Anda di halaman 1dari 3

Rute Pemberian Obat

1. JALUR PARENTERAL
Pemberian obat selain dari rute yang melalui saluran pencernaan, efek
munculnya cepat dan teratur, karena tidak melalui metabolisme terlebih dahulu.
Parenteral merupakan rute pemberian obat yang diberikan lewat intradermal, subcutan
(SC), intramuscular(IM), maupun intravena. Ada rute parental lain yang dapat digunakan
yaitu intralesional (ke dalam luka atau lesi), intra arterial (dalam pembuluh darah),
intracardiac (ke dalam jantung) dan intraarticular (ke dalam sendi).
A. Rute Intradermal
Obat-obat yang diberikan secara intradermal biasanya digunakan untuk tes
sensitivitas. Absorbsinya lambat dan memberikan hasil yang baik pada saat
mengecek alergi dan akan memberikan anestesi local. Cara memasukkan kedalam
kulit adalah dengan posisi jarum 10-15derajat dan dibantu dengan meregangkan
kulit.
B. Rute Subcutaneous (SC)
Injeksi subcutan bertempat diantara kulit dan jaringan otot. Absorbsinya lebih
lambat daripada injeksi intramuscular (IM). Cara memasukkan jarum adalah dengan
membentuk sudut 45derajat tergantung kondisi berat badan pasien. Dapat dibantu
dengan mencubit daerah yang akan diinjeksi. Contoh obat yang biasa diberikan
lewat SC adalah heparin dan insulin.
C. Rute Intramuscular (IM)
Injeksi intramuscular merupakan injeksi obat kedalam jaringan otot. Obat yang
mengiritasi jaringan dibawah kulit dapat diberikan secara IM. Dibanding dengan SC,
rute ini lebih cepat diabsorbsi karena struktur otot yang lebih kaya akan pembuluh
darah. Cara memasukkan jarum adalah dengan membentuk sudut 90derajat dan
dimasukkan ke daerah yang tebal lapisan ototnya, seperti daerah deltoid dan
gluteus. Adapun teknik khusus lain adalah Z-Track Technique, digunakan ketika obat
dapat mengiritasi jaringan bawah kulit dan bisa secara permanen menodai kulit.
Contoh obat : insulin, obat-obat kontrasepsi, imunisasi, dan vaksinasi.
D. Rute Intravena
Injeksi intravena membutuhkan latihan yang cukup intens. Dengan sudut 30-
45derajat, yang terpenting dari injeksi intravena adalah melakukan aspirasi terlebih
dahulu untuk melihat apakah darah masuk ke spuit dan menginjeksikannya secara
perlahan untuk menghindari adanya trombus. Syok anafilaktik sering terjadi oleh
jenis injeksi ini.
Contoh obat : Pengganti cairan tubul (NaCl, Ringer lactate) dan berbagai antibiotic.

2. JALUR ENTERAL
Pemberian obat secara enteral merupakan pemberian obat melalui saluran pencernaan,
naik secara langsung maupun menggunakan alat bantu, seperti nasogastric tube (NGT).
Keuntungan dari jalur enteral adalah paling sering digunakan karena cara pemberiannya
mudah (selama pasiennya sadar dan dapat menelan), murah, dan relative aman serta
jarang menyebabkan ketidaknyamanan. Sedangkan untuk kerugiannya berupa
bioavaibilitasnya rendah, mengiritasi saluran cerna, memerlukan kerja sama dengan
penderita.
Rute pemberian obat : Oral dan Nasogastrik
A. Per Oral
Pemberian obat secara oral merupakan cara yang paling umum dilakukan. Obat yang
diberikan per oral akan diabsorbsi dari saluran cerna dan mengalami metabolism
lintas pertama di hepar. Pemberian obat secara oral relative aman, mudah dan
ekonomis, tapi efek yang timbul biasanya lambat.
Indikasi : pasien sadar dan dapat menelan secara kooperatif.
Kontraindikasi : pasien dalam kehilangan kesadaran atau non kooperatif,
pasien dengan gangguan pencernaan (muntah,dll).
B. Nasogastrik
Pemberian obat secara nasogastik adalah dengan cara memberikan obat secara
langsung menuju lambung dan menggunakan alat bantu, seperti : sonde lambung.
Indikasi : distensi abdomen, keracunan, diagnose dan analisis cairan lambung
Kontraindikasi : pasien dengan trauma kepala tertentu, pasien koma, pasien
dengan gastric bypass surgery.
3. Topikal
Pemberian obat secara topical adalah memberikan obat secara local pada kulit atau
pada membrane area mata, hidung, lubang telinga, vagina dan rectum. Pemberian
topical pada kulit terbatas pada obat-obat tertentu karena tidak banyak obat yang dapat
menembus kulit dengan utuh. Jumlah obat yang diserap tergantung pada luas
permukaan kulit yang kontak dengan obat serta kelarutan obat dalam lemak. Sedangkan
pemberian obat topical mata biasanya memerlukan absorbs obat melalui kornea.
Pemberian obat secara topical bertujuan untuk :
a. memperoleh reaksi local dari obat tersebut
b. mempertahankan hidrasi lapisan kulit
c. melindungi permukaan kulit
d. mengurangi iritasi kulit lokal
e. menciptakan anestesi local
f. atau mengatasi infeksi atau iritasi
Contoh : cream,lotions,sprays,liquids (dropped into the eyes, inserted into uretra) dll.

4. Inhalasi
Pemberian obat secara inhalasi merupakan pemberian obat melalui membrane mukosa
saluran pernafasan atas. Pemberian secara inhalasi hanya dapat dilakukan untuk obat
yang tersedia dalam bentuk gas atau cairan yang mudah dan cepat menguap. Obat
diberikan untuk disedot melalui mulut atau hidung, atau disemprotkan. Absorbsi terjadi
melalui epitel paru serta mukosa saluran nafas (mukosa mulut, tenggorokan).
Keuntungan melalui inhalasi adalah absorbs terjadi secara cepat dan homogeny karena
permukaan absorbsinya luas, tidak mengalami metabolisme lintas pertama dihati.
Sedangkan kerugiannya berupa sulit dilakukan karena memerlukan alat dan metode
khusus (nebulizer,face mask dll), sukar menentukan dosis, dan seringkali mengiritasi
paru. Contoh obat : bronkodilator, mukolitik, beberapa anti inflamasi.

5. Sublingual
Pemberian obat dimana obat yang akan diberikan ditaruh dibawah lidah. Walaupun cara
ini diberikan melalui membrane mukosa, tapi obat yang diberikan dapat diabsorbsi dan
menimbulkan efek sistemik.
Keuntungannya adalah efek obat akan terasa cepat karena segera masuk ke dalam
pembuluh darah dibawah lidah dan kerusakan obat pada saluran cerna dan metabolism
dihepar dapat dihindari. Akan tetapi kekurangannya adalah kurang praktis, dan dapat
menimbulkan iritasi pada mukosa mulut jika digunakan terus menerus.
Contoh : obat-obatan untuk penyakit jantung (ISDN, nitrogliserin, dll).

Anda mungkin juga menyukai