Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN

Dosen Pembimbing : Shinta Wahyusari, S.Kep.,Ns.,M.Kep.Mat

DISUSUN OLEH :

1. MUHAMMAD SYAIFUDDIN (14201.11.19027)


2. MUHAMMAD DANI (14201.11.19028)
3. MUHAMMAD IRFAN H (14201.11.19029)
4. RIZAL RAHMAN HAKIM (14201.11.19044)

PRODI SARJANA KEPERAWATAN

STIKES HAFSHAWATY PESANTREN ZAINUL HASAN

PADJARAKAN-PROBOLINGGO

2020 – 2021

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehamilan merupakan suatu keadaan fisiologis, dimana keadaan
tersebut merupakan suatu fase teristimewa dalam kehidupan seorang wanita.
Beberapa ibu hamil tersebut bisa melewatinya dengan ceria hingga
melahirkan, tetapi juga tidak jarang yang mengalami masalah kesehatan
dalam kehamilannya. Masalah kesehatan yang sering muncul pada kehamilan
salah satunya adalah hipertensi dalam kehamilan (Yohanna, Yovita, &
Yessica, 2011). Penyakit hipertensi dalam kehamilan ini salah satunya
diakibatkan oleh perubahan pada sistem kardiovaskuler dan pembuluh darah
yang terjadi sebelum kehamilan, komplikasi selama masa kehamilan atau
pada awal pasca partum. Perubahan kardiovaskuler disebabkan oleh
peningkatan cardiac afterload dan penurunan cardiac preload, sedangkan
pada pembuluh darah terjadi vasokonstriksi arteriol, vasospasme sistemik dan
dan kerusakan pada pembuluh darah (Reeder, Martin, & Griffin, 2011).
Hipertensi dalam kehamilan adalah suatu kondisitekanan darah sistol
diatas 140 mmHg dan diastol diatas 90 mmHg atau peningkatan tekanan
sistolik sebesar 30 mmHg atau lebih atau peningkatan diastolik sebesar 15
mmHg atau lebih diatas nilai dasar yang mana diukur dalam dua keadaan,
minimal dalam jangka waktu 6 jam (Reeder dkk, 2011). Hipertensi dalam
kehamilan merupakan 5-15 % penyulit kehamilan dan merupakan salah satu
dari tiga penyebab tertinggi mortalitas dan morbiditas ibu bersalin
(Prawirohardjo, 2013).
B. Rumusan Masalah
a. Apa definisi hipertensi dalam kehamilan?
b. Bagaimana etiologi hipertensi dalam kehamilan?
c. Apa saja manifestasi klinis hipertensi dalam kehamilan?
d. Bagaimana WOC hipertensi dalam kehamilan?
e. Bagaimana pemeriksaan penunjang hipertensi dalam kehamilan?
f. Apa saja penatalaksanaan hipertensi dalam kehamilan?
g. Apa saja komplikasi hipertensi dalam kehamilan?

