Anda di halaman 1dari 54

MAKALAH

HIPERTENSI PADA KEHAMILAN

Disusun oleh :

Adi Krisnawan` (C.0105.20.100)


Arlin Fajria Rahmi (C.0105.20.108)
Sopiyan Hardiyansah (C.0105.20.148)
Rahmat Nurmansyah (C.0105.20.139)

STIKES BUDI LUHUR CIMAHI


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Trias penyebab kematian ibu dan janin salah satunya adalah hipertensi.
Kejadian hipertensi dalam kehamilan erat kaitannya dengan frekuensi makan
seseorang dan jenis makanan yang dikonsumsi. Konsumsi makanan yang
mengandung bahan pengawet, natrium, lemak, konsumsi alkohol dan kopi
berlebihan dapat berpengaruh terhadap kejadian hipertensi.

Hipertensi merupakan salah satu penyebab komplikasi dalam


kehamilan.Hipertensi biasanya terjadi pada kehamilan di atas 20
minggu.Kejadian hipertensi menyebabkan 5-10% komplikasi dalam kehamilan
dan berhubungan dengan kejadian kematian ibu (AKI). Menurut Data Survey
antar sensus (SUPAS) tahun 2015, angka kematian ibu tercatat sebesar 305 per
100.000 kelahiran hidup, yang disebabkan oleh hipertensi sebesar
13%(Indonesia KKR, 2017). Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak
menular yang banyak dialami pada masa kehamilan. Hipertensi dapat
menyebabkan pembuluh darah mengalami penyempitan sehingga berkurangnya
suplai darah ke jaringan tubuh yang mengakibatkan organ tidak berfungsi
sebagaimana mestinya. Akibat yang dapat muncul pada ibu yaitu gangguan
pernafasan, HELLP sindrom (hemolysis, elevated liver enzymes, low platelet
count), gangguan kardiovaskuler, gangguan hati, yang akhirnya dapat berakibat
kematian ibu. Pada janin bisa menyebabkan mengalami Intra Uterine Growth
Retardation (IUGR), janin premature, berat bayi lahir rendah dan kematian
(Laura, 2014). Kejadian hipertensi dalam kehamilan ini erat kaitannya dengan
pola makan ibu. Pola makan yang mengandung bahan pengawet yang tidak
sesuai dengan diet untuk ibu hamil. Pola makan erat kaitannya dengan frekuensi
makan seseorang dan jenis makanan yang dikonsumsi. Kecukupan zat gizi yang
memenuhi kecukupan yang dianjurkan merupakan upaya untuk untuk
penanggulangan dan pencegahan terjadinya kenaikan tekanan darah pada ibu
hamil(Sihotang, 2016). Pola makan pada ibu hamil yang rendah mengandung
potasium dan magnesium menjadi salah satu faktor pemicu hipertensi.
Sedangkan buah-buahan dan sayur segar menjadi sumber terbaik bagi potassium
dan magnesium. Pendekatan diet untuk menghentikan hipertensi melalui The
Dietary Approach to Stop Hypertension (DASH) dianjurkan untuk menurunkan
2
tekanan darah pada ibu hamil dengan hipertensi (Siervo, 2015)Diet dan
pengaturan pola makan yang dilakukan oleh ibu hamil dengan hipertensi sangat
berpengaruh terhadap kardiometabolik ibu. Ibu hamil yang mengkonsumsi tinggi
gula, tinggi lemak dan mengandung garam berlebih meningkatkan resiko
hipertensi yang akan membahayakan ibu hamil dan janin yang dikandungnya
(Siervo, 2015). Menurut Hanifa (2009), kehamilan dapat mengubah selera
makandan pola makan (kebiasaan mengidam), dimana pada umumnya nafsu
makan wanita hamil akan meningkat, hal ini menjadi penyebab diet makan
menjadi tidak seimbang sehingga dapat menyebabkan komplikasi antara lain
hipertensi pada ibu hamil. Selain itu macam dan jumlah makanan yang dimakan
tiap hari oleh ibu hamil juga berpengaruh terhadap pola makan ibu. Pola makan
yang baik selalu mengacu kepada gizi seimbang yaituterpenuhinya semua zat
gizi sesuai dengan kebutuhan dan seimbang. Pentingnya nutrisi yang tepat sesuai
dengan kebutuhan gizi ibu hamil memang belum sepenuhnya disadari oleh
masyarakat Indonesia. Pada trimester pertama memang kebutuhan gizi ibu hamil
secara umum masih sama dengan wanita dewasa biasa yang mempertahankan
kesehatannya. Namun nilai gizi harus tetap diperhatikan, mengingat semakin
menjamurnya makanan siap saji dan pola makan yangcenderung kurang asupan
dan variasi gizi serta digunakannya zat aditif (Muliarini, 2010).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk melakukan


penelitian dengan rumusan masalah “Bagaimanakah Pengaruh Pola Makan
Terhadap Kejadian Hipertensi Pada Ibu Hamil?”

C. Tujuan instruksiona lumum


Setelah mengikuti penyuluhan selama 30 menit keluarga Ny. T dapat memahami
tentang Penyakit Hipertensi pada kehamilan.

3
D. Tujuan instruksional khusus
Setelah diberikan penyuluhan penyakit Hipertensi pada kehamilan, keluarga
mampu:
1. Menjelaskan dengan tepat pengertian Hipertensi pada kehamilan
2. Menjelaskan dengan tepat gejala dan penyebab Hipertensi pada kehamilan
3. Menjelaskan dengan tepat makanan yang boleh dan tidak boleh dikonsumsi pada pasien
dengan penyakit Hipertensi pada kehamilan
4. Menjelaskan dengan tepat penatalaksanaan Hipertensi pada kehamilan

4
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian
Hipertensi merupakan kondisi di mana aliran darah dari jantung yang mendorong
dinding pembuluh darah (arteri) terjadi sangat kuat. Seseorang didiagnosa memiliki
hipertensi bila tekanan darahnya terukur tinggi, yang mencapai 140/90 mmHg atau lebih.
Sementara tekanan darah normal berada di bawah 120/80 mmHg.

Hipertensi adalah masalah medis yang paling umum ditemui pada saat kehamilan.
Sekitar 10% dari ibu hamil disebut telah mengalami tekanan darah tinggi selama
kehamilannya. Lalu, apa saja jenis hipertensi pada kehamilan? Berikut ini adalah
penjelasannya:

1. Hipertensi gestasional

Hipertensi gestasional adalah tekanan darah tinggi yang terjadi saat hamil.
Hipertensi gestasional biasanya muncul setelah usia kehamilan 20 minggu dan hipertensi
ini bisa hilang setelah melahirkan.

Pada kondisi ini, tidak ada kelebihan protein di dalam urine atau tanda-tanda lain
dari kerusakan organ penderitanya.

University of Rochester Medical Center menyebut, kondisi ini tidak diketahui


penyebab pastinya. Pasalnya, hipertensi gestasional bisa dialami oleh ibu yang tidak
pernah menderita tekanan darah tinggi sebelum masa kehamilannya.

Meski demikian, beberapa kondisi berikut bisa meningkatkan risiko terjadinya


hipertensi gestasional pada masa kehamilan.:

 Bila Anda pernah mengalami tekanan darah tinggi sebelum hamil atau saat kehamilan
sebelumnya
 Anda memiliki penyakit ginjal atau diabetes
 Usia Anda kurang dari 20 tahun atau lebih dari 40 tahun saat hamil
 Kehamilan kembar
 Hamil anak pertama

2. Hipertensi kronis

Hipertensi kronis adalah kondisi tekanan darah tinggi yang terjadi sejak sebelum
kehamilan dan berlanjut dalam masa kehamilan.

Terkadang, seorang wanita tidak mengetahui bahwa dirinya mengalami hipertensi


kronis karena tekanan darah tinggi memang tidak menunjukkan gejala.

Oleh karena itu, dokter menganggap ibu hamil yang mengalami tekanan darah
tinggi sebelum usia kehamilan mencapai 20 minggu disebut dengan hipertensi kronis.
5
Berbeda dengan hipertensi gestasional, biasanya hipertensi kronis tidak akan hilang
walaupun ibu sudah melahirkan bayinya.

3. Hipertensi kronis dengan superimposed preeklampsia

Kondisi ini terjadi pada wanita dengan hipertensi kronis yang mengalami tekanan
darah tinggi saat hamil disertai dengan tingginya kadar protein di dalam urine atau
komplikasi terkait tekanan darah lainnya.

Bila Anda menunjukkan tanda-tanda tersebut pada usia kehamilan di bawah 20


minggu, Anda mungkin memiliki hipertensi kronis dengan superimposed preeklampsia.

