Disusun Oleh :
Anisa Ayu Wulandari
044228190003
Hanissa Rayani
044228190005
Yulia zhahra khoirunisa
044228190015
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-
Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini sebagai hasil pembelajaran dan tugas keelompok
tentang ‘ Asuhan Pada Kehamilan Dengan Hipertensi ‘ Laporan ini disusun sebagai salah
satu tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan Kehamilan. Asuhan kebidanan kehamilan ini
adalah mata kuliah yanh memberikan kemampuan kepada mahasisiwi untuk senatiasaa
mengetahui tentanh deteksi dini pada kehamilan dan dukungan bidan dalam mengurangi
adanya komplikasi pada kehamilan. Meskipun banyak hambatan yang kami alami dalam
proses pengerjaannya, namun akhirnya kami Alhamdulillah berhasil menyelesaikan malalah
ini tepat pada waktunya. Kami menyadari bahwa dalam pemyusunan laporan ini masih jauh
dari kata sempurna, untuk itu kami sangat mengharapkan kritik daj saran yanh bersifat
membangun guna sempurnanya makalah yang kami buat ini. Kami berharap semoga makalah
ini bermanfaat terutama bagi pembaca.
Bab I Pendahuluan
Bab II pembahasan
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Hipertensi ditemukan pada ibu hamil baik pada penyakit sebelumnya (5-15% dari total ibu hamil)
atau sebagai gangguan yang berhubungan dengan kehamilan, pre-eklamsia (Lyoyd, dalam Wylie).
Hipertensi dijuluki sebagai the silent killer karena biasanya tidak menunjukkan gejala dan hanya
terdiagnosis melalui skrinning atau ketika penyakit tersebut bermanifestasi pada komplikasi
gangguan tertentu. Hipertensi sangat signifikan berkontribusi terhadap angka kesakitan dan
kematian ibu dan janin sehingga perlu dilakukan skrinning awal dan pemeriksaan lanjutan
selama kehamilan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu hipertensi esensial
2. Apa itu PIH
3. Apa itu super impoesed
C. Tujuan
1. Mengetahui hipertensi esensial
2. Mengetahui PIH
3. Mengetahui impoesed
Bab II
PEMBAHASAN
1. Hipertensi Esensial
Hipertensi esensial adalah penyakit hipertensi yang disebabkan oleh faktor herediter, faktor
emosi dan lingkungan. Wanita hamil dengan hipertensi esensial memiliki tekanan darah
sekitar 140/90 mmHg sampai 160/100 mmHg. Gejala-gejala lain seperti kelainan jantung,
arteriosklerosis, perdarahan otak, dan penyakit ginjal akan timbul setelah dalam waktu yang
lama dan penyakit terus berlanjut. Hipertensi esensial dalam kehamilan akan berlangsung
normal sampai usia kehamilan aterm. Sekitar 20% dari wanita hamil akan menunjukkan
kenaikan tekanan darah, dapat disertai proteinuria dan edema.
Faktor resiko hipertensi esensial dalam kehamilan adalah: wanita hamil multipara dengan
usia lanjut dan kasus toksemia gravidarum. Penanganan dilakukan saat dalam kehamilan dan
dalam persalinan. Penanganan dalam kehamilan meliputi: pemeriksaan antenatal yang teratur;
cukup istirahat; monitor penambahan berat badan; dan melakukan pengawasan ibu dan janin;
pemberian obat (anti hipertensi dan penenang); terminasi kehamilan dilakukan jika ada tanda-
tanda hipertensi ganas.
Penanganan dalam persalinan meliputi: pengawasan pada setiap kala persalinan; secsio
sesarea dilakukan pada wanita primitua dengan anak hidup. Prognosis untuk ibu dan janin
kurang baik. Beberapa nasehat yang dapat diberikan pada wanita hamil adalah: pemakaian
alat kontrasepsi bagi wanita dengan jumlah anak belum cukup.
Penyakit ginjal dengan hipertensi dapat dijumpai pada wanita hamil dengan glomerulonefritis
akut dan kronik; pielonefritis akut dan kronik. Frekuensi kejadian sekitar 1% secara klinis
dan secara patologi-anatomi kira-kira 15%. Pemeriksaan yang dilakukan dengan cara:
pemeriksaan urin lengkap dan faal ginjal; pemeriksaan retina; pemeriksaan umum;
pemeriksaan kuantitatif albumin air kencing dan pemeriksaaan darah lengkap. Nasehat yang
dapat diberikan ke pasien adalah: pemerilksaan antenatal yang teratur; pengawasan
pertumbuhan janin dan kesehatan ibu.
