Anda di halaman 1dari 7

Judul : Penanganan Hewan Percobaan dan Cara Pemberian Obat

Pendahuluan :

Penggunaan hewan percobaan dalam penelitian ilmiah dibidang kedokteran/biomedis


telah berjalan puluhan tahun yang lalu. Sebagai pola kebijaksanaan pembangunan
keselamatan manusia di dunia adalah adanya Deklarasi Helsinki,yang dihasilkan oleh Sidang
Kesehatan Dunia ke 16 di Helsinki, Finlandia, pada tahun 1964 (Sulaksono, M.E., 1987).
Deklarasi tersebut merupakan rekomendasi kepada penelitian kedokteran, yaitu tentang
segi etik penelitian yang melibatkan manusia sebagai obyek penelitian. Disebutkan, perlunya
dilakukan percobaan pada hewan sebelum percobaan di bidang biomedis maupun riset
lainnya dilakukan atau diperlakukan terhadap manusia.(Sulaksono, M.E., 1987).
Hewan sebagai model atau sarana percobaan haruslah memenuhi persyaratan-
persyaratan tertentu, antara lain persyaratan genetis/ keturunan dan lingkungan yang
memadai dalam pengelolaannya, di samping faktor ekonomis, mudah tidaknya diperoleh,
serta mampu memberikan reaksi biologis yang mirip kejadiannya pada manusia (Sulaksono,
M.E., 1987).
Farmakologi merupakan sifat dari mekanisme kerja obat pada sistem tubuh termasuk
menentukan toksisitasnya. Bentuk sediaan dan cara pemberian merupakan penentu dalam
memaksimalkan proses absorbsi obat oleh tubuh karena keduanya sangat menentukan efek
biologis suatu obat seperti absorpsi, kecepatan absorpsi dan bioavailabilitas (total obat yang
dapat diserap), cepat atau lambatnya obat mulai bekerja (onset of action), lamanya obat
bekerja (duration of action), intensitas kerja obat, respons farmakologik yang dicapai serta
dosis yang tepat untuk memberikan respons tertentu (Anonim I., 2008).
Obat sebaiknya dapat mencapai reseptor kerja yang diinginkan setelah diberikan
melalui rute tertentu yang nyaman dan aman seperti suatu obat yang memungkinan diberikan
secara intravena dan diedarkan di dalam darah langsung dengan harapan dapat menimbulkan
efek yang relatif lebih cepat dan bermanfaat.Jalur pemakaian obat yang meliputi secara oral,
rektal, dan parenteral serta yang lainnya harus ditentukan untuk mencapai efek yang
maksimal (Anonim I., 2008)
Tujuan Percobaan :

1. Mampu menangani hewan percobaan (mencit) untuk percobaan farmakologi


2. Mengetahui cara menangani hewan secara manusiawi serta faktor-faktor yang
mempengaruhi responnya
3. Mengetahui sifat-sifat hewan percobaan (mencit)
4. Mengenal teknik-teknik pemberian obat melalui berbagai rute pemberian
5. Menyadari berbagai pengaruh rute pemberian obat terhadap efeknya
6. Dapat menyatakan konsekuensi praktis dari pengaruh rute pemberian obat terhadap
efeknya

Prinsip Percobaan :

 Berdasarkan teknik penanganan hewan percobaan


 Berdasarkan teknik pemberian obat pada hewan percobaan
 Berdasarkan perhitungan dosis pemberian obat pada hewan percobaan

Dasar Teori :

Dalam praktikum farmakologi, percobaan dilakukan terhadap hewan hidup, karena itu
hewan harus diperlakukan secara manusiawi, yaitu antara lain dengan mengetahui sifat-sifat
hewan tersebut.

Perlakuan yang tidak wajar terhadap hewan percobaan dapat menimbulkan


penyimpangan-penyimpangan dalam hasil pengamatan.

Rute pemberian obat merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi efek obat,
karena karakteristik lingkungan, fisiologis, anatomis dan biokimiawi yang berbeda ini karena
ada hal-hal yang berbeda seperti

 Suplai darah
 Struktur anatomi dari lingkungan kontrak antara tubuh dan obat
 Enzim-enzim dan getah-getah fisiologis yang terdapat di lingkungan tersebut.

Hal-hal ini menyebabkan jumlah obat yang dapat mencapai terdapat kerjanya dalam
waktu tertentu berbeda, tergantung pada rute pemberian obat. Meskipun rute pemberian obat
secara oral merupakan yang paling lazim, seringkali rute ini tidak digunakan mengingat hal-
hal yang dikemukakan, kondisi penerimaan obat dan sifat-sifat obat itu sendiri.
Dalam percobaan ini yang akan dilakukan adalah pemberian obat secara oral dan
intraperitonial.

Alat dan Bahan :

Alat Bahan

Sonde oral Mencit

Alat suntik 1ml Air

Obat-obat untuk disuntikkan yang dibahas pada

percobaan selanjutnya

Prosedur percobaan :

Penanganan hewan percobaan

 Mencit diangkat ujung ekornya dengan tangan kanan, letakkan pada suatu tempat
yang permukaannya tidak licin misalnya kasa, ram kawat, sehingga kalau ditarik
mencit akan mencengkram.
 Telunjuk dan ibu jari kiri menjepit kulit tengkuk sedangkan ekornya masih dipegang
dengan tangan kanan. Kemudian posisi tubuh mencit dibalikan sehingga permukaan
perut menghadap kita dan ekor dijepitkan antara jari manis dan kelingking tangn kiri.

Cara pemberian obat

 Untuk pemberian oral, mencit dipegang tengkuknya. Sonde oral telah diisi air
diselipkan dekat langit-langit dan diluncurkan masuk ke esofagus. Larutan didesak
keluar dari jarum oral.
 Untuk penyuntikkan intraperitonial, mencit dipegang pada tengkuknya sedemikian
sehingga posisi abdomen lebih tinggi dari kepala. Jarum disuntikkan dengan sudut 10o
dari abdomen agak kepinggir, untuk mencegah tekanannya kandung kemih dan
apabila terlalu tinggi akan mengenai hati.
Pembahasan :

Karakteristik hewan percobaan (mencit)

 Penakut dan fotofobik


 Cenderung sembunyi dan berkumpul dengan sesamanya
 Mudah ditangani
 Lebih aktif pada malam hari
 Aktivitas terganggu dengan adanya manusia
 Suhu normal badan 37,4oC
 Laju respirasi 163 menit

Penanganan mencit

Volume pemberian obat pada mencit

Volume cairan yan diberikan pada hewan percobaan harus diperhatikan tidak
melebihi jumlah tertentu.

Pada mencit :

Untuk pemberian oral : maksimal 1ml

Untuk pemberian intraperitonial : maksimal 1ml

(M Boucard,et al. Pharmacodynamics, Guide de Travaux Pratiques, 1981 – 1982 )


Pemberian obat secara oral pada mencit

Pemberian obat secara intraperitonial pada mencit

Penggunaan dosis pada mencit

Untuk memperoleh efek farmakologis yang sama dari suatu obat pada setiap spesies
hewan percobaan, diperlukan data mengenai penggunaan dosis secara kuantitatif. Hal
demikian akan lebh diperlukan bila obat akan dipakai pada manusia dan pendekatan terbaik
adalah menggunakan perbandingan luas dan permukaan tubuh.

Perbandingan luas permukaan tubuh mencit:

Bila 20 gr berat badan pada mencit dibandingkan dengan 70 kg pada manusia yaitu dikalikan
0,0026 pada dosis untuk mencit.

( Laurence and Bacharach, A.l., Evaluation of Drug Activities : Pharmacometris, 1964 )

Misal untuk pemberian dosis obat 500 mg maka

500 mg x 0,0026 = 1,3 mg pada mencit


Faktor-faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi hasil percobaan:

1. Faktor internal
 Variasi biologik ( usia, jenis kelamin)
 Ras dan sifat genetik
 Status kesehatan dan nutrisi
 Bobot tubuh
 Luas permukaan tubuh
2. Faktor eksternal
 Suplai oksigen
 Pemelihara lingkungan fisiologik dan isoosmosis
 Pemeliharaan keutuhan struktur ketika menyiapkan jaringan atau organ untuk
percobaan
3. Faktor lainnya
 Keadaan kandang
 Suasana asing atau baru
 Pengalaman hewan dalam penerimaan obat
 Keadaan ruangan tempat hidup (suhu, kelembaban, ventilasi, cahaya,
kebisingan)
 Penempatan hewan

Kesimpulan :

Penanganan hewan percobaan dan pemberian obat pada hewan percobaan (mencit)
perlu diperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi hewan percobaan (mencit) tersebut dan
perlu diperhatikan teknik-teknik yang tepat dalam perlakuan dan pemberian obat pada hewan
percobaan (mencit).

Daftar pustaka :

 Andri Deswati,Dytha, M.Si.,Apt., 2017. Modul Praktikum Farmakologi. Bandung:


Universitas Al Ghifari.
 Sulaksono, M.E., 1987. Peranan, Pengelolaan dan Pengembangan Hewan
Percobaan. Jakarta.
 Anonim I, 2008.Farmakologi-1.
 M Boucard,et al. Pharmacodynamics, Guide de Travaux Pratiques, 1981 – 1982
 Laurence and Bacharach, A.l., Evaluation of Drug Activities : Pharmacometris, 1964

Anda mungkin juga menyukai