4. Preeklampsia

Hipertensi gestasional dan hipertensi kronis yang tidak segera mendapat


penanganan dapat berkembang menjadi preeklampsia.

Preeklampsia atau keracunan kehamilan adalah gangguan tekanan darah serius


yang dapat mengganggu kerja organ.

Biasanya hal ini terjadi pada usia kehamilan ke-20 minggu dan akan menghilang
setelah Anda melahirkan bayi Anda.

Preeklampsia ditandai dengan tekanan darah tinggi dan proteinuria (adanya


protein dalam urin). Selain itu, preeklampsia juga dapat ditandai dengan:

 Pembengkakan pada wajah atau tangan


 Sakit kepala yang sulit hilang
 Nyeri pada perut bagian atas atau bahu
 Mual dan muntah
 Kesulitan bernapas
 Kenaikan berat badan tiba-tiba
 Terganggunya penglihatan
Anda berisiko tinggi mengalami preeklampsia jika ibu dan mertua (ibu dari suami)
Anda mengalami hal yang sama pada masa kehamilannya.

Anda pun berisiko tinggi mengalami hipertensi jenis ini bila pernah mengalami
preeklampsia pada kehamilan sebelumnya.

Penyebab preeklampsia belum diketahui secara pasti. Namun, preeklampsia


tampaknya disebabkan oleh gangguan pada pertumbuhan plasenta sehingga aliran darah
pada plasenta tidak berjalan dengan baik.

Preeklampsia dapat membahayakan kondisi Anda dan janin dalam kandungan.


Aliran darah dari ibu dan janin dapat terganggu, sehingga bayi kesulitan untuk
mendapatkan oksigen dan nutrisi yang dibutuhkan untuk perkembangannya.

6
Selain itu, preeklampsia juga dapat memengaruhi kesehatan organ, seperti
hati, ginjal, paru-paru, mata dan otak ibu. Preeklampsia kemudian dapat berkembang
menjadi eklampsia.

5. Eklampsia

Preeklampsia yang tidak cepat terdeteksi dapat berkembang menjadi eklampsia.


Kondisi ini memang jarang terjadi, diperkirakan hanya 1 dari 200 kasus preeklampsia yang
berkembang menjadi eklampsia.

Meski demikian, eklampsia merupakan kondisi kesehatan yang serius. Pada kondisi
ini, hipertensi atau tekanan darah tinggi yang terjadi dapat memengaruhi otak dan
menyebabkan kejang atau koma dalam kehamilan.

Ini merupakan tanda bahwa preeklampsia yang dialami sudah berkembang menjadi
eklampsia.

Eklampsia dapat berdampak serius dan berakibat fatal bagi ibu dan janin dalam
kandungan.

Preeklampsia dan eklampsia dapat menyebabkan terganggunya fungsi plasenta,


yang kemudian dapat mengakibatkan bayi lahir dengan berat badan lahir rendah, masalah
kesehatan pada bayi, bahkan bayi lahir mati (dalam kasus yang jarang).

B. Faktor Risiko

 Usia

Peningkatan risiko preeklampsia hampir dua kali lipat pada wanita hamil berusia
40 tahun

 Kehamilan pertama

Kehamilan pertama memiliki risiko hampir 3 kali lipat

 Jarak antar kehamilan

Wanita dengan jarak kehamilan sebelumnya lebih dari 10 tahun memiliki risiko
hampir sama dengan kehamilan pertama. Risiko preeklampsia semakin
meningkat sesuai dengan lamanya interval dengan kehamilan pertama.

7
 Riwayat preeklampsia sebelumnya

Riwayat preeklampsia sebelumnya merupakan faktor risiko utama dengan


peningkatan risiko hingga 7 kali lipat. Kehamilan pada wanita dengan
preeklampsia sebelumnya berkaitan dengan kejadian preeklampsia berat,
preeklampsia onset dini, dan membawa dampak yang buruk untuk janin

 Riwayat keluarga preeklampsia/eklampsia

Riwayat preeklampsia pada keluarga juga meningkatkan risiko hampir 3 kali


lipat. Adanya riwayat preeklampsia pada ibu meningkatkan risiko sebanyak 3.6
kali lipat.

 Kehamilan kembar

Kehamilan kembar meningkatkan risiko preeklampsia hampir 3 kali lipat

 Obesitas sebelum hamil

Obesitas merupakan faktor risiko preeklampsia. Semakin besar nilai Indeks Masa
Tubuh, semakin meningkatkan risiko. Obesitas sangat berhubungan dengan
resistensi insulin yang juga merupakan faktor risiko preeklampsia

 Diabetes Melitus Tergantung Insulin

Resiko preeklapsia meningkat hampir 4 kali lipat pada wanita dengan diabetes
sebelum hamil

 Penyakit ginjal

Preeklampsia meningkat sebanding dengan keparahan penyakit pada wanita


dengan penyakit ginjal

 Sindrom antifosfolipid

Antibodi antifosfolipid (antibodi antikardiolipin, antikoagulan lupus atau


keduanya) meningkatkan risiko preeklampsia hampir 10 kali lipat

 Hipertensi kronik

Gejala

Peningkatan tekanan darah akan terjadi perlahan-lahan atau dengan onset yang
tiba-tiba. Pemantauan tekanan darah merupakan bagian penting dari perawatan
kehamilan karena tanda pertama dari preeklampsia biasanya terjadi peningkatan
darah. Tanda dan gejala lain termasuk:

 Sakit kepala
 Nyeri ulu hati
 Mual dan/atau muntah
8
 Bengkak
 Gangguan penglihatan
 Penurunan volume berkemih
 Mudah marah dan mudah lelah
 Sulit tidur

Diagnosis

1. Pemeriksaan fisis (mengetahui adanya bengkak, penurunan penglihatan, dll)


2. Pemantauan tekanan darah
3. Urinalisis (untuk cek kadar protein dalam urin)
4. USG (memantau detak jantung janin)

Tanda dan bahaya kehamilan

1. Perdarahan
2. Demam atau panas tinggi
3. Keluar air ketuban sebelum waktunya
4. Bengkak di kaki, tangan, atau wajah disertai sakit kepala dan atau kejang
5. Bayi dalam kandungan gerakannya berkurang atau tidak bergerak
6. Ibu muntah terus dan tidak mau makan

Komplikasi

 Pertumbuhan janin terhambat

Preeklampsia memengaruhi pembuluh darah yang membawa darah. Jika


plasenta tidak mendapatkan cukup darah, janin ajan menerima nutrisi,
oksigen, dan darah lebih sedikit. Hal ini menyebabkan pertumbuhan
terhambat, berat lahir rendah, dan kelahiran prematur.

 Risiko kematian ibu dan janin


 Persalinan sebelum waktunya

Preeklampsia dengan gejala berat mungkin diharuskan untuk melahirkan janin


sesegera mungkin agar menyelamatkan hidup ibu dan bayi. Kelahiran
premature dapat menyebabkan masalah pernapasan pada bayi. Dokter akan
membantu Bunda menentukan kapan waktu ideal melahirkan.

 Plasenta lepas di dalam rahim

Preeklapmsia meningkatkan risiko terhadap gangguan plasenta, kondisi


dimana plasenta terlepas dari dinding rahim sebelum persalinann. Hal
tersebut berisiko terhadap pendarahan hebat, dimana akan mengancam nyawa
ibu dan bayi

 HELLP Syndrome (hemolisis, peningkatan enzim hati, dan hitung


trombosit rendah)

9
Sindrom ini lebih berat dan dapat dengan cepat mengancam jiwa ibu dan
janin. Gejalaya berupa mual, muntah, nyeri kepala, nyeri ulu hati, dan dapat
merusak organ tubuh

 Peningkatan risiko hipertensi, penyakit jantung iskemik, stroke, dan deep


vein thrombosis di masa yang akan datang. Risiko ini bahkan lebih besar jika
ibu mengalami preeklampsia lebih dari satu kali atau melahirkan bayi
premature. Untuk meminimalisasi risiko jaga berat badan ideal, makan sayur
dan buah-buahan, aktivitas fisik rutin, dan tidak merokok

Pencegahan

1. Skrining risiko preeklampsia untuk setiap wanita hamil sejak awal kehamilan
2. Pola makan seimbang dengan nutrisi terpenuhi
3. Aktivitas fisik rutin
4. Manajemen stres
5. Kontrol kehamilan rutin

Pencegahan dengan obat dan suplemen

1. Aspirin 75mg/hari untuk mecegah preeklampsia pada wanita dengan risiko tinggi
dan sebaiknya diberikan sebelum usia kehamilan 20 minggu
2. Kalsium 1.000 -2.000 mg/hari
3. Zinc 200 mg/hari
4. Magnesium 365 mg/hari

