Istilah parenteral mempunyai arti setiap jalur pemberian obat selain melalui enteral
atau saluran pencernaan. Lazimnya, istilah parenteral dikaitkan dengan pemberian
obat secara injeksi baik intra dermal, subkutan, intramuskular, atau intravena.
Pemberian obat secara parenteral mempunyai aksi kerja lebih cepat dibanding
dengan secara oral. Namun, pemberian secara parenteral mempunyai berbagai
resiko antara lain: merusk kulit, menyebabkan nyeri pada pasien, salah tusuk dan
lebih mahal. Demi keamanan pasien, perawat harus mempunyai pengetahuan yang
memadai tentang cara pemberian obat secara parenteral termasuk cara
menyiapkan, memberikan obat dan menggunakan teknik steril. Dalam memberikan
obat secara parenteral, perawat harus mengetahui dan dapat menyiapkan peralatan
dengan benar yaitu: alat suntik (spuit/syringe), jarum, vial dan ampul. menurut
benuknya spuit mempunyai 3 bagian yaitu bagian ujung yang berkaitan dengan
jarum, bagian tabung dan bagian pendorong obat. (Robert Priharjo, 1995 : 52-53).
Pemberian obat secara parental adalah memasukan obat
tertentu kedalam jaringan tubuh dengan penyuntikan
(injeksi).
Tujun Pemberian Obat Parenteral:
1.Mencegah penyakit dengan jalan memberikan kekebalan
atau imunisasi (misalnya memberikan suntikan faksin DPT,
ATS, BCG, dll).
2.Mempercepet reaksi obat dalam tubuh untuk mempercepat
proses penyembuhan.
3.Melaksanakan uji coba obat (misalnya manthoux test, skin
test) Melaksanakan tindakan diagnostic (misalnya
penyuntikan zat kontras, dll). (Departemen Kesehatan RI,
1991 : 89-91).
Macam-Macam Pemberian Obat Parenteral
• Intracutan
Pemberian obat yang dilakukan dengan cara memasukkan obat ke dalam jaringan
kulit yang dilakukan untuk tes alergi terhadap obat yang akan diberikan.Secara umum
pada daerah lengan tangan di daerah ventral.
• Subcutan
Pemberian obat yang dilakukan denga suntikan dibawah kulit dapat dilakukan pada
daerah lengan atas sebelah luar atau satu per tiga bagian dari bahu, paha sebelah
luar, daearah dada dan daeah sekitar umbilicus (abdomen).
• Intramuskuler
Pemberian obat melalui intramuskular merupakan pemberian obat dengan
memasukkannya kedalam jaringan otot. Loksi penyuntikan dapat pada dorso gluteal
(posisi tengkurap), ventro gluteal (dengan posisi berbaring), faktus lateralis (daerah
paha) atau deltoid (lengan atas). Tujuannya agar absorbsi obat lebih cepat.
• Intravena
Pemberian obat intravena secara langsung
Jenis-Jenis parenteral :
• Authoritarian parenting
• Authoritative parenting
• Indulgent parenting
• Neglectful parenting
D.Konsep dan prinsip pemberian obat secara
suppositoria
Pemberian Supositoria Obat dapat diberikan melalui rektal. Obat dalam
bentuk cairan yang banyak diberikan melalui rektal yang sering disebut
enema. Obat tertentu dalam bentuk kapsul yang besar dan panjang
(supositoria) juga dikemas untuk diberikan melalui anus/rektum. Ada
beberapa keuntungan penggunaan obat supositoria antara lain :
1.Supositoria tidak menyebabkan iritasi pada saluran pencernaan bagian
atas.
2.Beberapa obat tertentu dapat diabsorbsi dengan baik melalui dinding
permukaan rectum.
3.Supositoria rektal diperkirakan mempunyai tingkatan (titrasi) aliran
pembuluh darah yang besar, karena pembuluh darah vena pada rektum
tidak ditransportasikan melalui liver (Hahn, Oestrelch, Barkin, 1986).
Ada beberapa prinsip yang harus dipegang oleh perawat dalam memberikan obat
dalam bentuk enema dan supositoria, antara lain :
1.Untuk mencegah peristalti, lakukan enema retensi secara pelan dengan cairan sedikit
(tidak lebih dari 120 ml) dan gunakan rektal tube kecil
2.Selama enema berlangsung, anjurkan pasien berbaring miring ke kiri dan bernapas
melalui mulut untuk merilekskan spingter.
3.Retensi enema dilakukan setelah pasien buang air besar.
4.Anjurkan pasien untuk berbaring telentang selama 30 menit setelah pemberian
enema.
5.Obat supositoria harus disimpan di lemari es karena obat akan meleleh pada suhu
kamar.
6.Gunakan pelindung jari atau sarung tangan. Gunakan jari telunjuk untuk pasien
dewasa dan jari ke empat pada pasien bayi. Anjurkan pasien berbaring ke kiri dan
bernapas melalui mulut agar spingter rileks. Pelan-pelan dorong supositoria ke dalam.
7.Anjurkan pasien tetap miring ke kiri selama 20 menit setelah obat masuk.
8.Bila diperlukan, beritahu pasien cara mengerjakan sendiri enema atau memasukkan
supositoria.
TERIMAKASIH