Anda di halaman 1dari 12

A.

LATAR BELAKANG
Farmakologi merupakan sifat dari mekanisme kerja obat pada
system tubuh termasuk menentukan toksisitasnya. Bentuk sediaan dan cara
pemberian merupakan penentuan dalam memaksimalkan proses absorbs
obat oleh tubuh karena keduanya sangat menentukan efek biologis suatu
obat seperti absorpsi, kecepatan absorpsi dan bioavailibilitas (total obat
yang dapat diserap), cepat atau lambatnya obat mulai bekerja (onset of
action), lamanya obat bekerja (duration of action), intensisitas kerja obat,
respon farmakologik yang dicapai serta dosis yang tepat untuk
memberikan respon tertentu.
Obat adalah zat yang digunakan untuk diagnos, menyembuhkan
atau mencegah penyakit pada penderitanya. Percobaan suatu jenis obat
atau bahan obat terhadap hewan-hewan percobaan (tikus atau mencit)
perlu dilakukan, untuk megetahui sejauh mana efek yang ditimbulkan
dengan bentuk pemberian yang paling sesuai. Obat sebaiknya dapat
mencapai reseptor kerja yang diinginkan setelah diberika melalui rute
tertentu yang nyaman dan aman seperti suatu obat yang memungkinkan
diberikan secara intravena dan diedarkan didalam darah langsung dengan
harapan dapat menimbulkan efek yang relative lebih cepat dan bermanfaat.
Pada percobaan kali ini diberikan rute pemberian obat secara oral dan
parenteral, dosis pemberian obat menurut berat badan masing-masing
mencit.

B. TUJUAN PERCOBAAN
1. Mengetahui teknik - teknik pemberian obat melalui berbagai rute
pemberian obat.
2. Menganalisis efek yang timbul akibat pemberian obat yang sama
melalui rute yang berbeda.

C. PRINSIP PERCOBAAN
Berdasarkan rute pemberian obat pada hewan percobaan beserta efek obat
yang ditimbulkan.
D. DASAR TEORI

Penggunaan hewan percobaan dalam penelitian ilmiah dibidang


kedokteran/ biomedis telah berjalan puluhan tahun yang lalu. Hewan
sebagai model atau sarana percobaan haruslah memenuhi persyaratan-
persyaratan tertentu, antara lain persyaratan genetis / keturunan dan
lingkungan yang memadai dalam pengelolaannya, disamping faktor
ekonomis, mudah tidaknya diperoleh, serta mampu memberikan reaksi
biologis yang mirip kejadiannya pada manusia. Cara memegang hewan
serta cara penentuan jenis kelaminnya perlu pula diketahui.
Cara memegang hewan dari masing-masing jenis hewan adalah berbeda-
beda dan ditentukan oleh sifat hewan, keadaan fisik (besar atau kecil) serta
tujuannya. Kesalahan dalam caranya akan dapat menyebabkan kecelakaan
atau hips ataupun rasa sakit bagi hewan (ini akan menyulitkan dalam
melakukan penyuntikan atau pengambilan darah, misalnya) dan juga bagi
orang yang memegangnya (Katzug, B.G, 1989).

Rute pemberian obat ( Routes of Administration) merupakan salah


satu faktor yang mempengaruhi efek obat, karena karakteristik lingkungan
fisiologis anatomi dan biokimia yang berbeda pada daerah kontak obat
dantubuh karakteristik ini berbeda karena jumlah suplai darah yang
berbeda; enzim-enzim dan getah-getah fisiologis yang terdapat di
lingkungan tersebut berbeda. Hal-hal ini menyebabkan bahwa jumlah obat
yang dapat mencapai lokasi kerjanya dalam waktu tertentu akan berbeda,
tergantung dari rute pemberian obat (Katzug, B.G, 1989).