Penanganan

1. Pengobatan antihipertensi.
2. Pengobatan magnesium sulfat untuk mencegah kejang pada preeklampsia dan
mengontrol kejang pada eklampsia.
3. Pemantauan tekanan darah.
4. Pemantauan detak jantung janin.
5. Pertimbangan persalinan
6. Tetap terhidrasi

C. Makanan/ Diet untuk Ibu Hamil dengan Hipertensi

Cara menurunkan hipertensi saat hamil dengan makan berbagai sayuran penurun darah
tinggi untuk ibu hamil nyatanya bukan tanpa alasan. Pasalnya, sayuran penurun darah tinggi
kaya akan berbagai mineral, seperti kalium dan magnesium, serta menjadi sumber serat yang
baik. Selain itu, sayuran penurun darah tinggi memiliki kandungan natrium yang rendah.Fungsi
kalium dapat membantu kerja ginjal untuk menyingkirkan lebih banyak natrium melalui urine.
Dengan ini, tekanan darah tinggi pada ibu hamil dapat menurun yang bisa mengurangi risiko
hipertensi.Beberapa jenis sayuran penurun darah tinggi untuk ibu hamil yang mengandung
tinggi magnesium sebagian besar berasal dari sayur-sayuran hijau. Misalnya:

 Bayam
 Brokoli
 Kale
10
 Sawi hijau
 Bit hijau
 Wortel
 Bawang putih
 Bawang bombay
 Asparagus
 Seledri
 Labu

Sementara buah penurun darah tinggi untuk ibu hamil yang bisa dikonsumsi adalah:

 Tomat
 Ceri
 Buah bit
 Delima
 Lemon
 Jambu merah
 Buah beri
 Kiwi
 Pisang
 Alpukat
 Semangka
 Melon
 Mangga
 Anggur
 Apel

11
BAB III

RENCANA KEGIATAN

A. Kegiatanpenyuluhan

Topik ` : Penyakit Hipertensi pada kehamilan


Hari/Tanggal : Selasa , 15 April 2021
Waktu : 30 menit
Tempat : Rumah Keluarga Ny. T di Perum Kencana, Rancaekek Kencana

Sasaran Penyuluhan : Keluarga Ny. T di Perum Kencana, Rancaekek Kencana

Sasaran Program : Target sosialisasi program pengendalian penyakit Hipertensi pada


kehamian terpenuhi

Penyuluh/penyaji : Adi Krisnawan

No Acara Kegiatan Waktu


1 Persiapan MMempersiapkan alat dan media 2 menit
2 P Pembukaan a. Memberikan salam 3 menit
b. Memperkenalkan diri
c. Membina hubungan saling percaya
d. Menyampaikan kontrak waktu
e. Menyampaikan tujuan diadakan
penyuluhan

3 Inti acara Menyampaikan materi: 15 menit


1. Pengertian Hipertensi pada
kehamilan
2. Gejala dan penyebab
Hipertensi pada kehamilan
3. Makanan yang boleh dan tidak
boleh dikonsumsi pada pasien
dengan penyakit Hipertensi
pada kehamilan
4. Penatalaksanaan Hipertensi
pada kehamilan

Diskusi &Tanya Jawab 5 menit

4 Penutupan Merangkum Materi 5 menit


Mengajukan pertanyaan untuk
evaluasi
c. Memberikan feedback
d. Melakukan terminasi
e. Memberikan salam
12
B. Metode
 Diskusi

 Tanya Jawab

C. Media
 Leaflet penyakit Hipertensi pada kehamilan
 Meja
 Kursi 3
 Food model

D. Evaluasi
Daftar pertanyaan evaluasi :

1. Aspek Kognitif

a. Apakah yang dimaksud dengan Hipertensi pada kehamilan ?

b. Apa saja tanda gejala Hipertensi pada kehamilan ?

c. Makanan apa yang boleh dan tidak boleh dikonsumsi pada pasien Hipertensi pada

kehamilan ?

d. Bagaimana penatalaksanaan pada saat serangan Hipertensi pada kehamilan?

e. Bagaimana penatalaksanaan Hipertensi pada kehamilan ?

2. Aspek Afektif

Setelah dilakukan penyuluhan ini, apa yang akan dilakukan terhadap Ny. T?

3. Aspek Psikomotor

Menggunakan lembar observasi Aspek Psikomotor.

Lembar Observasi Aspek Psikomotor

No. Kegiatan Ya Tidak


1 Kontrol Rutin √
2 Melaksanakan Diet √
3 Minum Obat Teratur √
4 Memasak makanan dengan benar √

13
E. Anggaran
a. Persiapan
1. Pembuatan proposal Rp. 100.000
2. Transportasi Rp. 50.000

Total Rp. 150.000


b. Pelaksanaan
1. Dokumentasi Rp. 300.000
2. Konsumsi 10 @10.000 Rp. 100.000
3. Spanduk 1 @70.000 Rp. 70.000

Total Rp. 470.000


c. Media Promosi Kesehatan
1. Internet Rp. 50.000
2. Leaflet 15 @5000 Rp. 30.000
3. Food model Rp. 250.000

Total Rp. 330.000

Jumlah keseluhuran Rp. 800.000


Terbilang : Delapan ratus ribu rupiah

14
F. Susunan Kepanitiaan
Adapun susunan kepanitiaan dalam kegiatan promosi kesehatan adalah sebagai berikut:
No Nama Jabatan
1 Ns. Wulan N. Ambarsari., MAN Pengarah promosi kesehatan
2 Adi Krisnawa Ketua panitia
3 Arlin Wakil ketua panitia
4 Arlin Sekretaris I
5 Dedi W Sekretaris II
6 Entus R Benda hara I
7 Floremtina Benda hara II
8 Juju Seksi acara
9 Kristianti Seksi konsumsi
10 Lusiana P Seksi dokumentasi I
11 M. Susan Seksi dokumentasi II
12 Nenden S.R Seksi peralatan I
13 Nurleni Seksi peralatan II
14 Rivandi F Seksi keamanan
15 Utari P Seksi transportasi
16 Witirian N Seksi kebersihan

15
BAB IV
PENUTUP

Untuk melakukan pencegahan, Anda perlu mengetahui apakah Anda mempunyai faktor
risiko untuk mengembangkan hipertensi gestasional dan preeklampsia atau tidak. Jika sudah
mengetahuinya, Anda bisa mengambil langkah untuk mengatasi faktor risiko tersebut.

Apabila Anda memiliki hipertensi dan sedang merencanakan kehamilan, sebaiknya


periksakan selalu kondisi Anda ke dokter. Ketahui, apakah hipertensi Anda terkontrol atau sudah
memengaruhi kesehatan Anda? Begitu juga, jika Anda memiliki diabetes sebelum hamil, pastikan
kondisi diabetes Anda sudah terkontrol.

Kuncinya adalah selalu periksakan kondisi Anda sebelum dan selama kehamilan. Jika
Anda mempunyai kelebihan berat badan sebelum hamil, ada baiknya Anda melakukan penurunan
berat badan sebelum hamil agar kondisi kehamilan Anda lebih sehat.

Apabila mulai mengalami gejala preeklampsia di tengah usia kehamilan, Anda harus
menjaga tekanan darah agar tetap stabil. Mungkin dokter akan memberikan obat untuk membantu
menurunkan tekanan darah dan untuk mencegah kejang, agar preeklampsia tidak berkembang
menjadi eklampsia. Jika preeklampsia terjadi selama kehamilan, mungkin dokter akan
mempertimbangkan untuk melahirkan bayi Anda segera ketika perkembangan bayi sudah cukup
siap untuk lahir. Terkadang, bayi harus dilahirkan secara prematur untuk melindungi kesehatan
ibu dan bayi.

16
REFERENSI
Hyun, K. (2016). Diagnostic status of hypertension on the adherence to the Dietary Approaches to

Stop Hypertension (DASH) diet. Preventive Medicine Reports 4 (2016), 525–531.

Indonesia KKR. (2017). Profil Kesehatan Indonesia tahun 2016. Kementrian Kesehatan Republik

Indonesia.Katsiki N, Godosis G, K. S. H. (2010).

Hipertention in pregnancy : classification, diagnosis and treatment. Medical Journal Greece

Aristoteles University Thessaloniki, 37(2)

Kurtz, Theodore W, DiCarlo SE, Pravence M, M. R. (2018). Functional foods for augmenting

nitric oxide activity reducing the risk for salt-induced hypertension and cardiovascular disease in

japan. Journal Cardiology, 72(1), 42–49.

