Anda di halaman 1dari 20

Asuhan Keperawatan

Sindrom Down

Oleh :
KELOMPOK 2
Alfi Dhotul Fatkhatin (201801138)

Trisna Sagita

Sintya Palmelay

MATA KULIAH
KMB III
Kelas D

STIKES BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO


TAHUN AJARAN 2019-2020

i
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam ,Yang Maha Suci lagi Maha
Agung .Hanya kepada-NYA kita menyembah dan kepada-NYA pula kita memohon belas
kasihan, karena taufik dan hidayahnya makalah tentang “Sindrom Down” ini dapat
terselesaikan.
Selanjutnya saya ucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dan
mendukung usaha saya dalam menyelesaikan makalah ini sehingga akhirnya dapat
terselesaikan.
Harapan saya agar makalah ini bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya, sebagai
insan yang kurang sempurna, saya menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini terdapat
banyak kekurangan serta kekeliruan, maka dari itu kritik dan saran serta masukan dan
pemikiran yang membangun sangat diharapkan untuk perbaikan makalah ini.

Mojokerto,1 agustus 2020

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.................................................................................................. i
Daftar isi........................................................................................................... ii

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang............................................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah...................................................................................... 1
1.3. Tujuan Penulisan....................................................................................... 2
..........................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Konsep teori ............................................................................................. 3
A .Definisi………………………………………………………………..
B.Etiologi…………………………………………………………………….
C.Manisfestasi Klinik……………………………………………………….
D.Patologi………………………………………………………………….
E.Pathway………………………………………………………………….
F.Pemeriksaan Penunjang……………………………………………………..
G.Penatalaksanaan……………………………………………………………….
H Pencegahan……………………………………………………………………..
2.2 Triger case
2.3 Konsep Asuhan Keperawatan

BAB III PENUTUP


3.1. Kesimpulan........................................................................................ 10
3.2. Saran ................................................................................................. 10

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Dewasa ini banyak orang tua yang ingin memiliki anak dengan kecerdasan diatas rata-
rata dan fisik yang sempurna oleh karena satu dan lain hal ada terdapat kelainan yang dialami
oleh anak-anak salah satunya adalah down syndrome..  Down syndrome  adalah kelainan genetic
yang terjadi pada masa pertumbuhan janin (pada kromosom 21//trisomi 21)dengan gejala yang
sangat bervariasi dan gejala minimal sampai muncul tanda khas berupa keterbelakangan mental
dengan tingkat IQ kurang dari 70 serta bentuk muka (Mongoloid) dan garis telapak tangan yang
khas(Riskesdas, 2013).Berdasarkan hasil penelitian dari Riskesdes 2013, mengatakan bahwa
presentase anak penderita down syndrome di Indonesia pada anak umur 24-59 bulan perlahan
mengalami peningkatan dari data tahun 2010 sebesar 0,12% dan pada tahun 2013 mengalami
peningkatan sebesar 0,13%.

1.1. Rumusan Masalah


A.Apa definisi Down Syndrome?
B. Apa etiologi Down Syndrome?
C. Bagaimana tanda dan gejala Down Syndrome?
D. Bagaimana patofisiologi Down Syndrome?
E. Bagaimana pemeriksaan penunjang Down Syndrome?
F. Bagaiman penatalaksanaan Down Syndrome?
G. Bagaimana komplikasi Down Syndrome?
H. Bagaimana pencegahan Down Syndrome?
I. Bagaimana konsep asuhan keperawatan Down Syndrome?

1.3. Tujuan Penelitian


A. Untuk mengetahui definisi Down Syndrome
B. Untuk mengetahui etiologi Down Syndrome
C. Untuk mengetahui tanda dan gejala Down Syndrome
D. Untuk mengetahui patofisiologi Down Syndrome

4
E. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang Down Syndrome
F. Untuk mengetahui penatalaksanaan Down Syndrome
G. Untuk mengetahui komplikasi Down Syndrome
H. Untuk mengetahui pencegahan Down Syndrome
I. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan Down Syndrome

5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1Konsep Teori
A. Definisi
 Down Syndrome  adalah abnormalitas jumlah kromosom yang sering di jumpai
kebanyakan kasus (92,5%) nondisjunction pada 80% kasus kejadian nondisjunction terjadi pada
meosis ibu fase I. Hasil dari nondisjunction  adalah tiga kopi kromosom 21 (trimosom
21) berdasarkan nomenklatur standar sitogenik trisomi 21 dituliskan sebagai 47, XX, +21
(Marcdante & Kliegman, 2014). Down Syndrome  merupakan suatu kondisi keterbelakangan
fisik dan mental yang diakibatkan adanya abnormalitas perkembangan kromosom yang gagal
memisahkan diri saat terjadi pembelahan (Wiyani, 2014).Kelainan bawaan sejak lahir yang
terjadi pada 1 antara 800-900 bayi. Mongolisma (Down syndrome) ditandai 0leh kelainan jiwa
atau cacat mental mulai dari yang sedang sampai berat. Tetapi hamper semua anak yang
menderita kelainan ini dapat belajar membaca dan merawat dirinya sendiri ( Nurarif, 2015).
Down syndrom merupakan kelainan kromosom autosomal yang paling banyak terjadi pada
manusia.di perkirakan 20% anak dengan down sindrom di lahirkan oleh ibu yang berusia diatas
35 tahun. Syndrom down merupakan cacat bawaan yang di sebabkan oleh adanya kelebihan
kromosom x. Syndrom ini juga disebut trisomy 21,karena 3 dari 21 kromosom menggantikan
yang normal. 95% kasus syndrom down di sebabkan oleh kelebihan kromosom (Nurarif, 2015).

B. Etiologi
Menurut Soetjiningsih (2016) down syndrome  pada anak terjadi karena kelainan kromosom.
Kelainan kromosom kemungkinan
disebabkan oleh :
1. Faktor Genetik
Keluarga yang mempunyai anak dengan down syndrome memiliki kemungkinan lebih besar
keturunan berikutnya mengalami down syndrome dibandingkan dengan keluarga yang tidak
memiliki anak dengan down syndrome.
2. Usia Ibu Hamil
Usia ibu hamil yang diatas 35 tahun kemungkinan melahirkan anak dengan down syndrome 
semakin besar karena berhubungan dengan perubahan endokrin terutama hormone seks antara

6
lain peningkatan sekresi androgen, peningkatan kadar LH ( Luteinizing Hormone) dan
peningkatan kadar FSH ( Follicular Stimulating Hormone).
3. Radiasi
Ibu hamil yang terkena atau pernah terkena paparan radiasi terutama diarea sekitar perut
memiliki kemungkinan melahirkan anak dengan down syndrome.
4. Autoimun
Autoimun tiroid pada ibu yang melahirkan anak down syndrome berbeda dengan ibu yang
melahirkan anak normal.
5. Umur Ayah
Kasus kelebihan kromosom 21 sekitar 20-30 % bersumber dari ayahnya.

C. Manifestasi Klinis
Menurut Soetjiningsih (2013), anak dengan  Down syndrome seringkali memeiliki
berbagai kelainan mental dan malformasi karena ada bahan ekstragenetik dari kromosom 21.
Fenotipnya bervariasi, tetapi umumnya didapat gambaran konstitusional yang cukup bagi klinis
untuk menduga down syndrome  seperti : derajat gangguan mental bervariasi antara ringan
(IQ=50-70), sedang (IQ=35-50), berat (IQ=20-35). Terjadi pula peningkatan risiko kelainan
jantung kongential sebesar 50% dan <1% akan kehilangan pendengaran.Adapun ciri fisik pada
anak dengan down syndrome anatara lain brakisefali, celah antara jari kaki pertama dan kedua,
kulit berlebih di pangkal leher, hiperfleksibilitas, telinga yang abnormal (letak rendah,terlipat,
stenosis meatus), protursi lidah akibat palatum kecil dan sempit, batang hidung datar, jari kelima
pendek dan bengkok kedalam,tangan pendek dan lebar, gemuk dan garis transversal tunggal pada
telapak tangan.

Beberapa bentuk kelainan pada anak dengan syndrom down :


1. Sutura sagitalis yang terpisah
2. Fisura parpebralis yang miring
3. Jarak yang lebar antara kaki
4. Fontanela palsu
5. “plantar crease” jari kaki I dan II
6. Hyperfleksibikit
7. Peningkatan jaringan sekitar leher
8. Bentuk palatum yang abnormal

7
9. Hidung hipoplastik
10. Kelemahan otot dan hipotonia
11. Bercak brushfield pada mata
12. Mulut terbuka dan lidah terjulur
13. Lekukan epikantus (lekukan kulit yang berbentuk bundar)
 pada sudut mata sebelah dalam.
14. Single palmar crease pada tangan kiri dan kanan
15. Jarak pupil yang lebar.
16. Oksiput yang datar.
17. Tangan dan kaki yang pendek serta lebar.
18. Bentuk/struktur telinga yang abnormal.
19. Kelainan mata, tanga, kaki, mulut, sindaktili
20. Mata sipit (Nurarif, 2015).

D. Patofisiologi
Menurut Soetjiningsih (2016) down syndrome disebabkan oleh kelainan pada
perkembangan kromosom. Kromosom merupakan serat khusus yang terdapat pada setiap sel
tubuh manusia dan mengandung bahan genetic yang menentukan sifat seseorang. Pada bayi
normal terdapat 46 kromosom (23 pasang) di mana kromosom nomor 21 berjumlah 2 buah
(sepasang). Bayi dengan down syndrome  memiliki 47 kromosom karena kromosom 21
berjumlah 3 buah. Akibat dari ekstrakromosom muncul fenotip dengan kode (21q22.3)
yang bertanggung jawab atas gambaran wajah khas, kelainan pada tangan dan retardasi mental.
Anak dengan down syndrome  lahir semua perbedaan sudah terlihat dank arena memiliki sel otak
yang lebih sedikit maka anak dengan down syndrome  lebih lambat dalam perkembangan
kognitifnya.

E. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan diagnostic digunakan untuk mendeteksi adanya kelainan  syndrome down,
ada beberapa pemeriksaan yang dapat membantu menegakkan diagnosa ini, antara lain :
1. Pemeriksaan fisik penderita
2. Pemeriksaan kromosom

8
kariotip manusia biasa hadir sebagai 46 autosom+XX atau 46 autosom+XY, menunjukan
46 kromosom dengan aturan XX bagi betina dan 46 kromosom dengan aturan XY bagi jantan,
tetapi padasindrom down terjadi kelainan pada kromosom ke 21 dengan bentuk trisomi atau
translokasi kromosom 14 dan 22.Kemungkinan terulang pada kasus (trisomi adalah sekitar 1%
sedangkan translokasi kromosom 5-15%).
3. Ultrasonography (didapatkan brachycepahalic, suture a dan fontelaterlambat menutup, tulang
ileum dan sayapnya melebar)
4. ECG (terdapat kelainan jantung)
5. Echocardiogram untuk mengetahui ada tidaknya kelainan jantung bawaan mungkin terdapat
ASD atau VSD
6. Pemeriksaan darah (percutaneus umbilical blood sampling) salah satunya adalah dengan
adanya leukemia akut menyebabkan penderita semakin rentan terkena infeksi, sehingga
penderita ini memperlukan monitoring serta pemberian terapi pencegah infeksi yang adekuat.
7. Penentuan aspek keturunan
8. Dapat ditegakkan melalui pemeriksaan cairan amnion atau korion pada kehamilan minimal 3
bulan, terutama kehamilan di usia diatas 35 tahun keatas (Nurarif, 2015).

F Patway
G. Penatalaksanaan
Menurut Soetjiningsih (2013), perawatan anak down syndrome,kompleks karena
banyaknya masalah medis dan psikososial, baik yang timbul segera atau jangka panjang.
Manajemen kesehatan, lingkungan rumah, pendidikan, dan pelatihan vokasional, sangat
berpengaruh terhadap fungsi anak dan remaja down syndrome dan membantu proses transisi ke
masa dewasa.Penanganan lebih lanjut selama masa anak-anak, dan perlu di bahas secara periodic
sesuai tahap perkembangan adalah :
1. Dukungan personal bagi keluarga
2. Dukungan finansialdan medisbagi anak dan keluarga
3. Antisipasi terhadap trauma pada setiap fase perkembangan
4. Pengaturan diet dan olahraga untuk mencegah obesitas
Anak dengan kelainan ini memerlukan perhatian dan penanganan medis yang sama
dengan anak yang normal. Tetapi terdapat beberapa keadaan dimana anak dengan  syndrome
down memerlukan perhatian khusus yaitu dalam hal :
1. Pendengaran : sekitar 70-80% anak down syndrome  dilaporkan terdapat gangguan
pendengaran sejak dini dan secara berkala oleh ahli THT

9
2. Penyakit jantung bawaan : 30-40% down syndrome  disertai dengan penyakit jantung bawaan
yang memerlukan penanganan  jangka panjang oleh ahli jantung
3. Penglihatan : perlu evaluasi sejak dini karena sering mengalami gangguan penglihatan atau
katarak
4.  Nutrisi : akan terjadi gangguan pertumbuhan pada masa bayi/prasekolah maupun obesitas
pada masa remaja atau setelah dewasa sehingga butuh kerja sama dengan ahli gizi
5. Kelainan tulang : dapat terjadi dislokasi patella, subluksasio pangkal paha/ ketidakstabilan
atlantoaksial. Bila keadaan terakhir ini sampai menimbulkan medulla spinalis atau bila anak
memegang kepalanya dalam posisi seperti tortikolis, maka perlu pemeriksaan radiologis untuk
memeriksa spina servikalis dan diperlukan konsultasi neurolugis
6. Lain-lain : aspek medis lainnya yang memerlukan konsultasi dengan para ahli, meliputi
masalah imunologi, gangguan metabolisme atau kekacauan biokimiawi
H. Komplikasi
Menurut Bernstein & Shelov (2016), kelaianan yang akan di alami oleh anak penderita
down syndrome antara lain kelainan saluran cerna (Atresia duodenum, pancreas anular, anus
imperforate), defek neurologic (Hipotonia, kejang), kelainan tulang dan kelainan hematologic.
Menurut Nurarif (2015), komlikasi Down Syndrom antara lain :
1. Sakit jantung berlubang (mis: Defek septum atrium atau ventrikel,
tetralogi fallot)
2. Mudah mendapat selesema, radang tenggorok, radang paru-paru
3. Kurang pendengaran
4. Lambat/bermasalah dalam berbicara
5. Penglihatan kurang jelas
6. Retardasi mental
7. Penyakit azheimer’s ( penyakit kemunduran susunan syaraf pusat)
8. Leukemia (penyakit dimana sel darah putih melipat ganda tanpa
terkendalikan).

I. Pencegahan
Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan untuk penyakit syndrome down antara lain :
1. Melakukan pemeriksaan kromosom melalui amniocentesis bagi para ibu hamil terutama pada
bulan-bulan awal kehamilan (lebih dari 3 bulan). Terlebih lagi ibu hamil yang pernah

10
mempunyai anak dengan  down syndrome  atau mereka yang hamil diatas usia 35 tahun harus
dengan hati-hati dalam memantau perkembangan janinnya karena mereka memiliki resiko
melahirkan anak dengan down syndrome  lebih tinggi,  Down syndrome tidak bisa dicegah,
karena down syndrome merupakan kelainan yang disebabkan oleh kelainan jumlah kromosom.
Jumlah kromosom 21 yang harusnya hanya 2 menjadi 3.
2. Konseling genetic juga menjadi alternative yang sangat baik, karena dapat menurunkan angka
kejadian down syndrome. Dengan Genetargeting atau Homologous recombination gene dapat
dinonaktifkan. Sehingga suatu saat gen 21 yang berlangsung jawab terhadap munculnya fenotip
down syndrome dapat di non aktifkan.

2.2 Triger case


Seorang Ibu datang ke RS Matahari membawa anak bernama Y umur 4 tahun
mengatakan anaknya menangis tidak terkontrol dan terlambat berjalan suhu: 35C nadi :19 RR
:20X/menit Kesehatan ibu selama hamil, penyakit yang pernah diderita serta upaya yang
dilakukan untuk mengatasi penyakitnya, berapa kali, perawatan antenatal, kemana serta
kebiasaan minum jamu-jamuan dan obat yang pernah diminum serta kebiasaan selama hamil.

