Anda di halaman 1dari 13

Prosedur Keperawatan Dalam Pemberian Medikasi Topikal dan

Supositoria

Kebutuhan Dasar Manusia


Disusun oleh :
Aisyatu Azkiya
Munifah Syamara Mahanani
Riana Nurfathya
Sindi Lestari

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


POLTEKKES KEMENKES JAKARTA III BEKASI
TAHUN AJARAN 2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah untuk tugas yang
berkaitan dengan mata kuliah Kebutuhan Dasar Manusia semester II yang berjudul Prosedur
Keperawatan Dalam Pemberian Medikasi Topikal dan Supositoria. Di samping itu, penulis juga
berharap makalah ini mampu memberikan kontribusi dalam menunjang pengetahuan berbagai
pihak khususnya para mahasiswa.
Dengan terselesaikannya makalah ini, penulis mengucapkan terima kasih
kepada berbagai pihak yang telah membantu. Semoga kebaikan dan dukungan mereka dapat
dibalas oleh Allah Swt. Kami berharap semoga tulisan ini dapat berguna bagi semua pihak
khususnya yang membaca makalah ini. Dikarenakan kami masih dalam tahap pembelajaran,
tentu masih banyak kesalahan dan kekurangan. Maka, saran bagi semua pembaca sangat penting
bagi kami.
Akhir kata penulis ucapkan terima kasih.

Bekasi, 28 Februari 2019


DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Obat ialah suatu bahan atau paduan bahan-bahan untuk digunakan dalam menetapkan
diagnosis, mencegah, mengurangi, menghilangkan, menyembuhkan penyakit, luka atau
kelainan badaniah dan rohaniah pada manusia atau hewan, memperelok badan atau bagian
badan manusia. Menurut SK Menteri Kesehatan No.25/Kab/B.VII/ 71 tanggal 9 Juni 1971.
Penggolongan obat menurut cara pemberiannya ada beberapa macam diantaranya melalui
Oral, Injeksi Intravena, Injeksi Intramuscular, Subcutan, secara topikal seperti lotion, bubuk,
krim, tetes dan secara suppositoria. Pada makalah ini akan dibahas lebih mendalam mengenai
pemberian obat melalui topikal dan suppositoria. Agens Topikal hanya digunakan di
permukaan kulit dan bukan untuk ditelan atau diinjeksikan. Obat ini akan menjadi racun jika
di absorpsi ke dalam sistem peredaran darah, tetapi obat ini bermanfaat apabila digunakan
pada permukaan kulit atau membran mukosa. Suppositoria adalah obat solid (padat)
berbentuk peluru yang dirancang untuk dimasukkan ke dalam anus/rektum (suppositoria
rektal), vagina (suppositoria vagina) atau uretra (suppositoria uretra). Suppositoria umumnya
terbuat dari minyak sayuran solid yang mengandung obat. Suppositoria rektal akan hancur
atau larut dalam suhu tubuh, dan akan menyebar secara bertahap ke lapisan usus rendah
(rektum), dimana disana ia akan diserap oleh aliran darah.

1.2 Rumusan Masalah


1. Pengertian obat topikal dan suppositorial
2. Jenis – jenis obat topikal
3. Penggunaan obat topikal
4. Penggunaan obat suppositoria
5. Prosedur pemberian obat suppositoria
6. Prosedur Pemberian Obat Topikal pada Kulit

1.3 Tujuan

Mampu melalukan
1. Mengetahui obat topikal dan suppsitoria
2. Mengetahui jenis-jenis obat topical
3. Mengetahui penggunaan obat topikal
4. Mengetahui penggunaan obat suppositoria
5. Memahami prosedur pemberian obat suppositoria
6. Memahami prosedu pemberian obat topikal pada kulit
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian obat topikal dan suppositoria


Jalur topikal merupakan jalur pemberian obat pada permukaan kulit paisen untuk
menghasilkan efek lokal. Obat topikal juga dapat ditempatkan dirongga tubuh. Pemberian
Topikal dapat dilakukan dengan mengoleskannya, memasang balutan yang lembab, merendam
bagian tubuh dengan larutan atau menyediakan air mandi yang dicampur dengan obat. Efek
sistemik timbul, jika kulit klien tipis, kosentrasi obat tinggi, atau jika obat bersentuhan dengan
kulit dengan jangka waktu yang lama. Obat diberikan secara topikal dengan menggunakan
cakram, atau lempeng transdermal. Cakram melindungi salep obat pada kulit. Metode
pengantaran ini menjamin klien menerima kadar obat secara kontinu dalam darahnya, bukan
kadar yang terputus-putus seperti dalam pemberian obat oral atau injeksi. Obat topikal dapat
diberikan sekurang-kurangnya selama 24 jam sampai 7 hari. Obat juga dapat diberikan pada
membran mukosa seperti :
1. Pemberian cairan langsung (contoh ; berkumur, mengusap tenggorok)
2. Insersi obat kedalam rongga tubuh ( Contoh : Menempatkan suppositoria pada rektum
/ vagina)
3. Instilasi ( Pemasukan Lambat) Cairan kedalam rongga tubuh ( Contoh : Memasukkan
tets telinga, tets hidung dan memasukan cairan ke dalam kandung kemih)
4. Irigasi ( Mencuci Bersih ) Rongga tubuh (Contoh : Membilas mata, telinga, vagina,
kandung kemih dan rektum dengan obat cair)
5. Penyemprotan (contoh : Memasukan obat kedalam hidung dan tenggorok)