Magee Laura A, Pels A, Helewa M, et al. (2014). Diagnosis, Evaluation, and Management of the

Hypertensive Disorders of Pregnancy. Journal Obstetri Gynaecology Canada, 36(5), 416–438.

Muliarini, P. (2010). Pola Makan dan Gaya Hidup Sehat Selama Kehamilan. EGC.

Schonaker, Soedamah-Muthu, C. M. (2015). Pregnancy consumption of Mediterranean-style diet

was associated with a lower risk of developing hypertensive Disorders of Pregnancy : results from

the australian longitiudinal study on womens health. B2015, 122, 365–366.

17
LAMPIRAN 1 : Leaflet

18
 Skrining risiko preeklampsia untuk
setiap wanita hamil sejak awal ke-
hamilan
 Pola makan seimbang dengan nutrisi
terpenuhi
 Aktivitas fisik rutin
 Manajemen stress
 Kontrol kehamilan rutiN

 Pengobatan antihipertensi.
 Pengobatan magnesium sulfat untuk mencegah HIPERTENSI
kejang pada preeklampsia dan mengontrol kejang PADA
pada eklampsia.
 Pemantauan tekanan darah.
KEHAMILAN
 Pemantauan detak jantung janin.
 Pertimbangan persalinan
 Tetap terhidrasi

 Aspirin 75mg/hari untuk mecegah


PRODI S1
preeklampsia pada wanita dengan KEPERAWATAN
risiko tinggi dan sebaiknya diberikan
sebelum usia kehamilan 20 minggu
 Kalsium 1.000 -2.000 mg/hari
 Zinc 200 mg/hari STIKES BUDI LUHUR CIMAHI
 Magnesium 365 mg/hari
Preeklampsia

Yaitu gangguan kehamilan yang ditandai dengan


tekanan darah tinggi dan protein yang tinggi dalam  Sakit Kepala
urine.  Oedema (bengkak)
 Mual, muntah
Eklampsia  Sesak nafas
 Gelisah
Yaitu serangan kejang pada wanita hamil yang meru-  Pendarahan dari hidung
pakan komplikasi dari preeklampsia.  Pandangan kabur
 Nyeri ulu hati

Yaitu tekanan darah >140/90 pada saat kehamilan.


Hipertensi saat kehamilan dapat menyebabkan berat
badan janin rendah bahkan sampai kematian

Komplikasi pada ibu


Atonia uteri, Sindroma HELLP , ablasia retina, gagal
ginjal, pendarahan otak, gagal jantung, syok, hingga
kematian.

Komplikasi untuk janin


Hipertensi Gestasional misalnya pertumbuhan janin terhambat dan
prematuritas.
Yaitu tekanan darah tinggi yang biasa muncul pada
usia kehamilan diatas 20 minggu dan akan hilang
setelah melahirkan..

Hipertensi Kronik
1. Primigravida : Kehamilan pertama kali
Yaitu kondisi tekanan darah tinggi yang terjadi sejak 2. Hiperplasentosis, mola hidatidosa , kehamilan gan-
sebelum hamil dan berlanjut dalam masa kehamilan. da, bayi besar.
3. Usia > 35 tahun
Hipertensi dengan Superimposed
4. Obesitas (BMI ≥30)
preeklampsia 5. Interval antar kehamilan < 2 tahun atau > 10 tahun

Yaitu hipertensi kronis yang mengalami tekanan 6. Riwayat keluarga preeklampsia-eklampsia


darah tinggi disertai dengan tingginya kadar protein
dalam urine atau komplikasi terkait tekanan darah 7. Penyakit ginjal dan hipertensi yang sudah ada
lainnya . sebelumnya.
ANALISIS JURNAL

HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN KEJADIAN HIPPERTENSI PADA IBU


HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KABUPATEN BANYUMAS

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Maternitas

Disusun Oleh :

ADI KRISNAWAN (C.0105.20.100)

ARLIN FAJRIA RAHMI (C.0105.20.108)

RAHMAT NURMANSYAH (C.0105.20.139)

SOPIYAN HARDIYANSAH (C.0105.20.148)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BUDI LUHUR CIMAHI

2021
Judul Penelitian : Hubungan Pola Makan dengan Kejadian Hipertensi pada Ibu Hamil
Di Wilayah Kerja Puskesmas Kabupaten Banyumas
Penulis : Juniarti, Erni ; Marsita, Elma.
Sumber : Jurnal Kebidanan Khatulistiwa Poltekkes Kemenkes Pontianak.

A. Latar Belakang Penelitian


Hipertensi merupakan salah satu peyebab komplikasi dalam kehamilan.
Hipertensi biasanya terjadi pada kehamilan di atas 20 minggu. Kejadian hipertensi
menyebabkan 5-10% komplikasi dalam kehamilan dan berhubungan dengan kejadian
kematian ibu (AKI). Menurut Data Survey antar sensus (SUPAS) tahun 2015. Angka
kematian ibu tercatat sebesar 305 per 100.000 kelahiran hidup, yang disebabkan oleh
hipertensi sebesar 13% (Indonesia KKR, 2017).
Hipertensi merupakan salah satu penyakit menular yang banyak dialami pada
masa kehamilan. Hipertensi dapat menyebabkan pembuluh darah mengalami
penyempitan sehingga berkurangnya suplai darah ke jaringan tubuh yang
mengakibatkan organ tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Akibat yang muncul pada
ibu yaitu gangguan pernapasan, HELLP sindrom (hemolysis, elevated liver enzymes,
low platelet count), gangguan kardiovaskuler, gangguan hati, yang akhirnya dapat
berakibat kematian ibu. Pada janin bisa mengalami Intra Uterine Growth Retardation
(IUGR), janin premature, berat bayi lahir rendah dan kematian (Laura, 2004).
Di Kabupaten Banyumas pada tahun 2017 tercatat kematian ibu sebanyak
54/100.000 kelahiran hidup, akan tetapi pada tahun 2018 mencapai 18 kasus dengan
jumlah kelahiran hidup sebanyak 26.612 sehingga ditentukan AKI pada tahun 2018
sudah mencapai angka 67,64/100.000 Kelahiran Hidup. Dari 18 kasus tersebut
sebanyak 10 ibu (55,5%) meninggal disebabkan karena preeklampsia (Profil Dinas
Kesehatan Banyumas, 2017).
Kejadian hipertensi dalam kehamilan ini erat kaitannya dengan pola makan ibu.
Pola makan yang mengandung bahan pengawet yang tidak sesuai dengan diet untuk ibu
hamil. Pola makan erat kaitannya dengan frekuensi makan seseorang dan jenis makanan
yang dikonsumsi. Kecukupan zat gizi yang memenuhi kecukupan yang dianjurkan
merupakan upaya untuk penanggulangan dan pencegahan terjadinya kenaikan tekanan
darah pada ibu hamil (Sihotang, 2016).
Pola makan pada ibu hamil yang rendah mengandung potasium dan magnesium
menjadi salah satu faktor pemicu hipertensi. Sedangkan buah-buahan dan sayur segar
menjadi sumber terbaik bagi potassium dan magnesium. Pendekatan diet untuk
menghentikan hipertensi melalui The Dietary Approach to Stop Hypertension (DASH)
dianjurkan untuk menurunkan tekanan darah pada ibu hamil dengan hipertensi (Siervo,
2015). Diet dan pengaturan pola makan yang dilakukan oleh ibu hamil yang
mengkonsumsi tinggi gula, tinggi lemak dan mengandung garam berlebih
meningkatkan risiko hipertensi yang akan membahayakan ibu hamil dan janin yang
dikandungnya (Siervo, 2015).
MenurutHanifa (2009), kehamilan dapat mengubah selera makan dan pola
makan (kebiasaan mengidam), dimana pada umumnya nafsu makan wanita hamil akan
meningkat, hal ini menjadi penyebab diet makan menjadi tidak seimbang sehingga
dapat menyebabkan komplikasi antara lain hipertensi pada ibu hamil. Selain itu macam
dan jumlah makanan yang dimakan tiap hari oleh ibu hamil juga berpengaruh terhadap
pola makan ibu.
Pola makan yang baik selalu mengacu kepada gizi seimbang yaitu terpenuhinya
semua zat gizi sesuai dengan kebutuhan dan seimbang. Pentingnya nutrisi yang tepat
sesuai dengan kebutuhan gizi ibu hamil memang belum sepenuhnya disadari oleh
masyarakat indonesia. Pada trimester pertama memang kebutuhan gizi ibu hamil secara
umum masih sama dengan wanita dewasa biasa yang mempertahankan kesehatannya.
Namun nilai gizi harus tetap diperhatikan, mengingat semakin menamurnya makanan
siap saji dan pola makan yang cenderung kurang asupan dan variasi gizi serta
digunakannya zat adiktif (Muliarini, 2010). Berdasarkan latar belakang diatas maka
penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan rumusan masalah “Bagaimanakah
Pengaruh Pola Makan Terhadap Kejadian Hipertensi Pada Iu Hamil?”

B. Metodelogi Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan metode Survei Analitik dengan pendekatan
Cross Sectional yang digunakan untuk mengetahui hubungan pola makan terhadap
kejadian hipertensi pada ibu hamil. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan
instrument formulir Semi Quantitative Food Frequency Questionnaire (SQFFQ).
Penelitian ini dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Kabupaten Banyumas pada
Januari sampai Maret 2019. Teknik pengambilan sampel menggunakan metode
Purposive Sampling di Puskesmas wilayah kerja Kabupaten Banyumas. Sampel yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu ibu hamil dengan umur kehamilan >20 minggu di
Puskesmas wilayah kerja Kabupate Banyumas berjumlah 32 orang dengan kriteria
inklusi umur kehamilan diatas 20 minggu, hipertensi gestasional ringan (sistolik 140-
149mmHg, diastolik 90-99 mmHg) dengan protein urine negatif melalui pemeriksaan
ANC di puskesmas serta bersedia menjadi responden dengan menandatangani surat
persetujuan responden.

C. Hasil dan Pembahasan Penelitian


1. Hasil
Hasil analisis univariat menunjukan bahwa daro 32 ibu hamil dengan hipertensi
diperoleh respoden yang pola makan baik ada 9 orang (28,2%) sedangkan ada 23
orang (71,8%) dengan pola makan yang kurang baik. Hasil uji statistik Chi square
diperoleh nilai p= 0,000 (>0,05) maka dapat disimpulkan ada hubungan yang
signifikan antara pola makan dengan kejadian hipertensi pada ibu hamil.
2. Pembahasan
Pola makanan yang mengandung bahan pengawet seperti makanan kaleng,
garam bumbu penyedap yang berlebihan berpengaruh terhadap kejadian tekanan
darah tinggi. contoh makanan yang mengandung natrium yaitu makanan ringan
yang diasinkan seperti biskuit dan keripik (Schonaker, 2015).
Natrium jika dikonsumsi lebih banyak akan meretensi lebih banyak air sehingga
volume gas meningkat titik peningkatan volume plasma darah menyebabkan
peningkatan tekanan darah terutama bila fleksibilitas pembuluh darah menurun oleh
arterosklerosis. American Heart Association (AHA) merekomendasikan asupan
natrium bagian 15 orang dewasa tidak boleh lebih dari 2400 mg/hari yaitu setara
dengan 1 sendok teh garam dapur sehari (Nocce, 2015).
Kenaikan tekanan darah juga dapat disebabkan oleh konsumsi alkohol dan kopi
berlebihan sehingga merangsang saraf otonom simpatis dan mempengaruhi hormon
kortisol (Katsiki N, Godosis G, 2010). Penelitian menunjukkan bahwa pola makan
yang tidak baik seperti makanan berlemak gorengan daging dan yang mengandung
garam akan mengakibatkan kenaikan tekanan darah sebesar 70% (Schonaker,
2015).
Pada penderita hipertensi menurut diet DASH mengkonsumsi kolesterol,
sodium dan lemak berlebih. kolesterol yang berlebih dalam darah akan
menimbulkan masalah terutama pada pembuluh darah jantung dan otak.
rekomendasi asupan kolesterol dianjurkan <300 mg dalam sehari (Almasier, 2009).
Untuk menurunkan faktor resiko tersebut ibu hamil dapat mengkonsumsi
antioksidan, kalium, protein, dan magnesium secara rutin selama masa kehamilan
titik makanan mengandung kalium Contohnya yaitu tomat, pisang, apel, jeruk dan
kentang. Sedangkan banyak mengandung antioksidan yaitu kacang kedelai dan
tempe. Makanan mengandung kalsium dan magnesium yaitu susu dan kacang-
kacangan serta sayuran hijau (Hyun, 2016).
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah Semi Quantitatif Food
Frequency Questionnaire (SQFFQ) dan dietary history. Tujuan metode ini yaitu
memperoleh data mengenai asupan zat gizi dengan menentukan jumlah penggunaan
sejumlah bahan makanan atau makanan jadi sebagai sumber utama dari zat gizi
tertentu. Semi Quantitative Frekuency Questionnary dilakukan dengan tambahan
perkiraan ukuran porsi, seperti ukuran kecil sedang dan besar dan sebagainya
(Supariasa, 2014).
Prosedur pengisian dilakukan dengan cara responden diminta untuk memberi
tanda pada daftar makanan yang ada pada kuesioner, rekapitulasi jumlah
pengukuran jenis makanan tersebut menggunakan tiga ukuran porsi yaitu kecil,
sedang, besar. Kemudian hitung asupan zat gizi sehari menggunakan berat bahan
makanan per hari (Kurtz, Theodore W, DiCarlo SE, Pravence M, 2018).

D. Analisa Jurnal
1. Kelebihan
2. Kekurangan
Hipertensi
Pada
Kehamilan

Disusun Oleh :

Rahmat Nurmansyah
Adi Krisnawan
Arlin Fajria Rahmi
Sopiyan Hardiyansah
Latar Belakang

Trias penyebab kematian ibu dan janin salah satunya adalah hipertensi. Kejadian
hipertensi dalam kehamilan erat kaitannya dengan frekuensi makan seseorang dan
jenis makanan yang dikonsumsi. Konsumsi makanan yang mengandung bahan
pengawet, natrium, lemak, konsumsi alkohol dan kopi berlebihan dapat
berpengaruh terhadap kejadian hipertensi.
Hipertensi merupakan salah satu penyebab komplikasi dalam kehamilan.Hipertensi
biasanya terjadi pada kehamilan di atas 20 minggu.Kejadian hipertensi
menyebabkan 5-10% komplikasi dalam kehamilan dan berhubungan dengan
kejadian kematian ibu (AKI). Menurut Data Survey antar sensus (SUPAS) tahun
2015, angka kematian ibu tercatat sebesar 305 per 100.000 kelahiran hidup, yang
disebabkan oleh hipertensi sebesar 13%(Indonesia KKR, 2017).
Hipertensi dapat menyebabkan pembuluh darah mengalami penyempitan sehingga
berkurangnya suplai darah ke jaringan tubuh yang mengakibatkan organ tidak
berfungsi sebagaimana mestinya. Akibat yang dapat muncul pada ibu yaitu
gangguan pernafasan, HELLP sindrom (hemolysis, elevated liver enzymes, low
platelet count), gangguan kardiovaskuler, gangguan hati, yang akhirnya dapat
berakibat kematian ibu. Pada janin bisa menyebabkan mengalami Intra Uterine
Growth Retardation (IUGR), janin premature, berat bayi lahir rendah dan kematian
(Laura, 2014).
Pengertian Hipertensi

Hipertensi merupakan kondisi di mana aliran darah dari jantung yang mendorong
dinding pembuluh darah (arteri) terjadi sangat kuat. Seseorang didiagnosa memiliki
hipertensi bila tekanan darahnya terukur tinggi, yang mencapai 140/90 mmHg atau
lebih. Sementara tekanan darah normal berada di bawah 120/80 mmHg.
Klasifikasi hipertensi pada
kehamilan
– Hipertensi Gestasional
Hipertensi gestasional adalah tekanan darah tinggi yang terjadi saat hamil.
Hipertensi gestasional biasanya muncul setelah usia kehamilan 20 minggu dan
hipertensi ini bisa hilang setelah melahirkan.
Pada kondisi ini, tidak ada kelebihan protein di dalam urine atau tanda-tanda lain
dari kerusakan organ penderitanya.
– Hipertensi Kronis
Hipertensi kronis adalah kondisi tekanan darah tinggi yang terjadi sejak sebelum
kehamilan dan berlanjut dalam masa kehamilan.
Terkadang, seorang wanita tidak mengetahui bahwa dirinya mengalami hipertensi
kronis karena tekanan darah tinggi memang tidak menunjukkan gejala.
Oleh karena itu, dokter menganggap ibu hamil yang mengalami tekanan darah
tinggi sebelum usia kehamilan mencapai 20 minggu disebut dengan hipertensi
kronis.
Berbeda dengan hipertensi gestasional, biasanya hipertensi kronis tidak akan
hilang walaupun ibu sudah melahirkan bayinya.
– Hipertensi kronis dengan superimposed preeklampsia
Kondisi ini terjadi pada wanita dengan hipertensi kronis yang mengalami tekanan
darah tinggi saat hamil disertai dengan tingginya kadar protein di dalam urine atau
komplikasi terkait tekanan darah lainnya.
Bila Anda menunjukkan tanda-tanda tersebut pada usia kehamilan di bawah 20
minggu, Anda mungkin memiliki hipertensi kronis dengan superimposed
preeklampsia.
– Preeklampsia
Preeklampsia atau keracunan kehamilan adalah gangguan tekanan darah serius yang dapat mengganggu kerja organ.
Biasanya hal ini terjadi pada usia kehamilan ke-20 minggu dan akan menghilang setelah Anda melahirkan bayi Anda.
Selain ditandai dengan tekanan darah yang tinggi dan adanya protein dalam urine, Preeklampsia juga ditandail
dengan:
– Pembengkakan pada wajah atau tangan
– Sakit kepala yang sulit hilang
– Nyeri pada perut bagian atas atau bahu
– Mual dan muntah
– Kesulitan bernapas
– Kenaikan berat badan tiba-tiba
– Terganggunya penglihatan
– Eklampsia
Preeklampsia yang tidak cepat terdeteksi dapat berkembang menjadi eklampsia.
Kondisi ini memang jarang terjadi, diperkirakan hanya 1 dari 200 kasus
preeklampsia yang berkembang menjadi eklampsia.
eklampsia merupakan kondisi kesehatan yang serius. Pada kondisi ini, hipertensi
atau tekanan darah tinggi yang terjadi dapat memengaruhi otak dan
menyebabkan kejang atau koma dalam kehamilan.
Preeklampsia dan eklampsia dapat menyebabkan terganggunya fungsi plasenta,
yang kemudian dapat mengakibatkan bayi lahir dengan berat badan lahir rendah,
masalah kesehatan pada bayi, bahkan bayi lahir mati (dalam kasus yang jarang).
Faktor Risiko

