Anda di halaman 1dari 12

TRIGER CASE

“PEMBERIAN OBAT”

MATA KULIAH KETERAMPILAN DASAR PRAKTIK KLINIK KEBIDANAN

DOSEN PENGAMPU :

Hj.Indah Kusmindarti,SST,.M.Kes

Disusun Oleh :

Musyarifah Nurul Ummah Al-Mukarromah

NIM 202005015

STIKES BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO

TAHUN 2020/2021

PRODI S1 KEBIDANAN
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah, kita memuji-Nya, memohon pertolongan dari-Nya, meminta ampunan
dari-Nya dan meminta perlindungan kepada-Nya dari kejahatan diri kita serta keburukan amal perbuatan
kita. Shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW.

Karena hidayah-Nya pula, Alhamdulillah penulis dapat menyelesaikan trigger case dengan materi
“Pemberian Obat” ini sebagai tugas dari mata kuliah KDPK tepat pada waktunya. Pada kesempatan ini
kami ucapkan terima kasih kepada Ibu Hj.Indah Kusmindarti,SST,.M.Kes selaku dosen pengampu
mata kuliah KDPK yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan sehingga triger case ini
dapat selesai tepat pada waktunya.

Penulis berharap agar apa yang tercantum dalam trigger case ini, bisa menjadi pelajaran dan
menambah wawasan buat pembaca dan terutama buat diri penulis sendiri. Kritik dan saran yang bertujuan
membangun dari para pembaca, penulis akan terima dengan senang hati, untuk penulisan triger case yang
lebih baik lagi.

Mojokerto, 11 Januari 2022

Penulis
PERTANYAAN TRIGER CASE :

Tuliskan tentang definisi, persiapan tindakan dan hal penting yang perlu diperhatikan berkaitan
tindakan pemberian obat di bawah ini: (dikerjakan sesuai dengan pembagian tugas)

a) Lokal/Topikal/Mata/Hidung/Telinga

b) Rektal/Vaginal

c) Oral

JAWABAN TRIGER CASE :

A. Pemberian Obat Lokal/Topikal/Mata/Hidung/Telinga


Pemberian obat secara topical adalah pemberian obat secara lokal dengan cara
mengoleskan obat pada permukaan kuliy atau membrane area mata, hidung, lubang
telinga, vagina dan rectum. Obat yang biasa digunakan untuk pemberian obat topikal
pada kulit adalah obat yang berbentuk krim, lotion, atau salep. Hal ini dilakukan dengan
tujuan melakukan perawatan kulit atau luka, atau menurunkan gejala gangguan kulit yang
terjadi (contoh : lotion)

Jenis – Jenisnya :
1. Lotion
2. Shake Lotion
3. Cream/Krim
4. Salep

Cara pemberian :

 Kulit
Obat yang biasanya digunakan untuk pemberian obat atopikal pada kulit adalah obat
yang berbentuk krim, lotion, spray, atau salep. Hal ini dilakukan dengan tujuan
melakukan perawatan kulit atau luka, atau menurunkan gejala gangguan kulit yang
terjadi (contoh : lotion). Krim, dapat mengandung zat anti fungal (jamur),
kortikosteroid, atay antibiotic yang dioleskan pada kulit dengan menggunakan kapas
lidi steril.

Krim dengan antibiotic sering digunakan pada luka bakar atau ulkus decubitus. Krim
adalah produk berbasis air dengan efek mendinginkan dam emolien. Mereka
mengandung bahan pengawet untuk mencegah pertumbuhan bakteri dan jamur, tetapi
bahan pengawet tertentu dapat menyebabkan sensitisasi dan dermatitis kontak alergi.

Sedangkan salep, dapat digunakan untuk melindungi kulit dari iritasi atau laseransi
kulit akibat kelembaban kulit pada kasus inkontenansia urin atau fekal. Salep
menghidrasi kulit yang kering dan bersisik serta meningkatkan penyerapan zat aktif,
dan karena itu berguna dalam kondisi kulit kering kronis.

Lotion adalah suspensi berair yang dapat digunakan pada permukaan tubuh yang luas
dan pada daerah berbulu. Lotion memiliki efek mengeringkan dan mendinginkan.

Obat transdermal adalah obat yang dirancang untuk larut kedalam kulit untuk
mendapatkan efek sistemik. Tersedia dalam bentuk lembaran. Lembaran obat tersebut
dibuat dengan membrane khusus yang membuat zat obat menyerap perlahan kedalam
kulit. Lembaran ini juga dapat sekaligus mengontrol frekuensi penggunaan obat
selama 24 ± 72 jam.

 Mata

Pemberian obat pada mata dilakukan dengan cara meneteskan obat mata atau
mengoleskan salep mata. Persiapan pemeriksaan struktur internal mata dilakukan
dengan cara mendilatasi pupil, untuk mengukur refraksi lensa dengan cara
melemahkan otot lensa, kemudian dapat juga digunakan untuk menghilangkan iritasi
mata.
Obat mata biasanya berbentuk cairan dan ointment/ obat salep mata yang dikemas
dalam tabung kecil. Karena sifat selaput lender dan jaringan mata yang lunak dan
responsive terhadap obat , maka obat mata biasanya diramudengan kekuatan yang
rendah misalnya 2%

 Telinga

Pemberian obat pada telinga dilakukan dengan cara memberikan tets telinga atau
salep. Obat tetes telinga ini pada umumnya diberikan pada gangguan infeksi telingan,
khususnya pada telinga tengah (otitis eksternal) dan dapat berupa obat antibiotic.

 Hidung

Pemberian obat pada hidung dilakukan dengan cara memberikan tetes hidung yang
dapat dilakukan pada seseorang dengan keradangan hidung.

B. Pemberian Obat Vaginal/Rektal

1. Pemberian Obat melalui Vaginal

Cara memberikan obat dengan memasukkan obat melalui vagina. Dengan tujuan untuk
mendapatkan efek terapi obat (mengurangi rasa nyeri, terbakar, ketidaknyamanan) dan
mengobati saluran vagina atau serviks (infeksi, peradangan).
Jenis-jenisnya adalah cream, jelly, foam, supositoria (contoh: nistatin supositoria, albotil,
tricostatis supositoria, neogiknosa supositoria).Cara pemberiannya dengan irigasi,
mengoleskan, supositoria. Indikasinya adalah klien dengan vagina yang kotor, radang,
infeksi, dan persiapan tindakan bedah jalan lahir (diberikan pada pasien dengan hymen
yang sudah tidak utuh, dan tidak kontak seksual selama pengobatan). Sedangkan kontra
indikasi adalah menstruasi, perdarahan, KPD, placenta previa, partus preterm.
Alat dan Bahan:
- Obat dalam tempatnya
- Bak instrument
- Sarung tangan
- Kain kasa
- Kapas sublimat
- Vaselin / jelly
- Kertas tisu
- Kapas sublimat dalam tempatnya
- Bengkok
- Pengalas
- Lampu sorot/ lampu leher angsa (gcoseneck)

Persiapan:
- Mengindentifikasikan klien dengan tepat (klien, obat, waktu, dosis, cara)
- Menjelaskan kepada klien tujuan tindakan yang akan dilakukan
- Meminta klien untuk berkemih terlebih dahulu
- Menjaga privasi: menutup jendela, korden, dan memasang sampiran atau sketsel
apabila diperlukan
- Menganjurkan orang yang tidak berkepentingan untuk keluar ruangan
- Mengatur posisi klien berbaring, posisi dorsal recumbent
- Menutup dengan selimut mandi dan ekpose hanya pada area perineal saja
-

Gambar 1. Posisi Dorsal Recumbent


Prosedur:
- Cuci tangan
- Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
- Gunakan sarung tangan
- Siapkan obat yang akan digunakan: buka pembungkus obat
- Bersihkan sekitar alat kelamin dengan kapas sublimat
- Inspeksi kondisi genetalia eksterna dan saluran vagina
- Apabila jenis obat suppositoria maka berikan pelumas pada obat
- Regangkan labia minora dengan tangan kiri dan masukkan obat sepanjang dinding
kanal vaginal posterior sampai 7,5-10 cm
- Setelah obat masuk, bersihkan daerah sekitar orifisium dan labia dengan tisu
- Anjurkan untuk tetap dalam posisi kurang lebih 10 menit agar obat bereaksi.
- Lepaskan sarung tangan
- Cuci tangan
- Kaji respon klien
- Dokumentasi: catat identitas, waktu, obat, dosisi/jumlah, dan cara pemberian
Catatan: apabila obat jenis krim, isi aplikator krim atau ikuti petunjuk penggunaan krim
yang ada di kemasan, masukkan aplikator, dan lanjutkan sesuai langkah 8 s.d. 11.

2. Pemberian Obat malalui Rectum

Cara memberikan obat dengan memasukkan obat melalui anus atau rektum, yang
melewati spinkter ani eksterna. Dengan tujuan untuk memberikan efek lokal dan
sistemik. Contoh: efek lokal untuk melunakkan faeces dan merangsang/melancarkan
defekasi, efek sistemik untuk dilatasi bronkus. Manfaatnya tidak menimbulkan iritasi
pada saluran bagian atas, mempunyai tingkatan aliran pembuluh darah yang besar
(pembuluh darah di rectum tidak ditransportasikan melalui liver), dan pada obat tertentu
diabsorpsi dengan baik melalui dinding rectum. Sediaan ada cair (enema), padat
(supositoria). Contoh: supositoria= aminophilin, dulcolac, kaltrofen, stesolid, dumin;
gliserin. Dengan cara supositoria, krim, jelly, foam. Memiliki ndikasi gangguan defekasi,
membersihkan colon, gangguan pernafasan. Sedangkan kontraindikasi klien dengan
pembedahan rectal.
Alat dan bahan
- Obat sesuai yang diperlukan: suppositoria, krim, jelly,atau foam dalam tempatnya
- Aplikator (untuk sediaan bukan supositoria)
- Pelumas/vaselin/ jelly
- Sarung tangan
- Kain kasa
- Kertas tisu
- Bak instrument
- Bengkok
- Pengalas

Persiapan:
- Mengindentifikasikan klien dengan tepat (klien, obat, waktu, dosis, cara)
- Menjelaskan kepada klien tujuan tindakan yang akan dilakukan.
- Meminta klien untuk berkemih terlebih dahulu
- Menjaga privasi: menutup jendela, korden, dan memasang sampiran atau sketsel
apabila diperlukan
- Menganjurkan orang yang tidak berkepentingan untuk keluar ruangan
- Mengatur posisi klien berbaring, posisi sims dengan tungkai bagian atas fleksi ke
depan
- Menutup dengan selimut mandi dan ekpose hanya pada area perineal saja

Gambar 2. Posisi Sims


Prosedur
- Cuci tangan
- Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
- Gunakan sarung tangan
- Buka pembungkus obat dan pegang dengan kain kasa (apabila obat dalam bentuk
selain supositoria, maka masukkan obat dalam aplikator sesuai dosis)
- Oleskan ujung pada aplikator/obat suppositoria dengan pelican
- Minta klien untuk menarik nafas dalam untuk merelaksasikan sfingter ani
- Regangkan glutea dengan tangan kiri, kemudian masukkan aplikator/suppositoria
dengan perlahan melalui anus, sfingter anal interna dan mengenai dinding rektal
kurang lebih 10 cm pada orang dewasa, 5 cm pada bayi atau anak.
- Setelah selesai tarik jari tangan dan bersihkan daerah sekitar anal dengan tisyu
- Anjurkan klien untuk tetap berbaring telentang atau miring selama kurang lebih 5
menit.
- Jika supositoria mengandung laktosit (pelunak faeces), maka siapkan pispot dan atau
bantuan untuk ke kamar mandi jika efek laksatifnya mulai bekerja
- Setelah selesai lepaskan sarung tangan
- Cuci tangan
- Kaji respon klien
- Dokumentasi: catat obat, jumlah dosis, dan cara pemberian

C. Pemberian Obat Melalui Oral


Obat oral merupakan salah satu bentuk obat padat. Memberikan obat oral adalah suatu
tindakan untuk membantu proses penyembuhan dengan cara memberikan obat-obatan
melalui mulut sesuai dengan program pengobatan dari dokter. Pada umumnya cara ini
lebih disukai karena paling murah dan paling nyaman untuk diberikan.