Supositoria adalah sediaan padat yang biasa digunakan melalui dubur, umumnya
berbentuk torpedo, dapat melarut, melunak, atau meleleh pada suhu stubuh (Anonim, 1995).
Supositorial rektal digumakan jika jalur pencernaan tidak berfumgsi secara normal atau obat
memiliki aroma yang menyengat tidak sedap. Rektum menyokong penyerapan obat karena
memiliki banyak kapiler dan dapat menghasilkan konsentrasi obat yang tinggi dalam darah.
Supositoria dengan bentuk torpedo mempunyai beberapa keuntungan yaitu bila bagian yang
besar masuk melalui otot penutup dubur, maka bagian supositoria akan masuk dengan sendirinya
(Coben dan Lieberman, 1994). Beberapa supositoria untuk rektum diantaranya ada yang
berbentuk seperti peluru, torpedo atau jari-jari kecil, tergantung kepada jenis bobot jenis bahan
obat dan basis yang digunakan. Sedangkan supositoria untuk anak-anak beratnya kira-kira 1
gram dan ukurannya lebih kecil (Ansel, 1989).
2.2 jenis jenis obat topikal
a. Lotion
Lotion ini mirip dengan shake lotion tapi lebih tebal dan cenderung lebih emollient di
alam dibandingkan dengan shake lotion. Lotion biasanya terdiri dari minyak dicampur dengan
air, dan tidak memiliki kandungan alkohol. Bisanya lotion akan cepat mengering jika
mengandung alkohol yang tinggi.
b. Shake lotion
Shake lotion merupakan campuran yang memisah menjadi dua atau tiga bagian apabila
didiamkan dalam jangka waktu tertentu. Minyak sering dicampur dengan larutan berbasis
air.Perlu dikocok terlebih dahulu sebelum digunakan.
c. Cream/ Krim
Cream adalah campuran yang lebih tebal dari lotion dan akan mempertahankan
bentuknya apabila dikeluarkan wadahnya. Cream biasanya digunakan untuk melembabkan kulit.
Cream memiliki risiko yang signifikan karena dapat menyebabkan sensitifitas imunologi yang
tinggi. Cream memiliki tingkat penerimaan yang tinggi oleh pasien. Cream memiliki variasi
dalam bahan, komposisi, pH, dan toleransi antara merek generik.
d. Salep
Salep adalah sebuah homogen kental, semi-padat, tebal, berminyak dengan viskositas
tinggi, untuk aplikasi eksternal pada kulit atau selaput lendir. Salep digunakan sebagai
pelembaban atau perlindungan, terapi, atau profilaksis sesuaicdengan tingkat oklusi yang
diinginkan.Salep digunakan pada kulit dan selaput lendir yang terdapat pada mata (salep mata),
vagina, anus dan hidung.Salep biasanya sangat pelembab, dan baik untuk kulit kering selain itu
juga memiliki risiko rendah sensitisasi akibat beberapa bahan minyak atau lemak.
e. Tetes
Tetes biasanya dipakai pada mata untuk maksud efek lokal pada pengobatan bagian
permukaan mata atau pada telinga pada bagian dalamnya. Larutan yang sering di pakai adalah air
dengan campuran alkaloid dan bahan kimia yang lain.

2.3 Penggunaan obat topikal


1. Penggunaan Pada Kulit
Krusta yang terbentuk dan jaringan mati menjadi tempat berkumpul
mikroorganisme dan menghalangi obat kontak dengan jaringan yang akan diobati.
Sekedar memberi obat-obatan baru di atas obat yang telah diberikan sebelum nya sedikit
bermanfaat untuk mencegah infeksidan memberi keuntungan terapeutik.
Sebelum memberi obat, perawat membersihkan kulit dengan memcucinya
perlahan menggunakan sabun dan air, merendam daerah bersangkutan, membersihkan
jaringan sekitarnya. Setiap tipe obat-salep, lotion, bedak, patches (koyo) harus diberikan
dengan cara tertentu untuk menjamin penetrasi dan absorpsi yang baik.

