Supositoria
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah untuk tugas yang
berkaitan dengan mata kuliah Kebutuhan Dasar Manusia semester II yang berjudul Prosedur
Keperawatan Dalam Pemberian Medikasi Topikal dan Supositoria. Di samping itu, penulis juga
berharap makalah ini mampu memberikan kontribusi dalam menunjang pengetahuan berbagai
pihak khususnya para mahasiswa.
Dengan terselesaikannya makalah ini, penulis mengucapkan terima kasih
kepada berbagai pihak yang telah membantu. Semoga kebaikan dan dukungan mereka dapat
dibalas oleh Allah Swt. Kami berharap semoga tulisan ini dapat berguna bagi semua pihak
khususnya yang membaca makalah ini. Dikarenakan kami masih dalam tahap pembelajaran,
tentu masih banyak kesalahan dan kekurangan. Maka, saran bagi semua pembaca sangat penting
bagi kami.
Akhir kata penulis ucapkan terima kasih.
Obat ialah suatu bahan atau paduan bahan-bahan untuk digunakan dalam menetapkan
diagnosis, mencegah, mengurangi, menghilangkan, menyembuhkan penyakit, luka atau
kelainan badaniah dan rohaniah pada manusia atau hewan, memperelok badan atau bagian
badan manusia. Menurut SK Menteri Kesehatan No.25/Kab/B.VII/ 71 tanggal 9 Juni 1971.
Penggolongan obat menurut cara pemberiannya ada beberapa macam diantaranya melalui
Oral, Injeksi Intravena, Injeksi Intramuscular, Subcutan, secara topikal seperti lotion, bubuk,
krim, tetes dan secara suppositoria. Pada makalah ini akan dibahas lebih mendalam mengenai
pemberian obat melalui topikal dan suppositoria. Agens Topikal hanya digunakan di
permukaan kulit dan bukan untuk ditelan atau diinjeksikan. Obat ini akan menjadi racun jika
di absorpsi ke dalam sistem peredaran darah, tetapi obat ini bermanfaat apabila digunakan
pada permukaan kulit atau membran mukosa. Suppositoria adalah obat solid (padat)
berbentuk peluru yang dirancang untuk dimasukkan ke dalam anus/rektum (suppositoria
rektal), vagina (suppositoria vagina) atau uretra (suppositoria uretra). Suppositoria umumnya
terbuat dari minyak sayuran solid yang mengandung obat. Suppositoria rektal akan hancur
atau larut dalam suhu tubuh, dan akan menyebar secara bertahap ke lapisan usus rendah
(rektum), dimana disana ia akan diserap oleh aliran darah.
1.3 Tujuan
Mampu melalukan
1. Mengetahui obat topikal dan suppsitoria
2. Mengetahui jenis-jenis obat topical
3. Mengetahui penggunaan obat topikal
4. Mengetahui penggunaan obat suppositoria
5. Memahami prosedur pemberian obat suppositoria
6. Memahami prosedu pemberian obat topikal pada kulit
BAB II
PEMBAHASAN
Supositoria adalah sediaan padat yang biasa digunakan melalui dubur, umumnya
berbentuk torpedo, dapat melarut, melunak, atau meleleh pada suhu stubuh (Anonim, 1995).
Supositorial rektal digumakan jika jalur pencernaan tidak berfumgsi secara normal atau obat
memiliki aroma yang menyengat tidak sedap. Rektum menyokong penyerapan obat karena
memiliki banyak kapiler dan dapat menghasilkan konsentrasi obat yang tinggi dalam darah.
Supositoria dengan bentuk torpedo mempunyai beberapa keuntungan yaitu bila bagian yang
besar masuk melalui otot penutup dubur, maka bagian supositoria akan masuk dengan sendirinya
(Coben dan Lieberman, 1994). Beberapa supositoria untuk rektum diantaranya ada yang
berbentuk seperti peluru, torpedo atau jari-jari kecil, tergantung kepada jenis bobot jenis bahan
obat dan basis yang digunakan. Sedangkan supositoria untuk anak-anak beratnya kira-kira 1
gram dan ukurannya lebih kecil (Ansel, 1989).
2.2 jenis jenis obat topikal
a. Lotion
Lotion ini mirip dengan shake lotion tapi lebih tebal dan cenderung lebih emollient di
alam dibandingkan dengan shake lotion. Lotion biasanya terdiri dari minyak dicampur dengan
air, dan tidak memiliki kandungan alkohol. Bisanya lotion akan cepat mengering jika
mengandung alkohol yang tinggi.
b. Shake lotion
Shake lotion merupakan campuran yang memisah menjadi dua atau tiga bagian apabila
didiamkan dalam jangka waktu tertentu. Minyak sering dicampur dengan larutan berbasis
air.Perlu dikocok terlebih dahulu sebelum digunakan.
c. Cream/ Krim
Cream adalah campuran yang lebih tebal dari lotion dan akan mempertahankan
bentuknya apabila dikeluarkan wadahnya. Cream biasanya digunakan untuk melembabkan kulit.
Cream memiliki risiko yang signifikan karena dapat menyebabkan sensitifitas imunologi yang
tinggi. Cream memiliki tingkat penerimaan yang tinggi oleh pasien. Cream memiliki variasi
dalam bahan, komposisi, pH, dan toleransi antara merek generik.
d. Salep
Salep adalah sebuah homogen kental, semi-padat, tebal, berminyak dengan viskositas
tinggi, untuk aplikasi eksternal pada kulit atau selaput lendir. Salep digunakan sebagai
pelembaban atau perlindungan, terapi, atau profilaksis sesuaicdengan tingkat oklusi yang
diinginkan.Salep digunakan pada kulit dan selaput lendir yang terdapat pada mata (salep mata),
vagina, anus dan hidung.Salep biasanya sangat pelembab, dan baik untuk kulit kering selain itu
juga memiliki risiko rendah sensitisasi akibat beberapa bahan minyak atau lemak.
e. Tetes
Tetes biasanya dipakai pada mata untuk maksud efek lokal pada pengobatan bagian
permukaan mata atau pada telinga pada bagian dalamnya. Larutan yang sering di pakai adalah air
dengan campuran alkaloid dan bahan kimia yang lain.
3. Tetes Telinga
Struktur telinga dalam sangat sensitif terhadap suhu yang ekstrem. Apabila tetes
telingan atau cairan irigasi tidak diberikan pada suhu ruangan, dapat timbul vertigo
(pusing berat) atau mual. Walaupun struktur telinga luar tidak steril, lebih baik untuk
menggunakan tetesan dan larutan steril, jika gendang telinga ruptur.
4. Tetes Hidung
Klien yang mengalami perubahan sinus hidung dapat diberi obat-obatan dengan
cara semprot (spray), tetes atau tampon. Bentuk obat nasal yang paling umum diberikan
ialah semprot atau tetes dekongestan, yang dapat digunakan untuk meredakan gejala
sumbatan (kongesti) sinus dan flu. Klien harus diperingatkan untuk menghindari
penggunaan obat yang berlebihan karena hal tersebut dapat memicu efek berulang yang
memperburuk hidung yang tersumbat.
Akan lebih mudah jika klien menyemprot obatnya sendiri. Pada posisi telentang
dengan kepala ditekuk kebelakang, klien memegang ujung tempat obat tepat di dalam
lubang hidung (nares). Klien mengambil nafas saat semprot masuk ke dalam saluran
hidung.
Langkah – Langkah
1. Kenakan sarung tangan sekali pakai bila diperlukan. Olehkan salep pada permukaan kulit
dengan memegang tepi atau bagian belakang kertas pembungkus dan menempatkan salep
diatas kulit. Jangan menggosok atau masase salep pada kulit
2. Tutup salep dan lapisi dengan penutup plastik dan plester dengan aman (tidak menjadi
suatu keharusan)
Sprei Aerosol
1. Kocok wadah dengan keras
2. Baca label untuk jarak yang dianjurkan untuk memegang sprai menjauh area (biasanya
15 sampai 30 cm)
3. Bila leher atau bagian atas dada harus disemprot, minta klien untuk memalingkan wajah
dari arah sprai
Langkah – Langkah
Semprotkan obat dengan merata pada bagian yang sakit (pada beberapa kasus penyemprotan
ditetapkan waktunya selama beberapa detik)
Bubuk
1. Pastikan bahwa permukaan kulit kering secara menyeluruh
2. Regangkan dengan baik bagian lipatan kulit seperti diantara ibu jari atau bagian bawah
lengan
3. Bubuhkan sedikit area kulit dengan dispenser sehingga area tertutup dengan bubuk halus,
lapisan tipis
BAB III
SIMPULAN
Daftar Pustaka
http://eprints.ums.ac.id/3339/1/K100040161.pdf
https://caridokumen.com/download/pemberian-obat-oral-dan-topikal-
_5a44c6dcb7d7bc7b7a855f90_pdf
https://idtesis.com/pengertian-obat-berbagai-ahli/
https://www.medkes.com/2014/10/pengertian-suppositoria-dan-cara-menggunakannya.html