“PEMBERIAN OBAT”
DOSEN PENGAMPU :
Hj.Indah Kusmindarti,SST,.M.Kes
Disusun Oleh :
NIM 202005015
TAHUN 2020/2021
PRODI S1 KEBIDANAN
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah, kita memuji-Nya, memohon pertolongan dari-Nya, meminta ampunan
dari-Nya dan meminta perlindungan kepada-Nya dari kejahatan diri kita serta keburukan amal perbuatan
kita. Shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW.
Karena hidayah-Nya pula, Alhamdulillah penulis dapat menyelesaikan trigger case dengan materi
“Pemberian Obat” ini sebagai tugas dari mata kuliah KDPK tepat pada waktunya. Pada kesempatan ini
kami ucapkan terima kasih kepada Ibu Hj.Indah Kusmindarti,SST,.M.Kes selaku dosen pengampu
mata kuliah KDPK yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan sehingga triger case ini
dapat selesai tepat pada waktunya.
Penulis berharap agar apa yang tercantum dalam trigger case ini, bisa menjadi pelajaran dan
menambah wawasan buat pembaca dan terutama buat diri penulis sendiri. Kritik dan saran yang bertujuan
membangun dari para pembaca, penulis akan terima dengan senang hati, untuk penulisan triger case yang
lebih baik lagi.
Penulis
PERTANYAAN TRIGER CASE :
Tuliskan tentang definisi, persiapan tindakan dan hal penting yang perlu diperhatikan berkaitan
tindakan pemberian obat di bawah ini: (dikerjakan sesuai dengan pembagian tugas)
a) Lokal/Topikal/Mata/Hidung/Telinga
b) Rektal/Vaginal
c) Oral
Jenis – Jenisnya :
1. Lotion
2. Shake Lotion
3. Cream/Krim
4. Salep
Cara pemberian :
Kulit
Obat yang biasanya digunakan untuk pemberian obat atopikal pada kulit adalah obat
yang berbentuk krim, lotion, spray, atau salep. Hal ini dilakukan dengan tujuan
melakukan perawatan kulit atau luka, atau menurunkan gejala gangguan kulit yang
terjadi (contoh : lotion). Krim, dapat mengandung zat anti fungal (jamur),
kortikosteroid, atay antibiotic yang dioleskan pada kulit dengan menggunakan kapas
lidi steril.
Krim dengan antibiotic sering digunakan pada luka bakar atau ulkus decubitus. Krim
adalah produk berbasis air dengan efek mendinginkan dam emolien. Mereka
mengandung bahan pengawet untuk mencegah pertumbuhan bakteri dan jamur, tetapi
bahan pengawet tertentu dapat menyebabkan sensitisasi dan dermatitis kontak alergi.
Sedangkan salep, dapat digunakan untuk melindungi kulit dari iritasi atau laseransi
kulit akibat kelembaban kulit pada kasus inkontenansia urin atau fekal. Salep
menghidrasi kulit yang kering dan bersisik serta meningkatkan penyerapan zat aktif,
dan karena itu berguna dalam kondisi kulit kering kronis.
Lotion adalah suspensi berair yang dapat digunakan pada permukaan tubuh yang luas
dan pada daerah berbulu. Lotion memiliki efek mengeringkan dan mendinginkan.
Obat transdermal adalah obat yang dirancang untuk larut kedalam kulit untuk
mendapatkan efek sistemik. Tersedia dalam bentuk lembaran. Lembaran obat tersebut
dibuat dengan membrane khusus yang membuat zat obat menyerap perlahan kedalam
kulit. Lembaran ini juga dapat sekaligus mengontrol frekuensi penggunaan obat
selama 24 ± 72 jam.
Mata
Pemberian obat pada mata dilakukan dengan cara meneteskan obat mata atau
mengoleskan salep mata. Persiapan pemeriksaan struktur internal mata dilakukan
dengan cara mendilatasi pupil, untuk mengukur refraksi lensa dengan cara
melemahkan otot lensa, kemudian dapat juga digunakan untuk menghilangkan iritasi
mata.
Obat mata biasanya berbentuk cairan dan ointment/ obat salep mata yang dikemas
dalam tabung kecil. Karena sifat selaput lender dan jaringan mata yang lunak dan
responsive terhadap obat , maka obat mata biasanya diramudengan kekuatan yang
rendah misalnya 2%
Telinga
Pemberian obat pada telinga dilakukan dengan cara memberikan tets telinga atau
salep. Obat tetes telinga ini pada umumnya diberikan pada gangguan infeksi telingan,
khususnya pada telinga tengah (otitis eksternal) dan dapat berupa obat antibiotic.
Hidung
Pemberian obat pada hidung dilakukan dengan cara memberikan tetes hidung yang
dapat dilakukan pada seseorang dengan keradangan hidung.
Cara memberikan obat dengan memasukkan obat melalui vagina. Dengan tujuan untuk
mendapatkan efek terapi obat (mengurangi rasa nyeri, terbakar, ketidaknyamanan) dan
mengobati saluran vagina atau serviks (infeksi, peradangan).
Jenis-jenisnya adalah cream, jelly, foam, supositoria (contoh: nistatin supositoria, albotil,
tricostatis supositoria, neogiknosa supositoria).Cara pemberiannya dengan irigasi,
mengoleskan, supositoria. Indikasinya adalah klien dengan vagina yang kotor, radang,
infeksi, dan persiapan tindakan bedah jalan lahir (diberikan pada pasien dengan hymen
yang sudah tidak utuh, dan tidak kontak seksual selama pengobatan). Sedangkan kontra
indikasi adalah menstruasi, perdarahan, KPD, placenta previa, partus preterm.
Alat dan Bahan:
- Obat dalam tempatnya
- Bak instrument
- Sarung tangan
- Kain kasa
- Kapas sublimat
- Vaselin / jelly
- Kertas tisu
- Kapas sublimat dalam tempatnya
- Bengkok
- Pengalas
- Lampu sorot/ lampu leher angsa (gcoseneck)
Persiapan:
- Mengindentifikasikan klien dengan tepat (klien, obat, waktu, dosis, cara)
- Menjelaskan kepada klien tujuan tindakan yang akan dilakukan
- Meminta klien untuk berkemih terlebih dahulu
- Menjaga privasi: menutup jendela, korden, dan memasang sampiran atau sketsel
apabila diperlukan
- Menganjurkan orang yang tidak berkepentingan untuk keluar ruangan
- Mengatur posisi klien berbaring, posisi dorsal recumbent
- Menutup dengan selimut mandi dan ekpose hanya pada area perineal saja
-
Cara memberikan obat dengan memasukkan obat melalui anus atau rektum, yang
melewati spinkter ani eksterna. Dengan tujuan untuk memberikan efek lokal dan
sistemik. Contoh: efek lokal untuk melunakkan faeces dan merangsang/melancarkan
defekasi, efek sistemik untuk dilatasi bronkus. Manfaatnya tidak menimbulkan iritasi
pada saluran bagian atas, mempunyai tingkatan aliran pembuluh darah yang besar
(pembuluh darah di rectum tidak ditransportasikan melalui liver), dan pada obat tertentu
diabsorpsi dengan baik melalui dinding rectum. Sediaan ada cair (enema), padat
(supositoria). Contoh: supositoria= aminophilin, dulcolac, kaltrofen, stesolid, dumin;
gliserin. Dengan cara supositoria, krim, jelly, foam. Memiliki ndikasi gangguan defekasi,
membersihkan colon, gangguan pernafasan. Sedangkan kontraindikasi klien dengan
pembedahan rectal.
Alat dan bahan
- Obat sesuai yang diperlukan: suppositoria, krim, jelly,atau foam dalam tempatnya
- Aplikator (untuk sediaan bukan supositoria)
- Pelumas/vaselin/ jelly
- Sarung tangan
- Kain kasa
- Kertas tisu
- Bak instrument
- Bengkok
- Pengalas
Persiapan:
- Mengindentifikasikan klien dengan tepat (klien, obat, waktu, dosis, cara)
- Menjelaskan kepada klien tujuan tindakan yang akan dilakukan.
- Meminta klien untuk berkemih terlebih dahulu
- Menjaga privasi: menutup jendela, korden, dan memasang sampiran atau sketsel
apabila diperlukan
- Menganjurkan orang yang tidak berkepentingan untuk keluar ruangan
- Mengatur posisi klien berbaring, posisi sims dengan tungkai bagian atas fleksi ke
depan
- Menutup dengan selimut mandi dan ekpose hanya pada area perineal saja
Bentuk oral ini adalah bentuk tablet, kapsul dan lozenges (obat isap).
1. Bentuk tablet
Bentuk tablet berupa padat biasa, tablet sublingual (dilarutkan di bawah lidah), tablet
bukal (di larutkan antara pipi dan gusi), tablet bersalut-gula (menutupi bau atau rasa tidak
enak), tablet bersalut-enterik (untuk mencegah larut dalam lambung dan sampai di usus
halus baru pecah)
2. Kapsul
Kapsul menganung obat berupa bubuk, butiran bersalut dengan ketebalan berbeda agar
larut dengan kecepatan berbeda, yaitu kapsul keras atau cairan dalam kapsul lunak.
3. Lozenges (obat hisap)
Obat padat ini akan larut secara berangsur dalam mulut. Mereka berguna bila diperlukan
kerja setempat dimulut atau tenggorokan.
https://oshigita.files.wordpress.com/2014/05/sims-position.jpg?w=584&h=231
http://enyretnaambarwati.blogspot.com/2010/02/pemberian-obat-secara-topikal.html