INJEKSI INTRAMUSCULAR
Adalah tindakan menyuntikkan obat ke dalam otot yang terperfusi baik, sehingga
akan mampu memberikan efek sistemik dalam waktu yang singkat, dan juga
biasanya mampu menyerap dalam dosis yang besar. Lokasi penyuntikan harus
dipertimbangkan dengan mengingat kondisi fisik pasien, usia pasien, dan jumlah obat
yang akan diberikan. Apabila pada lokasi suntikan yang diinginkan terdapat
pembengkakan, peradangan, infeksi, ataupun terdapat lesi dalam bentuk apapun,
penyuntikan di lokasi ini harus dihindari.
LOKASI
Terdapat lima lokasi penyuntikan intramuscular yang sudah terbukti bahwa obatnya
akan diabsorbsi
dengan baik oleh
tubuh.
1. PADA DAERAH
LENGAN ATAS
(DELTOID)
Mudah dan
dapat dilakukan
pada berbagai
posisi, namun
kekurangannya area penyuntikan paling kecil, dan jumlah obat yang ideal paling kecil
(antara 0,5-1 ml). Jarum disuntikkan kurang lebih 2,5 cm tepat di bawah tonjolan
acromion.
Organ penting yang mungkin terkena adalah a.brachialis atau n.radialis. Hal ini terjadi
apabila kita menyuntik lebih jauh ke bawah daripada yang seharusnya. Minta pasien
untuk meletakkan tangannya di pinggul (seperti gaya seorang peragawati), dengan
demikian tonus ototnya akan berada kondisi yang mudah untuk disuntik dan dapat
mengurangi nyeri.
INJEKSI SUBKUTAN
Tehnik ini digunakan apabila kita ingin obat yang disuntikkan akan diabsorpsi oleh
tubuh dengan pelan dan berdurasi panjang (slow and sustained absorption). Biasanya
volume obat yang disuntikkan terbatas pada 1-2 ml per sekali suntik. Injeksi subkutan
dilakukan dengan menyuntikkan jarum menyudut 45 derajat dari permukaan kulit. Kulit
sebaiknya sedikit dicubit untuk menjauhkan jaringan subkutis dari jaringan otot.
Peragallo & Dittko (1997) menggunakan CT scan dalam penelitian mereka dan
menemukan bahwa injeksi subkutan sering kali masuk ke jaringan otot, terutama bila
dilakukan pada daerah abdomen atau paha. Hal ini berbahaya karena insulin yang
disuntikkan ke otot akan diserap lebih cepat oleh tubuh dan sebagai akibatnya akan
terjadi goncangan kadar glukosa darah yang dapat membawa pasien ke kondisi
hipoglikemia. Dari studi yang sama juga didapatkan bahwa suntikan subkutan dipercaya
tidak lagi memerlukan aspirasi. Dari gambaran CT scan ditemukan bahwa suntikan
dengan tehnik subkutan hampir tidak pernah menembus pembuluh darah. Springhouse
Corporation (1993) bahkan menyatakan bahwa apabila penyuntikan subkutan diawalin
dengan aspirasi, akan meningkatkan risiko terjadinya hematom di area subkutan. NB:
Sejak 1994 perkembangan terapi injeksi insulin sangat cepat. Saat ini jarum alay suntik
insulin bermerk sudah dibuat sedemikian rupa sehingga dengan sudut 90 derajat dengan
kulit, insulin dapat masuk ke jaringan subkutan. Oleh karenanya jangan heran melihat
orang diabetes menyuntikkan insulin ke pahanya sendiri dengan sudut masuk jarum tegak
lurus dengan kulit.
INJEKSI INTRAVENA
Tehnik ini digunakan apabila kita ingin obat yang disuntikkan akan diabsorpsi oleh
tubuh dengan pelan dan berdurasi panjang (slow and sustained absorption). Biasanya
volume obat yang disuntikkan terbatas pada 1-2 ml per sekali suntik. Injeksi subkutan
dilakukan dengan menyuntikkan jarum menyudut 45 derajat dari permukaan kulit. Kulit
sebaiknya sedikit dicubit untuk menjauhkan jaringan subkutis dari jaringan otot.
Peragallo & Dittko (1997) menggunakan CT scan dalam penelitian mereka dan
menemukan bahwa injeksi subkutan sering kali masuk ke jaringan otot, terutama bila
dilakukan pada daerah abdomen atau paha. Hal ini berbahaya karena insulin yang
disuntikkan ke otot akan diserap lebih cepat oleh tubuh dan sebagai akibatnya akan
terjadi goncangan kadar glukosa darah yang dapat membawa pasien ke kondisi
hipoglikemia.
memperkirakan tempat katup vena, dan menghindarinya karena kita akan
menyuntikkan obat dengan jarum ke dalam vena, adalah penting bagi kita untuk
menghindari katup vena. Apabila katup vena ini tidak sengaja tertusuk, maka dapat
menyebabkan kerusakan permanen pada katup tersebut, dan bahkan dapat menyebabkan
kolaps pada vena yang bersangkutan. Katup-katup ini ada dengan tujuan untuk mencegah
alirah darah balik pada vena (mencegah aliran darah menjauhi jantung). Untuk
mengetahui dimana saja terdapat katup ini, lakukan tekanan ke arah distal pada vena yang
bersangkutan. Hal ini bertujuan mendorong darah yang ada di vena balik ke arah distal,
mendekati katup terakhir yang dilewatinya. Ikuti tekanan itu dan akan Anda temukan
nantinya ada tempat tertentu dimana darah yang Anda dorong itu tidak dapat “lewat” lagi.
Di tempat itulah terdapat katup vena. Sekarang Anda tahu di tampat itu Anda tidak boleh
melakukan suntikan. Terkesan sederhana, namun terkadang melokalisir posisi katup itu
dapat menjadi sesuatu yang sulit untuk dilakukan.
PROSEDUR TINDAKAN
Cuci tangan terlebih dahulu, Bila perlu gunakan sarung tangan untuk melindungi
Anda. Tentukan lokasi injeksi. Carilah vena perifer yang tampak atau yang cukup besar
sehingga akan memudahkan Anda untuk melakukan injeksi nantinya. Ada kalanya vena
yang ideal tidak ada, dan kemudian akan tergantung kepada keahlian dan pengalaman
Anda untuk berhasil melakukan injeksi. Bersihkan lokasi injeksi dengan kapas alkohol.
Pasang torniquet di bagian proximal dari lokasi injeksi.
LOKASI
Vena cephalica
Vena
cephalica
merupakan pembuluh yang terletak superficial dan tidak sejajar dengan pembuluh
nadinya. Vena ini penting sekali pada karnivor. Pada karnivor lebih ke medial akan
bertemu dengan v.cepalica accessoria di sisi depan antebracium,tepatnya di proximal
corpus. Tempat ini paling baik untuk pengambilan darah.