Anda di halaman 1dari 18

ASUHAN KEPERAWATAN

DOWN SYNDROME
Tugas Ini Di Ajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah ”Keperawatan
Anak II” Dengan Dosen Pembimbing ”Ns. Rosy Januar S. Kep., M.Kep”

Disusun Oleh :

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU (STIKIM)
Jl. Harapan No.50,RT.2/RW.7, Lenteng Agung, Kec. Jagakarsa, Kota Jakarta Selatan,Daerah
Khusus Ibukota Jakarta 12610
2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas izin-Nya penulis dapat
menyelesaikan makalah inii yang diberi judul “ASUHAN KEPERAWATAN DOWN
SYNDROME”

Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang turut serta
memberikan bantuan dan dukungan kepada penulis dalam proses pembuatan makalah ini.

Penulis berharap makalah ini dapat memberikan kontribusi yang posistif kepada semua pihak
yang berkepentingan. Tak lupa penulis mengharapkan kritik dan saran untuk kemajuan
Bersama.

Cianjur, 16 Januari 2022


DAFTAR ISI
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Anak merupakan anugrah dari Tuhan yang sangat dinantikan kehadirannya, namun
tidak semua anak beruntung dengan mendapatkan kesempurnaan. Terdapat beberapa
anak yang istimewa, berbeda dari yang lain yang harus mendapatkan perhatian
khusus. Anak berkebutuhan khusus adalah mereka yang memerlukan penanganan
khusus yang berkaitan dengan kekhususanya.(Fadhli, 2010). Sama halnya dengan
anak yang normal, anak yang berkebutuhan khusus juga harus di perhatikan,
pertumbuhan dan perkembangan anak sangat penting bagi anak karena menentukan
masa depannya.

Pendidikan adalah hak seluruh warga negara tanpa membedakan asal-usul, status
sosial ekonomi, maupun keadaan fisik seseorang, Anak dengan kebutuhan khusus
(special needs children) dapat diartikan secara simpel sebagai anak yang lambat
(slow) atau mangalami gangguan (retarded) yang tidak akan pernah berhasil di
sekolah sebagaimana anak-anak pada umumnya. Banyak istilah yang dipergunakan
sebagai variasi dari kebutuhan khusus, seperti disability, impairment, dan Handicap.

Menurut World Health Organization (WHO), definisi masing-masing istilah adalah


sebagai berikut:
a. Disability
keterbatasan atau kurangnya kemampuan (yang dihasilkan dari impairment) untuk
menampilkan aktivitas sesuai dengan aturannya atau masih dalam batas normal,
biasanya digunakan dalam level individu.
b. Impairment
kehilangan atau ketidaknormalan dalam hal psikologis, atau struktur anatomi atau
fungsinya, biasanya digunakan pada level organ.
c. Handicap: Ketidak beruntungan individu yang dihasilkan dari impairment atau
disability yang membatasi atau menghambat pemenuhan peran yang normal pada
individu,

Khususnya untuk anak yang mengalami gangguan kognitif seperti, down sindrom,
membutuhkan perhatian yang lebih terutama dari orang-orang sekitar, sehingga
perawat perlu melibatkan lingkungan untuk memberikan asuhan keperawatan pada
anak Untuk itu akan dibahas bagaimana asuhan keperawatan pada anak yang
berkebutuhan khusus.
B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Down Syndrome ?


2. Apa saja etiologi dan manifestasi klinis dari Down Syndrome ?
3. Apa patofisiologi dari Down syndrome ?
4. Bagaimana Asuhan Keperawatan bagi pasien Down Syndrome ?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui dan memahami tentang Down Syndrom


2. Untuk mengetahui manifestasi dan etiologi dari down syndrome
3. Untuk memahami patofisiologi dari Down syndrome
4. Untuk memahami asuhan keperawatan pada pasien down syndrome
BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFINISI DOWN SYNDROM

Menurut World Health Organization (WHO) pengertian down syndrome atau dalam Bahasa
Indonesia disebut Sindrom Down (SD) adalah jenis keterbelakangan mental yang disebabkan oleh
tambahan materi genetik di kromosom 21. Hal ini dapat disebabkan oleh proses yang disebut
nondisjungsi, di mana materi genetik gagal memisahkan diri selama proses pembentukan gamet
sehingga menghasilkan tambahan kromosom yang disebut trisomi 21.

