Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI DASAR

PERCOBAAN V

PEMBERIAN OBAT SECARA INTRA PERITONEAL (I.P) PADA MENCIT

DI SUSUN OLEH :

NURHALIZA SAFITRI

P0 7539019136

TINGKAT I-D

DOSEN PEMBIMBING :

PRATIWI RUKMANA NASUTION, M.Si., Apt

JURUSAN FARMASI

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN

MEDAN

2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Peranan hewan percobaan dalam kegiatan penelitian ilmiah telah berjalan


sejak puluhan tahun lalu.  Agar mengetahui bagaimana cara kita sebagai
mahasiswa maupun sebagai seorang peneliti dalam hal ini mengetahui
tentang kemampuan obat pada seluruh aspeknya yang berhubungan dengan
efek toksiknya maupun efek sampingnya tentunya kita membutuhkan hewan
uji atau hewan percobaan. Hewan coba adalah hewan yang khusus
diternakan untuk keperluan penelitian biologis. Hewan  laboratorium  tersebut
di gunakan sebagai uji praktek untuk penelitian pengaruh bahan kimia atau
obat pada manusia. Beberapa jenis hewan yang sering dipakai dalam
penelitian  maupun  praktek yaitu : Kelinci (Oryctolagus cuniculus) Marmut
(Cavia parcellus), Mencit (Mus musculus), Tikus (Rattus novergicus).

Pada percobaan kali ini, hewan yang akan dijadikan percobaan adalah
mencit (Mus Musculus), kita kan mempraktikkan bagaimana cara pemebrian
obat yang benar pada mencit dengan cara melalui intra- peritoneal (i.p). Oleh
karena itu, kita melakukan percobaan ini agar kita dapat mengetahui
bagaimana cara pemberian obat pada hewan uji coba dengan benar.

B. Tujuan Percobaan

Tujuan dari praktikum ini adalah agar mahasiswa dapat mengetahui cara
pemberian obat pada hewan percobaan (mencit) dengan baik dan benar
melalui intra-peritoneal.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Rute pemberian obat ( Routes of Administration ) merupakan salah satu


faktor yang mempengaruhi efek obat, karena karakteristik lingkungan fisiologis
anatomi dan biokimia yang berbeda pada daerah kontak obat dan tubuh
karakteristik ini berbeda karena jumlah suplai darah yang berbeda; enzim-enzim
dan getah-getah fisiologis yang terdapat di lingkungan tersebut berbeda. Hal-hal
ini menyebabkan bahwa jumlah obat yang dapat mencapai lokasi kerjanya dalam
waktu tertentu akan berbeda, tergantung dari rute pemberian obat.

Pemberian obat secara intra-peritoneal (i.p) hampir sama dengan cara


intra- muskular (i.m) yaitu suntikan dilakukan di daerah abdomen diantara
cartilage xiphoidea dan symphisi pubis.

Pemberian obat melalui intra-peritoneal (i.p) dengan menggunakan jarum


suntiuk yang ujungnya runcing, dengan memegang mencit dengan cara menjepit
bagian tengkuk menggunakan ibu jari dan jari telunjuk dan ekornya dijepit
diantara jari manis dan kelingking. Selanjutnya posisikan tubuh mencit dalam
keadaan terbalik dengan kepala lebih rendah dari abdomen. Dengan
menggunakan alkohol 70%, bersihkan bagian abdomen bagian agak tepi yang
akan disuntikkan. Menyuntikkan obat dengan kemiringan 10o berlawanan arah
dengan kepala (arah jarum ke bagian perut) pada bagian abdomen agak menepi
dari garis tengah perut agar jarum suntik tidak terkena kandung kemih dan tidak
terlalu tinggi agar tidak terjadi penyuntikan pada hati.
BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

A. Alat
Alat- alat yang digunakan adalah :
1. Sarung tangan
2. Beaker glass
3. Spuit insulin
4. Jarum suntik
5. Kapas

B. Bahan
Bahan- bahan yang digunakan adalah :
1. Mencit (Mus musculus)
2. Alkohol 70%
3. Larutan Aquadest

C. Prosedur kerja
1. Persiapkan larutan yang akan disuntikkan dengan menggunakan
jarum suntik dengan volume 0,5 ml. (Pastikan tidak ada udara yang
masuk dalam jarum suntik).
2. Pegang mencit dengan menjepit bagian tengkuk menggunakan ibu
jari dan jari telunjuk dan ekornya dijepit diatanra jari manis dan
kelingking.
3. Usapkan Alkohol 70% pada bagian yang disuntikkan.
4. Posisikan jarum suntik 10o dan berlawanan arah dengan kepala (arah
jarum ke bagian perut) pada bagian abdomen agak menepi dari garis
tengah perut.
5. Suntikkan.
BAB IV