– Usia
– Kehamilan pertama
– Jarak antar kehamilan
– Riwayat Preeklampsia sebelumnya
– Riwayat keluarga preeklampsia/eklampsia
– Kehamilan kembar
– Obesitas sebelum hamil
– Diabetes melitus tergantung insulin
– Penyakit ginjal
– Sindrom antifosfolipid (antibodi antikardiolipin, antikoagulan lupus atau keduanya)
– Hipertensi kronik
Gejala

– Sakit kepala
– Nyeri ulu hati
– Mual dan/atau muntah
– Bengkak
– Gangguan penglihatan
– Penurunan volume berkemih
– Mudah marah dan mudah lelah
– Sulit tidur
Diagnosis

– Pemeriksaan fisis (mengetahui adanya bengkak, penurunan penglihatan, dll)


– Pemantauan tekanan darah
– Urinalisis (untuk cek kadar protein dalam urin)
– USG (memantau detak jantung janin)
Tanda dan bahaya kehamilan

– Perdarahan
– Demam atau panas tinggi
– Keluar air ketuban sebelum waktunya
– Bengkak di kaki, tangan, atau wajah disertai sakit kepala dan atau kejang
– Bayi dalam kandungan gerakannya berkurang atau tidak bergerak
– Ibu muntah terus dan tidak mau makan
Komplikasi

– Pertumbuhan janin terhambat


Preeklampsia memengaruhi pembuluh darah yang membawa darah. Jika
plasenta tidak mendapatkan cukup darah, janin ajan menerima nutrisi, oksigen,
dan darah lebih sedikit. Hal ini menyebabkan pertumbuhan terhambat, berat
lahir rendah, dan kelahiran prematur.
– Risiko kematian ibu dan janin
– Persalinan sebelum waktunya
Preeklampsia dengan gejala berat mungkin diharuskan untuk melahirkan janin
sesegera mungkin agar menyelamatkan hidup ibu dan bayi.
– Plasenta lepas di dalam rahim
– HELLP Syndrome (hemolisis, peningkatan enzim hati, dan hitung trombosit
rendah)
Sindrom ini lebih berat dan dapat dengan cepat mengancam jiwa ibu dan janin.
Gejalaya berupa mual, muntah, nyeri kepala, nyeri ulu hati, dan dapat merusak
organ tubuh
– Peningkatan risiko hipertensi, penyakit jantung iskemik, stroke, dan deep
vein thrombosis di masa yang akan datang. Risiko ini bahkan lebih besar jika ibu
mengalami preeklampsia lebih dari satu kali atau melahirkan bayi premature.
Pencegahan

– Skrining risiko preeklampsia untuk setiap wanita hamil sejak awal kehamilan
– Pola makan seimbang dengan nutrisi terpenuhi
– Aktivitas fisik rutin
– Manajemen stres
– Kontrol kehamilan rutin
Pencegahan dengan obat dan
suplemen
– Aspirin 75mg/hari untuk mecegah preeklampsia pada wanita dengan risiko
tinggi dan sebaiknya diberikan sebelum usia kehamilan 20 minggu
– Kalsium 1.000 -2.000 mg/hari
– Zinc 200 mg/hari
– Magnesium 365 mg/hari
Penanganan

– Pengobatan antihipertensi.
– Pengobatan magnesium sulfat untuk mencegah kejang pada preeklampsia dan
mengontrol kejang pada eklampsia.
– Pemantauan tekanan darah.
– Pemantauan detak jantung janin.
– Pertimbangan persalinan
– Tetap terhidrasi
PENGKAJIAN

– Keluhan utama Pasien dengan hipertensi pada kehamilan didapatkan keluhan


berupa seperti sakit kepala terutama area kuduk bahkan mata dapat berkunang-
kunang, pandangan mata kabur, proteinuria (protein dalam urin), peka terhadap
cahaya, nyeri ulu hati
– Riwayat penyakit sekarang Pada pasien jantung hipertensi dalam kehamilan,
biasanya akan diawali dengan tanda-tanda mudah letih, nyeri kepala (tidak hilang
dengan analgesik biasa )
– Riwayat penyakit dahulu Perlu ditanyakan apakah pasien pernah menderita penyakit
seperti kronis hipertensi (tekanan darah tinggi sebelum hamil), Obesitas, ansietas,
angina, dispnea, ortopnea, hematuria, nokturia dan sebagainya
– iwayat penyakit keluarga Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang
menderita penyakit-penyakit yang disinyalir sebagai penyebab jantung
hipertensi dalam kehamilannya. Ada hubungan genetik yang telah diteliti.
– Riwayat psikososial Meliputi perasaan pasien terhadap penyakitnya, bagaimana
cara mengatasinya serta bagaimana perilaku pasien terhadap tindakan yang
dilakukan terhadap dirinya
PEMERIKSAAN FISIK

– B1 (Breathing)
– Pernafasan meliputi sesak nafas sehabis aktifitas, batuk dengan atau tanpa sputum, riwayat
merokok, penggunaan obat bantu pernafasan, bunyi nafas tambahan, sianosis
– B2 (Blood)
– Gangguan fungsi kardiovaskular pada dasarnya berkaitan dengan meningkatnya
afterload jantung akibat hipertensi. Selain itu terdapat perubahan hemodinamik, perubahan
volume darah berupa hemokonsentrasi. Pembekuan darah terganggu waktu trombin menjadi
memanjang. Yang paling khas adalah trombositopenia
– B3 (Brain)
– Lesi ini sering karena pecahnya pembuluh darah otak akibat hipertensi. Kelainan radiologis
otak dapat diperlihatkan dengan CT-Scan atau MRI. Otak dapat mengalami edema vasogenik
dan hipoperfusi.
– B4 (Bladder)
– Riwayat penyakit ginjal dan diabetes mellitus, riwayat penggunaan obat diuretic juga perlu
dikaji. Seperti pada glomerulopati lainnya terdapat peningkatan permeabilitas terhadap
sebagian besar protein dengan berat molekul tingg
– B5 (Bowel)
– Makanan/cairan meliputi makanan yang disukai terutama yang mengandung tinggi
garam, protein, tinggi lemak, dan kolesterol, mual, muntah, perubahan berat badan, adanya
edema.
– B6 (Bone)
– Nyeri/ketidaknyamanan meliputi nyeri hilang timbul pada tungkai,sakit kepala sub
oksipital berat, nyeri abdomen, nyeri dada, nyeri ulu hati. Keamanan meliputi gangguan cara
berjalan, parestesia, hipotensi postura
DIAGNOSA,INTERVENSI,
IMPLEMENTASI
Perubahan perfusi jaringan/organ, menurun, b.d
Hipertensi,Vasopasme silik,Edema selebral,Perdarahan
– 1. Memantau asupan oral dan ifus IV MGSO4
– 2. Memantau urin yang kluar
– 3. Memantau edema yang
– terlihat
– 4. Mempertahankan tirah baring total dengan posisi miring
Resiko tinggi cedera pada janin b.d fetal distress
- Monitor DJJ sesuai indikasi
- Kaji tentang pertumbuhan janin
- Jelaskan adanya tanda-tanda solutio plasenta ( nyeri perut, perdarahan, rahim
tegang, aktifitas janin turun )
– Kaji respon janin pada ibu yang diberi SM
– Kolaborasi dengan medis dalam pemeriksaan USG dan NST
– Peningkatan DJJ sebagai indikasi terjadinya hipoxia, prematur dan solusio
plasenta
EVALUASI