Sindrom Down (SD) merupakan suatu kelainan genetik yang paling sering terjadi dan paling
mudah diidentifikasi. SD atau yang lebih dikenal sebagai kelainan genetik trisomi, di mana terdapat
tambahan kromosom pada kromosom 21. Kromosom ekstra tersebut menyebabkan jumlah protein
tertentu juga berlebih sehingga mengganggu pertumbuhan normal dari tubuh dan menyebabkan
perubahan perkembangan otak yang sudah tertata sebelumnya. Selain itu, kelainan tersebut dapat
menyebabkan keterlambatan perkembangan fisik, ketidakmampuan belajar, penyakit jantung, bahkan
kanker darah/leukemia. Kelainan ini sama sekali tidak berhubungan dengan ras, negara, agama,
maupun status sosial ekonomi (Irwanto dkk, 2019).

B. ETIOLOGI DOWN SYNDROME


Secara umum etiologi Down Syndrome merupakan kelainan kromosom yang disebabkan oleh
genetik, umur ibu dan ayah, radiasi, infeksi, dan autoimun. Berdasarkan patogenesis dari
Down Syndrome disebabkan oleh kelainan genetik yang terjadi pada lebih dari 350 gen
ekstra kromosom 21 .

C. TANDA DAN GEJALA DOWN SYNDROM

 Penampilan wajah yang khas, misalnya memiliki tulang hidung rata dan telinga yang kecil
 Ukuran kepala lebih kecil dan bagian belakangnya datar
 Mata agak naik ke atas, sering kali dengan lipatan kulit yang keluar dari kelopak mata atas
dan menutupi sudut mata bagian dalam
 Leher pendek dengan kulit di belakang leher terlihat agak kendur
 Mulut berukuran kecil dan lidah yang terjulur
 Otot kurang terbentuk dengan sempurna
 Ada celah antara jari kaki pertama dan kedua
 Telapak tangan yang lebar dengan jari-jari yang pendek dan satu lipatan pada telapak
 Berat dan tinggi badan rendah dibanding rata-rata

Perkembangan fisik anak anak dengan kondisi ini juga cenderung lebih lambat daripada yang tidak
terlahir dengan sindrom Down. Misalnya, karena ototnya kurung terbentuk dengan sempurna, anak
dengan kondisi ini mungkin lebih lambat untuk belajar tengkurap. duduk, berdiri, dan berjalan.

D. MANIFESTASI KLINIS

Berat badan waktu lahir dari bayi dengan syndrome down umumnya kurang dari normal. Beberapa
Bentuk Kelainan Pada Anak Dengan Syndrom Down :

 Sutura Sagitalis Yang Terpisah


 Fisura Palpebralis Yang Miring
 Jarak yang lebar antara kaki
 Fontanela Palsu
 "Plantar Crease
 Hyperfleksibilitas
 Peningkatan Jaringan Sekitar Leher
 Bentuk Palatum Yang Abnormal
 Hidung Hipoplasti
 Kelainan otot dan hipotonia
 Bercak Brushfield pada Mata
 Mulut terbuka dan lidah terjulur
 Lekukan epikantus (Lekukan kulit yang berbentuk bundar) pada sudut mata sebelah
dalam
 Single palmar crease pada tangan kiri dan kanan
 Jarak pupil yang lebar
 Oksiput yang datar
 Tangan dan kaki yang pendek serta lebar
 Bentuk/strukti telinga yang abnormal
 Kelainan mata, tangan, kakil mulut, sindaktili
 Bulu mata sipit
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Diagnostik Hasil

1. Pemeriksaan USG 1. Di dapatkan brachycephalie,


sutura dan fontela terlambat
2. Pemeriksaan dermatoglifik
menutup, tulang ileum, dan
3. Pemeriksaan kromosom sayapnya melebar

2. Lapisan kulit tampak keriput

3. Kelainan pada kromosom ke 21


dengan bentuk trisomy atau
translokasi kromosom 14 dan 22

F. PATOFISIOLOGI
Patofisiologi Down syndrome diawali dengan adanya kromosom tambahan pada kromosom
autosomal 21. Kromosom ekstra tersebut dapat muncul akibat kegagalan pemisahan kromosom saat
proses gametogenesis (nondisjunction), akibat translokasi, ataupun mosaicism. Pada kasus yang
sangat langka trisomi 21 dapat timbul akibat isokromosom yakni kondisi dimana terjadi duplikasi
pada salah satu lengan kromosom 21 bersamaan dengan delesi lengan kromosom tersebut. Ekstra
kromosom pada kromosom 21 tersebut menyebabkan kelainan ekspresi gen dengan manifestasi yang
bervariasi pada beberapa sistem organ dan menimbulkan variasi fenotip pada pasien Down syndrome.

Adapun Faktor-faktor yang berperan dalm terjadinya kelainan kromosom :

1. Genetik
Karena menurut hasil penelitian epidemiologi mengatakan adanya peningkatan resiko
berulang bila dalam keluarga terdapat anak dengan syndrome
2. Radiasi
Ada sebagian besar penelitian bahwa sekitar 30 % ibu yang melahirkan anak dengan
syndrome down pernah mengalami radiasi di daerah sebelum terjadi konsepsi.
3. Infeksi dan Kelainan Kehamilan
4. Autoimun dan Kelainan Endokrin pada Ibu Terutama autoimun tiroid atau atau penyakit yang
dikaitkan dengan tiroid
5. Umur Ibu
Apabila umur ibu diatas 35 tahun diperkirakan terdapatperubahan hormonal yang dapat
menyebabkan "non disjunction" pada kromosom. Perubahan. endokrin seperti meningkatnya
sekresi androgen, menurunnya kadar hidroepiandrosteron, menurunnya konsentransi estradiol
sistemik, perubahan konsentrasi reseptor hormone dan peningkatan kadar LH dan FSH secara
tiba-tiba sebelum dan selama menopause.
6. Umur Ayah
Selain itu ada faktor lain seperti gangguan intragametik, organisasi nucleolus, bahan kimia
dan frekuensi koitus

Adapun Ciri-ciri Penderita Down Syndrome :

Ciri-ciri seorang penderita down syndrome menurut Irwanto dkk (2019), adalah sebagai berikut:

1. Penderita down syndrome memiliki bentuk kepala yang relatif lebih kecil dibandingkan
dengan orang normal dengan area datar di bagian tengkuk.
2. penderita down syndrome mempunyai paras muka seperti muka orang Mongol.
 Bagian wajah biasanya tampak sela hidung yang datar, mempunyai pangkal hidung yang
pendek.
 Jarak diantara 2 mata jauh dan berlebihan kulit di sudut dalam.
 Ukuran mulutnya kecil dan ukuran lidah yang besar mengakibatkan lidah selalu terjulur.
 Mulut yang mengecil dan lidah yang menonjol keluar (macroglossia).
 Pertumbuhan giginya lambat dan tidak teratur.
 Ukuran kepala biasanya lebih kecil dan sedikit lebar dari bagian depan ke belakang. Ukuran
leher agak pendek..
3. Manifestasi mulut
pada penderita down syndrome biasanya terdapat gangguan mengunyah, menelan, dan
berbicara. Scrotal tongue, rahang atas kecil (hypoplasia maxilla),
 keterlambatan pertumbuhan gigi, hypodontia, juvenile periodontitis, dan terkadang
timbul bibir sumbing
 terjadi keterlambatan perkembangan pada pubertas.
4. Ukuran tangan , mayoritas pendek termasuk ruas jari-jarinya.
 Jarak jari pertama dan kedua, baik tangan atau kaki melebar.
 Disamping itu lapisan kulit biasanya mengalami kekeriputan (dermatoglyphics).
Garis telapak tangan mereka melintang lurus/horizontal (simian crease). Penderita
down syndrome juga mengalami penurunan tonus otot (hypotonia).
5. Penderita down syndrome memiliki tubuh pendek
Kebanyakan orang dengan penyakit tersebut tidak mampu mencapai tinggi dewasa rata-rata.
6. Kelainan struktur tulang dan otot yang berbeda
 Seorang dengan down syndrome memiliki struktur oral, sistem tulang yang khusus
dengan ketiadaan atau pengurangan tulang pertumbuhan, rongga mulut yang lebih
kecil, dan posisi lidah yang lebih belakang. Perbedaan-perbedaan pada ukuran dan
struktur lidah berkaitan dengan produksi konsonan lidah.
 Selanjutnya, otot wajah yang lemah
akan membatasi pergerakan bibir yang berpengaruh pada produksi konsonan bibir
dan huruf hidup yang bulat.
 Perkembangan bahasa dan bicara penderita down syndrome
biasanya lebih lambat. Mereka mengalami kesulitan bicara secara spontan karena
perbedaan anatomi dan ketulian karena otitis media penderita down syndrome
berbicara dengan tersendat-sendat
 seperti bahasa telegraf yang pendek pendek, dan juga cara pengucapan yang jelek
akan mengakibatkan seseorang dengan kelainan down syndrome sulit dipahami,
khususnya apabila mereka berkomunikasi dengan orang yang asing (Miller dkk
dalam Irwanto dkk, 2019)
7. Keterlambatan motoric
ada beberapa faktor yang menyebabkan seseorang dengan down syndrome mengalami
keterlambatan perkembangan motorik, antara lain faktor kognisi, hipotoni, kekuatan otot yang
berkurang, sendi dan ligament yang longgar, serta faktor susunan tangan.
Penelitian membuktikan bahwa penderita down syndrome mengalami kesulitan memproses
informasi yang diterima oleh saraf mereka untuk kemudian dikoordinasikan menjadi sebuah
gerakan. Proses tersebut membutuhkan waktu yang lebih lama. Semakin beragam
keterampilan yang diberikan, semakin lama pula waktu yang dibutuhkan untuk mengubah
perintah ke dalam aksi. Hipotoni adalah kelemahan pada tonus otot. Hipotoni dapat
menyebabkan gangguan motorik kasar dan halus.

G. PERAN KELUARGA PADA PENDERITA DOWN SYNDROM

Mayoritas penderita down syndrome mempunyai masalah yang sama yaitu cara berkomuniasi,
berperilaku dan emosi yang labil. Ada keterbatasan fungsi adaptif pada penyandang retardasi mental
seperti down syndrome seperti keterampilan komunikasi, perawatan diri, tinggal di rumah,
keterampilan interpersonal atau sosial, penggunaan sumber masyarakat, unjuk diri, keterampilan
akademik, pekerjaan, kesehatan, dan keamanan (Videbeck, 2012). Hal ini menyebabkan keseharian
seseorang dengan down syndrome mengalami kesulitan untuk berkegiatan yang berhubungan dengan
kemandirian, seperti memakai baju, makan, manli dan lain sebagainya. Keadaan tersebut
menyebabkan keluarga sulit menerima keadaan anak dengan down syndrome. Setiap keluarga
memiliki reaksi yang berbeda terhadap fakta bahwa mereka memiliki anggota keluarga dengan down
syndrome, sebagian besar memiliki perasaan yang hampir sama yaitu sedih, rasa tak percaya,
menolak, marah, perasaan tidak mampu dan juga perasaan bersalah. (Fitria dkk, 2013)

Dukungan dan penerimaan dari lingkungan keluarga pada seorang dengan down syndrome akan
memberikan kekuatan, kenyamanan dan keamanan serta meningkatkan kepercayaan diri, sehingga
mereka cenderung tidak lagi mengasingkan diri. Dukungan dari kelurga besar dan kedekatan
emosional akan membantu meminimalkan hambatan perkembangan yang dimiliki oleh penderita
down syndrome. (Fitria dkk, 2013)

Peran lingkungan keluarga dapat berupa penerimaan dan dukungan keluarga yang berupa dukungan
informasi, dukungan emosional, dukungan instrumen, dukungan penghargaan, dan dukungan jaringan
sosial (Sarafino dalam Fitria dkk, 2013).

G. PENCEGAHAN DAN PENANGANAN PENDERITA DOWN SYNDROME

Untuk mencegah lahinya anak down syndrome dapat dilakukan pemeriksaan sedini mungkin.
Pemeriksaan tersebut berupa pemeriksaan kromosom untuk ibu hamil pada trimester pertama
kehamilan, khususnya bagi ibu yang pernah melahirkan anak down syndrome. Ibu hamil dengan usia
lebih dari 40 tahun harus lebih berhati-hati dalam karena mereka berisiko lebih tinggi untuk
melahirkan anak down syndrome (Infodatin Kemenkes RI, 2019).
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

FORMAT PENGKAJIAN
A. PENGKAJIAN
I. PENGUMPULAN DATA
1. IDENTITAS DATA
Nama : An. A
Tanggal lahir : 20 Februari 2014
Umur : 15 Bulan
Jenis kelamin : Perempuan
Anak ke :1
Agama : Islam
Nama ayah/ ibu : Tn. P
Pekerjaan ayah : Swasta
Pekerjaan ibu : Ibu rumah tangga
Alamat : Jl. Aria Wiratanudatar, Kp. babakan, Rt02 Rw04,
Desa Sindanglaka, Kec karangtengah, Kab cianjur
Tanggal masuk RS : 14 mei 2021, pukul 11.15 WIB
Tanggal pengkajian: 15 mei 2021, pukul 10.30 WIB

2. ALASAN KUNJUNGAN/ KELUHAN UTAMA


Lemas dan menangis

3. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG


An. A dibawa oleh orangtuanya ke RSDH (RS Dr. Hafiz) dengan keluhan
lemas dan selalu menangis. An.A baru saja tengkurap pada usia 10 bulan,
pada usia 15 bulan belum bisa duduk dan merangkak, belum bisa makan
nasi, sehingga masih diberi bubur dan makannya hanya sedikit karena
banyak yang terdorong keluar dari mulut.Orangtua Tn.P juga mengeluhkan
An.A belum bisa memanggil mama dan papa, belum bisa memahami
perintah dari orangtuanya dan bila ingin sesuatu dia selalu menangis.
Saat pemeriksaan fisik didapatkan hasil konjungtiva anemis, akral hangat,
BB : 8kg malnutrisi sedang, PB : 70cm, N : 115x/menit, RR : 28x/menit,
anterosterior kepala mendatar, mukosa kering tidak ada Riwayat kejang.

4. RIWAYAT KESEHATAN DAHULU


a. Penyakit waktu kecil : tidak ada
b. Penyakit dirawat dirumah sakit : tidak ada
c. Obat- obatan : tidak ada
d. Alergi : tidak ada
e. Imunisasi : vaksin hepatitis B, vaksin polio,
Vaksin campak, vaksin DPT

5. RIWAYAT KELUARGA
Keluarga Tn.p mengatakan tidak ada anggota keluarga yang memiliki
penyakit menular dan penyakit down syndrome

6. RIWAYAT SOSIAL
Yang mengasuh : orangtua
Hubungan dengan anggota keluarga : anak kandung
Lingkungan rumah : perumahan, tenang, nyaman,
ventilasi cukup
7. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan umum : compos mentis
b. Tanda vital : N: 115x/menit, RR: 28x/menit, S: 36,4c
c. Pemeriksaan kepala leher :
Rambut berwarna hitam, Kepala bagian belakang datar, Leher
pendek, Lidah tebal suka menjulur, mulut selalu terbuka,
bentuk telinga abnormal(kecil), berada dibawah atas sudut mata
d. Pemeriksaan integument :
Bersih, lembut, kering, dan tidak ada lesi
e. Dada dan thorax
Inspeksi : bentuk simetris, ada Gerakan nafas saat inspirasi dan
ekspirasi
f. Abdomen
Bentuk simetris, tidak ada nyeri tekan, bising usus normal
5x/mnt
g. Ekstremitas
Kelemahan otot, kekuatan otot skala, 3, tangan pendek dan
lebar, kaki pendek dan lebar
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakseimbangan nutrisi : b.d ketidakmampuan makan d.d intake nutrisi
adekuat, otot pengunyah lemah, otot menelan lemah,membran mukosa lemah
2. Gangguan tumbuh kembang : b.d gagal tumbuh d.d efek ketidakmampuan
fisik, inkosistensi respon defisiensi stimulus
3. Resiko tinggi cidera b.d hypotonia (kelemahan otot)
4. Defisit Pengetahuan Pada Keluarga Tentang Down Syndrome berhubungan
dengan Kurang Terpapar Informasi

NAMA PASIEN : An.A


UMUR : 15 Bulan
NO REG :
No Tangga Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi
l
1 15 mei Ketidakseimbangan nutrisi Setelah dilakukan Observasi :
2021 b.d ketidakmampuan Tindakan keperawatan 1. Identifikasi status
makan selama 2x24 jam nutrisi
d.d intake nutrisi adekuat, ketidakseimbangan 2. Identifikasi
otot pengunyah lemah, nutrisi teratasi makanan yang
otot menelan lemah, disukai
membran mukosa lemah Dengan kriteria hasil : 3. Identifikasi
1. Intake nutrisi kebutuhan kalori
adekuat dan jenis nutrient
2. Tidak ada kesulitan 4. Monitor asupan
dalam pemberian makanan
makan 5. Monitor berat badan
3. Terdapat kenaikan
berat badan Terapeutik :
1. Sajikan makanan
secara menarik
2. Berikan makanan
tinggi kalori dan
tinggi protein

