Anda di halaman 1dari 16

ASUHAN KEPERAWATAN DOWN SYNDROM PADA ANAK

Disusun Oleh : kelompok 1

1. Yenti enjelina Hulu


2. Eclesia Wau
3. Elshinta Putri Kristiani Zagoto
4. Desi Nurhayati Gulo
5. Geroti Arnidar Halawa
6. Mitanoviani Ndruru
7. Rifani Selfiyanti Harefa
8. Rodearni Betaputri Sagala
9. Rona Uli Agustina Siburian
10. Siti Mardiani Waruwu
11. Yurmei ceria Waruwu
12. Saima nasution
13. ikhtiarni Dachi
14. Sarifah Malikah Kautsar
15. Martha nauli Tampubolon
16. hasnahsari Hutagalung
17. Veronika Sopianti Napitupulu
18. asnidar waoma
19. enisa hulu
20. Elisabet Dewi Sartika Lahagu
21. Dwi Putri laoly
22. Tasya Saputri

Dosen Pembimbing: Devi Ardila, S.Kep.,Ns.,M.Biomed

PRODI D3 KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA
T.A 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan Asuhan Keperawatan ini tentang
"DOWN SYNDROME PADA ANAK".
Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
turut memberikan kontribusi dalam penyusunan Asuhan Keperawatan ini.
Tentunya, tidak akan bisa maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai
pihak.

Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari
penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam asuhan keperawatan ini.
Oleh karena itu, kami dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki asuhan keperawatan ini. Kami berharap semoga
asuhan keperawatan yang kami susun ini memberikan manfaat dan juga inspirasi
untukpembaca.

Medan, 17 Oktober 2023

Kelompok 1
Daftar Isi
Bab I Pendahuluan............................................................................................4
A. Defenisi Down Syndrome.................................................................................4
B. Etiologi.............................................................................................................4
C. Manifestasi klinik.............................................................................................5
D. Patofisiologi......................................................................................................6
E. Pathway.............................................................................................................8
F. Pemeriksaan penunjung....................................................................................8
G. Penatalaksanaan................................................................................................9
H. Komplikasi........................................................................................................10
I. Pencegahan.......................................................................................................11
Bab II Asuhan Keperawatan ............................................................................12
A. Pengkajian ........................................................................................................12
B. Analisa Data......................................................................................................14
C. Diagnosa keperawatan......................................................................................15
Bab IV Penutup ................................................................................................20
A. Kesimpulan ......................................................................................................20
B. Saran.................................................................................................................20
BAB I
PENDAHULUAN
A. Definisi Down Syndrome
Down Syndrome adalah abnormalitas jumlah kromosom yang sering di
jumpai kebanyakan kasus (92,5%) nondisjunction pada 80% kasus kejadian
nondisjunction terjadi pada meosis ibu fase I. Hasil dari nondisjunction
adalah tiga kopi kromosom 21 (trimosom 21) berdasarkan nomenklatur standar
sitogenik trisomi 21 dituliskan sebagai 47, XX, +21 (Marcdante & Kliegman,
2014).
Down Syndrome merupakan suatu kondisi keterbelakangan fisik dan
mental yang diakibatkan adanya abnormalitas perkembangan kromosom yang
gagal memisahkan diri saat terjadi pembelahan (Wiyani, 2014). Kelainan bawaan
sejak lahir yang terjadi pada 1 antara 800-900 bayi. Mongolisma (Down
syndrome) ditandai 0leh kelainan jiwa atau cacat mental mulai dari yang sedang
sampai berat. Tetapi hampir semua anak yang menderita kelainan ini dapat belajar
membaca dan merawat dirinya sendiri (Nurarif, 2015).
Down syndrom merupakan kelainan kromosom autosomal yang paling
banyak terjadi pada manusiadi perkirakan 20% anak dengan down sindrom di
lahirkan oleh ibu yang berusia diatas 35 tahun. Syndrom down merupakan cacat
bawaan yang di sebabkan oleh adanya kelebihan kromosom x. Syndrom ini juga
disebut trisomy 21, karena 3 dari 21 kromosom menggantikan yang normal. 95%
kasus syndrom down di sebabkan oleh kelebihan kromosom (Nurarif, 2015).

B. Etiologi
Menurut Soetjiningsih (2016) down syndrome pada anak terjadi karena
kelainan kromosom. Kelainan kromosom kemungkinan disebabkan oleh:
1. Faktor Genetik
Keluarga yang mempunyai anak dengan down syndrome memiliki kemungkinan
lebih besar keturunan berikutnya mengalami down syndrome dibandingkan
dengan keluarga yang tidak memiliki anak dengan down syndrome.
2. Usia Ibu Hamil
Usia ibu hamil yang diatas 35 tahun kemungkinan melahirkan anak dengan down
syndrome semakin besar karena berhubungan dengan perubahan endokrin
terutama hormone seks antara lain peningkatan sekresi androgen, peningkatan
kadar LH (Luteinizing Hormone) dan peningkatan kadar FSH ( Follicular
Stimulating Hormone).
3. Radiasi
Ibu hamil yang terkena atau pernah terkena paparan radiasi terutama diarea sekitar
perut memiliki kemungkinan melahirkan anak dengan down syndrome.
4. Autoimun
Autoimun tiroid pada ibu yang melahirkan anak down
syndrome berbeda dengan ibu yang melahirkan anak normal.
5. Umur Ayah
Kasus kelebihan kromosom 21 sekitar 20-30 % bersumber dari ayahnya.

C. Manifestasi Klinis
Menurut Soetjiningsih (2013),anak dengan Down syndrome seringkali
memeiliki berbagai kelainan mental dan malformasi karena ada bahan
ekstragenetik dari kromosom 21. Fenotipnya bervariasi, tetapi umumnya didapat
gambaran konstitusional yang cukup bagi klinis untuk menduga down syndrome
seperti: derajat gangguan mental bervariasi antara ringan (IQ=50-70), sedang
(IQ=35-50), berat (IQ=20-35). Terjadi pula peningkatan risiko kelainan jantung
kongential sebesar 50% dan < 1% akan kehilangan pendengaran.
Adapun ciri fisik pada anak dengan down syndrome anatara lain brakisefali, celah
antara jari kaki pertama dan kedua, kulit berlebih di pangkal leher,
hiperfleksibilitas, telinga yang abnormal (letak rendah, terlipat, stenosis meatus),
protursi lidah akibat palatum kecil dan sempit, batang hidung datar,
jari kelima pendek dan bengkok kedalam, tangan pendek dan lebar, gemuk dan
garis transversal tunggal pada telapak tangan. Beberapa bentuk kelainan pada
anak dengan syndrom down: (Nurarif, 2015)
1. Sutura sagitalis yang terpisah
2. Fisura parpebralis yang miring
3. Jarak yang lebar antara kaki
4. Fontanela palsu
5. “plantar crease” jari kaki I dan II
6. Hyperfleksibikit
7. Peningkatan jaringan sekitar leher
8. Bentuk palatum yang abnormal
9. hidung hipoplastik
10. Kelemahan otot dan hipotonia
11. Bercak brushfield pada mata
12. Mulut terbuka dan lidah terjulur
13. Lekukan epikantus (lekukan kulit yang berbentuk bundar) pada sudut mata
sebelah dalam.
14. Single palmar crease pada tangan kiri dan kanan
15. Jarak pupil yang lebar
16. Oksiput yang datar
17. Tangan dan kaki yang pendek serta lebar
18. Bentuk/struktur telinga yang abnormal
19. Kelainan mata, tanga, kaki, mulut, sindaktili
20. Mata sipit
D. Patofisiologi
Menurut Soetjiningsih (2016) down syndrome disebabkan oleh kelainan
pada perkembangan kromosom. Kromosom merupakan serat khusus yang
terdapat pada setiap sel tubuh manusia dan mengandung bahan genetic yang
menentukan sifat seseorang. Pada bayi normal terdapat 46 kromosom (23 pasang)
di mana kromosom nomor 21 berjumlah 2 buah (sepasang). Bayi dengan down
syndrome memiliki 47 kromosom karena kromosom 21 berjumlah 3 buah.
Akibat dari ekstrakromosom muncul fenotip dengan kode (21q22.3) yang
bertanggung jawab atas gambaran wajah khas, kelainan pada tangan dan retardasi
mental. Anak dengan down syndrome lahir semua perbedaan sudah terlihat
dank arena memiliki sel otak yang lebih sedikit maka anak dengan down
syndrome lebih lambat dalam perkembangan kognitifnya.
E. Pathway

