MAKALAH
“DOWN SYNDROME”
DOSEN PENGAMPU :
Disusun Oleh :
TAHUN 2020/2021
PRODI S1 KEBIDANAN
1
2
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah, kita memuji-Nya, memohon pertolongan dari-Nya, meminta ampunan
dari-Nya dan meminta perlindungan kepada-Nya dari kejahatan diri kita serta keburukan amal perbuatan
kita. Shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW.
Karena hidayah-Nya pula, Alhamdulillah penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul
“Down Syndrome” ini sebagai tugas dari mata kuliah Asuhan Kebidanan pada Kehamilan tepat pada
waktunya. Pada kesempatan ini kami ucapkan terima kasih kepada Ibu Heni Purwati, SST, M.Keb selaku
dosen pengampu mata kuliah Asuhan Kebidanan pada Kehamilan yang telah banyak memberikan
bimbingan dan pengarahan sehingga makalah ini dapat selesai tepat pada waktunya.
Penulis berharap agar apa yang tercantum dalam makalah ini, bisa menjadi pelajaran dan
menambah wawasan buat pembaca dan terutama buat diri penulis sendiri. Kritik dan saran yang bertujuan
membangun dari para pembaca, penulis akan terima dengan senang hati, untuk penulisan Makalah yang
lebih baik lagi.
Penulis
2
3
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang.........................................................................................................4
B. Rumusan Masalah....................................................................................................4
C. Tujuan......................................................................................................................5
BAB II Pembahasan
A. Kesimpulan..............................................................................................................16
B. Saran........................................................................................................................17
Daftar Pustaka
3
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hampir saat ini pada bayi yang baru lahir 1 dari 700 diantaranya mengalami
kelainan bawaan pada kromosom 21 karena berlebihnya nukleosom pada komorom
tersebut atau sering disebut dengan nama Trisomi 21 (Sindrom Down). Mongolisma
(Sindrom down) ditandai oleh kelainan jiwa atau cacat mental mulai dari yang sedang
sampai berat.
Sejauh ini di Indonesia masih kurang pengetahuan masyarakat tentang penyebab
sindrom down dan bagaimana cara menangani anak – anak yang terkena sindrom down.
Banyak keluarga yang memperlakukan anak – anak sindrom down dengan tidak wajar,
dan ada juga kluarga yang menyembunyikan anak mereka yang terkena sindrom down.
Seseorang dengan sindrom down mampu melakukan hal – hal yang dapat dilakukan oleh
anak – anak pada umumnya asalkan mereka dilatih dengan diberikan terapi dan bisa di
sekolahkan disekolah luar biasa (SLB).
Sering juga kita lihat anak –anak dengan sindrom down di perlakukan kasar,
karena perlakuan kasar inilah tak jarang anak sindrom down berperilaku kasar dan sering
disebut pengganggu di lingkungannya. Dampak negatif dari perlakuan inilah yang
membuat anak dengan sindrom down akan kehilangan waktu untuk mengembangkan
potensi dirinya.
B. Rumusan Masalah
4
5
4. Pemeriksaan Diagnostik
5. Penatalaksanaan
6. Jenis-Jenis Terapi yang dibutuhkan Penderita Down Syndrome
C. Tujuan
5
6
BAB II
PEMBAHASAN
6
7
7
8
Kromosom 21 yang lebih akan memberi efek ke semua sistem organ dan
menyebabkan perubahan sekuensi spektrum fenotip. Hal ini dapat menyebabkan
komplikasi yang mengancam nyawa, dan perubahan proses hidup yang signifikan secara
klinis. Down Syndrome akan menurunkan survival prenatal dan meningkatkan morbiditas
prenatal dan postnatal. Anak – anak yang terkena biasanya mengalami keterlambatan
pertumbuhan fisik, maturasi, pertumbuhan tulang dan pertumbuhan gigi yang lambat.
Tubuh manusia terbuat dari sel, yang terdiri dari bagian utamanya yaitu nukleus,
dimana nukleus merupakan tempat menyimpanan gen, kumpulan gen yang mempunyai
struktur disebut kromosom. Normalnya, setiap nukleus dari tiap sel berjumlah 23 pasang
kromosom, dimana setengahnya diwarisi dari masing-masing orang tua. Pada tiap
individu penyandang Down Syndrome sel berjumlah 47, bukan 46 dimana kromosom
ekstra adalah kromosom ke 21. Ini merupakan kelebihan jumlah materi genetik pada
Down Syndrome. Kromosom ke 21 ini dideteksi dengan menggunakan prosedur yang
dinamakan karotype. (National Down Syndrome Society, 2005)
8
9
Kromosom adalah suatu bentuk bahan genetik yang ditemukan pada nukleus sel.
Kromosom membentuk blok-blok yang memberi karekteristik pada tiap individu,
misalnya membentuk warna dari rambut kita, mata kita dan penampilan fisik lainnya. Sel
manusia secara normalnya terdiri dari 23 pasang kromosom, dimana setengahnya
diwariskan dari kedua orang tua. Pada kasus Down Syndrome, beberapa sel dari individu
yang terkena mempunyai sel ganda dari kromosom 21. Bentuk yang paling terlihat dari
Down Syndrome dikenal dengan sebutan Trisomi 21. Kondisi tersebut menyebabkan
kesalahan pada divisi sel yang disebut gagal berpisah. (National Down Syndrome
Society, 2005)
Translokasi merupakan kasus perpindahan kromosom yang terjadi pada badan sel.
Sebanyak 5% kasus Down Syndrome merupakan translokasi badan sel, misalnya
translokasi antara kromososm 14 dan 21, translokasi dapat mempunyai 46 kromososm
yang salah satunya mempunyai badan genetik dari kromosom 14 dan 21. Down
Syndrome tipe translokasi tidak berhubungan dengan usia ibu saat kehamilan, namun
akan meningkat resikonya pada orang tua yang merupakan pembawa sifat. (Sudiono
Janti, 2007)
9
10
10
11
Down Syndrom terjadi hampir merata pada laki-laki dan wanita. Penderita Down
Syndrom memiliki ciri yang khas, diantaranya yaitu:
11
12
D. Pemeriksaan Diagnostik
Untuk mendeteksi adanya kelainan pada kromosom, ada beberapa pemeriksaan
yang dapat membantu menegakkan diagnosa ini, antara lain:
12
13
13
14
Pendidikan
i. Intervensi Dini
Program ini dapat dipakai sebagai pedoman bagi orang tua untuk memberi
lingkunga yang memeadai bagi anak dengan syndrom down, bertujuan untuk
latihan motorik kasar dan halus serta petunjuk agar anak mampu berbahasa.
Selain itu agar ankak mampu mandiri sperti berpakaian, makan, belajar,
BAB/BAK, mandi,yang akan memberi anak kesempatan.Taman Bermain
Misal dengan peningkatan ketrampilan motorik kasar dan halus melalui
bermain dengan temannya, karena anak dapat melakukan interaksi sosial dengan
temannya.
ii. Pendidikan Khusus (SLB-C)
Anak akan mendapat perasaan tentang identitas personal, harga diri dan
kesenangan. Selain itu mengasah perkembangan fisik, akademis dan dan
kemampuan sosial, bekerja dengan baik dan menjali hubungan baik.
iii. Penyuluhan Pada Orang Tua
Suatu terapi yang di pelukan untuk anak DS atau anak bermasalah dengan
keterlambatan bicara, dengan deteksi dini di perlukan untuk mengetahui seawal
mungkin menemukan gangguan kemampuan berkomunikasi, sebagai dasar untuk
memberikan pelayanan terapi wicara.
2) Terapi Okupasi
14
15
Semua terapi ini dilaksanakan sesuai dengan rekomendasi dari tim dokter yang
telah memeriksa anak yang mengalami gangguan. Dengan melatih anak down syndrome,
diharapkan mereka memiliki skill yang makin lama makin berkembang dan mereka
diharapkan dapat mengurus dirinya sendiri dengan aktivitas-aktivitas yang sederhana.
15
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Syndrome Down atau dulu disebut juga mongolism merupakan gangguan
padakromosom yang ditandai dengan cranium kecil, bagian anteroposterior yang
mendatar, jembatan hidung yang dataar, lipatan epikantus, ruas-ruas jari yang pendek,
jarak yang lebar antaara jari tangan dan kaki pertama dan kedua, dan retardasi mental
sedang sampai berat,dengan penyakit Alzheimer yang berkembang pada dekade
keempatatau kelima. Kelainankromosom adalah trisomi kromosom 21 yang
berhubungan dengan usia ibu yang sudah lanjut.
Syndrome Down trisomi 21 dan mosaik tidak terkait faktor hereditas, sehingga
tidak diturunkan. Syndrome Down yang terkait faktor herediter adalah Down syndrome
jenis translokasi. Terapi pada penderita Syndrome Down lebih terkait dengan latihan
kemandirian penderita Syndrome Down dan perawatan kesehatan untuk meningkatkan
harapan hidup penderita.
16
17
B. Saran
Anak yang mengalami down syndrome sebaiknya segera diberikan berbagai dan
latihan fisik, sehingga tetap dapat bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya serta
belajar hidup dengan mandiri.
DAFTAR PUSTAKA
Judarwanto,Widodo. 2010. Down Syndrome Deteksi Dini Pean dan Penatalaksanaan Sindrom
Down. http://childrenclinic.wordpress. com/2010/10/24/down-syndrome-deteksi-dini-
pencegahan-dan-penatalaksanaan-sindrom-down/ (Diakses tanggal 22 Okttober 2012)
17