Bentuk oral ini adalah bentuk tablet, kapsul dan lozenges (obat isap).
1. Bentuk tablet
Bentuk tablet berupa padat biasa, tablet sublingual (dilarutkan di bawah lidah), tablet
bukal (di larutkan antara pipi dan gusi), tablet bersalut-gula (menutupi bau atau rasa tidak
enak), tablet bersalut-enterik (untuk mencegah larut dalam lambung dan sampai di usus
halus baru pecah)
2. Kapsul
Kapsul menganung obat berupa bubuk, butiran bersalut dengan ketebalan berbeda agar
larut dengan kecepatan berbeda, yaitu kapsul keras atau cairan dalam kapsul lunak.
3. Lozenges (obat hisap)
Obat padat ini akan larut secara berangsur dalam mulut. Mereka berguna bila diperlukan
kerja setempat dimulut atau tenggorokan.

Yang harus diperhatikan :


 Sebelum memberikan obat kita harus mengetahui indikasi pemberian obat, dan efek
samping obat.
 Menerapkan prinsip 6 benar dalam pemberian obat.
 Dalam pemberian obat oral harus diperhatikan jenis obatnya. Pemberian obat secara
sublingual dilakukan dengan cara meletakkan obat di bawah lidah dan menganjurkan
pasien agar tetap menutup mulut, tidak minum/berbicara selama obat belum larut
seluruhnya. Dalam pemberian obat kumur pasien disarankan untuk berkumur dengan
obat yang telah ditentukan, siapkan pula wadah untuk membuang cairan kumur. Dalam
pemberian obat salep untuk lesi di mulut, dilakukan sebelum atau setelah pasien makan
dan minum, sehingga pemberian obat efektif.
 Kita harus memastikan bahwa pasien betul-betul meminum obatnya. Bila ada penolakan
dari pasien untuk makan obat, maka perawat dapat mengkaji penyebab penolakan serta
memotivasinya. Bila pasien atau keluarga tetap menolak pengobatan setelah dilakukan
informed consent, maka pasien atau keluarga yang bertanggung jawab, menandatangani
surat penolakan..

Pemberian Obat Oral


Siapkan obat-obatan yang akan diberikan. siapkan sejumlah obat yang sesuai dengan
dosis yang diperlukan tanpa mengkontaminasi obat (gunakan teknik aseptic untuk
menjaga kebersihan obat).
Tablet atau kapsul
1. Tuangkan tablet atau kapsul dengan takaran sesuai kebutuhan ke dalam mangkuk sekali
pakai tanpa menyentuh obat.
2. Gunakan alat pemotong tablet (jika perlu) untuk membagi obat sesuai dengan dosis yang
diperlukan. Buang bagian tablet yang tidak digunakan atau sesuai dengan kebijakan
institusi masing-masing.
3. Jika klien mengalami kesulitan untuk menelan, gerus obat menjadi bubuk dengan
menggunakan martil dan lumping penggerus. Setelah itu, campurkan dengan
menggunakan air atau makanan.

Obat dalam bentuk cair


1. Putar/bolak-balik obat agar tercampur rata sebelum dituangkan.
2. Buka penutup botol dan letakkan menghadap ke atas.
3. Pegang botol obat sehingga sisi labelnya akan berada pada telapak tangan Anda
kemudian tuangkan obat jauh dari label.
4. Tuangkan obat dengan takaran sesuai kebutuhan ke dalam mangkuk obat berskala.
5. Sebelum menutup botol, usap bagian bibir botol dengan kertas tisu.
6. Jika jumlah obat yang diberikan hanya sedikit (kurang dari 5 ml), gunakan spuit steril
tanpa jarum untuk mengambilnya dari botol.
DAFTAR PUSTAKA

https://oshigita.files.wordpress.com/2014/05/sims-position.jpg?w=584&h=231

http://enyretnaambarwati.blogspot.com/2010/02/pemberian-obat-secara-topikal.html 

Anda mungkin juga menyukai