PEMBAHASAN

Praktikum kali ini mempalajari tentang pengaruh cara pemberian obat


terhadap absorpsi obat dalam tubuh (dalam hal ini pada tubuh hewan uji). Mencit
dipilih sebagai hewan uji karena proses metabolisme dalam tubuhnya
berlangsung cepat sehingga sangat cocok untuk dijadikan sebagai objek
pengamatan.
Pada proses praktikum ini melalui beberapa tahap yaitu penyediaan
larutan yang akan disuntikkan pada mencit. Namun seharusnya tahap awal yaitu
perhitungan dosis karena setiap hewan uji (mencit) memiliki berat yang berbeda
sehingga memerlukan dosis yang berbeda pula, pembuatan larutan bertujuan
memudahkan pemberian kehewan uji (mencit).
Tahap selanjutnya yaitu pemberian obat, pada percobaan kita
menggunakan rute pemberian obat secara intra-peritoneal(i.p). Pemberian obat
secara peritoneal yaitu suntikan dilakukan di daerah abdomen diantara cartilage
xiphoidea dan symphisi pubis (rongga perut). Sebelum dilakukannya penyuntikan
maka kita harus melakukan pembersihan pada bagian perut mencit dengan
alkohol 70% sehingga pada saat penyuntikan tidak ada bakteri yang masuk
bersama jarum suntik (menghindari infeksi) sekaligus juga tidak memberikan
rasa sakit terhadap mencit pada saat disuntik.

Prinsip pemberian obat secara intra- peritoneal (i.p) yaitu mencit dipegang
dan diposisikan telentang, pada penyuntikan posisi kepala lebih rendah dari
abdomen. Jarum disuntikkan dari abdomen yaitu, pada daerah yang menepi dari
garis tengah, agar jarum suntik tidak terkena kandung kemih dan tidak terlalu
tinggi supaya tidak terkena penyuntikan pada hati. Intra peritoneal termasuk
dalam pemberian obat parenteral. Pada rongga peritonerum mempunyai
permukaan absorbs yang sangat luas sehingga obat dapat masuk kedalam
sirkulasi sistemik secara cepat, untuk merangsang atau rusak oleh getah
lambung atau tidak di reabsorbsi usus, pemberian parenteral ini sangat tepat.
Tetapi kerugiannya adalah cara ini lebih mahal dan nyeri serta sukar digunakan
oleh pasien sendiri. Selain itu, ada pula bahaya terkena infeksi kuman (harus
steril) dan bahaya merusak pembuluh atau syaraf jika tempat injeksi tidak di pilih
dengan tepat.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Pemberian obat secara intra-peritoneal (i.p) lebih cepat diabsorpsi oleh
tubuh karena obat masuk sistem ke dalam darah yang cepat karena
didalam rongga perut banyak pembuluh darah maka akan memberikan
efek lebih cepat terhadap tubuh.
2. Kesalahan penyuntikan dapat menyebabkan ketidaktepatan dosis yang
diberikan kepada hewan uji, sehingga hasil yang diperoleh pun tidak
akurat.
3. Pemberian obat secara intra-peritoneal (i.p) jarang digunakan pada
tubuh manusia karena rentan menyebabkan infeksi dan bahaya injeksi
dan adhesi terlalu besar dan lebih sering digunakan oleh hewan.

B. Saran
Pada praktikum ini disarankan agar lebih berhati- hati dan dilakukan
secara prosedur dalam pemberian obat secara intra-peritoneal (i.p)
kepada mencit, agar jarum suntik tidak terkena kandung kemih dan
jangan terlalu tinggi agar tidak terkena hati.
DAFTAR PUSTAKA

Rezi, Drs. Jafril, dkk. 2020. Penuntun Praktikum Farmakologi Dasar


Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Medan

Katzung, bertram G. 1989. Farmakologi Dasar dan Klinik. Salemba


Medika : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai