Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

DOWN SINDROM PADA ANAK

Dosen Pengampu : Alwin Widianto, S.Kep.,Ns.,M.Kes

Disusun oleh :

Mimik Aminatur Rohmah 14201.12.20022

Siti Maria Ulfa 14201.12.20039

PROGRAM SARJANA KEPERAWATAN


STIKES HAFSHAWATY ZAINUL HASAN GENGGONG
PAJARAKAN-PROBOLINGGO
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat ALLAH SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia nya kepada kita semua sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “DOWN SINDROM PADA ANAK ” dengan tepat
waktu .

Tugas ini di tunjukkan untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak. Dan kami
juga mengucapkan terimakasih kepada bapak , selaku dosen pengampu mata kuliah
Keperawatan Anak

Kami menyadari makalah ini banyak kekurangan dan kelemahan ,baik dalam hal mengetik
maupun keseluruhan isinya . Hal ini di sebabkan karena keterbatasan pengetahuan dan
wawasan kami. Oleh sebab itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran untuk
menyempurnakan makalah ini .

Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat khususnya bagi kami dan umumnya bagi
pembaca

PROBOLINGGO, 20 September 2022

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i

DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii

BAB I.........................................................................................................................................1

PENDAHULUAN......................................................................................................................1

1.1Latar Belakang...................................................................................................................1

1.2 Rumusan masalah.............................................................................................................1

1.3 Tujuan Penulisan..............................................................................................................2

BAB II........................................................................................................................................3

PEMBAHASAN........................................................................................................................3

2.1 Penegrtian Down Sindrom...............................................................................................3

2.2 Etiologi.............................................................................................................................3

2.3 Manifestasi Klinis.............................................................................................................5

2.4 Patofisiologi......................................................................................................................6

2.5 Tumbuh Kembang Pada Anak Sindrom Down................................................................6

2.6 Komplikasi.......................................................................................................................7

2.7 Pemeriksaan Diagnostik...................................................................................................7

2.8 Penatalaksanaan................................................................................................................8

2.9 Pencegahan.......................................................................................................................9

2.10 Askep Teori Down Sindrom.........................................................................................10

BAB III.....................................................................................................................................18

PENUTUP................................................................................................................................18

3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................18

3.2 Saran...............................................................................................................................18

2
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................19

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang
Menurut World Health Organization (WHO) Down Syndrome adalah sebuah tipe
retardasi mental yang disebabkan materi genetic kromosom 21. Sindrom ini bisa terjadi
akibat adanya proses yang disebut nondisjunction atau gagal berpisah yang mana materi
genetiknya gagal untuk memisahkan diri selama proses penting dari pembentukan gamet,
menghasilkan kromosom ekstra yang disebut trisomi 21. Penyebab gagal berpisah ini
belum diketahui, walaupun sebenarnya berkolerasi dengan umur ibu penyerta.( WHO,
2016).
Kelaian kromosom yang umum terjadi dan mudah dikenali. Diawali dari nama dokter
Inggris, Langdon dowm. Adanya lipatan pada kelopak mata penderita yaitu lipatan
epikantur yang juga memberi kesan seperti ras mongoloid. Down Syndrome bukan sutu
penyakit, tetapi merupakan suatu kelainan genetic yang dapat terjadi pada pria and wanita
berupa kelaianan kromosom 21 yang dinamakan trisomi 21 (Sudiono Janti, 2007).
Semua penyandang Down Syndrome mengalami keterlambatan kognitif yang efeknya
biasanya dalam taraf ringan ke sedang, dan tidak diindikasikan terhadap banyaknya
kekuatan dan bakat yang dimiliki tiap individu. Anak-anak penyandang Down Syndrome
juga memiliki keterlambatan dalam aspek motorik kasar, motorik halus, bahasa dan
personal sosial, antara lain hipotonus, perhatian penglihatan yang inkonsisten,
ketidakmampuan membuat frase yang bermakna setelah 24 bulan menurut acuan
perkembangan yang dipakai yaitu Denver (Lampiran 1) (National Down Syndrome
Society, 2005)

1.2 Rumusan masalah


1. Pengertian Down Sindrom
2. Etiologi Down Sindrom
3. Manifestasiklini Down Sindrom
4. Patofisiologi Down Sindrom
5. Tumbuh Kembang Pada Anak Down Sindrom
6. Komplikasi Down Sindrom

3
7. Pemeriksaan Diagnostik Down Sindrom
8. Penatalaksanaan Down Sindrom
9. Pencegahan Down Sindrom
10. Askep Teori Down Sindrom

1.3 Tujuan Penulisan


1. Mengetahui pengertian Down Sindrom
2. Mengetahui Etiologi Down Sindrom
3. Mengetahui Manifestasiklini Down Sindrom
4. Mengetahui Patofisiologi Down Sindrom
5. Mengetahui Tumbuh Kembang Pada Anak Down Sindrom
6. Mengetahui Komplikasi Sindrom
7. Mengetahui pemeriksaan diagnostik Down Sindrom
8. Mengetahui Penatalaksanaan Down Sindrom
9. Mengetahui Pencegahan Down Sindrom
10. Mengetahui askep teori Down Sindrom

4
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Penegrtian Down Sindrom


Down syndrome merupakan kelainan yang dapat dikenal dengan melihat
manifestasi klinis yang cukup khas. Kelainan yang berdampak pada keterbelakangan
pertumbuhan fisik dan mental. Syndrome Down adalah suatu kondisi keterbelakangan
perkembangan fisik dan mental anak yang diakibatkan adanya abnormalitas
perkembangan kromosom. Kromosom ini terbentuk akibat kegagalan sepasang
kromosom untuk saling memisahkan diri saat terjadi  pembelahan

Sindroma Down (Trisomi 21, Mongolisme)  adalah suatu kelainan kromosom yang
menyebabkan keterbelakangan mental (retardasi mental) dan kelainan fisik.

Sindrom Down  adalah kecacatan kromosom bercirikan kehadiran bahan genetik


salinan tambahan kromosom pada keseluruhan trisomi 21 atau sebahagian, disebabkan
translokasi kromosom.

Anak down sindrom memiliki banyak masalah yang berhubungan tumbuh


kembangnya meliputi ukuran tubuh pendek, keterlambatan kognitif, bahasa dan interaksi
sosial, mototrik kasar dan halus (Megasari & Kristiana, 2016). Selain itu persepsi
masyarakat yang menganggap mereka anak aneh, dikucilkan oleh lingkungan bermain
dan tidak bisa ikut serta menjadi bagian dalam berbagai hal (Renawati,. Darwis.,&
Wibowo, 2017). Banyaknya permasalahan pada anak down sindrom sering membuat ibu
merasa kesulitan dan cemas dalam perawatan anaknya dan dapat berakibat munculnya
depresi pada pengasuhan anak (Zeisler, 2011)

2.2 Etiologi
Pada tahun 1959 Leujene dkk (dikutip dari sony HS, dalam buku tumbuh kembang
anak karangan Soetjiningsih) melaporkan temuan mereka bahwa pada semua penderita
sindrom down mempunyai 3 kromosom 21 dalam tubuhnya yang kemudian disebut
dengan trisomi 21. tetapi pada tahun  –   tahun berikutnya kelainan kromosom lain juga
mulai tampak, sehingga disimpulkan bahwa selain trisomi 21 ada penyebab lain dari
timbulnya penyakit sindrom down ini.

5
Meskipun begitu penyebab tersering dari sindrom down ini adalah trisomi 21 yaitu
sekitar 92-95%, sedangkan penyebab yang lain yaitu 4,8-6,3% adalah karena keturunan.
Kebanyakan adalah translokasi Robertisonian yaitu adanya  perlekatan antara kromosom
14, 21 dan 22. Penyebab yang telah diketahui adalah kerena adanya kelainan kromosom
yang terletak pada kromosom yang ke 21, yaitu trisomi. Dan penyebab dari kelainan
kromosom ini yaitu

1) Non disjungtion (pembentukan gametosit)

a. Genetik Bersifat menurun. Hal ini dibuktikan dengan penelitian epidemiologi pada
kelurga yang memiliki riwayat sindrom down akan terjadi peningkatan resiko pada
keturunannya  

b. Radiasi Menurut Uchida (dikutip dari Puechel dkk, dalam buku tumbuh kkembang
anak karangan Soetjiningsih) menyatakan bahwa sekitar 30% ibu yang melahirkan
anak dengan sindrom down adal ibu yang pernah mengalami radiasi pada daerah
perut. Sehingga dapat terjadi mutasi gen.

c. Infeksi Infeksi juga dikaitkan dengan sindrom down, tetapi sampai saat ini belum
ada ahli yang mampu menemukan virus yang menyebabkan sindrom down ini.

d. Autoimun Penelitian Fial kow (dikutip dari Puechel dkk, dalam buku tumbuh
kembang anak karangan Soetjiningsih) secara konsisten mendapatkan adanya
perbedaan antibodi ibu  perbedaan antibodi ibu yang melahirkan anak d yang
melahirkan anak dengan sindrom down engan sindrom down dengan anak yang
normal.

e. Usia ibu Usia ibu diatas 35 tahun juga mengakibatkan sindrom down. Hal ini
disebabkan karena penurunan beberapa hormon yang berperan dalam  pembentukan
janin, termasuk hormon LH dan FSH.

f. Ayah Penelitian sitogenetik mendapatkan bahwa 20  –   30% kasus penambahan


kromosom 21 bersumber dari ayah, tetapi korelasi tidak setinggi dengan faktor dari
ibu

2) Gangguan intragametik yaitu gangguan pada gamet, kemungkinan terjadi Translokasi


kromosom 21 dan 15.

6
3) Organisasi nukleus yaitu sintesis protein yang abnormal sehingga menyebabkan
kesalahan DNA menuju ke RNA.

4) Bahan kimia juga dapat menyebabkan mutasi gen janin pada saat dalam kandungan 5)
Frekwensi coitus merangsang kontraksi coitus, sehingga dapat berdampak pada  janin

2.3 Manifestasi Klinis


Berat pada bayi yang baru lahir dengan penyakit sindrom down pada umumnya
kurang dari normal, diperkirakan 20% kasus dengan sindrom down ini lahir dengan berat
badan kurang dari 2500 gram. Anak-anak yang menderita sindroma Down memiliki
penampilan yang khas:

1) Bentuk tulang tengkoraknya asimetris atau ganjil dengan bagian belakang kepalanya
mendatar (sutura sagitalis terpisah).

2) Lesi pada iris mata (bintik Brushfield), matanya sipit ke atas dan kelopak mata
berlipat-lipat (lipatan epikantus) serta jarak pupil yang lebar.

3) Kepalanya lebih kecil daripada normal. (mikrosefalus) dan bentuknya abnormal serta
Leher pendek dan besar

4) Pada bayi baru lahir kelainan dapat berupa Congenital Heart Disease (kelainan jantung
bawaan). kelainan ini yang biasanya berakibat fatal di mana bayi dapat meninggal
dengan cepat.

5) Hidungnya datar (Hidung kemek/Hipoplastik) lidahnya menonjol, tebal dan kerap


terjulur serta mulut yang selalu terbuka.

6) Tangannya pendek dan lebar dengan jari-jari tangan yang pendek dan seringkali hanya
memiliki satu garis tangan pada telapak tangannya. Tapak tangan ada hanya satu lipatan

7) Jarak ibu jari kaki dengan jari kedua lebar

8) Jari kelingking hanya terdiri dari dua buku dan melengkung ke dalam (Plantar
Crease).

9) Telinganya kecil dan terletak lebih rendah

10) Gangguan pertumbuhan dan perkembangan (hampir semua penderita sindroma


Down tidak pernah mencapai tinggi badan rata-rata orang dewasa)

7
11) Keterbelakangan mental.

12) Hiper fleksibilitas.

13) Bentuk palatum yang tidak normal

14) Kelemahan otot

Namun tidak semua ciri  –   ciri di atas akan terpenuhi pada penderita  penyakit
penyakit sindrom sindrom down, berdasarkan berdasarkan penelitian penelitian terakhir
terakhir orang dengan penyakit penyakit sindrom down juga dapat mengukir prestasi
seperti kebanyakan orang yang normal

2.4 Patofisiologi
Down Syndrome disebabkan adanya kelainan pada perkembangan kromosom.
Kromosom merupakan serat khusus yang terdapat pada setiap sel tubuh manusia dan
mengandung bahan genetik yang menentukan sifat-sifat seseorang. Pada bayi normal
terdapat 46 kromosom (23 pasang) di mana kromosom nomor 21 berjumlah 2 buah
(sepasang). Bayi dengan penyakit down syndrome memiliki 47 krososom karena
kromosom nomor 21 berjumlah 3 buah. Kelebihan 1 kromosom (nomor 21) atau dalam
bahasa medisnya disebut trisomi21 ini terjadi akibat kegagalan sepasang kromosom 21
untuk saling memisahkan diri saat terjadi pembelahan. Trisomi-21 menyebabkan fisik
penderita down syndrome tampak berbeda dengan orang-orang umumnya. Selain ciri
khas pada wajah, mereka juga wajah, mereka juga mempunyai tangan mempunyai
tangan yang lebih yang lebih kecil, jari- kecil, jari- jari pendek dan jari pendek dan
kelingking bengkok. Keistimewaan lain yang dimiliki oleh penderita down syndrome
adalah adanya garis melintang yang unik di telapak tangan mereka. Garis yang disebut
simiancrease ini juga terdapat di kaki mereka, yaitu antara telunjuk dan ibu jari mereka
yang berjauhan (sandal foot).

8
PATWAY DOWN SINDROM

Gambar 1. Patway Down Sindrom

2.5 Tumbuh Kembang Pada Anak Sindrom Down


Anak-anak penderita syndrome mongoloid atau down's syndrome memiliki
keterlambatan pada hubungan sosial, motorik, serta kognitifnya, sehingga dapat
dikatakan bahwa anak ini mengalami keterlambatan pada semua aspek kehidupannya.
Tetapi anak yang menderita penyakit sindrom down memiliki tingkatan yang berbeda  -
beda, yaitu dari tingkatan yang tinggi hingga yang paling rendah. Pada segi
intelektualnya anak sindrom down dapat menderita retardasi mental tetapi juga ada anak

9
dengan itelejensi normal, tetapi kebanyakan anak dengan sindrom down memiliki
retardasi dengan tingkat rindgan hingga sedang. Pada perkembangan tubuhnya, anak
sindrom down bisa sangat pendek tetapi bisa sangat tinggi. Serta anak sindrom down bisa
menjadi sangat aktif dan  juga bisa menjadi sangat pasif.

Sekalipun demikian kecepatan pertumbuhan anak dengan sindrom down lebih


lambat dibandingkan dengan anak yang normal, sehingga perlu dilakukan  pemantauan
terhadap pertumbuhannya  pemantauan terhadap pertumbuhannya secara berkelan secara
berkelanjutan. Kita perlu memantau jutan. Kita perlu memantau kadar hormon tiroid bila
pertumbuhan anak tidak sesuai dengan usia. Selain itu kita juga dapat memantau
perkembangan organ  –   organ pencernaan, nungkin terdapat kelainan di dalamnya. Atau
mungkin terdapat kelainan pada organ  jantung yaitu penyakit jantung bawaan.

2.6 Komplikasi
a. Sakit jantung berlubang (mis: Defek septum atrium atau ventrikel, tetralogi fallot)

b. Mudah mendapat selesema, radang tenggorok, radang paru-paru

c. Kurang pendengaran

d. Lambat/bermasalah dalam berbicara

e. Penglihatan kurang jelas

f. Retardasi mental

g. Leukemia

2.7 Pemeriksaan Diagnostik


Pemeriksaan diagnostik digunakan ntuk mendeteksi adanya kelainan sindrom
down, ada beberapa pemeriksaan yang dapat membantu menegakkan diagnosa ini, antara
lain:

1. Pemeriksaan fisik penderita

2. Pemeriksaan kromosom (Kariotip manusia biasa hadir sebagai 46 autosom+XX atau


46 autosom+XY, menunjukkan 46 kromosom dengan aturan XX bagi betina dan 46
kromosom dengan aturan XY bagi jantan, tetapi  pada sindrom sindrom down terjadi
terjadi kelainan kelainan pada kromosom kromosom ke 21 dengan bentuk trisomi atau

10
translokasi kromosom 14 dan 22). Kemungkinan terulang pada kasus (trisomi adalah
sekitar 1%, sedangkan translokasi kromosom 5-15%)

3. Ultrasonograpgy (didapatkan brachycephalic, sutura dan fontela terlambat menutup,


tulang ileum dan sayapnya melebar)

4. ECG (terdapat kelainan jantung)

5. Echocardiogram untuk mengetahui ada tidaknya kelainan jantung bawaan mungkin


terdapat ASD atau VSD.

6.Pemeriksaan darah (percutaneus umbilical blood sampling) salah satunya adalah


Dengan adanya Leukemia akut menyebabkan penderita semakin rentan terkena infeksi,
sehingga penderita ini memerlukan monitoring serta  pemberian terapi pencegah infeksi
yang kuat.

7. Penentuan aspek keturunan

8. Dapat ditegakkan melalui pemeriksaan cairan amnion atau korion pada kehamilan
minimal 3 bulan, terutama kehamilan di usia diatas 35 tahun keatas

9. Pemeriksaan dermatoglifik yaitu lapisan kulit biasanya tampak keriput.

2.8 Penatalaksanaan
1. Penanganan Secara Medis

a. Pendengarannya : sekitar 70-80 % anak syndrom down terdapat gangguan


pendengaran dilakukan tes pendengaran oleh THT sejak dini.  

b. Penyakit jantung bawaan

c. Penglihatan : perlu evaluasi sejak dini.

d.  Nutrisi : akan terjadi gangguan pertumbuhan pada masa bayi / prasekolah.

e. Kelainan tulang : dislokasi patela, subluksasio pangkal paha/ ketidakstabilan


atlantoaksial. Bila keadaan terakhir inisampai menimbulkan medula spinalis atau bila
anak memegang kepalanya dalam  posisi  posisi seperti seperti tortikolit, tortikolit,
makaperlu makaperlu pemeriksaan pemeriksaan radiologis radiologis untuk
memeriksa spinaservikalis dan diperlukan konsultasi neurolugis.

11
2. Pendidikan

a. Intervensi Dini

Program ini dapat dipakai sebagai pedoman bagi orang tua untuk memberi lingkungan
yang memadai bagi anak dengan syndrom down,  bertujuan untuk  bertujuan untuk
latihan motorik latihan motorik kasar dan kasar dan halus serta halus serta petunjuk a
petunjuk agar anak gar anak mampu berbahasa. Selain itu agar ankak mampu mandiri
seperti  berpakaian,  berpakaian, makan, belajar, belajar, BAB/BAK,mandi,yang
BAB/BAK,mandi,yang akan memberi memberi anak kesempatan.

b. Taman Bermain

Misal dengan peningkatan ketrampilan motorik kasar dan halus melalui bermain
dengan temannya, karena anak dapat melakukan interaksi sosial dengan temannya.

c. Pendidikan Khusus (SLB-C)

Anak akan mendapat perasaan tentang identitas personal, harga diri dan kesenangan.
Selain itu mengasah perkembangan fisik, akademis dan dan kemampuan sosial,
bekerja dengan baik dan menjali hubungan  baik

3. Penyuluhan Pada Orang Tua

Diharapkan penjelasan pertama kepada orang tua singkat, karena kita memandang
bahwa perasaan orang tua sangat beragam dan kerena kebanyakan orang tua tidak
menerima diagnosa itu sementara waktu, hal ini  perlu disadari bahwa  perlu disadari
bahwa orang tua orang tua sedang mengalami sedang mengalami kekecewaan. Setelah
kekecewaan. Setelah orang tua merasa bahwa dirinya siap menerima keadaan anaknya,
maka penyuluhan yang diberikan selanjutnya adalah bahwa anak dengan sindrom down
itu juga memiliki hak yang sama dengan anak normal lainnya yaitu kasih sayang dan
pengasuhan.  pengasuhan. Pada pertemuan pertemuan selanjutnya selanjutnya
penyuluhan penyuluhan yang diberikan diberikan antra lain : Apa itu sindrom down,
karakteristik fisik dan antisipasi masalah tumbuh kembang anak. Orang tua juga harus
diberi tahu tentang fungsi motorik,  perkembangan  perkembangan mental dan bahasa.
bahasa. Demikian Demikian juga penjelasan penjelasan tentang tentang kromosom
dengan istilah yang sederhana, informasi tentang resiko kehamilan  berikutnya.

12
2.9 Pencegahan
Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan untuk penyakit sindrom down antara lain :

1. Pencegahan dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan kromosom melalui


amniocentesis bagi para ibu hamil terutama pada bulan-bulan awal kehamilan (lebih
dari 3 bulan). Terlebih lagi ibu hamil yang pernah mempunyai anak dengan Down
syndrome atau mereka yang hamil di atas usia 35 tahun harus dengan hati-hati dalam
memantau perkembangan janinnya karena mereka memiliki resiko melahirkan anak
dengan Down syndrome lebih tinggi. Down Syndrome tidak bisa dicegah, karena
Down Syndrome merupakan kelainan yang disebabkan oleh kelainan jumlah
kromosom. Jumlah kromosm 21 yang harusnya cuma 2 menjadi 3.
2. Konseling genetik juga menjadi alternatif yang sangat baik, karena dapat menurunkan
angka kejadian sindrom down. Dengan Gene targeting atau Homologous
recombination gene dapat dinon-aktifkan. Sehingga suatu saat gen 21 yang
bertanggung jawab terhadap munculnya fenotip sindrom down dapat di non aktifkan

Gambar 2 & 3 .Anak Kelainan Down Sindrm

13
2.10 Askep Teori Down Sindrom
1. Pengkajian

a) Lakukan pengkajian Fisik

b) Lakukan pengkajian perkembangan

c) Dapatkan riwayat keluarga, terutama yang berkaitan dengan usia ibu atau anak lain
mengalami keadaan serupa

d) Observasi adanya manifestasi Sindrom Down:

1). Karakeristik Fisik (Paling sering terlihat)

 Tengkorak bulat kecil dengan oksiput datar


 Lipatan epikantus bagian dalam dan fisura palpebra serong (mata miring ke
atas dan keluar)
 Hidung kecil dengan batang hidung tertekan kebawah (hidung sadel)
 Lidah menjulur kadang berfisura
 Mandibula hipoplastik (membuat lidah tampak besar)
 Palatum berlengkung tinggi
 Leher pendek tebal
 Muskulatur Hipotonik (perut buncit, hernia umbilikus)
 Sendi hiperfleksibel dan lemas
 Tangan dan kaki lebar, pandek tumpul.
 Garis simian (puncak transversal pada sisi telapak tangan)

2.) Intelegensia

 Bervariasi dan retardasi hebat sampai intelegensia normal rendah


 Umumnya dalam rentang ringan sampai sedang
 Kelambatan bahasa lebih berat daripada kelambatan kognitif

3.) Anomaly congenital (peningkatan insiden)

 Penyakit jantung congenital (paling umum)


 Defek lain meliputi:

14
Agenesis renal, atresia duodenum, penyakit hiscprung, fistula esophagus,
subluksasi pinggul. Ketidakstabilan vertebra servikal pertama dan kedua
(ketidakstabilan atlantoaksial)

4.) Masalah Sensori (seringkali berhubungan)

 Kehilangan pendengaran konduktif (sangat umum)


 Strabismus
 Myopia
  Nistagmus
 Katarak
 Konjungtivitis

5.) Pertumbuhan dan perkembangan seksual

 Pertumbuhan tinggi badan dan BB menurun, umumnya obesitas


 Perkembangan seksual terhambat, tidak lengkap atau keduanya
 Infertile pada pria, wanita dapat fertile
 Penuaan premature uum terjadi, harapan hidup rendah

2. Diagnosa Keperawatan

1. Perubahan nutrisi (pada neonatus) : kurang dari kebutuhan berhubungan dengan


kesulitan pemberian makanan karena lidah yang menjulur dan palatum yang tinggi.

2. Risiko tinggi infeksi b/d hipotonia, peningkatan kerentanan terhadap infeksi


pernapasan 3. Risiko tinggi cedera b/d hiperekstensibilitas sendi, instabilitas
atlantoaksial

4. Kurangnya interaksi sosial anak b/d keterbatasan fisik dan mental yang mereka
miliki.

5. Risiko tinggi konstipasi berhubungan dengan hipotonia abdomen

6. Defisit pengetahuan (orang tua) b/d perawatan anak syndrom down.

7. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak yang menderita


Sindrom Down.

15
3. Intervensi

a. Perubahan nutrisi (pada neonatus) : kurang dari kebutuhan berhubungan dengan


kesulitan pemberian makanan karena lidah yang menjulur dan palatum yang tinggi.

Tujuan : kesulitan pemberian makan pada masa bayi menjadi minimal Kriteria Hasil :

 Bayi mengkomsumsi makanan dengan jumlah yang adekuat yang sesuai


dengan usia dan ukurannya
 Keluarga melaporkan kepuasan dalam pemberian makan
 Bayi menambah berat badannya sesuai tabel standar berat badan
 Keluarga mendapatkan manfaat dari pelayanan spesialis

Intervensi:

1. Hisap hidung setiap kali sebelum pemberian makan, bila perlu

Rasional : Untuk menghilangkan mukus

2. Jadwalkan pemberian makan sedikit tapi sering: biarkan anak untuk


beristirahat selama pemberian makan

Rasional : Karena menghisap dan makan sulit dilakukan dengan  pernapasan


mulut

3. Berikan makanan padat dengan mendorongnya ke mulut bagian belakang dan


samping

Rasional : Karena refleks menelan pada anak dengan sindrom down kurang baik

4. Hitung kebutuhan kalori untuk memenuhi energy berdasarkan tinggi dan  berat
badan

Rasional : Memberikan kalori kepada anak sesuai dengan kebutuhan

5. Pantau tinggi dan BB dengan interval yang teratur

Rasional : Untuk mengealuasi asupan nutrisi

6. Rujuk ke spesialis untuk menentukan masalah makananyang spesifik

Rasional : Mengetahui diit yang tepat

16
 b. Risiko tinggi infeksi b/d hipotonia, peningkatan kerentanan terhadap infeksi
pernapasan

Tujuan : pasien tidak menunjukkan bukti infeksi pernafasan

Kriteria hasil : Anak tidak menunjukkan bukti infeksi atau distres pernapasan
(respirasi meningkat, sianosis).

Intervensi:

1. Ajarkan keluarga tentang teknik mencuci tangan yang baik.

Rasional : Untuk meminimalkan pemajanan pada organism infektif

2. Tekankan pentingya mengganti posisi anak dengan sering, terutama


penggunaan postur duduk

Rasional : Untuk mencegah penumpukan sekresi dan memudahkan ekspansi paru

3. Dorong penggunaan vaporizer uap dingin

Rasional : Untuk mencegah krusta sekresi dan mengeringnya membrane mukosa

4. Ajarkan pada keluarga penghisapan hidung dengan spuit tipe-bulb

Rasional : Karena tulang hidung anak tidak berkembang menyebabkan masalah


kronis ketidakadekuatan drainase mucus

5. Dorong kepatuhan terhadap imunisasiyang dianjurkan

Rasional : Untuk mencegah infeksi

c. Risiko tinggi cedera b/d hiperekstensibilitas sendi, instabilitas atlantoaksial

Tujuan: mengurangi risiko terjadinya cedera pada pasien dengan sindrom down
Kriteria hasil :

 Anak berpartisipasi dalam aktivitas bermain dan olahraga.


 Anak tidak mengalami cidera yang berkaitan dengan aktivitas fisik.

Intervensi:

17
1. Anjurkan aktivitas bermain dan olahraga yang sesuai dengan maturasi fisik anak,
ukuran, koordinasi dan ketahanan

Rasional : Untuk menhindari cedera

2. Anjurkan anak untuk dapat berpartisipasi dalam olahraga yang dapat melibatkan
tekanan pada kepala dan leher

Rasional : Menjauhkan anak dari factor resiko cedera

3. Ajari keluarga dan pemberi perawatan lain (mis: guru, pelatih) gejala instabilitas
atlatoaksial

Rasional : Memberikan perawatan yang tepat

4. Laporkan dengan segera adanya tanda-tanda kompresi medulla spinalis (nyeri


leher menetap, hilangnya ketrampilanmotorik stabil dan control kandung
kemih/usus, perubahan sensasi)

Rasional : Untuk mencegah keterlambatan pengobatan

d. Kurangnya interaksi sosial anak b/d keterbatasan fisik dan mental yang mereka miliki.

Tujuan: kebutuhan akan sosialisasi terpenuhi

Kriteria Hasil :

 Anak mampu berinteraksi dengan teman


 Anak mampu berinteraksi dengan teman sebayanya sebayanya Interaksi anak
dengan yang lain jadi lebih baik

Intervensi:

1. Motivasi orang tua agar memberi kesempatan anak untuk bermain dengan teman
sebaya agar anak mud teman sebaya agar anak mudah bersosialisasi ah
bersosialisasi

Rasional : Pertukem anak tidak semaikin terhambat

2. Beri keleluasaan / kebebasan pada anak untuk berekspresi

Rasional : Kemampuan berekspresi diharapkan dapat menggali potensi anak

18
e. Risiko tinggi konstipasi berhubungan dengan hipotonia abdomen

Tujuan : Pasien tidak menunjukan tanda-tanda konsitipasi

Kriteria hasil : Anak tidak mengalami konstipasi

Intervensi :

1. Pantau frekuensi dan karakteristik defekasi

Rasional : untuk mendeteksi konstipasi

2. Tingkatkan hidrasi adekuat

Rasional : untuk mencegah konstipasi

3. Berikan diet tinggi serat pada anak

Rasional : untuk meningkatkan evakuasi feses

4. Berikan pelunak feses,supositoria,atau laksatif sesuai kebutuhan dan intruksi


Rasional : untuk eliminasi usus

f. Defisit pengetahuan (orang tua) b/d perawatan anak syndrom down. Tujuan: orang
tua/keluarga mengerti tentang perawatan pada anaknya

Kriteria Hasil :

 Orang tua mengerti mengenai kondisi anaknya


 Melaporkan mengenai pemahaman terhadap kondisi yang diderita anaknya

Intervensi:

a. Berikan motivasi pada orang tua agar memberi lingkungan yang memadai  pada
anak

Rasional : lingkungan yang memadai mendukung anak untuk  berkembang

b. Dorong partisipasi orang tua dalam memberi latihan motorik kasar dan halus
serta pentunjuk agar anak mampu berbahasa

Rasional : Kemampuan berbahasa pada anak akan terlatih

19
c. Beri motivasi pada orang tua dalam memberi latihan pada anak dalam aktivitas
sehari-hari.

Rasional : Aktivitas sehari-hari akan membantu pertukem anak

g. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak yang menderita


Sindrom Down.

Tujuan :

Pasien (keluarga) menunjukan perilaku kedekatan orangtua dan anak Keluarga siap
untuk menghadapi perawatan anak yang berkenaan dengan defek

Kriteria hasil :

Orang tua dan anak menunjukkan perilaku kedekatan

Keluarga siap untuk menghadapi perawatan anak yang berkenaan dengan defek.

Keluarga mampu menghadapi perawatan yang dibutuhkan untuk mengatasi masalah


kesehatan khusus

Intervensi :

1. Tunjukkan penerimaan terhadap anak melalui perilaku anda sendiri

Rasional : karena orangtua sensitif terhadap sikap afektif orang lain.

2. Jelaskan pada keluarga bahwa kurangnya molding atau clinging pada anak
adalah karakteristik fisik dari sindrom Down

Rasional : karena hal ini mungkin diinterpretasikan dengan mudah sebagai tanda
ketidakdekatan atau penolakan.

3. Anjurkan orangtua untuk selalu berada di dekat anak

Rasional : untuk memberikan keamanan dan menambah kedekatan antara orang tua
dan anak

20
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Down syndrome merupakan kelainan yang dapat dikenal dengan melihat
manifestasi klinis yang cukup khas. Kelainan yang berdampak pada keterbelakangan
pertumbuhan fisik dan mental. Syndrome Down adalah suatu kondisi keterbelakangan
perkembangan fisik dan mental anak yang diakibatkan adanya abnormalitas
perkembangan kromosom. Kromosom ini terbentuk akibat kegagalan sepasang
kromosom untuk saling memisahkan diri saat terjadi  pembelahan

kecepatan pertumbuhan anak dengan sindrom down lebih lambat dibandingkan


dengan anak yang normal, sehingga perlu dilakukan  pemantauan terhadap
pertumbuhannya  pemantauan terhadap pertumbuhannya secara berkelan secara
berkelanjutan. Kita perlu memantau jutan. Kita perlu memantau kadar hormon tiroid bila
pertumbuhan anak tidak sesuai dengan usia. Selain itu kita juga dapat memantau
perkembangan organ  –   organ pencernaan, nungkin terdapat kelainan di dalamnya. Atau
mungkin terdapat kelainan pada organ  jantung yaitu penyakit jantung bawaan.

3.2 Saran
Mahasiswa di harapkan dapat memahami dan mengetahui penyakit down sindrom
pada anak serta bisa membedakan kelainan pada anak Untuk pendidikan sebagai media
pengembangan ilmu pengetahuan khususnya ilmu keperawatan anak. Untuk keluarga
sebagai salah satu terapi alternatif bagi anak down sindrom, bersifat praktis dan
bersahabat dengan anak dan keluarga

21
DAFTAR PUSTAKA
Doenges 2000.  Rencana  Rencana asuhan keperawatan; keperawatan; pedoman pedoman
untuk perencanaan perencanaan dan  pendokumentasian perawatan pasien.
Jakarta: EGC.

Gunarhadi. 2005. Penanganan Anak Syndrome Down Dalam Lingkungan Keluarga dan
Sekolah. Jakarta. Depdiknas

Mirawati, Trisnawati , K.M Arsyad. (2013). Distribusi Jumlah Anak Dengan Down
Syndrome Pada Dua Kelompok Usia Ibu Di Yayasan Pembinaan Anak Cacat
(YPAC) Palembang Tahun 2012. Syifa’MEDIKA,

Pasca Rina, A. (2016). Meningkatkan Life Skill pada Anak Down Syndrome dengan Teknik
Modelling. Persona, Jurnal Psikologi Indonesia, . jurnal.untag-sby.ac.id.

Sudiono, Janti, 2007. Gangguan tumbuh kembang dentokraniofasial. Jakarta: Penerbit buku
kedokteran RGC

22

Anda mungkin juga menyukai