Dosen Pembimbing:
Nanik Cahyati, SST., M.Keb
Disusun oleh:
Nursyifa Sofianti
22603510022
Hipertensi dalam kehamilan adalah adanya tekanan darah 140/90 mmHg atau
lebih setelah kehamilan 20 minggu pada wanita yang sebelumnya normotensif, atau
kenaikan tekanan sistolik 30 mmHg dan atau tekanan diastolik 15 mmHg di atas nilai
normal (Indriani, 2013). Hipertensi pada kehamilan adalah hipertensi yang ditandai
dengan tekanan darah ≥ 140/90 mmhg setelah umur kehamilan 20 minggu, disertai
kehamilan termasuk dalam komplikasi kehamilan, sebagai salah satu dari trias
morbiditas dan mortalitas neonatal dan materna (Plaat dan Krishnachetty, 2014).
dilaporkan kematian perinatal yaitu 1 dari 20 kelahiran bayi mengalami bayi lahir
mati tanpa kelainan kongenital yang terjadi pada wanita dengan hipertensi saat
kehamilan. Kelahiran prematur juga terjadi pada ibu hamil dengan preeklampsia
yaitu 1 dari 250 wanita pada kehamilan pertama mereka akan melahirkan sebelum 34
minggu, dan 14-19 % pada wanita dengan preeklampsia mengalami bayi berat lahir
perdarahan dan infeksi, mereka membentuk suatu tria yang mematikan, yang
berperan besar pada angka kesakitan dan kematian ibu. WHO mengevaluasi
kematian ibu diseluruh dunia secara sistematis. Dinegara maju 16 % kematian ibu
disebabkan oleh penyakit hipertensi. Presentase ini lebih besar dari tiga penyebab
Bagaimana saat kehamilan memicu atau memperburuk hipertensi saat ini masih
B. Tinjauan Teori
1. Definisi
pertama kali terdeteksi pada ibu yang diketahui normotensif (memiliki tekanan
setelah beristirahat, tekanan darah ibu meningkat di atas 140/90 mmHg pada
setidaknya dua kejadian yang rentang waktunya tidak lebih dari satu minggu.
2. Klasifikasi
minggu atau hipertensi yang pertama kali didiagnosis setelah umur kehamilan
koma. 4)
proteinuria.
3. Etiologi
belum diketahui secara jelas. Namun ada beberapa faktor risiko yang
3. Umur
hamil Obesitas
4. Perubahan Sistem Kardiovaskular Pada Kehamilan
jantung dengan satu kali denyut atau dinamakan isi sekuncup tidak
Darah terdiri dari dua komponen utama yaitu plasma dan sel
sedangkan pada ibu yang lain dapat terjadi hampir dua kali lipatnya
(Rampengan, 2014).
kira 40-45% diatas volume saat tidak hamil. Volume darah ibu mulai
volume darah terjadi pada minggu ke-6 sampai ke-8, dan mencapai
(Rampengan, 2014).
(Manuaba, 2012).
Selama kehamilan massa sel darah merah atau volume total sel
pemberian zat besi. Jika pada wanita tidak hamil yang sehat jumlah
sel darah merahnya yaitu 1.400 ml, maka peningkatan sel darah
merah pada ibu hamil yang tidak mendapatkan zat besi yaitu sekitarr
jika pada ibu hamil yang mendapatkan zat besi, peningkatan sel
5. Patofisiologi
adalah :
selsel trofoblas pada lapisan otot arteri spiralis dan jaringan matriks
sekitarrya. Lapisan otot arteri spiralis menjadi tetap kaku dan keras
sebagai oksidan akan beredar diseluruh tubuh dalam aliran darah dan
(Prawirohardjo, 2013).
2013).
reaksi inflamasi dalam darah ibu menjadi jauh lebih besar dibanding
endotel. Keadaan ini disebut dengan disfungsi sel endotel. Apabila terjadi
disfungsi sel endotel, maka akan terjadi beberapa gangguan dalam tubuh,
diantaranya adalah :
kuat.
(vasokonstriktor) meningkat.
6. Manifestasi Klinis
1. Spasme pembuluh darah ibu serta sirkulasi dan nutrisi yang buruk
prematur.
Peningkatan
Konstriksi angiostensin II
vaskuler
Kontraksisel
Retensi aliran endotel
darah
Pengendapan konstituen
darah
TD meningkat
Transport darah ke paru Kerusakan & kebocoran Pembuluh darah otak Pembengkakan epitel
mnrun sel endotel pecah endotel glomerulus
Paru2 bkrja lebih kras u/ Perubahan hemodinamik lesi Gangguan fungsi ginjal
mningkatkan laju darah
Gagal ginjal
Pembekuan darah
hipoperfusi
Edema paru terganggu
Integritas ego
sesak
Transport nutrisi + O2 jg
terganggu
MK: ansietas
MK: gangguan pola MK: Resti
pernafasan cidera
Gangguan perfusi
jaringan
MK: Fetal
disstress
Kematian janin
8. Komplikasi/Prognosis
1) Eklampsia
3) Solusio plasenta
4) Kelainan ginjal
platellet count).
8) Ablasio retina.
2) Kelahiran prematur
3) Asfiksia neonatorum
tekanan darah tinggi adalah dengan mengubah gaya hidup kearah yang
dapat memicu radikal bebas didalam tubuh. Selain itu deteksi penyakit
secara dini serta mengadakan pengobatan yang cepat dan tepat juga
antenatal care secara teratur yaitu minimal 4 kali kunjungan yaitu masing-
termasuk hipertensi.
3. Pencegahan Komplikasi Akibat Hipertensi Pada Ibu Hamil
1. Pencegahan Farmakologis
2. Pencegahan Non-Farmakologis
2019). Adapun cara untuk mengelola stres dengan baik, agar tidak
2019)
9. Pemeriksaan Diagnostic
protein.
c. Fungsi hati: meningkatnya enzim hati (meningkatnya alamine
f. USG seri dan tes tekanan kontraksi untuk menentukan status janin
ibu.
10. Penatalaksanaan
diantaranya :
1. Hipertensi Ringan
makin kabur.
2. Hipertensi Berat
antasida.
3. Hipertensi Kronis
fungsi paru).
kehamilan diantaranya :
tirah baring
dengan USG.
serebrovaskular.
C. Tinjauan Kasus
1. DATA SUBJEKTIF
a. Identitas/Biodata
b. Status Kesehatan
3) Riwayat menstruasi
- Dismenorea : ya
- Lamanya : 7 hari
- Siklus : 28 hari
- Kehamilan yang ke :1
- Keluhan – keluhan
- Imunisasi TT : 2 x
b. Pola eliminasi
lalu)
8) Riwayat penyakit
- D . M. : Tidak ada
2. DATA OBJEKTIF
Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
1) Kesadaran : CM
2) TTV
TD : 140/80 mmHg
N : 83 x/m
R : 20 x/m
S : 36,7 ˚C
SpO2 : 98%
3) TB : 146 cm
4) BB : 61 cm
6) IMT : 28
b. Kepala
c. Leher
Dada
1) Jantung : Bunyi reguler, teratur
Payudara
1) Bentuk : Simetris
3) Pengeluaran : Kolostrum
e. Abdomen
1) TFU : 34 cm
2) Leopold I : Bokong
3) Leopold II : PUKA
5) Leopold IV : Konvergen
g. Punggung
h. Genetalia
1) Vulva/vagina
2) Kelenjar bartholini
3) Perineum
i. Pemeriksaan Dalam
3) Ketuban :+
4) Presentasi : Kepala
5) Posisi : Cepalic
j. Anus
Data Penunjang
a. Hb : 11,3 g/dL
d. Golongan darah :A
e. Swab : Negative
f. USG : di TM 1
3. ANALISA
4. PENATALAKSANAAN
d. Memberitahu ibu untuk tidak mengonsumsi kafein , menjauh dari orang yang
e. Menganjurkan ibu untuk diet makanan yang sehat dan seimbang yaitu dengan
garam secukupnya dan rendah lemak , ibu mengerti dan akan mencoba
4 kali selama masa kehamilan. Tetapi pada ibu hamil dengan hipertensi
minggu selama 2 bulan pertama trimester ketiga, dan kemudian menjadi sekali
Syarwani, T. I., Tendean, H. M., & Wantania, J. J. (2020). Gambaran Kejadian Ketuban Pecah Dini
(KPD) di RSUP Prof. Dr. R.D.Kandou Manado Tahun 2018. Medical Scope Journal (MSJ),
24-29.
Tahir, S. (2021). Faktor Determinan Ketuban Pecah DIni. Bandung: Media Sains Indonesia.
W, I. A., Febrianti, M., & Octaviani, A. (2019). Faktor yang Berhubungan Terhadap Kejadian Ketuban
Pecah Dini (KPD) di RSIA Sitti Khadijah I Makassar Tahun 2019. Jurnal Kesehatan Delima
Pelamonia Vol 3,No.1, 52-61.