Rute pemberian obat, dapat diberikan secara peroral, subkutan,


intramuscular, intravena dan intraperitonial. Rute peroral dapat diberikan
dengan mencampurkan obat bersama makanan, bisa pula dengan jarum
khusus ukuran 20 dan panjang kira-kira 5cm untuk memasukkan senyawa
langsung kedalam lambung melalui esophagus, jarum ini ujungnya bulat
dan berlubang kesamping. Rute subkutan paling mudah dilakukan pada
mencit. Obat obat dapatdiberikan kepada mencit dengan jarum yang
panjangnya 0,5-1,0 cm dengan ukuran 22-24 (22-24 gauge). Obat bisa
disuntikkan dibawah kulit di daerah punggung atau didaerah perut.
Kekurangan dari rute ini adalah obat harus dapat larut dalam cairan hingga
dapat disuntikkan. Rute pemberian obat secara intramuscular lebih sulit
karena otot mencit sangat kecil, obat bisa disuntikkanke otot paha bagian
belakang dengan jarum panjang 0,5-2,0 cm dengan ukuran 24 gauge,
suntikkan tidak boleh terlalu dalam agar tidak terkena pembuluh darah.
Rute pemberian obat secara intravena haruslah dalam keadaan mencit
tidak dapat bergerak ini dapat dilakukan dengan mencit dimasukkan ke
dalam tabung plastik cukup besar agar mencit tidak dapat berputar ke
belakang dan supaya ekornya keluar dari tabung, jarum yang digunakan
berukuran 28 gaugedengan panjang 0,5cm dan disuntikkan pada vena
lateralis ekor, cara ini tidakdapat dilakukan karena ada kulit mencit yang
berpigmen jadi venanya kecildan sukar dilihat walaupun mencit berwarna
putih. Cara intraperitoneal hampir sama dengan IM, suntikkan dilakukan
di daerah abdomen diantara cartilagexiphoidea dan symphysis pubis.
Memilih rute penggunaan obat tergantung dari tujuan terapi, sifat
obatnyaserta kondisi pasien. Oleh sebab itu perlu mempertimbangkan
masalah-masalah seperti berikut: 

a) Tujuan terapi menghendaki efek lokal atau efek sistemik 


b) Apakah kerja awal obat yang dikehendaki itu cepat atau
masakerjanya lama
c) Stabilitas obat di dalam lambung atau usus
d) Keamanan relatif dalam penggunaan melalui bermacam-macam
rute
e) Rute yang tepat dan menyenangkan bagi pasien dan dokter
f) Harga obat yang relatif ekonomis dalam penyediaan obat
melalui bermacam-macam rute
g) Kemampuan pasien menelan obat melalui oral.

Faktor-faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi hasil


percobaan ialah faktor internal dan faktor eksternal, adapun faktor internal
yang dapat mempengaruhi hasil percobaan meliputi variasi biologik (usia,
jenis kelamin) pada usia hewan semakin muda maka semakin cepat reaksi
yang ditimbulkan ras dan sifat genetic, status kesehatan dan nutrisi, bobot
tubuh, luas permukaan. 

Faktor eksternal yang dapat mempengaruhi hasil percobaan


meliputi suplai oksigen, pemeliharaan lingkungan fisiologik (keadaan
kandang, suasana asing atau baru, pengalaman hewan dalam penerimaan
obat keadaan ruangan tempat hidup seperti suhu, kelembaban, ventilaasi,
cahaya, kebisingan serta penempatan hewan), pemeliharaan keutuhan
struktur ketika menyiapkan jaringan atau organ untuk percobaan.

E. ALAT DAN BAHAN


 Alat

1. Sonde Oral 3. Gelas Kimia

2. Alat Suntik 4. Gelas Ukur

 Bahan
1. Aqua pro dan alkohol
2. Hewan uji : Mencit dan Tikus
F. PROSEDUR

 Oral : cairan obat diberikan dengan


menggunakan sonde oral. Sonde oral
ditempelkan pada langit-langit atas
mulut mencit, kemudian dimasukkan
perlahan-lahan sampai ke esophagus
dan cairan obat dimasukkan.

 Subkutan : kulit didaerah tengkuk


diangkat dan kebagian bawah kulit
dimasukkan obat dengan
menggunakan alat suntik 1 ml

 Intravena : mencit dimasukkan


kedalam alat pemegang (dari kawat/
bahan lain/resringer) dengan ekor
menjulur ke luar. Ekor dicelupkan ke
dalam air hangat agar pembuluh
vena ekor mengalami dilatasi,
sehingga memudahkan pemberian
obat ke dalam pembuluh vena ekor
mengalami dilatasi, sehingga
memudahkan pemberian obat ke
dalam pembuluh vena. Pemberian
obat dilakukan dengan
menggunakan jarum suntik no. 24
 Intramuskular : obat disuntikkan
pada paha posterior dengan jarum
suntik no. 24

 Intraperitonial : mencit dipegang


pada saat penyuntikan posisi kepala
lebih rendah dari abdomen. Jarum
disuntikkan dengan sudut sekitar 100
dari abdomen pada daerah yang
sedikit menepi dari garis tengah,
agar jarum suntik tidak mengenai
kandung kemih. Penyuntikan juga
jangan didaerah yang terlalu tinggi
untuk menghindari terjadinya
penyuntikan pada hati.