Edukasi :
1. Anjurkan posisi
duduk, jika mampu
2. 15 mei Gangguan tumbuh Setelah dilakukan Observasi :
2021 kembang b.d gagal tumbuh Tindakan keperawatan 1. Identifikasi kesiapan
d.d efek ketidakmampuan selama 2x 24 jam orangtua dalam
fisik, inkosistensi respon diharapkan anak dapat menerima informasi
defisiensi stimulus melakukan kegiatan 2. Identifikasi factor
sesuai dengan yang menghambat
perkembangan usianya keberhasilan
edukasi
Dengan kriteria hasil :
1. Pertumbuhan dan Terapeutik :
perkembangan 1. Sediakan materi dan
anak menunjukan media Pendidikan
peningkatan secara kesehatan
bertahap 2. Jadwalkan
2. Anak dapat Pendidikan
mengontrol Kesehatan sesuai
keseimbangan kesepakatan
untuk duduk dan 3. Berikan pujian atas
merangkak keberhasilan
3. Kemampuan verbal orangtua
meningkat

Edukasi :
1. Jelaskan stimulus
yang dapat
membantu
mengoptimalkan
perkembangan anak
2. Ajarkan cara
stimulasi
perkembangan
motoric kasar,
motoric halus, dan
Bahasa sesuai
tahapan usia anak

3. 15 mei Resiko tinggi cidera b.d Setelah dilakukan Observasi :


2021 hypotonia (kelemahan otot) Tindakan keperawatan 1. Identifikasi
selama 2x 24 jam gangguan kognitif
diharapkan resiko dan fisik yang
tinggi cidera teratasi memungkinkan
jatuh
Dengan kriteria hasil : 2. Periksa kesiapan,
1. Mengurangi factor- kemampuan
factor yang menerima informasi
menimbulkan dan persepsi
tinggi cidera terhadap risiko jatuh
2. Menunjukan
kemampuan anak Terapeutik :
untuk mencegah 1. Siapkan media
terjadinya cidera tentang factor factor
penyebab, dan
pencegahan risiko
jatuh di rumah

Edukasi ;
1. Ajarkan
mengidentifikasi
perilaku dan factor
resiko jatuh dan cara
mengurangi semua
factor resiko
2. Ajarkan
mengidentifikasi
tingkat kelemahan,
cara berjalan dan
keseimbangan
3. Ajarkan meminta
bantuan saat akan
menggapai sesuatu
yang sulit

4. 15 mei Defisit Pengetahuan Pada Setelah dilakukan Observasi:


2021 Keluarga Tentang Down tindakan keperawatan 1. Identifikasi kesiapan
Syndrome berhubungan selama 2x 24 jam dan kemampuan
dengan Kurang Terpapar diharapkan Tingkat menerima Informasi.
Informasi Pengetahuan 2. Identifikasi faktor-
meningkat dengan faktor yang dapat
meningkatkan dan
kriteria hasil : menurunkan motivasi
1. Perilaku sesuai perilaku
anjuran meningkat. hidup bersih dan sehat.
2. Kemampuan
menjelaskan Terapeutik:
pengetahuan tentang 1. Sediakan materi dan
suatu topik meningkat. media pendidikan
3. Pertanyaan tentang kesehatan.
masalah yang dihadapi 2. Jadwalkan
menurun. pendidikan kesehatan
4. Persepsi yang keliru sesuai kesepakatan.
terhadap masalah 3. Berikan kesempatan
menurun untuk bertanya.

Edukasi:
1. Jelaskan faktor risiko
yang
dapat mempengaruhi
kesehatan.
2. Ajarkan perilaku
hidup bersih
dan sehat.
3. Ajarkan strategi yang
dapat
digunakan untuk
meningkatkan
perilaku hidup bersih
dan sehat.

BAB IV
PENUTUP

a. Kesimpulan

b. Saran
DAFTAR PUSTAKA

adhli, A (2010). Buku pintar kesehatan anak Yogyakarta: Penerbit Pustaka Anggrek.

Monika, & Waruwu, F. E (2006) Jurnal Provitae Volume 2 ,Nomor 2. Anak

Berkebutuhan Khusus: Bagaimana Mengenal dan Menanganinya, 15

Muttaqin, A. (2008) Buku Ajar Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan,
Jakarta: Salemba Medika

https://www.scribd.com/embeds/447931575/content?
start_page=1&view_mode=scroll&access_key=key-fFexxf7r1bzEfWu3HKwf
https://id.scribd.com/document/447931575/askep-down-syndrome-1

Anda mungkin juga menyukai