2. Penggunaan Obat Mata


Obat yang biasa digunakan oleh klien ialah tetes mata dan salep, meliputi preparat
yang dibeli bebas, misalnya air mata buatan dan vasokonstriktor (misalnya Visine dan
Murine). Persentase besar klien yang menerima obat mata ialah klien lanjut usia. Masalah
yang berhubungan dengan usia, termasuk penglihatan yang buruk, tremor tangan, dan
kesulitan dalam memegang atau menggunakan botol obat, memengaruhi kemudahan
lansia menggunakan obat mata secara mandiri.

3. Tetes Telinga
Struktur telinga dalam sangat sensitif terhadap suhu yang ekstrem. Apabila tetes
telingan atau cairan irigasi tidak diberikan pada suhu ruangan, dapat timbul vertigo
(pusing berat) atau mual. Walaupun struktur telinga luar tidak steril, lebih baik untuk
menggunakan tetesan dan larutan steril, jika gendang telinga ruptur.
4. Tetes Hidung
Klien yang mengalami perubahan sinus hidung dapat diberi obat-obatan dengan
cara semprot (spray), tetes atau tampon. Bentuk obat nasal yang paling umum diberikan
ialah semprot atau tetes dekongestan, yang dapat digunakan untuk meredakan gejala
sumbatan (kongesti) sinus dan flu. Klien harus diperingatkan untuk menghindari
penggunaan obat yang berlebihan karena hal tersebut dapat memicu efek berulang yang
memperburuk hidung yang tersumbat.
Akan lebih mudah jika klien menyemprot obatnya sendiri. Pada posisi telentang
dengan kepala ditekuk kebelakang, klien memegang ujung tempat obat tepat di dalam
lubang hidung (nares). Klien mengambil nafas saat semprot masuk ke dalam saluran
hidung.

2.4 Penggunaan Obat Supositoria


1. Pemberian Obat Vagina
Obat vagina tersedia dalam bentuk supositoria, sabun, jeli, atau krim. Obat
supositoria tersedia dalam bungkus satuan dan dikemas dalam pembungkus timah.
Setelah obat supositoria dimasukkan ke dalam rongga vagina, suhu tubuh akan membuat
obat meleleh, didistribusikan, dan diabsorpsi. Sabun, jeli, atau krim diberikan dengan alat
untuk memasukkan obat (inserter) atau aplikator.dalam pemberian obat ini, perawat
diwajibkan untuk menggunakan sarung tangan. Klien seringkali memilih untuk
memberikan sendiri obat vaginanya, sehingga ia harus diberi privasi. Setelah
memasukkan obat, klien mungkin berharap untuk memakai pembalut perineum untuk
menampung drainase yang berlebihan karena obat vagina sering kali diberikan untuk
mengobati infeksi, setiap rabas yang keluar mungkin berbau busuk. Teknik aseptic yang
benar harus diikuti dank klien harus sering ditawari kesempatan untuk mempertahankan
hygiene perineum.
2. Pemberian Obat Rektal
Bentuk obat supositoria rektal lebih tipis dan bulat. Bentuk obat yang ujungnya
bulat (rounded end) mencegah trauma anal ketika obat dimasukkan. Obat supositoria
rektal mengandung obat yang memberikan efek lokal, misalnya meningkatkan defekasi,
atau efek sistemik, misalnya mengurangi rasa mual dan menurunkan suhu tubuh. Obat ini
dikhususkan bagi klien yang tidak dapat menoleransi obat oral.
Selama memberikan obat, perawat harus memasukkan obat supositoria melewati
sfingter anal dalam dan menyentuh mukosa rektal. Kalau tidak demikian, obat supositoria
dapat keluar sebelum obat tersebut larut dan diabsorpsi mukosa. Obat supositoria tidak
boleh dipaksa masuk ke dalam massa atau materi feces. Adalah penting membersihkan
rektum dengan enema pembersih kecil sebelum supositoria dapat dimasukkan.

2.5 Prosedur pemberian obat supositoria


Peralatan
1. kartu atau formulir obat
2. Supositoria rektal
3. Jeli Pelumas
4. Sarung tangan bersih sekali pakai
5. Tisu
Langkah-lahkah
1. Kaji perintah dokter untuk mengetahui nama obat, dosis dan rute pemberian
2. Cuci tangan dan kenangan sarung tangan
3. Jelaskan prosedur pada klien
4. Periksa gelang identifikasi klien dan tanyakan nama klien
5. Minta klien untuk melakukan posisi miring (sims) dengan tungkai bagian atas flesi ke
depan
6. Jaga agar klien tetap terselimuti dan hanya area anal yang terpajan
7. Buka supositoria dari kemasannya dan beri pelumas pada ujung bulatnya dengan jeli.
Beri pelumas sarung tangan pada jari telunjuk dari tangan dominan anda
8. Minta klien untuk menarik napas perlahan melalui mulut dan untuk merileksasikan
sifgter ani
9. Regangkan bokong klien dengan tangan non-dominan anda. Dengan jari telunjuk yang
tersarungi, masukkan supositoria dengan perlahan melalui anus, melalui sfingter anal
internal dan mengenai dinding rektal: 10 cm pada orang dewasa, 5 cm anak-anak dan
bayi
10. Tarik jari anda dan bersihkan area anak klien
11. Instruksikan klien untuk tetap berbaring terlentang atau miring selama 5 menit
12. Bila supositoria mengandung laksatif atau pelunak feses, perawat bisa mengambil pispot
atau membantu klien ke kamar mandi
13. Buang sarung tangan dengan membalik bagian dalam keluar dan buang dalam wadah
yang telah disediakan
14. Cuci tangan
15. Catat obat yang telah diberikan dalam catatan pemberian obat.

2.6 Prosedur Pemberian Obat Topikal untuk Kulit


Peralatan
1. Agen topikal yang dipesankan (mis, krim, lotion, aerosol,sprai, bubuk)
2. Kartu atau formulir obat
3. Kasa kecil streril
4. Sarung tangan sekali pakai atau steril (opsional)
5. Aplikator berujung kapas atau tong spatel
6. Baskon dengan air hangat, waslap, handuk dan sabun basah
7. kasa balutan, penutup plastik, plester
Langkah – Langkah
1. Telaah pesanan dokter untuk memastikan nama obat, kekuatan, waktu dan tempat
pemberian
2. Cuci tangan
3. Atur Peralatan disamping tempat tidur klien
4. Tutup gorden/pintu ruangan
5. Periksa identifikasi klien dengan membaca gelang ID dan menanyakan nama klien
6. Posisikan klien dengan nyaman. Lepaskan pakaian atau linen tempat tidur, pertahankan
area yang tak digunakan tertutup
7. Inspeksi kondisi kulit klien secara menyeluruh. Cuci area yang sakit, lepaskan semua
debris dan kulit yang mengeras (kerak). (gunakan sabun basah ringan )
8. keringkan atau biarkan area kering oleh udara
9. Bila kulit tertalu kering dan mengeras, gunakan agen topikal saat kulit masih basah
10. Kenakan sarung tangan bila ada indikasi
11. Oleskan agen topikal

Krim, Salep dan Losion Mengandung Minyak


1. Letakkan 1 sampai 2 sendok teh obat di telapak tangan dengan menggosokkan lembut
diantara kedua tangan
2. Manakala obat telah lunak dan lembut, usapkan merata di atas permukaan kulit, lakukan
gerakan memanjang searah pertumbuhan bulu
3. Jelaskan pada klien bahwa kulit dapat terasa berminyak setelah pemberian
Salep Antiangina
Berikan beberapa inci salep yang diinginkan diatas kerta pengukur

Langkah – Langkah
1. Kenakan sarung tangan sekali pakai bila diperlukan. Olehkan salep pada permukaan kulit
dengan memegang tepi atau bagian belakang kertas pembungkus dan menempatkan salep
diatas kulit. Jangan menggosok atau masase salep pada kulit
2. Tutup salep dan lapisi dengan penutup plastik dan plester dengan aman (tidak menjadi
suatu keharusan)

Sprei Aerosol
1. Kocok wadah dengan keras
2. Baca label untuk jarak yang dianjurkan untuk memegang sprai menjauh area (biasanya
15 sampai 30 cm)
3. Bila leher atau bagian atas dada harus disemprot, minta klien untuk memalingkan wajah
dari arah sprai
Langkah – Langkah
Semprotkan obat dengan merata pada bagian yang sakit (pada beberapa kasus penyemprotan
ditetapkan waktunya selama beberapa detik)

Losion Mengandung Suspensi


1. Kocok wadah dengan kuat
2. Olehkan sejumlah kecil losion pada kasa balutan atau bantalan kecil dan oleskan pada
kulit dengan menekan merata searah pertumbuhan bulu
3. Jelaskan pada klien bahawa area akan terasa dingin dan kering

Bubuk
1. Pastikan bahwa permukaan kulit kering secara menyeluruh
2. Regangkan dengan baik bagian lipatan kulit seperti diantara ibu jari atau bagian bawah
lengan
3. Bubuhkan sedikit area kulit dengan dispenser sehingga area tertutup dengan bubuk halus,
lapisan tipis
BAB III
SIMPULAN
Daftar Pustaka
http://eprints.ums.ac.id/3339/1/K100040161.pdf
https://caridokumen.com/download/pemberian-obat-oral-dan-topikal-
_5a44c6dcb7d7bc7b7a855f90_pdf
https://idtesis.com/pengertian-obat-berbagai-ahli/
https://www.medkes.com/2014/10/pengertian-suppositoria-dan-cara-menggunakannya.html

Anda mungkin juga menyukai