Pendahuluan • Istilah Parenteral berasal dari kata Yunani ‘Para’ dan ‘Enteran’, yang berarti disamping atau lain dari usus. • Sediaan ini diberikan dengan cara menyuntikkan obat di bawah atau melalui satu atau lebih lapisan kulit atau membrane mukosa. • Karena kulit dan selaput/membran mukosa merupakan daerah pertahanan dari tubuh, maka kemurnian yang sangat tinggi dari sediaan harus diperhatikan. • Sediaan ini diberikan melalui beeberapa rute pemberian yaitu intra muscular, intra vena, intra cutan, subcutan, intra spinal, dan intra dermal (Ganiswara, 2005) Macam macam Injeksi Parenteral • Injeksi IM (Intra muskular) Memberikan obat melalui intramuskular yaitu pemberian obat dengan memasukkannya kedalam jaringan otot. • Injeksi SC (Subkutan) Menyuntikan obat dibawah kulit. • Injeksi IC (Intrakutan) Memberikan obat ke dalam jarinagn kulit (epidermis) • Injeksi IV (Intra Vena) Injeksi yang dilakukan langsung ke pembuluh darah(kedalam vena) Keuntungan Obat Secara Parenteral
• - Efeknya timbul lebih cepat dan teratur dibandingkan dengan
pemberian per oral • - Dapat diberikan pada penderita yang tidak kooperatif, tidak sadar atau muntah-muntah • - Sangat berguna dalam keadaan darurat (Ratna Ambarwati, 2009). Kerugian Pemberian Secara Darurat
• - Sediaan parenteral mempunyai dosis yang harus
ditentukan lebih teliti waktu dan cara pemberian harus diberikan oleh tenaga yang sudah terlatih • - Bila obat diberikan secara parenteral maka sulit dikembalikan efek fisiologisnya • - Terapi parenteral akan menimbulkan komplikasi dari beberapa penyakit seperti infeksi jamur, bakteri, sehingga interaksinya tidak bisa dikendalikan • - Kemajuan dalam manufaktur atau pabrikasi kemasan menimbulkan beberapa masalah dalam sterilisasi partikulasi, pirogenitasi, sterilisasi, dll (Ratna Ambarwati, 2009). Injeksi subkutan • Injeksi subkutan dilakukan dengan menempatkan obat kedalam jaringan ikat longgar dibawah dermis. • Tempat terbaik untuk injeksi subkutan meliputi area vaskular disekitar bagian luar lengan atas,abdomen batas bawah kosta sampai krista iliaka,dan bagian anterior paha. Prosedur • Atur posisi klien sesuai dengan lokasi suntikan yang akan dilakukan. • Tentukan lokasi suntikan dengan tepat,pasang perlak dan pengalas. • Lakukan desinfeksi pada lokasi suntikan dengan kapas alcohol dengan cara memutar. • Ambil spuit yang berisikan obat,pegang spuit dengan lubang jarum menghadap ke atas. • Suntikan obat dengan posisi 45⁰ • catat : tanggal, jam, obat, dosis, cara pemberian, petugas yang memberi serta reaksi klien dari pemberian obat. Efek samping dari subkutan • Efek samping yang paling umum termasuk kelelahan, gangguan pencernaan seperti diare, mual, dispepsia stomatitis, dan muntah, perubahan warna kulit, dysgeusia, dan anoreksia. INJEKSI INTRAMUSKULAR • Definisi : Pemberian obat melalui intra muskular merupakan pemberian obat dengan memasukkannya ke dalam jaringan otot. Lokasi Penyuntikan
• Tempat atau lokasi suntikan sebaiknya sejauh mungkin
dari saraf-saraf atau pembuluh darah utama. Tempat- tempat yang lazim digunakan antara lain di dorsogluteal (posisi tengkurap), ventrogluteal (posisi berbaring), vastus lateralis (daerah paha), atau deltoid (lengan atas). • Pada orang dewasa tempat yang paling sering digunakan untuk suntikan intra muscular adalah superempat bagian atas luar otot gluteus maximus. Sedangkan pada bayi, tempat penyuntikan dibatasi sebaiknya paling banyak 5 ml bila disuntikkan ke daerah gluteal, dan 2 ml di daerah deltoid.Tujuanya adalah agar absorsi obat dapat lebih cepat . Tehnik Pemberian obat secara IM
• Rute intra muscular (IM) memungkinkan absorbsi obat yang
lebih cepat dari pada rute SC/subcutan, karena pembuluh darah lebih banyak terdapat di otot. • Bahaya kerusakan jaringan berkurang ketika obat memasuki otot yang dalam, tetapi bila tidak hati-hati, ada resiko menginjeksi obat langsung ke pembuluh darah. Harus menggunakan jarum berukuran lebih panjang dan lebih besar untuk melewati jaringan SC dan mempenetrasi jaringan otot dalam. Berat badan mempengaruhi pemilihan ukuran jarum. Sudut insersi untuk injeksi IM ialah 90o (Perry, Potter, 2006) Prosedur • Mengatur posisi pasien sesuai densn kondisi • Membebaskan daerah yang akan disuntik dari pakaian pasien • Menentukan tempat penyuntikan • Pada bokong dengan menarik garis lurus dan SIAS menuju Os.coccygeus kemudian dibagi tiga kuadran dan diambil satu pertiga dari SIAS • Pada otot pangkal lenagn (muskulus deltoideus) • Pada otot paha bagian luar,yaitu sebelah luar satu per tiga • Mendesinfeksi dengan kapan alcohol lembab pada daerah yang akan disuntik dengan sekali oles • Meregangkan daerah yang akan disuntik dengan jari telunjuk dan ibu jari ....prosedur • Menusukkan jarum dengan posisi tegak lurus dengan cepat sedalam 2/3 bagian • Melakukan aspirasi untuk mengecek apakah ada darah atau tidak, dan pastikan tidak ada darah yang keluar • Bila darah tidak keluar masukkan obat dengan perlahan- lahan • Telunjuk tangan kiri menekan bekas suntikan dengan kapas alcohol dan tangan kanan mencabut jarum dengan cepat. • Menekan daerah yang telah disuntik dan mengadakan komunikasi dengan klien bahwa proses sudah selesai dikerjak INJEKSI INTRAKUTAN • Yaitu : Memberikan obat melalui suntikan intracutan atau intradermal adalah suatu tindakan membantu proses penyembuhan melalui suntikan ke dalam jaringan kulit atau intra dermis. • Istilah intradermal (ID) berasal dari kata "intra" yang berarti lipis dan "dermis" yang berarti sensitif, lapisan pembuluh darah dalam kulit. • Ketika sisi anatominya mempunyai derajat pembuluh darah tinggi, pembuluh darah betul-betul kecil, makanya penyerapan dari injeksi disini lambat dan dibatasi dengan efek sistemik yang dapat dibandingkan. Karena absorpsinya terbatas, maka penggunaannya biasa untuk aksi lokal dalam kulit untuk obat yang sensitif atau untuk menentukan sensitivitas terhadap mikroorganisme. • Injeksi intrakutan dimasukkan langsung ke lapisan epidermis tepat dibawah startum korneum. Umumnya berupa larutan atau suspensi dalam air, volume yang disuntikkan sedikit (0,1 - 0,2 ml). Digunakan untuk tujuan diagnosa Tujuan Injeksi IC • 1. Pasien mendapatkan pengobatan sesuai program pengobatan dokter. • 2. Memperlancar proses pengobatan dan menghindari kesalahan dalam pemberian obat. • 3. Membantu menentukan diagnosa terhadap penyakit tertentu (misalnya tuberculin tes). • 4. Menghindarkan pasien dari efek alergi obat (dengan skin test). • 5. Digunakan untuk test tuberkulin atau tes alergi terhadap obat-obatan tertentu. • 6. Pemberian vaksinasi. Indikasi Injeksi IC • 1. Pasien yang membutuhkan tes alergi (mantoux tes) • 2. Pasien yang akan melakukan vaksinasi. • 3. Menegakkan diagnosa penyakit. • 4. Sebelum memasukkan obat. Kontraindikasi Injeksi IC • 1. Pasien yang mengalami infeksi pada kulit. • 2. Pasien dengan kulit terluka. • 3. Pasien yang sudah dilakukan skin tes. Prosedur • Dengan tangan dominan, renggangkan kulit lokasi dengan telunjuk atau ibu jari. • Spuit lebih mudah menembus kulit yang kencang. • Masukkan spuit perlahan dengan bevel menghadap ke atas pada sudut 5 sampai 15 derajat sampai terasa asanya tahanan. Lalu tusukan spuit melalui epidermis sampai sekitar 3mm di bawah permukaan kulit. Anda akan melihat ujung spuit melalui kulit. • memastiakan ujung spuit berada dalam dermis. • Suntikan obat secara perlahan. Normalnya, anda akan merasakan tahanan. Jaka tidak, berarti spuit terlalu dalam; lepaskan dan ulangi lagi. Tangan nondominan dapat menstabilkan spuit selama injeksi. • . • Injeksi perlahan akan meminimalkan rasa tidak nyaman. Lapisan dermis bersifat kencang dan tidak mudah meluas saat larudan diinjeksikan. Stabilisasi spuit akan mencegah gerakan yang tidak perlu dan mengurangi rasa tidak nyaman. • Saat menginjeksikan obat, akan tampak gelembung kecil (bleb) berdiameter sekitar 6mm (seperti gigitan nyamuk) pada permukaan kulit. Gelembung menandakan obat telah berada dalam dermis • Tekan perlahan. Jangan memijat lokasi penyuntikan, pijatan dapat merusak jaringan. Pijatan pada lokasi IC akan mendepresikan obat kelapisan jaringan di bawahnya dan mengubah hsil pemeriksaan KESALAHAN SAAT INJEKSI • 1. Salah Letak • 6. Salah Obat
• 2. Salah Sudut • 7. Salah Pasien
• 3. Lupa Aspirasi • 8. Lupa Desinfeksi
• 4. Salah Spuit/Nal • 9. Tidak
mengeluarkan udara • 5. Tidak memasukkan dari spuit Nal secara Sempurna • 10. Lupa Komunikasi Komplikasi injeksi • Pembuluh darah mengalami ekstravasasi • Reaksi alergi • Emboli • Abses • Flebitis • hematoma Terima kasih