Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN SEMENTARA PRAKTIKUM FARMAKOLOGI

PERCOBAAN I
DASAR EKSPERIMEN FARMAKOLOGI

DOSEN PENGAMPU : Apt. Nurul Qiyaam, M.Farm, Klin.


DISUSUN OLEH :
NAMA : VIVI FEBRIANTY
NIM : 2020E1C058
KELAS : 4(EMPAT ) C

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM
2022
A. Tujuan Praktikum
Mahasiswa mampu menerapkan prinsip kerja dasar-dasar eksperimentalfarmakologi.

B. Tinjauan Pustaka

Banyak obat, banyak juga cara pemberiannya kepada pasien. Sediaan per-oral sering kita
temukan dalam perkembangan pemberian obat. Namun, banyak Cara Pemberian &
Minum Obat ke pasien selain per-oral. Mengapa hal ini terjadi? Cara Pemherian Obat Ke
Pasien didasarkan beberapa faktor, diantaranya : Faktor Formulasi. Faktor zat aktif serta
stabilitasnya menjadi alasan bahwa obat dibuat dalam sediaan yang cocok untuk zat aktif
tersebut..

Pemberian obat ikut juga dalam menentukan cepat lambatnya dan lengkap tidaknya
resorpsi suatu obat. Tergantung dari efek yang diinginkan, yaitu efek sistemik (di seluruh
tubuh) atau efek lokal (setempat) dan keadaan pasien serta sifat-sifat fisiko-kimiawi obat,
dapat dipilih di antara berbagai cara untuk memberikan obat.

Untuk Memberikan Efek Sistemik (Obat disebar ke seluruh tubuh):


1. Oral : Yaitu pemberiannya melalui mulut, mudah dan aman pemakaiannya, lazim dan
praktis, tidak semua obat dapat diberikan per-oral, misalnya : Obat yang bersifat
merangsang (emetin, aminofilin) atau yang diuraikan oleh getah lambung
(benzilpenisilin, insulin dan oksitoksin), dapat terjadi inaktivasi oleh hati sebelum
diedarkan ke tempat kerjanya, dapat juga untuk mencapai efek lokal misalnya : obat
cacing, obat diagnostik untuk pemotretan lambung usus, baik sekali untuk mengobati
infeksi usus. Bentuk sediaan oral : Tablet, Kapsul, Obat hisap, Sirup dan Tetesan.

2. Injeksi Yaitu pemberiannya dengan jalan suntikkan, efek yang diperoleh cepat, kuat
dan lengkap, keberatannya lebih banyak dari pasien, alat suntik harus steril dan dapat
merusak pembuluh darah atau syaraf jika tempat penyuntikkannya tidak tepat: Terutama
untuk obat yang merangsang atau dirusak oleh getah lambung atau tidak tidak diresorpsi
oleh dinding usus.

Cara Memberikan Obat Pada Hewan Percobaan :


A. Mencit
 Oral : Cairan obat diberikan dengan menggunakan sonde oral, sonde oral
ditenpedkan pada langi langit mulut atas mencit kemudian masukkan
perkahan-lahan sampai ke esophagus dan cairan obat dimasukkan.
 Subkutan.Kulit di daerah tengkuk di angkat dan di bagian bawah kulit
dimasukkan obat dengan menggunakan alat
 Intra vena: Mencit dimasukkan ke dalam kandang restriksi mencit dengan
bagian ekor menjulur keluar. Bagian ekor dicelupkan ke dalam air hangat agar
pembuluh venackor mengalami dilatasi lalu pemberian obat ke dalam
pembuluh vena menjadimudah. Pemberian obat dilakukan dengan jarum
suntik no.24.
 Intra peritoneal: Mencit dipegang dengan cara seperti pada 1.4.1, pada
penyuntikkan posisikepala lebih rendah dari abdomen. Jarum disuntikkan
dengan sudut sekitar 10 dariabdomen pada daerah yang sedikit menepi dari
garis tengah, agar jarum suntik tidak terkena kandung kemih dan tidak terlalu
tinggi supaya tidak terkena penyuntikkan pada hati.
 Intramuskular (im)
 Penyuntikan dilakukan dalam otot misalnya, penyuntikan antibiotika atau
dimana tidak banyak terdapat pembuluh darah dan syaraf, misalnya otot
pantat atau lengan atas.
B. Tikus
Pemberian secara oral, intra muscular dan intra peritoneal dilakukan dengancara sama
pada mencit. Secara kutan dilakukan penyuntikkan di bawah kulittengkuk atau kulit
abdomen dan pemberian secara intra vena dilakukan pada vena penis ketimbang vena
ekor.
Pengaruh Variasi Biologis Hewan Percobaan Variasi biologis berarti tidak ada dua
akan memberikan atau lebih sediaan uji yang diharapkan akan memberikan hasil yang
identic dan sediaan yang sama pada saat yang sama diharapkan menimbulkan reaksi
yang berbeda.
Ada 4 hal dilihat dalam menentukan hewan coba :
1. Umur
Bayi atau hewan yang baru lahir memiliki respon yang berbeda dengan hewan
yang telah dewasa. Disebabkan oleh pendewasaan organisme. Misalkan tikus,
hamster, dan mencit. Hewan tersebut terlahir dengan sawar otak yang secara
fungsional tidak matang dan kadar amino tak lebih rendah dari hewan
dewasannya. Indikasi lain untuk membedakan hewan yang lebih muda dan Iebih
tua dengan memberikan reseprin pada bayi tikus dan terjadi penggosongan
katekolamin otak, hal tersebut disebabkan oleh dosis resperin jauh lebih intensif
pada hewan muda dibandingkan dengan hewan yang lebih tua.
2. Spesies
Pemilihan spesies akan sangat berpengaruh pada tingkat keberhasilan penelitian,
Percobaan dilakukan ada yang menggunakan spesies yang relative kecil dan ada
juga spesies yang karasteristik yang unit yang memberikan keuntungan bagi
peneliti obat spesifik. Sebagai contoh monyet memiliki system respirasi dan
thoraks yang sama dengan manusia. Setiap hewan berbeda -beda responnya,
disebabkan oleh injeksi SC. Sebagai contoh respon obat pada kelinci dan tikus.
Pada kelinci darahnya yang membuat relative resistensi terhadap blockade
atropine sedangkan pada tikus terjadi reflex muntah.
3. Strain
Strain hewan yang memiliki aplikasi spesifik di dalam penelitian analog penyakit
manusia, termaksuk meneit yang gemuk secara genetis yang kurang peka
terhadap ambilan diafragmatik dan jaringan adipose terhadap głukosa radioaktif
selama pembentukan glikogen. Aktivitas strain mencit secara konsisten lebih
rendah dari pada mencit jantan dansetiap strain yang diwariskan. Strain tikus
dapat diketahui dengan perbedaan konsentrasi sel darah putih yang beredar di
dalam darahnya.
4. Jenis Kelamin
Penelitian untuk menentukan perbedaan aktivitas biologis antara hewan jantan
dan betina. Betina memiliki siklus yang berhubungan dengan ovulasi misalnya
siklus estrus begitu pula dengan sebaliknya. Sebagai contoh pada tikus dianastesi
dengan disuntikkan oksitosin. Selama fase diestrus dan anestrus bersifat
vasodilator. Namaun pada fase estrusoksitosin menyebabkan vasokontrikisi dan
menyebabkan kenaikan tekanan darah. Pada tikus jantang diketahui memiliki
aktivitas enzim yang lebih besar, seperti enzim aminopirin N-demitilasi dan disaat
berumur 7 ggu mengalami ulkus lambung yang diinduksi oleh respire lebih nyata
dibandingkan dengan tikus betina pada umur yang sama.

C. Alat dan Bahan


Alat :
1. Spuit 1 ml,
2. sarung tangan
Bahan :
Mencit/Tikus
D. Cara Kerja
1. mencit diatas kandang bertutup kawat
2. Suntikan larutan obat pada otot paha mencit
3. Usahakan lokasi suntikan pada daerah kulit tipis dengan terlebih dahulu
membersihkannya dengan alcohol 70%
4. Arah suntikan dari depan
5. Melakukan suntikan dengan cepat agar tidak terjadi pendarahan
6. Bersihkan kembali daerah penyuntikan menggunakan kapas alcohol
7. Evaluasi kondisi hewan uji setelah dilakukan perlakuan dan catat hasil
pengamatan

E. Daftar Pustaka
Anief, Moh., 2000, Ilmu Meracik Obat Gadjah Mada University Press, hal.
Anonim, 1995, Farmakope Indonesia Edisi,IV, Depkes RI, Jakarta, hal.
Ansel, Howard.C, 1989 Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Universitas Indonesia
Press, Jakarta.hal.

Anda mungkin juga menyukai