F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan diagnostic digunakan untuk mendeteksi adanya kelainan
syndrome down, ada beberapa pemeriksaan yang dapat membantu menegakkan
diagnosa ini, antara lain :
1. Pemeriksaan fisik penderita
2. Pemeriksaan kromosom kariotip manusia biasa hadir sebagai 46 autosom+XX
atau 46 autosom+XY, menunjukan 46 kromosom dengan aturan XX bagi betina
dan 46 kromosom dengan aturan XY bagi jantan, tetapi pada sindrom down
terjadi kelainan pada kromosom ke 21 dengan bentuk trisomi atau translokasi
kromosom 14 dan 22. Kemungkinan terulang pada kasus (trisomi adalah sekitar
1% sedangkan translokasi kromosom 5-15%).
3. Ultrasonography (didapatkan brachycepahalic, suture a dan fontela terlambat
menutup, tulang ileum dan sayapnya melebar)
4. ECG (terdapat kelainan jantung)
5. Echocardiogra untuk mengetahui ada tidaknya kelainan jantung bawaan mungkin
terdapat ASD atau VSD
6. Pemeriksaan darah (percutaneus umbilical blood sampling) salah satunya adalah
dengan adanya leukemia akut menyebabkan penderita semakin rentan terkena
infeksi, sehingga penderita ini memperlukan monitoring serta pemberian terapi
pencegah infeksi yang adekuat.
7. Penentuan aspek keturunan
8. Dapat ditegakkan melalui pemeriksaan cairan amnion atau korion pada kehamilan
minimal 3 bulan, terutama kehamilan diusia diatas 35 tahun keatas (Nurarif,
2015).

G. Penatalaksanaan
Menurut Soetjiningsih (2013), perawatan anak down syndrome, kompleks
karena banyaknya masalah medis dan psikososial, baik yang timbul segera atau
jangka panjang. Manajemen kesehatan, lingkungan rumah, pendidikan, dan
pelatihan vokasional, sangat berpengaruh terhadap fungsi anak dan remaja down
syndrome dan membantu proses transisi ke masa dewasa. Penanganan lebih
lanjut selama masa anak-anak, dan perlu di bahas secara periodic sesuai tahap
perkembangan adalah:
1. Dukungan personal bagi keluarga
2. Dukungan finansialdan medisbagi anak dan keluarga
3. Antisipasi terhadap trauma pada setiap fase perkembangan
4. Pengaturan diet dan olahraga untuk mencegah obesitas.
Anak dengan kelainan ini memerlukan perhatian dan penanganan medis
yang sama dengan anak yang normal. Tetapi terdapat beberapa keadaan dimana
anak dengan syndrome down memerlukan perhatian khusus yaitu dalam hal :
1. Pendengaran: sekitar 70-80% anak down syndrome dilaporkan terdapat gangguan
pendengaran sejak dini dan secara berkala oleh ahli THT
2. Penyakit jantung bawaan: 30-40% down syndrome disertai dengan penyakit
jantung bawaan yang memerlukan penanganan jangka panjang oleh ahli jantung
3. Penglihatan: perlu evaluasi sejak dini karena sering mengalami gangguan
penglihatan atau katarak
4. Nutrisi: akan terjadi gangguan pertumbuhan pada masa bayi/prasekolah maupun
obesitas pada masa remaja atau setelah dewasa sehingga butuh kerja sama dengan
ahli gizi
5. Kelainan tulang: dapat terjadi dislokasi patella, subluksasio pangkal paha/
ketidakstabilan atlantoaksial. Bila keadaan terakhir ini sampai menimbulkan
medulla spinalis atau bila anak memegang kepalanya dalam posisi seperti
tortikolis, maka perlu pemeriksaan radiologis untuk memeriksa spina servikalis
dan diperlukan konsultasi neurolugis
6. Lain-lain: aspek medis lainnya yang memerlukan konsultasi dengan para ahli,
meliputi masalah imunologi, gangguan metabolisme atau kekacauan biokimiawi

H. Komplikasi
Menurut Bernstein & Shelov (2016), kelaianan yang akan di alami oleh
anak penderita down syndrome antara lain kelainan saluran cerna (Atresia
duodenum, pancreas anular, anus imperforate), defek neurologic (Hipotonia,
kejang), kelainan tulang dan kelainan hematologic. Menurut Nurarif (2015),
komlikasi Down Syndrom antara lain :
1. Sakit jantung berlubang (mis: Defek septum atrium atau ventrikel, tetralogi fallot)
2. Mudah mendapat selesema, radang tenggorok, radang paru-paru
3. Kurang pendengaran
4. Lambat/bermasalah dalam berbicara
5. Penglihatan kurang jelas
6. Retardasi mental
7. Penyakit azheimer’s (penyakit kemunduran susunan syaraf pusat)
8. Leukemia (penyakit dimana sel darah putih melipat ganda tanpa terkendalikan).

I. Pencegahan
Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan untuk penyakit syndrome
down antara lain : (Wiryadi, 2015)
1. Melakukan pemeriksaan kromosom melalui amniocentesis bagi para ibu hamil
terutama pada bulan-bulan awal kehamilan (lebih dari 3 bulan). Terlebih lagi ibu
hamil yang pernah mempunyai anak dengan down syndrome atau mereka yang
hamil diatas usia 35 tahun harus dengan hati- hati dalam memantau perkembangan
janinnya karena mereka memiliki resiko melahirkan anak dengan down syndrome
lebih tinggi, Down syndrome tidak bisa dicegah, karena down syndrome
merupakan kelainan yang disebabkan oleh kelainan jumlah kromosom. Jumlah
kromosom 21 yang harusnya hanya 2 menjadi 3.
2. Konseling genetic juga menjadi alternative yang sangat baik, karena dapat
menurunkan angka kejadian down syndrome. Dengan Genetargeting atau
Homologous recombination gene dapat dinonaktifkan. Sehingga suatu saat gen 21
yang berlangsung jawab terhadap munculnya fenotip down syndrome dapat di non
aktifkan.
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Riwayat Penyakit Sekarang
Biasanya diawali dari pengalaman dan perasaan cemas ibu klien yang melihat
pertumbuhan dan perkembangan anaknya yangterlambat tidak sesuai dengan
kelompok seusianya.
2. Riwayat penyakit dahulu
Penyakit seperti rubella, tetanus, difteri, meningitis, morbili, polio, pertusis,
vricella, dan ensefalitis dapat berkaitan atau mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan baik secara enteral maupun parenteral.
3. Riwayat antenatal, natal, dan pascanatal
a. Antenatal
Kesehatan ibu selama hamil, penyakit yang pernah diderita serta upaya
yang dilakukan untuk mengatasi penyakitnya, berapa kali, perawatan antenatal,
kemana serta kebiasaan minum jamu-jamuan dan obat yang pernah diminum serta
kebiasaan selama hamil.
b. Natal
Tanggal, jam, tempat pertolongan persalinan, siapa yang menolong, cara
persalinan (spontan, ekstraksi vacuum, ekstraksi forcep, sectiosesaria, dan
gamelli), presentasi kepala, dan komplikasi atau kelainan congenital. Keadaan
saat lahir dan morbiditas pada hari pertama setelah lahir, masa kehamilan (cukup,
kurang, lebih) bulan.
c. Pascanatal
Lama dirawat di rumah sakit, masalah-masalah yang berhubungan
dengan gangguan system, masalah nutrisi, perubahan berat badan, warna
kulit,pola eliminasi, dan respons lainnya. Selama neonatal perlu dikaji adanya
asfiksia, trauma, dan infeksi.
4. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan
Berat badan, lingkar kepala, lingkar lengan kiri atas, lingkar dada terakhir.
Tingkat perkembangan anak yang telah dicapai motorik kasar, motorik halus,
kemampuan bersosialisasi, dan kemampuan bahasa.
5. Riwayat kesehatan keluarga
Sosial, perkawinan orang tua, kesejahteraan dan ketentraman,
rumah tangga yang harmonis dan pola asuh, asah, dan asih. Ekonomi dan adat
istiadat berpengaruh dalam pengelolaan lingkungan internal eksternalyang dapat
memengaruhi perkembangan intelektual dan pengetahuan serta keterampilan
anak. Di samping itu juga berhubungan dengan persediaan dan bahan pangan,
sandang, dan papan.