– Tampak rileks, dapat istirahat dengan tepat, Menuujukkan ketrampilan


pemecahan masalah
– Kaji tingkat ansietas pasien. Perhatikan tanda depresi dan pengingkaran
– Dorong dan berikan kesempatan untuk pasien atau orang terdekat mengajukan
pertanyaan dan menyatakan masalah
– Dorong orang terdekat berpartisipasi dalam asuhan, sesuai indikasi
JURNAL KEBIDANAN KHATULISTIWA 46
Volume 7 Nomor 1, Januari 2021, hlm 46-49
P-ISSN 2460-1853, E-ISSN 2715-727X

HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA IBU


HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KABUPATEN BANYUMAS
Erni Juniartati 1, Elma Marsita2
1
Jurusan Keperawatan, Poltekkes Kemenkes Pontianak, Indonesia
2
Jurusan Kebidanan, Poltekkes Kemenkes Pontianak, Indonesia
Email : erni78.juniartati@gmail.com

Info Artikel Abstrak

Kata kunci : Latar Belakang : Trias penyebab kematian ibu dan janin salah satunya adalah
hipertensi. Kejadian hipertensi dalam kehamilan erat kaitannya dengan frekuensi
Pola makan; makan seseorang dan jenis makanan yang dikonsumsi. Konsumsi makanan yang
Tekanan darah; mengandung bahan pengawet, natrium, lemak, konsumsi alkohol dan kopi
Ibu hamil dengan berlebihan dapat berpengaruh terhadap kejadian hipertensi. Tujuan : Penelitian
hipertensi dilakukan untuk mengetahui apakah ada hubungan pola makan dengan kejadian
hipertensi pada ibu hamil. Metode : Penelitian ini menggunakan metode Survey
Analitik dengan pendekatan Cross Sectional untuk mengetahui hubungan pola
makan terhadap kejadian hipertensi pada ibu hamil. Peneliti menggunakan
instrumen formulir Semi Quantitative Food Frequency Questionnaire (SQFFQ).
Hasil : Hasil analisis univariat menunjukkan bahwa dari 32 ibu hamil dengan
hipertensi diperoleh responden dengan pola makan baik ada 9 orang (28,2%)
sedangkan ada 23 orang (71,8%) dengan pola makan kurang baik.. Hasil uji statistik
Chi Square diperoleh nilai p= 0,000 (>0,05) maka dapat disimpulkan ada hubungan
yang signifikan antara pola makan dengan kejadian hipertensi pada ibu hamil.
Kesimpulan : Pola makan berpengaruh terhadap kejadian hipertensi pada ibu hamil

CORRELATION OF DIETARY HABIT WITH HYPERTENSION OF


PREGNANT WOMEN IN THE WORKING AREA OF BANYUMAS HEALTH
CENTER
Article Info Abstract

Keywords: Background : One of the causes of maternal and fetal death is hypertension. The
incidence of hypertension in pregnancy is closely related to the frequency of eating
Dietary habit; a person and the type of food consumed. Consumption of foods containing
Blood pressure; preservatives, sodium, fat, excessive alcohol consumption and coffee can affect the
Pregnant women incidence. hypertension. Purpose : This study was conducted to determine
with hypertension whether there is a relationship between diet and the incidence of hypertension in
pregnant women. Methods : This study used an analytical survey method with a
cross sectional approach to determine the relationship between diet and
hypertension in pregnant women. Researchers use instrument Semi Quantitative
Food Frequency Questionnaire (SQFFQ) form. Results : The results of the
univariate analysis showed that out of 32 pregnant women with hypertension, 9
respondents with a good diet were found (28.2%) while 23 people (71.8%) had a
poor diet. The results of the Chi Square statistical test obtained p value = 0.000 (>
0.05), it can be concluded that there is a significant relationship between diet and
the incidence of hypertension in pregnant women. Conclusion : Diet affects the
incidence of hypertension in pregnant women.

© 2021 Poltekkes Kemenkes Pontianak


JURNAL KEBIDANAN KHATULISTIWA 47
Volume 7 Nomor 1, Januari 2021, hlm 46-49
P-ISSN 2460-1853, E-ISSN 2715-727X

PENDAHULUAN kenaikan tekanan darah pada ibu hamil


(Sihotang, 2016).
Hipertensi merupakan salah satu Pola makan pada ibu hamil yang
penyebab komplikasi dalam rendah mengandung potasium dan
kehamilan.Hipertensi biasanya terjadi pada magnesium menjadisalah satu faktor pemicu
kehamilan di atas 20 minggu.Kejadian hipertensi. Sedangkan buah-buahan dan
hipertensi menyebabkan 5-10% komplikasi sayur segarmenjadi sumber terbaik
dalam kehamilan dan berhubungan dengan bagipotassium dan magnesium. Pendekatan
kejadian kematian ibu (AKI).Menurut Data diet untuk menghentikan hipertensi melalui
Survey antar sensus(SUPAS) tahun 2015, The Dietary Approach to Stop Hypertension
angka kematian ibu tercatat sebesar 305 per (DASH) dianjurkan untuk menurunkan
100.000 kelahiran hidup, yang disebabkan tekanan darah pada ibu hamil dengan
oleh hipertensi sebesar 13% (Indonesia hipertensi (Siervo, 2015) Diet dan
KKR, 2017). pengaturan pola makan yang dilakukan oleh
ibu hamil dengan hipertensi sangat
Hipertensi merupakan salah satu berpengaruh terhadap kardiometabolik ibu.
penyakit tidak menular yang banyak dialami Ibu hamil yang mengkonsumsi tinggi gula,
pada masa kehamilan.Hipertensi dapat tinggi lemak dan mengandung garam
menyebabkan pembuluh darah mengalami berlebih meningkatkan resiko hipertensi
penyempitan sehingga berkurangnya suplai yang akan membahayakan ibu hamil dan
darah ke jaringan tubuh yang mengakibatkan janin yang dikandungnya (Siervo, 2015).
organ tidak berfungsi sebagaimana Menurut Hanifa (2009), kehamilan
mestinya.Akibat yang dapat muncul pada dapat mengubah selera makandan pola
ibu yaitu gangguan pernafasan, HELLP makan (kebiasaan mengidam), dimana pada
sindrom (hemolysis, elevated liver enzymes, umumnya nafsu makan wanita hamil akan
low platelet count), gangguan meningkat, hal ini menjadi penyebab diet
kardiovaskuler, gangguan hati, yang makan menjadi tidak seimbang sehingga
akhirnya dapat berakibat kematian ibu.Pada dapat menyebabkan komplikasi antara lain
janin bisa menyebabkan mengalami Intra hipertensi pada ibu hamil.Selain itu macam
Uterine Growth Retardation (IUGR), janin dan jumlah makanan yang dimakan tiap hari
premature, berat bayi lahir rendah dan oleh ibu hamil juga berpengaruh terhadap
kematian (Laura, 2014). pola makan ibu.
Pola makan yang baik selalu
Di Kabupaten Banyumas Pada mengacu kepada gizi seimbang yaitu
tahun 2017 tercatat kematian ibu terpenuhinya semua zat gizi sesuai dengan
sebanyak54/100.000 Kelahiran Hidup, akan kebutuhan dan seimbang.Pentingnya nutrisi
tetapi pada tahun 2018 mencapai 18 kasus yang tepat sesuai dengan kebutuhan gizi ibu
dengan jumlah kelahiran hidup sebanyak hamil memang belum sepenuhnya disadari
26.612 sehingga ditentukan AKI pada tahun oleh masyarakat Indonesia. Pada trimester
2018 sudah mencapai angka 67,64/100.000 pertama memang kebutuhan gizi ibu hamil
Kelahiran Hidup. Dari 18 kasus tersebut secara umum masih sama dengan wanita
sebanyak 10 ibu (55,5%) meninggal dewasa biasa yang mempertahankan
disebabkan karena preeclampsia (Profil kesehatannya. Namun nilai gizi harus tetap
Dinas Kesehatan Banyumas, 2017) diperhatikan, mengingat semakin
menjamurnya makanan siap saji dan pola
Kejadian hipertensi dalam
makan yang cenderung kurang asupan dan
kehamilan ini erat kaitannya dengan pola
variasi gizi serta digunakannya zat aditif
makan ibu. Pola makan yang mengandung
(Muliarini, 2010). Berdasarkan latar
bahan pengawet yang tidak sesuai dengan
belakang diatas maka penulis tertarik untuk
diet untuk ibu hamil. Pola makan erat
melakukan penelitian dengan rumusan
kaitannya dengan frekuensi makan
masalah “Bagaimanakah Pengaruh Pola
seseorang dan jenis makanan yang
Makan Terhadap Kejadian Hipertensi Pada
dikonsumsi. Kecukupan zat gizi yang
Ibu Hamil?”
memenuhi kecukupan yang dianjurkan
merupakan upaya untuk untuk
penanggulangan dan pencegahan terjadinya
JURNAL KEBIDANAN KHATULISTIWA 48
Volume 7 Nomor 1, Januari 2021, hlm 46-49
P-ISSN 2460-1853, E-ISSN 2715-727X

METODE PENELITIAN
Natrium jika dikonsumsi lebih banyak
Penelitian ini dilakukan dengan metode akan merentensi lebih banyak air sehingga
Survei Analitik dengan pendekatan Cross volume plasma meningkat. Peningkatan volume
Sectional yang digunakan untuk mengetahui plasma dapat menyebabkan peningkatan tekanan
hubungan pola makan terhadap kejadian darah, terutama bila fleksibilitas pembuluh darah
hipertensi pada ibu hamil. Pada penelitian ini, menurun oleh arterosklerosis. American Heart
peneliti menggunakan instrument formulir Semi Association (AHA) merekomendasikan asupan
Quantitative Food Frequency Questionnaire natrium bagi 15 orang dewasa tidak boleh lebih
(SQFFQ). Penelitian ini dilakukan di Wilayah dari 2400 mg/hari, yaitu setara dengan satu
Kerja Puskesmas Kabupaten Banyumas pada sendok teh garam dapur sehari (Nocce, 2015)
Januari sampai Maret 2019. Teknik pengambilan Kenaikan tekanan darah juga dapat
sampel menggunakan metode Purposive disebabkan karena konsumsi alkohol dan kopi
Sampling di Puskesmas wilayah kerja Kabupaten berlebihan sehingga merangsang saraf otonom
Banyumas. Sampel yang digunakan dalam simpatis dan mempengaruhihormon kortisol
penelitian ini yaitu ibu hamil dengan umur (Katsiki N, Godosis G, 2010). Penelitian
kehamilan >20 minggu di Puskesmas wilayah menunjukan bahwa pola makan yang tidak baik
kerja Kabupaten Banyumas berjumlah 32 orang seperti makanan berlemak, gorengan, daging, dan
dengan kriteria inklusi umur kehamilan diatas 20 yang mengandung garam akan mengakibatkan
minggu, hipertensi gestasional ringan (sistolik kenaikan tekanan darah sebesar 70% (Schonaker,
140-149 mmHg, diastolik 90-99 mmHg) dengan 2015).
protein urine negatif melalui pemeriksaan ANC di Pada penderita hipertensi menurut diet
puskesmas serta bersedia menjadi responden DASH mengkonsumsi kolesterol, sodium dan
dengan menandatangani surat persetujuan lemak berlebih. Kolesterol yang berlebihan dalam
responden. darah akan menimbulkan masalah terutama pada
pembuluh darah jantung dan otak. Rekomendasi
asupan kolesterol dianjurkan <300 mg dalam
HASIL sehari (Almasier, 2009)
Untuk menurunkan faktor resiko tersebut
Tabel 1. Hasil Analisis Univariat dan Bivariat ibu hamil dapat mngkonsumsi antioksidan,
Pola Makan kalium, protein, dan magnesium secara rutin
selama masa kehamilan.Makanan mengandung
Kategori Pola Jumlah P-Value kalium contohnya yaitu tomat, pisang, apel, jeruk
Makan (%) dan kentang. Sedangkan banyak mengandung
Baik 9 antioksidan yaitu kacang kedelai dan tempe.
(28,2%) 0,000 Makanan mengandung kalsium dan magnesium
Kurang Baik 23 yaitu susu dan kacang kacangan serta sayuran
(71,8%) hijau (Hyun, 2016)
Total 32 Metode pengumpulan data yang digunakan
(100% adalah Semi Quantitative Food Frequency
Questionnaire (SQFFQ) dan dietary history.
Hasil analisis univariat menunjukkan bahwa Tujuan metode ini yaitu memperoleh data
dari 32 ibu hamil dengan hipertensi diperoleh mengenai asupan zat gizi dengan menentukan
responden yang pola makan baik ada 9 orang jumlah penggunaan sejumlah bahan makanan atau
(28,2%) sedangkan ada 23 orang (71,8%) dengan makanan jadi, sebagai sumber utama dari zat gizi
pola makan kurang baik . Hasil uji statistik Chi tertentu.Semi Quantitative Food Frequency
Square diperoleh nilai p= 0,000 (>0,05) maka Questionnairedilakukan dengan tambahan
dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan perkiraan ukuran porsi, sepertiukuran kecil,
antara pola makan dengan kejadian hipertensi sedang dan besar dan sebagainya (Supariasa,
pada ibu hamil. 2014)
Prosedur pengisian dilakukan dengan
PEMBAHASAN cara responden diminta untuk memberi tanda
Pola makanan yang mengandung bahan pada daftar makanan yang ada pada kuesioner,
pengawet seperti makanan kaleng, garam, bumbu rekapitulasi jumlah pengunaan jenis makanan
penyedap yang berlebihan berpengaruh terhadap tersebut menggunakan 3 ukuran porsi yaitu kecil,
kejadian tekanan darah tinggi. Contoh makanan sedang, besar. Kemudian hitung asupan zat gizi
yang mengandung natrium yaitu makanan ringan sehari menggunakan berat bahan makanan per
yang di asinkan sepertibiskuit dan keripik hari (Kurtz, Theodore W, DiCarlo SE, Pravence
(Schonaker, 2015). M, 2018)
JURNAL KEBIDANAN KHATULISTIWA 49
Volume 7 Nomor 1, Januari 2021, hlm 46-49
P-ISSN 2460-1853, E-ISSN 2715-727X

DAFTAR PUSTAKA Muliarini, P. (2010). Pola Makan dan Gaya


Hidup Sehat Selama Kehamilan. EGC.
Hyun, K. (2016). Diagnostic status of
hypertension on the adherence to the N.Nocce, L. (n.d.). Asupan Lemak dan Natrium
Dietary Approaches to Stop Hypertension pada Penderita Hipertensi di Puskesmas
(DASH) diet. Preventive Medicine Reports Pecande Kecamatan Middir Kota Belitung
4 (2016), 525–531. 2015. Infokes - Jurnal Ilmu Kesehatan,
10(1), 68-75
Indonesia KKR. (2017). Profil Kesehatan
Indonesia tahun 2016. Kementrian S, A. (2009). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia
Kesehatan Republik Indonesia. Pustaka Utama.

Katsiki N, Godosis G, K. S. H. (2010). Schonaker, Soedamah-Muthu, C. M. (2015).


Hipertention in pregnancy : classification, Pregnancy consumption of Mediterranean-
diagnosis and treatment. Medical Journal style diet was associated with a lower risk
Greece Aristoteles University Thessaloniki, of developing hypertensive Disorders of
37(2). Pregnancy : results from the australian
longitiudinal study on womens health.
Kesehatan, D. (2017). Profil Dinas Kesehatan B2015, 122, 365–366.
Kabupaten Banyumas Tahun 2017.
Siervo, M. (2015). Effects of the Dietary
Kurtz, Theodore W, DiCarlo SE, Pravence M, M. Approach ti Stop Hypertension (DASH)
R. (2018). Functional foods for augmenting diet on cardiovaskular risk factors : a
nitric oxide activity reducing the risk for systematic review and meta-analysis.
salt-induced hypertension and British Journal of Nutrition, 113, 1–15.
cardiovascular disease in japan. Journal
Cardiology, 72(1), 42–49. Sihotang, C. (2016). Hubungan Pola Makan dan
Kecukupan Tidur Dengan Kejadian
Magee Laura A, Pels A, Helewa M, et al. (2014). Hipertensi Pada Ibu Hamil Di Wilayah
Diagnosis, Evaluation, and Management of Kerja Puskesmas Biromaru. Jurnal
the Hypertensive Disorders of Pregnancy. Kesehatan Tadulako, Vol.2 No.1, 1–75.
Journal Obstetri Gynaecology Canada,
36(5), 416–438. Supariasa, D. I. D. N. (2014). Penilaian Status
Gizi. Buku Kedokteran.

Anda mungkin juga menyukai