Klasifikasi hipertensi dalam kehamilan adalah sebagai berikut:
1. Hipertensi esensial.
2. Hipertensi esensial disertai superimposed pregnancy-induced hypertension.
3. Hipertensi diinduksi kehamilan (pregnancy-induced hypertension, PIH).
4. Pre-eklamsia.
5. Eklamsia.
Hipertensi Esensial
Hipertensi esensial adalah penyakit hipertensi yang disebabkan oleh faktor herediter, faktor
emosi dan lingkungan. Wanita hamil dengan hipertensi esensial memiliki tekanan darah
sekitar 140/90 mmHg sampai 160/100 mmHg. Gejala-gejala lain seperti kelainan jantung,
arteriosklerosis, perdarahan otak, dan penyakit ginjal akan timbul setelah dalam waktu yang
lama dan penyakit terus berlanjut. Hipertensi esensial dalam kehamilan akan berlangsung
normal sampai usia kehamilan aterm. Sekitar 20% dari wanita hamil akan menunjukkan
kenaikan tekanan darah, dapat disertai proteinuria dan edema. Dampak dari hipertensi
esensial pada ibu meliputi ; resiko terjadinya solusio plasenta, oliguria, gangguan ginjal,
super implosed preeklamsi. Resiko pada janin meliputi; pertumbuhan janin terhabat (IUGR),
prematur. Penatalaksanaan meliputi ; Anc yang teratur, istirahat cukup, kenaikan berat badan
seharusnya dicegah, pengawasan pertumbuhan janin,
1. Trombositopenia (<100.000/μL)
2. Gangguan fungsi ginjal (level serum kreatinin >1.1 mg/dL atau kenaikan level serum
kreatinin dua kali lipat tanpa penyakit ginjal lainnya)
3. Gangguan fungsi hati (kenaikan level transaminase sekurang-kurangnya dua kali nilai
normal)
4. Edema pulmoner
5. Gangguan pada sistem saraf pusat (sakit kepala, gangguan penglihatan, kejang)
Kondisi patologis di atas juga merupakan tanda-tanda severitas pada suatu preeklampsia atau
dengan kata lain merupakan kriteria diagnostik pada preeklampsia berat. Khusus untuk kasus
kejang, pada perempuan dengan preeklampsia, kejang yang tidak dapat dikaitkan dengan
penyebab lain disebut eklampsia. Eklampsia dianggap sebagai komplikasi preeklampsia
berat. Kejang pada eklampsia biasanya merupakan kejang grand-mal (kejang tonik-klonik)
yang ditandai dengan penurunan kesadaran dan kontraksi otot yang hebat.
Pre-eklamsia.
Pre-eklamsia juga dikenal sebagai hipertensi gestasional proteinurik, toksemia pre-eklamtik
(TPE). Pre-eklamsia merupakan gangguan multisistem yang bersifat spesifik
terhadap kehamilan dan masa nifas. Lebih tepatnya, penyakit ini merupakan
penyakit plasenta.
Angka kejadian pre-eklamsia sekitar 6-8% dari semua kehamilan. Penyebab pre-eklamsia
belum diketahui secara pasti. Pre-eklamsia ditandai dengan gejala tekanan darah ? 140/90
mmHg, proteinuria dan edema pada wajah maupun tangan.
Pre-eklamsia terbagi menjadi pre-eklamsia ringan dan pre-eklamsia berat. Komplikasi pre-
eklamsia jangka pendek antara lain: gagal ginjal; eklamsia; stoke; kematian ibu; HELLP;
DIC; dan masih banyak lainnya. Penanganan pre-eklamsia sesuai dengan klasifikasinya.
Gejala preeklmasia adalah :
Tekanan darah tinggi (hipertensi)
Proteinuria (ditemukannya protein di dalam urin)
Sakit kepala berat atau terus-menerus
Gangguan penglihatan, seperti pandangan kabur atau sensitif terhadap cahaya
Nyeri di perut kanan atas
Sesak napas
Pusing, lemas, dan tidak enak badan
Frekuensi buang air kecil dan volume urine menurun
Mual dan muntah
Bengkak pada tungkai, tangan, wajah, dan beberapa bagian tubuh lain
Berat badan naik secara tiba-tiba
Penyebab preeklamsia masih belum diketahui secara pasti. Meski demikian, ada
dugaan bahwa kondisi ini disebabkan oleh kelainan perkembangan dan fungsi
plasenta, yaitu organ yang berfungsi menyalurkan darah dan nutrisi untuk janin.
Meskipun penyebabnya belum diketahui, sejumlah faktor berikut ini dinilai dapat
memicu gangguan pada plasenta:
Eklamsia
Eklamsia didefinisikan sebagai satu atau lebih kejang menyeluruh atau koma dalam kondisi
pre-eklamsia tanpa ada kondisi neurolig lain. Eklamsia dianggap sebagai tahap akhir pre-
eklamsia. Eklamsia dapat terjadi selama periode pranatal, intranatal, dan pascanatal. Yang
paling beresiko adalah periode pascanatal. Komplikasi terjadinya eklamsia adalah kematian;
perdarahan serebral; edema paru; ARDS; gagal ginjal. Ibu dengan pre-eklamsia berat
beresiko mengalami kejang berulang, sehingga pencegahan dan penanganan dapat dilakukan
dengan pemberian Magnesium Sulfat secara intravena. Eklamsia adalah komplikasi
kehamilan yang ditandai tekanan darah tinggi dan kejang sebelum, selama, atau
setelah persalinan. Kondisi serius ini selalu di dahului dengan preeklamsia sebelumnya.
Eklamsia merupakan kelanjutan dari preeklamsia. Eklamsia merupakan kondisi yang jarang
terjadi, namun harus segera ditangani karena dapat membahayakan nyawa ibu hamil dan
janin. Gejala utama eklamsia adalah kejang sebelum, selama, atau sesudah persalinan.
Munculnya eklamsia pada ibu hamil selalu di dahului dengan preeklamsia. Preeklamsia
dapat timbul sejak minggu ke-20 kehamilan.
Hingga saat ini, penyebab terjadinya preeklamsia dan eklamsia belum diketahui dengan pasti.
Namun, diduga kondisi ini diakibatkan oleh adanya kelainan pada fungsi dan formasi
plasenta. Faktor-faktor lain yang diduga dapat meningkatkan risiko preeklamsia dan eklamsia
pada ibu hamil adalah:
Memiliki riwayat menderita preeklamsia pada kehamilan sebelumnya
Sedang menjalani kehamilan pertama atau memiliki jarak antar kehamilan yang
terlalu dekat (kurang dari 2 tahun)
Memiliki riwayat hipertensi kronis
Hamil pada usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
Mengalami kondisi dan penyakit tertentu, seperti diabetes, penyakit ginjal, anemia sel
sabit, obesitas, serta penyakit autoimun, seperti lupus dan sindrom
antifosfolipid (APS)
Kondisi tertentu dalam kehamilan, seperti mengandung lebih dari satu janin atau
hamil dengan program bayi tabung (IVF)
Dalam mendiagnosis eklamsia, dokter akan menanyakan kepada keluarga yang membawa ibu
hamil ke rumah sakit tentang kejang yang dialami, termasuk riwayat pemeriksaan kehamilan,
penyakit, dan preeklampsia sebelumnya.
Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik menyeluruh untuk memastikan apakah
kondisi ibu hamil dan janin dalam keadaan stabil.
Untuk memastikan eklampsia dan kerusakan organ yang sudah terjadi, akan dilakukan
pemeriksaan penunjang berikut:
Tes darah, untuk mengetahui jumlah sel darah secara keseluruhan
Tes urin, untuk memeriksa keberadaan dan kadar protein di urin
Tes fungsi hati, untuk mendeteksi kerusakan fungsi hati
Tes fungsi ginjal, termasuk ureum dan kreatin, untuk mengetahui kadar kreatin di
ginjal dan mendeteksi adanya kerusakan ginjal
Ultrasonografi (USG), untuk memastikan kondisi janin dalam keadaan sehat
Satu-satunya cara untuk mengobati eklamsia adalah dengan melahirkan bayi yang dikandung.
Pada ibu hamil dengan preeklamsia yang memiliki risiko untuk mengalami eklamsia, dokter
umumnya akan memberikan beberapa penanganan berikut:
Memberikan obat pengontrol tekanan darah dan suplemen vitamin
Menyarankan untuk bed rest di rumah atau di rumah sakit, dengan posisi tidur
menyamping ke kiri
Memantau kondisi janin dan ibu hamil secara berkala
Jika ibu hamil mengalami eklamsia, dokter akan memberikan obat antikonvulsan.
Suntikan magnesium sulfat (MgSO4) menjadi pilihan pertama untuk menangani kejang pada
eklamsia. Jika kejang yang tidak membaik dengan pemberian magnesium sulfat, dokter dapat
memberikan obat golongan benzodiazepin dan phenytoin.
Kesimpulan
Hipertensi dalam kehamilan bisa saja terjadi seperti Hipertensi esensial,
Hipertensi esensial disertai superimposed pregnancy-induced hypertension,
Hipertensi diinduksi kehamilan (pregnancy-induced hypertension, PIH),
Pre-eklamsia, Eklamsia.
Referensi
Peres, M. G., Mariana, M. & Cairrão, E. Pre-Eclampsia and Eclampsia: An Update on the Pharmacological Treatment
Applied in Portugal. J Cardiovasc Dev Dis., 5(1), pp. 3.
Townsend, R., O'Brien, P. & Khalil, A. (2016). Current Best Practice in The Management of Hypertensive Disorders in
Pregnancy. Integr Blood Press Control, 9: pp. 79–94.
Leeman, L., Dresang, L.T., & Fontaine, P. American Family Physician (2016). Hypertensive Disorders of Pregnancy.
Mayo Clinic (2018). Diseases & Conditions. Preeclampsia.
Macon, B.L. Healthline (2018). Eclampsia.
Ross, M. Medscape (2019). Eclampsia.
Stoppler, M. Emedicine Health (2018). Eclampsia.
Stoppler, M. MedicineNet (2018). Pregnancy: Preeclampsia and Eclampsia.
National Institute of Health (2019). Medline Plus. Eclampsia.
Web MD (2019). Preeclampsia.