2
C. Tujuan
Tujuan disusun makalah ini adalah sebagai berikut :
a. Tujuan Umum
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas Keperawatan
Maternitas.
b. Tujuan Khusus
a) Untuk mengetahui dan memahami definisi hipertensi dalam kehamilan.
b) Untuk mengetahui dan memahami etiologi hipertensi dalam kehamilan.
c) Untuk mengetahui dan memahami manifestasi klinis hipertensi dalam
kehamilan.
d) Untuk mengetahui dan memahami WOC hipertensi dalam kehamilan.
e) Untuk mengetahui dan memahami Pemeriksaan penunjang hipertensi
dalam kehamilan.
f) Untuk mengetahui dan memahami penatalaksanaan hipertensi dalam
kehamilan.
g) Untuk mengetahui dan memahami komplikasi hipertensi dalam
kehamilan.
D. Manfaat
Manfaat disusun makalah ini adalah sebagai berikut :
a. Untuk Mahasiswa
Menambah pengetahuan keperawatan maternitas tentang hipertensi dalam
kehamilan.
b. Untuk Institusi Stikes Zainul Hasan Genggong
Makalah ini dapat menjadi audit internal kualitas pengajar.
c. Untuk pembaca
Pembaca dapat mengetahui, memahami dan menguasai tentang
keperawatan maternitas tentang hipertensi dalam kehamilan.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Hipertensi merupakan tekanan darah di atas batas normal, hipertensi
termasuk dalam masalah global yang melanda dunia. Hipertensi dalam
kehamilan adalah kondisi tekanan darah meningkat saat hamil. Tekanan darah
tinggi yang tidak segera di atasi dapat mengakibatkan terjadinya komplikasi
kesehatan ibu dan janin Hipertensi dalam kehamilan merupakan 5-15%
penyulit kehamilan dan merupakan salah satu dari tiga penyebab tertinggi
mortalitas dan morbiditas ibu bersalin. (Nurul 2019).
Hypertensi dalam kehamilan merupakan peningkatan sistolik sebesar 30
mmHg atau diastolik sebesar 15 mmHg di atas nilai dasar tekanan darah (Siti
Bandiyah: 2009 di dalam jurnal Sutiati Bardja 2017).
B. Etiologi
Beberapa faktor risiko telah digambarkan sebagai predisposisi terhadap
gangguan hipertensi pada kehamilan di seluruh dunia, seperti:
 Teori Genetik
Berdasarkan teori ini komplikasi hipertensi pada kehamilan dapat di
turunkan pada anak perempuan sehingga sering terjadi hipertensi sebagai
komplikasi kehamilan.
 Teori imuniologi
Hasil konsepsi merupakan benda asing tidak murni karena sebagian
genetiknya berasal dari sel maternal, sehingga sebagian besar kehamilan
berhasil dengan baik sampai aterm. Pada ibu dengan preeklamsi helper T
cell (Thi) nya rendah dibandingkan dengan ibu yang tidak preeklamsi.
Dimana ketidakseimbangan (ThI) dipengaruhi oleh adenosin. Menurut
peneliatian yoneyama (2002) kadar adenosin para penderita PE lebih besar
dibandingkan yang nornal. Adenosin yang tinggi membuat Tsel ibu
menjadi rendah dan Tsel menghasilkan sitokinik spesifik yang
memudahkan implantasi. Namun jika sitokinin berkurang terjadinya
gangguan saat implatasi dan disfungsinya menyebabkan PE.

4
 Teori kelainan vaskularisasi plasenta
Pada hipertensi dalam kehamilan tidak terjadiinvasisel-sel trofoblaspada
lapisan ototarteri spinalis dan jaringan matriks sekitarnya. Lapisan otot
spiralis menjadi tetap keras dan kaku sehingga lumen arteri spiralis tidak
memungkinkan mengalami distensi dan vasodilatas. Akibatnya arteri
spinalis relative mengalami vasokontriksidan terjadinya kegagalan
remodeling arterispinalis, sehingga aliran darah uteorplasma menurun, dan
terjadilah hipoksiadan iskemi plasenta.
 Teori adaptasi kardiovaskuler
Daya refrakter terhadap bahan konstriktor akanhilangjika terjadi hipertensi
dalam kehamilan, dan ternyata terjadi peningkatan kepekaan terhadap
bahan-bahan vasopresor. Artinya daya refrakter pembuluh darah terhadap
bahan vasopresor hilang hingga pembuluh darah menjadi sangat peka
terhadap bahan vasopresor.
 Teori iskemia plasenta, radikal bebas dan disfungsi edotel
Kegagalan remodeling arteri arteri spiralis mengakibatkan plasenta
mengalami iskemia dan hipoksia yang akan menghasilkan oksidan.
Peroksida lemak sebagai oksidan akan beredar di seluruh tubuh dalam
aliran darah dan akan masuk membrane sel edotel. Kerusakan membrane
sel endoter, mengakibatkan terganggunay fungsi endotel, bahkan rusaknya
seluruh struktur selendoter. Keadaan inidi sebut difusi endotel.
 Faktor umur
Usia ibu sangat berpengaruh terhadap proses reproduksi. Dalam kurun
waktu reproduksi sehat diketahui bahwa usia yang aman untuk kehamilan
dan persalinan adalah usia 20-35 tahun, dimana organ reproduksi sudah
sempurna dalam menjalani fungsinya. Ibu yang bersalin dengan partus
lama yang disebabkan oleh kelainan his biasanya disebabkan oleh faktor
usia yang relatif tua, terutama jika ia berusia lebih dari 35 tahun.
 Nutrisi
Konsumsi daging yang berlebihan, protein, pirine, lemak mengakibatkan
terjadinya artherosklerosis sehingga tekanan darah ibu semakin meningkat.
 Obesitas

