kebutuhan oksigen maternal dan jaringan
plasenta. Jumlah peningkatan massa sel darah merah dipengaruhi olehpemberian zat besi. Jika
pada wanita tidak hamil yang sehat jumlahsel darah merahnya yaitu 1.400 ml, maka peningkatan
sel darahmerah pada ibu hamil yang tidak mendapatkan zat besi yaitu sekitarr 250 ml (meningkat
18%) pada kehamilan cukup bulan. Kemudian jika pada ibu hamil yang mendapatkan zat besi,
peningkatan sel darah merahnya yaitu 400 ml (meningkat 30%) pada usia kehamilancukup
bulan.

ETIOLOGI DAN PATOFISIOLOGIS HIPERTENSI PADA KEHAMILAN

1. Etiologi

Penyebab terjadinya hipertensi secara umum dibagi menjadi 3, yaitu :

a. Vasokontriksi pada pembuluh darah


b. Menurunnya elastisitas pembuluh darah
c. Terdapat sumbatan pada pembuluh darah
Penyebab hipertensi dalam kehamilan belum diketahui secara jelas. Namun ada beberapa
faktor risiko yang menyebabkan terjadinya hipertensi dan dikelompokkan dalam faktor risiko.
Beberapa faktor risiko sebagai berikut :

a. Primigravida (kehamilan untuk pertama kalinya)


b. Hiperplasentosis, misalnya: mola hidatidosa, kehamilan multipel, diabetes melitus, hidrops
fetalis, bayi besar.
c. Umur
d. Riwayat keluarga pernah pre eklampsia/eklampsia
e. Penyakit-penyakit ginjal dan hipertensi yang sudah ada sebelum hamil
f. Obesitas
2. Patofisiologi

PENGOBATAN HIPERTENSI PADA KEHAMILAN

Terapi ekspektatif yaitu dengan mempertahankan kehamilan hingga aterm

1. Terapi Farmakologi Pada Hipertensi Dalam Kehamilan


Pemberian obat antihipertensi pada kehamilan dibagi menjadi dua :
 Hipertensi berat adalah sistolik > 160 atau diastolik ≥ 110 mmHg
 Hipertensi tidak berat/non-severe hypertension adalah sistolik 140–159 atau diastolik 90–
109 mmHg.
Terapi inisial yang dapat dierikan adalah salah satu dari jenis obat antihipertensi berikut ini:
 Metildopa,
 Labetalol,
 Beta-blocker (acebutolol, metoprolol, pindolol, dan propranolol),
 Calcium channel blockers berupa nifedipine.
 Angiotensin converting enzyme (ACE) inhibitors dan
 Angiotensin receptor blockers (ARB) tidak direkomendasikan
2. Terapi Non Farmakologi Pada Hipertensi Dalam Kehamilan
 Intervensi gaya hidup Seperti penurunan berat badan dan pengurangan asupan garam.
 Program latihan fisik juga efektif mencegah risiko preeklampsia. \
 Pemberian suplemen kalsium juga diduga dapat menurunkan risiko hipertensi gestasional
dan preeklampsia.
Hal tersebut disampaikan kepada pasien agar dapat dilakukan selama kehamilan untuk
membantu mencegah peningkatan tekanan darah kembali. Komplikasi hipertensi dalam
kehamilan yang paling sering terjadi adalah komplikasi serebrovaskuler, diantaranya perdarahan
serebral dan kejang, kerusakan ginjal, dan komplikasi kardiovaskular, seperti edema paru. Selain
itu, wanita dengan hipertensi gestasional berisiko melahirkan bayi dengan berat badan lahir
rendah.

Anda mungkin juga menyukai