G. DATA PENGAMATAN

No Cara Pemberian Sediaan Keterangan


.
1. Oral pada mencit Pemberian obat melalui oral ini menggunakan
sonde oral. Dimana dengan menempelkan
dilangit-langit atas mulut mencit, dengan
secara perlahan sampai ke esophagus dan
dimasukan cairan obat.
2. Subkutan pada mencit Dilakukan penyuntikan dibawah kulit
didaerah tengkuk dengan menggunakan alat
suntik 1 ml.

3. Intravena pada mencit Tidak dilakukan.


4. Intramuscular pada mencit Pemberian obat secara intramuscular ini
merupakan pemberian obat/ cairan dengan
cara dimasukkan langsung kedalam otot
(muskulus). Pemberian obat ini dilakukan di
daerah paha posterior dengan menggunakan
jarum suntik no 24.

5. Intraperitoneal pada mencit Pemberian obat dengan penyuntikan posisi


kepala lebih dari abdomen dimana jarum
suntik ini dengan sudut sekitar 10 ͦ dari
abdomen pada daerah yang sedikit menepi
dari garis tengah, agar jarrum sutik tidak
mengenai kandung kemih dan penyuntikan
juga tidak didaerah yang terlalu tinggi untuk
menghindari terjadinya penyuntikan pada hati.

6. Oral pada tikus Pemberian obat ini sama seperti pemberian


obat pada mencit dengan menggunakan sonde
oral. Alat ini ditempelkan dilangit-langit atas
mulut tikus, dengan secara perlahan sampai ke
esophagus dan dimasukan cairan obat.

7. Subkutan pada tikus Pemberian obat dilakukan dengan


penyuntikan dibawah kulit tengkuk dan dapat
pula dilakukan dibawah kulit abdomen dengan
alat suntik 1 ml.

8. Intravena pada tikus Tidak dilakukan.


9. Intramuscular pada tikus Pemberian obat ini dengan disuntikan
dibagian paha posterior dengan menggunakan
jarum suntik no 24.
10. Intraperitoneal pada tikus Pemberian obat ini dengan disuntikan dengan
posisi kepala lebih dari abdomen dengan
jarum suntik ini dengan sudut sekitar 10 ͦ dari
abdomen pada daerah yang sedikit menepi
dari garis tengah, agar jarum suntik tidak
mengenai kandung kemih dan penyuntikan
juga tidak didaerah yang terlalu tinggi untuk
menghindari terjadinya penyuntikan pada hati.

H. PEMBAHASAN
Praktikum kali ini mempelajari tentang pengaruh cara pemberian
obat terhadap absorbsi obat dalam tubuh. Pada dasarnya rute pemberian
obat menentukan jumlah dan kecepatan obat yang masuk kedalam tubuh,
sehingga merupakan penentu keberhasilan terapi atau kemungkinan
timbulnya efek yang merugikan. Dalam hal ini, alat uji yang digunakan
adalah tubuh hewan (uji  in vivo). Mencit dan tikus dipilih sebagai hewan
uji karena metabolisme dalam tubuhnya berlangsung cepat sehingga
sangat cocok untuk dijadikan sebagai objek pengamatan. Tetapi pemberian
diberikan dengan aqua pro injection, tidak dengan obat.
` Pemberian obat pada hewan uji pada percobaan ini dilakukan
melalui cara oral, subkutan, intraperitoneal, dan intramuscular. Pertama,
Dengan cara oral (pemberian obat melalui mulut masuk kesaluran
intestinal) digunakan jarum injeksi yang berujung tumpul agar tidak
membahayakan bagi hewan uji. Pemberian obat secara oral merupakan
cara pemberian obat yang umum dilakukan karena mudah, aman, dan
murah. Namun kerugiannya ialah banyak faktor yang dapat mempengaruhi
bioavailabilitasnya sehingga waktu onset yang didapat cukup lama.
Sedangkan rute pemberian yang cukup efektif adalah intra peritoneal (i.p.)
karena memberikan hasil kedua paling cepat setelah intravena. Namun
suntikan i.p. tidak dilakukan pada manusia karena bahaya injeksi dan
adhesi terlalu besar (Setiawati, A. dan F.D. Suyatna, 1995).
Percobaan selanjutnya yaitu dengan cara subkutan (cara injeksi
obat melalui tengkuk hewan uji tepatnya injeksi dilakukan dibawah kulit).
Keuntungannya obat dapat diberikan dalam kondisi sadar atau tidak sadar,
sedangkan kerugiannya dalam pemberian obat perlu prosedur steril, sakit,
dapat terjadi iritasi lokal ditempat injeksi.
Percobaan selanjutnya dengan cara intraperitoneal (injeksi yang
dilakukan pada rongga perut). Cara ini jarang digunakan karena rentan
menyebabkan infeksi. Keuntungan adalah obat yang disuntikkan dalam
rongga peritonium akan diabsorpsi cepat, sehingga reaksi obat akan cepat
terlihat.
Percobaan yang terakhir adalah dengan cara intramuscular yaitu
dengan menyuntikkan obat pada daerah yang berotot seperti paha atau
lengan atas. Keuntungan pemberian obat dengan cara ini, absorpsi
berlangsung dengan cepat, dapat diberikan pada pasien sadar atau tidak
sadar, sedangkan kerugiannya dalam pemberiannya perlu prosedur steril,
sakit, dapat terjadi iritasi ditempat injeksi.
Pada percobaan ini, kelompok kami menggunakan satu ekor
mencit dan satu ekor tikus. Masing-masing diberikan rute pemberian obat
berbeda-beda. Banyaknya volume obat yang akan diinjeksi tergantung
dengan berat badan mencit dan tikus dengan menggunakan rumus VAO.
Data yang dihasilkan untuk volume injeksi  mencit berdasarkan berat
badan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi absorbsi obat pada percobaan
yang telah dilakukan dengan rute-rute pemberian dapat disebabkan oleh
beberapa hal seperti kondisi hewan uji dimana masing-masing hewan uji
sangat bervariasi mulai dari produk enzim, berat badan dan luas dinding
usus, serta proses absorbsi pada saluran cerna, dan cara penyuntikkan dan
banyak volume aqua pro injection yang diberikan pada hewan uji.
Manfaat praktikum ini dalam bidang farmasi yaitu ilmu
pengetahuan tentang absorbsi obat dalam tubuh dan juga efek-efek
farmakologi ditimbulkan obat, serta dapat menentukan dosis yang akan
diberikan kepada pasien tergantung pada kondisi pasien.
Pada percobaan yang kami lakukan, banyak terjadi kesalahan-
kesalahan sehingga efek yang dihasilkan tidak sesuai dengan literatur. Hal
ini dikarenakan cara penyuntikan yang salah dan pengambilan volume
injeksi obat yang tidak sesuai. Selain itu, disebabkan juga karena kami
disini belum begitu mahir dalam melakukan penyuntikan sehingga efek
yang dihasilkan tidak sesuai.

I. KESIMPULAN
Dalam pemberian obat ada beberapa rute yang digunakan antara
lain rute oral, intraperitoneal, subkutan, dan intramuscular. Pemberian obat
dilakukan dengan aqua pro injection. Kesalahan penyuntikan dapat
menyebabkan ketidaktepatan hasil yang diberikan kepada hewan uji,
sehingga hasil yang diperoleh pun tidak akurat.

DAFTAR PUSTAKA
Katzung, Bertram G., Farmakologi Dasar dan Klinik, Salemba Medika,
Jakarta.
Ganiswara, Sulistia G (Ed), 1995, Farmakologi dan Terapi, Edisi IV. Balai
Penerbit Falkultas
Tanu, Ian. (2007). Farmakologi dan Terapi, Edisi Kelima. Jakarta : Balai
Penerbit FKUI.
Priyanto, M.B., 2010, Farmakologi Dasar Untuk Mahasiswa Farmasi dan
Keperawatan,Leskonfi: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai