PERCOBAAN V
DI SUSUN OLEH :
NURHALIZA SAFITRI
P0 7539019136
TINGKAT I-D
DOSEN PEMBIMBING :
JURUSAN FARMASI
MEDAN
2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada percobaan kali ini, hewan yang akan dijadikan percobaan adalah
mencit (Mus Musculus), kita kan mempraktikkan bagaimana cara pemebrian
obat yang benar pada mencit dengan cara melalui intra- peritoneal (i.p). Oleh
karena itu, kita melakukan percobaan ini agar kita dapat mengetahui
bagaimana cara pemberian obat pada hewan uji coba dengan benar.
B. Tujuan Percobaan
Tujuan dari praktikum ini adalah agar mahasiswa dapat mengetahui cara
pemberian obat pada hewan percobaan (mencit) dengan baik dan benar
melalui intra-peritoneal.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
METODOLOGI PERCOBAAN
A. Alat
Alat- alat yang digunakan adalah :
1. Sarung tangan
2. Beaker glass
3. Spuit insulin
4. Jarum suntik
5. Kapas
B. Bahan
Bahan- bahan yang digunakan adalah :
1. Mencit (Mus musculus)
2. Alkohol 70%
3. Larutan Aquadest
C. Prosedur kerja
1. Persiapkan larutan yang akan disuntikkan dengan menggunakan
jarum suntik dengan volume 0,5 ml. (Pastikan tidak ada udara yang
masuk dalam jarum suntik).
2. Pegang mencit dengan menjepit bagian tengkuk menggunakan ibu
jari dan jari telunjuk dan ekornya dijepit diatanra jari manis dan
kelingking.
3. Usapkan Alkohol 70% pada bagian yang disuntikkan.
4. Posisikan jarum suntik 10o dan berlawanan arah dengan kepala (arah
jarum ke bagian perut) pada bagian abdomen agak menepi dari garis
tengah perut.
5. Suntikkan.
BAB IV
PEMBAHASAN
Prinsip pemberian obat secara intra- peritoneal (i.p) yaitu mencit dipegang
dan diposisikan telentang, pada penyuntikan posisi kepala lebih rendah dari
abdomen. Jarum disuntikkan dari abdomen yaitu, pada daerah yang menepi dari
garis tengah, agar jarum suntik tidak terkena kandung kemih dan tidak terlalu
tinggi supaya tidak terkena penyuntikan pada hati. Intra peritoneal termasuk
dalam pemberian obat parenteral. Pada rongga peritonerum mempunyai
permukaan absorbs yang sangat luas sehingga obat dapat masuk kedalam
sirkulasi sistemik secara cepat, untuk merangsang atau rusak oleh getah
lambung atau tidak di reabsorbsi usus, pemberian parenteral ini sangat tepat.
Tetapi kerugiannya adalah cara ini lebih mahal dan nyeri serta sukar digunakan
oleh pasien sendiri. Selain itu, ada pula bahaya terkena infeksi kuman (harus
steril) dan bahaya merusak pembuluh atau syaraf jika tempat injeksi tidak di pilih
dengan tepat.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pemberian obat secara intra-peritoneal (i.p) lebih cepat diabsorpsi oleh
tubuh karena obat masuk sistem ke dalam darah yang cepat karena
didalam rongga perut banyak pembuluh darah maka akan memberikan
efek lebih cepat terhadap tubuh.
2. Kesalahan penyuntikan dapat menyebabkan ketidaktepatan dosis yang
diberikan kepada hewan uji, sehingga hasil yang diperoleh pun tidak
akurat.
3. Pemberian obat secara intra-peritoneal (i.p) jarang digunakan pada
tubuh manusia karena rentan menyebabkan infeksi dan bahaya injeksi
dan adhesi terlalu besar dan lebih sering digunakan oleh hewan.
B. Saran
Pada praktikum ini disarankan agar lebih berhati- hati dan dilakukan
secara prosedur dalam pemberian obat secara intra-peritoneal (i.p)
kepada mencit, agar jarum suntik tidak terkena kandung kemih dan
jangan terlalu tinggi agar tidak terkena hati.
DAFTAR PUSTAKA