KONSEP
ASUHAN KEPERAWATAN
DOWN SYNDROM
2.3. Pengkajian
1. Identitas
a.  Nama
Harus lengkap dan jelas, umur perlu dipertanyakan untuk interpretasi tingkat perkembangan anak
yang sudah sesuai dengan umur, jenis
kelamin.
 b.  Nama orang tua :AN.Y
c. Alamat :Mojokerto
d. Umur :4 Thn

11
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Biasanya diawali dari pengalaman dan perasaan cemas ibu klien yang melihat
pertumbuhan dan perkembangan anaknya yangterlambat tidak sesuai dengan kelompok
seusianya.
3. Riwayat penyakit dahulu
Penyakit seperti rubella, tetanus, difteri, meningitis, morbili, polio,pertusis, vricella, dan
ensefalitis dapat berkaitan atau mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan baik secara
enteral maupun parenteral.
4. Riwayat antenatal, natal, dan pascanatal
a. Antenatal
Kesehatan ibu selama hamil, penyakit yang pernah diderita serta upaya yang dilakukan
untuk mengatasi penyakitnya, berapa kali, perawatan antenatal, kemana serta kebiasaan minum
jamu-jamuan dan obat yang pernah diminum serta kebiasaan selama hamil.
 b.  Natal
Tanggal, jam, tempat pertolongan persalinan, siapa yang penolong, cara persalinan
(spontan, ekstraksi vacuum, ekstraksi forcep,sectiosesaria, dan gamelli), presentasi kepala, dan
komplikasi atau kelainan congenital. Keadaan saat lahir dan morbiditas pada hari pertama setelah
lahir, masa kehamilan (cukup, kurang, lebih) bulan.

c. Pascanatal
Lama dirawat di rumah sakit , masalah-masalah yang berhubungan dengan gangguan
system, masalah nutrisi, perubahan  berat badan, warna kulit,pola eliminasi, dan respons lainnya.
Selama neonatal perlu dikaji adanya asfiksia, trauma, dan infeksi.
5. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan
Berat badan, lingkar kepala, lingkar lengan kiri atas, lingkar dada terakhir. Tingkat
perkembangan anak yang telah dicapai motorik kasar, motorik halus, kemampuan bersosialisasi,
dan kemampuan bahasa.
6. Riwayat kesehatan keluarga
Sosial, perkawinan orang tua, kesejahteraan dan ketentraman, rumah tangga yang
harmonis dan pola asuh, asah, dan asih. Ekonomi dan adat istiadat berpengaruh dalam
pengelolaan lingkungan internal
eksternalyang dapat memengaruhi perkembangan intelektual dan  pengetahuan serta
keterampilan anak. Di samping itu juga berhubungan dengan persediaan dan bahan pangan,
sandang, dan papan.

12
7. Pengkajian Berdasarkan Pola Gordon
Pengkajian Berdasarkan Pola Gordon meliputi :
a. Pola persepsi kesehatan dan pola managemen kesehatan
 b. Pola nutrisi
Pola nutrisi, makanan pokok utama apakah ASI atau PASI pada umur anak tertentu. Jika
diberikan PASI ditanyakan jenis, takaran, dan frekuensi pemberian serta makanan tambahan
yang diberikan. Adakah makanan yang disukai, alergi atau masalah makanan yang lainnya.
c. Pola eliminasi
Pola eliminasi, system pencernaan dan perkemihan pada anak perlu di kaji BAB atau
BAK (konsistensi, warna, frekuensi, jumlah, serta bau). Bagaimana tingkat toilet training sesuai
dengan tingkat perkembangan anak.
d. Pola aktivitas dan latihan
Pola aktivitas, kegiatan dan gerakan yang sudah di capai anak pada usia sekelompoknya
mengalami kemunduran atau percepatan.
e. Pola istirahat dan tidur
Pola istirahat, kebutuhan istirahat setiaphari, adakah gangguan tidur,hal-hal yang
mengganggu tidur dan yang mempercepat tidur.
f. Pola persepsi dan kognitif
g. Pola konsep diri dan persepsi diri
h. Pola peran dan hubungan
i. Pola seksualitas
 j. Pola koping dan stres
k. Pola nilai dan keyakinan
8. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan umum pasien saat dikaji , kesan kesadaran, tanda-tanda vital (perubahan suhu,
frekuensi pernapasan, system sirkulasi, dan perfusi  jaringan).
 b. Kepala dan lingkar kepala hendaknya diperiksa sampai anak usia 2
tahun dengan pengukuran diameter oksipito-frontalis terbesar. Ubunubun normal : besar
rata atau sedikit cekung sampai anak usia 18 bulan.

13
c. Mata, reflex mata baik, sclera adakah ikterus, konjungtiva adakah anemis, penurunan
penglihatan (visus).
d. Telinga, simetris, fungsi pendengaran baik.
e. Mulut/leher , keadaan faring, tonsil (adakah pembesaran, hyperemia),adakah pembesaran
kelenjar limfe, lidah dan gigi (kotor atau tidak,adakah kelainan, bengkak, dan gangguan fungsi).
Kelenjar tiroid adakah pembesaran (gondok) yang dapat mengganggu proses pertumbuhan dan
perkembangan anak.
f. Kulit, keadaan warna, turgor, edema, keringat, dan infeksi.
g. Thorak, bentuk simetris, gerakan
h. Paru, normal vesicular, adakah kelainan pernapasan (ronkhi ,wheezing).
i. Jantung, pembesaran, irama, suara jantung, dan bising.
 j. Genitalia, testis, jenis kelamin, apakah labia mayor menutupi labia minor pada perempuan.
k. Ekstremitas, reflek fisiologis, reflek patologis, reflek memegang, sensibilitas, tonus, dan
motorik.

Analisa Data
 No Data Etiologi Masalah
1 DS : Gangguan genetik Resiko keterlambatan
Keluarga pasien  perkembangan
mengatakan pasien
terlambat berjalan
DO :
Pasien tidak bisa
mengontrol
keseimbangan pada
saat berjalan dan harus
di bantu oleh
keluarganya
2 DS : Gangguan emosi Kontrol emosi labil
Keluarga pasien
mengatakan pasien
menangis tidak
terkontrol.
DO :
Pasien terlihat sering
menangis tanpa sebab,
tidak ada kontak mata

14
B. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko keterlambatan perkembangan berhubungan dengan gangguan genetik
2. Kontrol emosi labil berhubungan dengan gangguan emosi pada anak down syndrome

C. Intervensi
Dx Tujuan & Kriteria Hasil (NOC) Intervensi (NIC)
1. Resiko keterlambatan Tujuan : Peningkatan
Perkembangan Setelah dilakukan tindakan Perkembangan : Anak
berhubungadengan keperawatan selama proses (8274)
gangguan keperawatan diharapkan anak dapat Intervensi :
genetik melakukan kegiatan sesuai dengan - Bangun hubungan
perkembangan usianya, dengan saling percaya dengan
indikasi sebagai berikut: anak
Perkembangan Anak : 4 Tahun - Lakukan interaksi
(0106)   personal dengan anak
Indicator Skal - Identifikasi kebutuhan
a unik setiap anak dan
Awal Tujuan tingkat kemampuan
Berjalan, 1 5 adaptasi yang
memanjat, diperlukan
berlari -Bangun hubungan
Naik dan 1 5 saling percaya dengan
turun orangtua
tangga - Ajarkan orangtua
Berjingkrak 1 5 mengenai tingkat
dan   perkembangan normal
melompat dari anak dan perilaku
dengan yang berhubungan
satu kaki -Demonstraksikan
Naik 1 5 kepada orangtua
sepeda roda mengenai kegiatan
tiga atau yang mendukung
sepeda tumbuh kembang
dengan anak
roda -Fasilitasi orangtua
latihan untuk menghubungi
Keterangan :  bantuan komunitas,
1 = tidak pernah menunjukkan   bila diperlukan
2 = jarang menunjukkan - Rujuk orangtua pada
3 = kadang-kadang menunjukkan grup pendukung bila
4 = sering menunjukkan diperlukan