6. Pengkajian Berdasarkan Pola Gordon Pengkajian Berdasarkan Pola Gordon


meliputi:
a. Pola persepsi kesehatan dan pola managemen kesehatan
b. Pola nutrisi, makanan pokok utama apakah ASI atau PASI pada umur anak
tertentu. Jika diberikan PASI ditanyakan jenis, takaran, dan frekuensi pemberian
serta makanan tambahan yang diberikan. Adakah makanan yang disukai, alergi
atau masalah makanan yang lainnya.
c. Pola eliminasi Pola eliminasi, system pencernaan dan perkemihan pada anak perlu
di kaji BAB atau BAK (konsistensi, warna, frekuensi, jumlah serta bau).
Bagaimana tingkat toilet training sesuai dengan tingkat perkembangan anak.
d. Pola aktivitas dan latihan Pola aktivitas, kegiatan dan gerakan yang sudah di capai
anak pada usia sekelompoknya mengalami kemunduran atau percepatan.
e. Pola istirahat dan tidur Pola istirahat, kebutuhan istirahat setiaphari, adakah
gangguan tidur, hal-hal yang mengganggu tidur dan yang mempercepat tidur.
f. Pola persepsi dan kognitif
g. Pola konsep diri dan persepsi diri
h. Pola peran dan hubungan
i. Pola seksualitas
j. Pola koping dan stres Pola nilai dan keyakinan

8. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum pasien saat dikaji, kesan kesadaran, tanda-tanda vital (perubahan
suhu, frekuensi pernapasan, system sirkulasi, dan perfus jaringan)
b. Kepala dan lingkar kepala hendaknya diperiksa sampai anak usia 2 tahun dengan
pengukuran diameter oksipito-frontalis terbesar. Ubun-ubun normal : besar rata
atau sedikit cekung sampai anak usia 18 bulan.
c. Mata, reflex mata baik, sclera adakah ikterus, konjungtiva adakah anemis,
penurunan penglihatan (visus).
d. Telinga, simetris, fungsi pendengaran baik.
e. Mulut/leher, keadaan faring, tonsil (adakah pembesaran, hyperemia), adakah
pembesaran kelenjar limfe, lidah dan gigi (kotor atau tidak, adakah kelainan,
bengkak, dan gangguan fungsi). Kelenjar tiroid adakah pembesaran (gondok)
yang dapat mengganggu proses pertumbuhan dan perkembangan anak.
f. Kulit, keadaan warna, turgor, edema, keringat, dan infeksi.
g. Thorak, bentuk simetris, gerakan
h. Paru, normal vesicular, adakah kelainan pernapasan (ronkhi, wheezing).
i. Jantung, pembesaran, irama, suara jantung, dan bising.
j. Genitalia, testis, jenis kelamin, apakah labia mayor menutupi labia minor pada
perempuan.
k. Ekstremitas, reflek fisiologis, reflek patologis, reflek memegang, sensibilitas,
tonus, dan motorik.
B. ANALISA DATA
DATA ETIOLOGI MASALAH
DS : Keluarga pasien Gangguan genetik Risiko Keterlambatan
mengatakan pasien Perkembangan
terlambat Berjalan
DO :Pasien tidak bisa
mengontrol
keseimbangan pada saat
berjalan dan harus di
bantu oleh keluarganya

DS: Ibu klien Gangguan pada refleks Gangguan fungsi


mengatakan bahwa klien palatum dan faringeal menelan
sulit untuk menelan
DO: klien terlihat sangat
sulit untuk menelan

DS: ibu pasien juga Lingkungan, hormone Perubahan pertumbuhan


mengatakan anaknya keturunan, gizi, sosial dan perkembangan
belum bisa berdiri ekonomi Gangguan
ataupun berjalan Ibu perkembangan, Motorik
pasien mengatakan rutin kasar terganggu,
control terkait gangguan
perkembangan yang
dialami anaknya Saat ini
anak baru bisa duduk,
bila anak mau
mengambil sesuatu yang
jauh maka dia
mengambilnya dengan
cara berguling-guling
DO: Tidak mampu
melakukan keterampilan
atau perilaku khas sesuai
usia (makan, minum)
Tidak mampu
melakukan perawatan
diri sesuai usia

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN

SDKI SLKI SIKI


Resiko keterlambatan Status Perkembangan Promosi
perkembangan Membaik (L.10101) Perkembangan Anak
berhubungan dengan Kriteria Hasil (I.10340)
gangguan genetik
1. Keterampilan/perilaku Observasi
(D.0107) sesuai usia meningkat 1. Identifikasi kebutuhan
Faktor risiko untuk
2. Kemampuan melakukan khusus anak dan
masalah risiko gangguan perawatan diri meningkat kemampuan adaptasi
perkembangan adalah: anak
1. Ketidakadekuatan nutrisi Terapeutik
2. Ketidakadekuatan 1. Fasilitasi hubungan
perawatan prenatal anak dengan teman
3. Keterlambatan perawatan sebaya
prenatal 2. Dukung anak
4. Usia hamil di bawah 15 berinteraksi dengan
tahun anak lain
5. Usia hamil di atas 35 3. Dukung anak
tahun mengekpresikan
6. Kehamilan tidak perasaannya secara
terencana positif
7. Kehamilan tidak 4. Dukung anak dalam
diinginkan bermimpi atau
8. Gangguan endokrin berfantasi sewajarnya
9. Prematuritas 5. Dukung partisipasi
10. Kelainan anak di sekolah,
genetik/kongenital ekstrakulikuler dan
aktivitas komunitas
6. Berikan mainan yang
sesuai dengan usia
anak
7. Bernyanyi Bersama
anak lagu-lagu yang
disukai anak
Edukasi

1. Jelaskan nama-nama
benda obyek yang ada
di lingkungan sekitar
2. Ajarkan pengasuh
milestones
perkembangan dan
perilaku yang dibentuk
3. Ajarkan sikap
kooperatif, bukan
kompetisi diantara
anak
4. Ajarkan anak cara
meminta bantuan dari
anak lain, jika perlu
Kolaborasi

1. Rujuk untuk
konseling, jika perlu
Gangguan Menelan Status menelan Dukungan
(D.0063) membaik (L.06052) perawatan diri
Gejala dan tanda mayor Kriteria hasil makan dan minum
Subjektif: 1. Mempertahankan (I.11351)
1. Mengeluh sulit menelan makanan di mulut Observasi
Objektif meningkat 1. Identifikasi diet yang
1. Batuk sebelum menelan 2. Reflek menelan dianjurkan
2. Batuk setelah meningkat 2. Monitor kemampuan
makan/minum 3. Kemampuan menelan
3. Tersedak mengosongkan mulut
3. Monitor status hidrasi
4. Makanan tertinggal di meningkat pasien, jika perlu
rongga mulut 4. Frekuensi tersedak Terapeutik
Gejala dan tanda minor menurun 1. Ciptakan lingkungan
Subjektif: 5. Batuk menurun yang menyenangkan
1. oral selama makan
Objektif: 2. Atur posisi yang
1. Bolus masuk terlalu nyaman untuk
cepat makan/minum
2. Refluks nasal 3. Lakukan oral hygiene
sebelum makan, jika
perlu
4. Letakkan makanan di
sisi mata yang sehat
Edukasi
1. Jelaskan posisi
makanan pada pasien
yang mengalami
gangguan penglihatan
dengan menggunakan
arah jarum jam (mis:
sayur di jam 12,
rendang di jam 3)
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
obat (mis: analgesik,
antiemetik), sesuai
indikasi

Gangguan tumbuh Status perkembangan Perawatan


kembang (D.0106) membaik (L. 10101) perkembangan
Gejala dan tanda mayor Kriteria Hasil (I.10339)
Subjektif: - 1. Keterampilan/perilaku Observasi
Objektif: sesuai usia meningkat 1. Identifikasi
1. Tidak mampu melakukan 2. Kemampuan melakukan pencapaian tugas
keterampilan/perilaku perawatan diri meningkat perkembangan anak
khas sesuai usia (fisik, 2. Identifikasi isyarat
bahasa, motorik, perilaku dan fisiologis
psikososial) yang ditunjukkan bayi
2. Pertumbuhan fisik (mis: lapar, tidak
terganggu nyaman)
Gejala tanda minor Terapeutik
Subjektif: - 1. Pertahankan sentuhan
Objektif: seminimal mungkin
1. Tidak mampu melakukan pada bayi premature
perawatan diri sesuai usia 2. Berikan sentuhan yang
2. Afek datar bersifat gentle dan
3. Respon sosial lambat tidak ragu-ragu
4. Kontak mata terbatas 3. Minimalkan nyeri
5. Nafsu makan menurun 4. Motivasi anak
berinteraksi dengan
anak lain
5. Sediakan aktivitas
yang memotivasi anak
berinteraksi dengan
anak lainnya
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sindrom Down adalah kecacatan kromosom bercirikan kehadiran bahan
genetik salinan tambahan kromosom pada keseluruhan trisomi 21 atau
sebahagian, disebabkan translokasi kromosom (wikipedia melayu). Anak dengan
sindrom down adalah individu yang dapat dikenali dari fenotipnya dan
mempunyai kecerdasan yang terbatas, yang terjadi akibat adanya kromosom 21
yang berlebihan (Soetjiningsih). Penyebab yang spesifik belum diketahui, tapi
kehamilan oleh ibu yang berusia diatas 35 tahun beresiko tinggi memiliki anak
syndrom down. Karena diperjirakan terdapat perubahan hormonal yang dapat
menyebabkan non-disjunction pada kromosom yaitu terjadi translokasi kromosom
21 dan 15. Hal ini dapat mempengaruhi pada proses menua.
B. Saran
Dalam melakukan perawatan pada anak dengan syndrome down, seorang
perawat harus mempu mengajak keluarga untuk aktif berpartisipasi dalam setiap
kegiatan keperawatan. Hal ini ditujukan untuk memberikan pendidikan kepada
keluarga karena setelah keluar dari rumah sakit maka keluargalah yang dituntut
untuk bisa melakukan perawatan home care.

Anda mungkin juga menyukai