5
C. Manifestasi Klinis
Tanda gejala yang timbul pada hipertensi kehamilan dibedakan
berdasarkan klasifikasi. hipertensi dibagi menjadi :
1. Hipertensi gestasional adalah hipertensi yang timbul pada kehamilan
tanpa disertai proteinuria dan hipertensi dapat menghilang setelah 3 bulan
pasca persalinan atau kehamilannya dengan tanda-tanda preeklamsi tetapi
tanpa protein, gejalanya adalah :
a. Tekanan darah ≥ 140/90 mmHg terjadi pertama kali dalam
kehamilan.
b. Tidak terdapat proteinuria.
c. Tekanan darah kembali normal dalam waktu kurang dari 12 minggu
postpartum
d. Diagnosa akhir hanya dapat ditegakan setelah melahirkan
e. Dapat disertai dengan gejala nyeri epigastrum atau trombositopenia
2. Pre-eklamsia
Preeklampsia merupakan komplikasi kehamilan yang ditandai dengan
tekanan darah tinggi pada ibu hamil. Selain itu, kondisi ini juga
menyebabkan tingkat protein yang tinggi dalam urine. Preeklampsia
biasanya muncul di akhir kehamilan, namun dapat pula terjadi lebih awal
ataupun berkembang setelah melahirkan. Wanita hamil yang dia atas 35
tahun beresiko lebih hampir 2 kali lebih tinggi mengalami pre-eklamsia
di banding iobu berusia di bawah 35 tahun. Hipertensi yang timbul
setelah 20 minggu kehamilan disertai proteinuria. PE dapat terbagi lagi
menjadi :
a. Ringan
1) Tekanan darah ≥ 140/90 mmHg pada kehamilan > 20 minggu
2) Proteinuria ≥ 30 mg/24 jam atau ≥ 1+ dispstick
b. Berat
1) Tekanan darah ≥ 160/110 mmHg pada kehamilan > 20 minggu
2) Proteinuria 20 mg/24 jam atau ≥ 2+ dispstick
3) Serum creatinin > 1,2 mg/dl (kecuali sebelumnya sudah
abnormal)

6
4) Trombosit < 100.000/mm3
5) Peningkatan alanin aminotranferase (ALT)
6) Nyeri kepala berat dan penglihatan kabur
7) Nyeri epigastrum
3. Eklamsia
Apabila ditemukan kejang-kejang pada penderita preeklamsi yang
dapat juga disertai koma. Eklamsia adalah komplikasi yang di tandai
tekanan darah tinggi dan kejang sebelmu, selama, atau setelah persalinan,
eklamsia merupakan kelanjutan dari pre-eklamsia. Wanita hamil yang
kurang dari 20 tahun lebih beresiko mengalami pregnanty-induced
hypertension dan eklamsia.
4. Hipertensi kronik
Hipertensi timbul sebelum umur kehamilan 20 minggu dan menetap
setelah 12 minggu pasca persalinan, gejalanya :
a. Tekanan darah ≥ 140/90 mmHg sebelum kehamilan 20 minggu dan
tidak terkait dengan penyakit tropoblas gestasional.
b. Lebih atau menetap sampai lebih dari 12 minggu pasca persalinan.
5. Hipertensi kronik dengan superimposed preeklamsia
Hipertensi kronik yang disertai tanda-tanda preeklamsia atau hipertensi
kronik yang diserta dengan proteinuria.

7
D. Pemeriksaaan Penunjang  
1. Uji SMAC
Asam urat meningkat pada preeklamsia, tetapi tidak pada hipertensi
kronik. Temuaan bermakna jika > 6, Peningkatan SGOT menandakan
adanya gangguan pada hati.
2. Hitung darah lengkap
a. Peningkatan hematokrit mungkin disebakana oleh hemokonsentrasi
b. Hitung trombosit bila jumlah nya rendah dapat mengidentifikasikan
adanya gangguan vaskuler.
3. Pemeriksaan kadar protein
Pemeriksaan protein dalam urine ini bertujuan untuk mengetahui
komplikasi adanya pre-eklamsia pada ibu hamil yang sering kali
menyebabkan masalah dalam kehamilan maupun persalinan dan
terkadang menyebabkan kesakitan dan kematian pada ibu dan bayi bila
tidak segera diantisipasi. Pemeriksaan protein urine adalah pemeriksaan
protein dengan menggunakan asam asetat 5%, dan apabila setelah di
panaskan urine menjadi kental berarti ada protein dalam urine.
Pengukuran kadar urine dapat dilakukan dengan :
 Urine dipstick : 100 mg/1 atau +1, sekurang-kurangnya di periksa 2
kali urine acak selang jam
 Pengumpulan protein urine dalam 24 jam, di anggap patologis bila
besaran protein urine kurang lebih 300mg/24 jam
Standart kadar kekurahan protein :

NO Keterangan Kadar kekurahan protein


A. Negatif Urine jernih
B. Positif (+) Ada kekeruhan
C. Positif (++) Kekeruhan mudah di lihat dan ada endapan
D. Positif (+++) Urine lebih keruh dan endapan yang lebih jelas
E. Positif (++++) Urine sangat keruh dan di sertai endapan yang
menggumpal

8
4. Kreatinin
Kreatinin merupakan produk hasil reaksi hidrolisis pada fosfokreatina
yang terjadi di otot, yang terjadi dengan ritme yang cukup konstan.
Kreatinin adalah produk limbah yang di gunakan selama kontraksi.
Kreatinin di hasilkan oelh keratin, yakni sebuahmolekul penting dalam
otot yang bertugas dalam memproduksi energi. Sebelum di keluarkan
dari tubuh melalui urine keratin di saring terlebih dahulu oleh ginjal.
Nilai normal :
 Orang dewasa pria : antar 0,6-1,2 mg/dL
 Orang dewasa wanita : antara 0,5-1,1 mg/dL
5. Blood uria nitrogen (BUN)
6. Alanine Transaminase (ALT)
E. Penatalaksanaan
a. Farmakologi
 Metildopa
Metildopa, suatu agonis reseptor-alfa2, adalah obat yang relatif aman,
tetapi antihipertensi ini memiliki aksi onset lambat dan berhubungan
dengan kelelahan yang akhirnya membatasi toleransi pasien terhadap
obat ini. Dosis awal yang bisa digunakan yakni 3x500 mg per hari
dengan dosis maksimal 3 g per hari. Obat pilihan pertama lainnya yakni
labetalol.
 Labetalol
Labetalolmemiliki aksi dengan onset cepat, dapat diberikan secara oral
maupun IV. Namun, di Indonesia tidak terdapat labetalol IV. Dosis
awal labetalol oral adalah 10 mg.
 Nifedipin
Nifedipin juga menjadi obat pilihan untuk mengobat hipertensi kronik.
Dosis nifedipin bervariasi antara 30-90 mg per hari.
 ACE-I (Angiotensin-Converting-Enzyme Inhibitor)
ACE-I (Angiotensin-Converting-Enzyme Inhibitor), misalnya captopril,
harus dihindari selama kehamilan karena berhubungan dengan
disgenesis renal janin atau kematian ketika digunakan pada trimester

9
dua dan tiga dan juga meningkatkan risiko malformasi sistem saraf
pusat dan kardiovaskuler ketika digunakan pada trimester pertama.
 ARB (Antagonis Reseptor Angiotensin II)
ARB (Antagonis Reseptor Angiotensin II) juga tidak boleh digunakan
pada saat hamil karena memiliki mekanisme aksi yang sama dengan
ACE-I.
 Diuretik
Diuretik tidak menyebabkan malformasi janin, tetapi sangat dihindari
saat hamil karena menganggu volume plasma sehingga mengganggu
aliran darah utero-plasenta.
b. Non-farmakologi
Cara menangani kejadian hipertensi pada kehamilan yaitu :
 Dengan cara mengontrol berat badan ibu hamil :
 Menghindari makanan atau minuman yang mengandung alkohol.
 Mengurangi konsumsi makanan ibu hamil yang banyak mengandung
garam.
 Memperbanyak makan yang mengandung serat.
 Mengurangi hal yang bisa membuat ibu hamil stress.
 Melakukan olah raga yang dianjurkan untuk ibu hamil (berenang,
prenatal yoga, jalan kaki sepuluh menit, pilates, menari dan kegel)
dengan melakukan olahraga maka kehamilan yang dijalani akan
berjalan dengan sehat dan persalinan yang dihadapi akan berjalan
lancar.
 Air rebusan daun belimbing
Belimbing wuluh merupakan salah satu bahan alami yang dapat
dimanfaatkan sebagai obat karena memiliki beragam khasiat. Salah satu
khasiat yang dimiliki belimbing wuluh adalah obat anti hipertensi.
Konsumsi yang rutin selama 1 bulan diperkirakan dapat menurunkan
tekanan darah ibu hamil yang hipertensi.
 Pisang ambon
Pisang ambon merupakan buah yang dapat dikonsumsi oleh semua
umur tanpa memiliki efek samping karena mudah didapatkan dan

10
harganya relatif murah. Salah satu manfaat pisang ambon yakni dapat
menurunkan tekanan darah tinggi karena pisang ini memiliki
kandungan kalium yang tinggi tetapi rendah garam sehingga sangat
baik untuk mencegah dan mengurangi tekanan darah tinggi (Yuliarti
2011 di dalam jurnal Hasnawatty dan Endah 2019).
c. Untuk mencegah kejang
MGSO4 adalah obat anti kejang yang bekerja pada sambungan
mioneural dan merelaksasi vasospasme sehingga menyebabkan
peningkatan perpusi ginjal, mobilisasi cairan ekstra seluler (edema dan
diuresis). MGSO4 adalah obat anti kejang namun dapat mengakibatkan
keracunan pada ibu. Dosis yang berlebihan akan membuat kerja otot
menurun sehingga dapat menyebabkan depresi pernapasan berat.
Cara pemberiannya :
Dosis awal :
 MgSO4 : 4g IV sebagai larutan 40% selama 5 menit
 Segera dilanjutkan dengan pemeberian 10g larutan MgSO4 50%,
masing-masing 5g di bokong kanan dan kiri secara IM dalam, di tambah
1 ml lignokain 2% pada semprit yang sama. Pasien akan merasa agak
panas sewaktu pemberian MgSO4
 Jika kejang berulang setelah 15 menit, berikan MgSO4 2g (larutan 40%)
IV selama 5 menit
Dosis pemeliharaan :
 MgSO4 1-2g per infus, 15 tpm atau 5g MgSO4 IM tiap 4 jam
 Larutkan pemberian MgSO4 sampai 24 jam pasca persalinan atau
kejang berakhir
d. Protokol MGSO4 (Magnesium Sulfat)
 Golongan : Antikonvulsan, elektrolit tambahan
 Kategori : Obat resep
 Manfaat : Mengobati hipomagnesemia, mencegah dan mengatasi
kejang pada eklamsia, serta mengobati torsades de pointes.
 Dikonsumsi: Dewasa dan anak-anak
 Kategori kehamilan dan menyusui

11
Kategori D : Ada bukti positif mengenai risiko terhadap janin manusia,
tetapi besarnya manfaat yang diperoleh mungkin lebih besar dari
risikonya, misalnya untuk mengatasi situasi yang mengancam
jiwa.Magnesium sulfat belum diketahui diserap oleh ASI atau tidak.
Bila Anda sedang menyusui, jangan menggunakan obat ini tanpa
memberi tahu dokter.
 Bentuk obat: Cairan suntik atau infus
Peringatan:
 Hindari penggunaan obat ini apabila menderita sakit maag hebat,
obstruksi usus, dan kolitis ulseratif.
 Beri tahu dokter jika pernah atau sedang menderita diabetes, gangguan
jantung, penyakit ginjal, dan gangguan hati.
 Beri tahu dokter jika mengalami gangguan makan, misalnya anoreksia
atau bulimia.
 Beri tahu dokter jika sedang menjalani diet rendah magnesium.
 Beri tahu dokter jika sedang mengonsumsi jenis obat pencahar selama
lebih dari 1 minggu.
 Beri tahu dokter jika sedang menggunakan obat-obatan lain, termasuk
suplemen dan produk herba.
 Jika terjadi reaksi alergi atau overdosis, segera temui dokter.
e. Terminasi kehamilan
Penghentian kehamilan dilakukan pada usia kehamilan 8 bulan.
Tujuan terminasi kehamilan untuk menyelamatkan nyawa ibu maupun
bayi dengan indikasi medis, maka bisa dilakukan dan tentu dengan
persetujuan pasien.
F. Komplikasi
a. Pada ibu
 Sindrom HELLP
HELLP adalah singkatan dari hemolysis, elevated liver enzymes, dan
low platelet count. Hemolysis atau hemolisis mengacu pada kerusakan
sel darah merah, yang dapat menyebabkan anemia. Elevated liver count
adalah kondisi enzim hati meningkat. Ini menandakan organ hati tidak

12
berfungsi dengan baik. Jika sel hati meradang atau luka akan membuat
sejumlah kandungan kimia tercampur ke dalam darah. Low platelet
count adalah jumlah trombosit yang rendah. Jika trombosit rendah
maka seseorang akan memiliki risiko perdarahan yang lebih tinggi dari
kondisi normal.
Sindrom HELLP adalah kelainan langka yang umumnya terjadi di
trimester ketiga kehamilan. Meski langka dan hanya memengaruhi
sekitar satu persen ibu hamil, kamu tetap perlu mewaspadainya. Karena
sindrom ini seringkali hanya dianggap sebagai flu biasa. Sindrom
HELLP memang memiliki gejala seperti flu biasa, namun disertai
dengan sakit perut di bagian atas, pembengkakan di tangan atau wajah
dan juga sakit pada bahu. sindrom ini dapat berkembang menjadi
kondisi yang membahayakan seperti menimbulkan komplikasi
pecahnya hati, gagal ginjal, perdarahan saat melahirkan serta
komplikasi lainnya.
 Eklampsia
 Pre-eklamsia berat
 Solusio plasenta
 Kelainan ginjal
 Perdarahan subkapsula hepar
 Kelainan pembekuan darah
 Ablasio retina
b. Pada janin
 Terhambatnya pertumbuhan janin pada uterus
 Kelahiran premature
 Asfiksia neonatorum
 Kematian dalam uterus
 Peningkatan angka kematian dan kesakitan
 Perinatal

13
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
a. Identitas klien (nama, umur, alamat)
b. Keluhan utama
Keluhan yang paling sering adalah sakit kepala. Terutama area kuduk,
mata berkunang-kunang, pandangan kabur, proteinuria, nyeri ulu hati dan
peka terhadap cahaya.
c. Riwayat penyakit sekarang
Adanya riwayat hipertensi saat ini dawali dengan mudah letih, nyeri
kepala, diplobia, nyeri epigastrum dan nokturia.
d. Riwayat penyakit dahulu
Adanya penyakit lain seperti diabetes mellitus, hipertensi, obesitas, hal
ini untuk mengetahui faktor prediposisi.
e. Riwayat penyakit keluarga
Adanya riwayat keluarga yang mengalami hal yang sama, misalnya
orang tua perempuan.
f. Riwayat psikososial
Meliputi bagaimana penerimaan klien tehadap penyakitnya, dan
bagaimana cara mengatasinya serta bagaimana perilaku klien terhadap
dirinya
g. Pengkajian sistem tubuh
1) Breathing
Sesak napas, batuk dengan atau tanpa dahak, riwayat merokok dan
suara napas tambahan
2) Blood
Adanya trombositopenia dan gangguan pembekuan darah lainnya,
tekanan darah meningkat, kadang terdengar bunyi jantung S2, S3 dan
S4, takikardi, dstensi vena jugularis, kulit pucat nadi teraba jelas

14
3) Brain
Kepala pusing,berdenyut, gangguan penglihatan dan kenaikan
tekanan intrakranial.
4) Bladder
Kaji apakah ada riwayat diabetes mellitus, gangguan pada ginjal dan
konsumsi obat diuretik
5) Bowel
Makanan tinggi garam, protein, lemak kolesterol dan adanya
rangsangan mual muntah dapat mempengaruhi perubahan berat
badan.
6) Bone
Nyeri pada bagian tungkai, nyeri pada sub oksipital berat, nyeri
dada, nyeri ulu hati, dan keamanan meliputi cara berjalan
A. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko cedera tinggi pada ibu berhubungan dengan iribilitas sistem saraf
pusat.
b. Ansietas berhubungan dengan ancaman cedera pada ibu sebelum lahir
c. Resiko cedera pada janin
d. Gangguan integritas jaringan b.d perubahan sirkulasi
e. Devisit pengetahuan b.d kurang terpapar informasi
f. Nyeri b.d agen pencendera fisik
B. Intervensi Keperawatan
 Resiko cidera pada ibu
 Pencegahan cidera
Observasi
 Identifikasi area lingkungan yang berpotensi menyebabkan cidera
 Identifikasi obat yang berpotensi menyebabkan cidera
Terapeutik
 Sediakan pencahayaan yang memadai
 Gunakan lampu tidur selama jam tidur
 Pastikan bel panggilan atau telephone mudah dijangkau
 Pastikan barang – barang pribadi mudah dijangkau

15
 Pertahankan posisi tempat tidur diposisi terendah saat digunakan
 Tingkatkan frekuensi observasi
Edukasi
 Jelaskan alas an intevensi pencegahan jatuh ke pasien dan keluarga
 Anjurkan berganti posisi secara perlahan dan duduk selama
beberapa menit sebelum berdiri
 Pencegahan Jatuh
Observasi
 Identifikasi factor resiko jatuh (misalnya usia lebih 65 tahun,
penurunan tingkat kesadaran, devisit kognitif, hipotensi ortostalik,
gangguan keseimbangan, gangguan penglihatan, neuropati).
 Identifikasi factor lingkungan yang meningkatkan resiko jatuh
(misalnya lantai licin, penerangan kurang).
 Monitor kemampuan berpindah dari tempat tidur ke kursi roda dan
sebaliknya.
Terapeutik
 Orientasikan ruangan pada pasien dan keluarga.
 Pastikan roda tempat tidur dan kursi roda selalu dalam kondisi
terkunci.
 Tempatkan pasien beresiko tinggi jatuh dekat dengan pantauan
perawat dari nurse station.
 Gunakan alat bantu berjalan misalnya kursi roda, walker.
Edukasi
 Anjurkan memanggil perawat jika membutuhkan bantuan untuk
berpindah
 Anjurkan menggunakan alas kaki yang tidak licin.
 Anjurkan berkonsentrasi untuk menjaga keseimbangan tubuh.
 Anjurkan melebarkan jarak kedua kaki untuk meningkatkan
keseimbangan saat berdiri.

16
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hypertensi dalam kehamilan merupakan peningkatan sistolik sebesar 30
mmHg atau diastolik sebesar 15 mmHg di atas nilai dasar tekanan darah.
Beberapa faktor risiko telah digambarkan sebagai predisposisi terhadap
gangguan hipertensi pada kehamilan di seluruh dunia, seperti:
 Teori Genetik
 Teori imuniologi
 Teori kelainan vaskularisasi plasenta
 Teori adaptasi kardiovaskuler
 Teori iskemia plasenta, radikal bebas dan disfungsi edotel
 Nutrisi
 Obesitas
B. Saran
Pendidikan terhadap pengetahuan perawat secara berkelanjutan perlu
ditingkatkan baik secara formal dan informal khususnya pengetahuan yang
berhubungan dengan Keperawatan Maternitas tentang Hipertensi dalam kehamilan
dengan harapan Semoga makalah ini dapat bermanfaat.

17
DAFTAR PUSTAKA

Anggreni Dhonna dkk. 2018. Hipertensi Dalam Kehamilan. STIKes Majapahit:


Mojokerto.
Bardja Sutiati.2017.Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Hipertensi
Dalam Kehamilan Pada Ibu Hamil Di Puskesmas Gunung Jati Tahun
2015.Jurnal Ilmiah Indonesia.Vol. 2, No 11.
Dhonna Anggreni. 2018. Pengaruh Air Rebusan Daun Belimbing Wuluh
(Averrhoa bilimbi l.) Dalam Penurunan Tekanan Darah Ibu
HamilPenderita Hipertensi. Midwifery Journal of STIKes Insan Cendekia
Medika Jombang Volume 16 No. 1.
Hasnawatty Surya Porouw, Endah Yulianingsih.2019. Pisang Ambon dan
Hipertensi Ibu Hamil.Jambura Health and Sport Journal Vol.1,No. 2.
Lail Husnul Nurul.2015. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Hipertensi
Dalam Kehamilan di Puskesmas Sukaraya Kecamatan Karang Bahagia
Kabupaten Bekasi Tahun 2015. Jurnal Ilmu dan Budaya, Vol. 41, No.62.
Novia, Enny.2020.Faktor-faktor terjadinya hipertensi dalam kehamilan di
puskesmas X. Journal Health of Studies. Vol 4, No.1.
Purnawaningsih, Wahyu.(2010). Asuhan Keperawatan Meternitas. Jakarta : Nuha
Medika.
Primadani Kizy Astrid,dkk.2019.Usia Menarche sebagai faktor kejadian pre-
eklamasi dan eklamasi.BKM Journal Of Community Medicine and Public
Health.Vol 34.No2

18
19

Anda mungkin juga menyukai