15
5 = Secara konsisten menunjukkan
2. Kontrol emosi labil Tujuan : Bantuan Kontrol Marah
berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan (4640)
gangguan emosi pada keperawatan selama proses Intervensi :
anak down syndrome keperawatan diharapkan anak dapat - Bangun rasa percaya
mengontrol emosinya dengan lebih dan hubungan yang
 baik, dengan indikasi sebagai dekat dengan anak
 berikut: Keseimbangan Alam - Batasi akses terhadap
Perasaan situasi yang membuat
(1204) frustasi sampai pasien
Indicator Sk dapat
ala mengekspresikan
Awal Tujuan (kemarahan) dengan
Menunjukan 2 5 cara yang adaptif
afek yang - Cegah anak menyakiti
sesuai diri sendiri atau orang
dengan situasi lain jika marah
Menunjukan 2 5 -Dorong penurunan
alam perasaan aktivitas yang sangat
yang stabil kuat (mis. Memukul
Menunjukan 2 5 tas, mondar-mandir)
konsentrasi - Berikan metode
 penanganan emosi
Mempertahanka 2 5 (misalnya arahkan
n perawatan terapi bermain)
dan -Bantu anak dan
kebersihan diri keluarga dalam
Menunjukan 2 5 mengidentifikasi
tingkat energy  penyebab marah anak
yang stabil - Berikan
Keterangan : reinforcement   positif
1 = tidak pernah menunjukkan  pada anak saat anak
2 = jarang menunjukkan  berhasil mengontrol
3 = kadang-kadang menunjukkan emosinya
4 = sering menunjukkan -Bantu pasien terkait
5 = Secara konsisten menunjukkan dengan strategi
 perencanaan untuk
mencegah ekspresi
kemarahan yang tidak
tepat
-Instruksikan
 penggunaan cara
untuk membuat
 pasien lebih tenang
(misalnya waktu jeda
dan nafas dalam)

16
- Libatkan keluarga
yang memberikan
 perawatan dalam
merencanakan dan
meningkatkan
 program latihan
- Ciptakan lingkungan
yang aman
- Diskusikan dengan
 pasien atau keluarga
mengenai pengalaman
emosinya
- Eksplorasi apa yang
memicu emosi pasien
- Bantu pasien untuk
mengekspresikan
 perasaan cemas,
marah dan sedih

NO IMPLEMENTASI EVALUASI
1 - Dengan Terapeutik agar anak nyaman S:Masih mengeluh tidak mau diajak bicara
- Dengan cara bermain atau diajak bicara O:An.S belom bisa melakukan tindakan
- Menyesuaikan yang diperlukan perkembangan masih kesulitan
-Meyakinkan orang tua dan membuat A:Masalah belom teratasi
penjelasan yang membuat paham P:Lanjutkan Intervensi ke 2
- Mengajari orangtua
Cara berjalan anak normal
Atau berinteraksi dengan
perkembanganya
-Demonstraksikan S:Mengganguk dan sedikit tersenyum
kepada orangtua 0:Mau diajak bicara dan melihat apa yang
mengenai kegiatan dilakukan perawat
yang mendukung A:Masalahteratasi sebagian
tumbuh kembang P: Lanjutkan Intervensi ke 3
anak seperti belajar mewarnai dll
-Fasilitasi orangtua
untuk menghubungi
 bantuan komunitas,
  bila diperlukan S:Tersenyum saat melihat perwat dan
- Rujuk orangtua pada memnggil mbg kepada perawat
grup pendukung bila 0:Mulai melakukan yang diajrkan perawat
diperlukan A: Masalahteratasi sebagian

P:lanjutkan intervensi selanjunya


2 S:Pasien menolak dengan memukul

17
- Membangu terapeutik perawat
- Melakukan kenyamanan agar emosi 0:Tidak mau disentuh atau diajk bicara
anak dapat terkontrol A:Belom bisa melakukan yang diinginkan
- Mencgah anak menyakiti perawat
diri sendiri atau orang P:Masalah belom teratasi
lain jika marah
-Menorong penurunan
aktivitas yang sangat
kuat (mis. Memukul
tas, mondar-mandir)
- Memberikan
S:Mulai tidak memukul
(misalnya arahkan
0:Memperhatikan perawat
terapi bermain)
A: Masalah teratasi sebagian
-Membantu mengetahui kemarahanya
P:Intervensi dilanjutkan
dengan mendekati dan memperhatikan
- Memberikan
reinforcement   positif S:Tersenyum kepada perawat
 pada anak saat anak 0:bisa menahan sedikit emosi
 berhasil mengontrol A:Masalah teratasi sebagian
emosinya P:Intervensi dilanjutkan
-Mantu pasien terkait
dengan strategi
 perencanaan untuk
mencegah ekspresi
kemarahan yang tidak
tepat
-Megnstruksikan
 penggunaan cara
untuk membuat
 pasien lebih tenang
(misalnya waktu jeda
dan nafas dalam)
- Meliibatkan keluarga
yang memberikan
 perawatan dalam
merencanakan dan
meningkatkan
 program latihan perkembangan
- miptakan lingkungan
yang aman dan nyaman
- Miskusikan dengan
 pasien atau keluarga
mengenai pengalaman
emosinya
- Meksplorasi apa yang
memicu emosi pasien dengan cara

18
membuat sedikit lebih bisa mengontrol
emosi
- Membantu pasien untuk
mengekspresikan
 perasaan cemas,
marah dan sedih

D. Evaluasi
Hasil yang diharapkan dalam asuhan keperawatan dengan klien anak down sindrom
1. Dx 1 : Resiko keterlambatan perkembangan berhubungan dengan gangguan genetik  anak
dapat melakukan kegiatan sesuai dengan perkembangan usianya
2. Dx 2 : Kontrol emosi labil berhubungan dengan gangguan emosi pada anak down syndrome
anak dapat mengontrol emosinya dengan lebih baik

E. Pathway

BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Down syndrom adalah suat kondisi keterbelakangan perkembangan fisik dan mental anak
yang diakibatkan adanya abnormalitas perkembangan kromosom. Kromosom ini tebentuk akibat
kegagalan sepasang kromosom untuk saling memisahkan diri saat terjadi pembelahan. Pada
penderita down syndrom, kromosom kromosom nomor 21 tersebut berjumlah tiga (trisomi),
sehingga totalnya menjadi 47 kromosm.Down syndrom merupakan satu kerusakan atau cacata
fisik bawaan yang disertai keterbelakangan mental, lidahnya tebal dan retakretak atau terbelah,
wajanya datar ceper, dan matanya miring,abnomalitas pada muka, tubuh pendek, dagu atau
mulut kecil, leher pendek, kaki dan tangan terkadang bengkok, dan kelopak mata mempunyai
lipatan epikantus.Down syndrom dapat dicegah dengan melakukan pemeriksan kromosom
melalui amniocentesis bagi para ibu hamil terutama pada bulan-bulan awal kehamilan,
diantaranya yaitu pemeriksaan isik  penderita, Choionic Villus Sampling (CVS), pemeriksaan
kromosom ekokardiogram (ECG), USG, pemeriksaan darah dan Amniosentesis.Untuk
membantu mempercepat kemajuan pertumbuhan dan perkembangan anak, penderita ini biasanya
dilatih dan dididik menjadi manusia yang madiri untuk bisa melakukan semua keperluan
pribadinya sehari-hari seperti berpakaian dan buang air, walaupun kemajuannya lebih lambat

19
dari anak biasa, dengan terapi khusus, diantaranya yaitu terapi wicara, terapi okulasi, terapi
remedial, terapi kognitif, terapi sensori integrasi, dan terapi snoefzelen.
3.2. Saran
Anak tersebut sebaiknya segera diberikan terapi bicara dan latihan fisik, sehingga tetap
dapat bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya serta belajar hidup dengan mandiri.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. (2013). Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS)
2013. Laporan Nasional 2013, (online) 1-384.
(https://doi.org/Desember2013, diakses pada tanggal 1 Oktober 2018)
Marcdante, K,J., Kliegman, R, M., Jenson, H, B., Behrman, R, E. (2014).  Ilmu Kesehatan Anak
Esensial. Edisi 6. Singapore: Elsevier.
Wiyani, N. A. (2014). Buku Ajar Penanganan Anak Usia Dini Berkebutuhan Khusus.
Yogyakarta : Ar-Ruzz Media
Huda nurarif amin & kusuma hardhi, (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosis Medis & NANDA NIC-NOC . Jilid 1. yogyakarta: mediaction Hal 207-211.
Soetjiningsih. (2016). Tumbuh Kembang Anak. Edisi 2. Jakarta : EGC.
Bernstein, D. Shelov, S. (2016). Ilmu Kesehatan Anak. Edisi 3. Jakata : EGC.
LAMPIRAN
Gambar anak dengan Down Syndroms

20

Anda mungkin juga menyukai