Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM TOKSIKOLOGI KLINIK

PENGAMBILAN SAMPEL DARAH MENCIT

DOSEN PENGAMPU :
Ni Putu Rahayu Artini, S.Si., M.Si.
I Wayan Tanjung Aryasa, S.Si., M.Si.

Disusun Oleh :
Ni Nyoman Frida Wintarini
171700027

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK


INSTITUT ILMU KESEHATAN MEDIKA PERSADA BALI
2019
PENGAMBILAN SAMPEL DARAH MENCIT

JUMAT, 11 OKTOBER 2019


Laboratorium IIK Medika Persada Bali

A. TUJUAN
Adapun tujuan dilakukan praktikum uji toksisitas hewa uji kali ini adalah :
1. Untuk mengetahui arti tokisisitas
2. Untuk mengethaui prosedur dalam uji toksisitas
B. DASAR TEORI
Uji toksisitas adalah uji untuk mendeteksi efek toksik suatu zat pada sistem
biologi, dan untuk memperoleh data dosis-respon yang khas dari sediaan uji. Data yang
diperoleh dapat digunakan untuk memberi informasi mengenai derajat bahaya sediaan
uji tersebut bila terjadi pemaparan pada manusia, sehingga dapat ditentukan dosis
penggunaannya demi keamanan manusia.
Bahaya akibat pemaparan suatu zat pada manusia dapat diketahui dengan
mempelajari efek kumulatif, dosis yang dapat menimbulkan efek toksik pada manusia,
efek karsinogenik, teratogenik, dan mutagenik. Pada umumnya informasi tersebut dapat
diperoleh dari percobaan menggunakan hewan uji sebagai model yang dirancang pada
serangkaian uji toksisitas nonklinik secara in vivo meliputi uji toksisitas akut oral,
toksisitas subkronis oral, toksisitas kronis oral, teratogenisitas, sensitisasi kulit, iritasi
mata, iritasi akut dermal, iritasi mukosa vagina, toksisitas akut dermal, dan toksisitas
subkronis dermal. Pemilihan uji tersebut tergantung dari tujuan penggunaan zat
tersebut. Apabila penggunaannya ditujukan untuk pemakaian secara topikal/dermal,
dilakukan uji toksisitas dermal untuk mengetahui kemungkinan terjadinya risiko akibat
pemaparan pada manusia. Uji toksisitas dermal berdasarkan waktu jenisnya bervariasi
yaitu uji toksisitas akut dermal, uji toksisitas subkronik dermal,uji toksisitas kronik
dermal, dan uji iritasi.
Uji toksisitas akut dermal merupakan pengujian untuk mendeteksi efek toksik
yang muncul dalam waktu singkat (24 jam selama 14 hari) setelah pemaparan suatu
sediaan uji dalam sekali pemberian melalui rute dermal (BPOM, 2014). Pengujian ini
perlu dilakukan untuk bahan / sediaan yang digunakan untuk pemakaian topikal pada
kulit, baik yang berupa obat sintesis maupun dengan bahan baku herbal dan penelitian
menggunakan hewan uji dengan jenis kelamin betina karena kulit betina lebih sensitif
dibandingkan jantan (BPOM, 2014).
Untuk meneliti berbagai efek yang berhubungan dengan masa pajanan
penelitian toksikologi menurut Frank C. Lu dibagi dalam :
a. Uji toksisitas akut, dilakukan dengan memberikan zat toksik yang sedang diuji
sebanyak satu kali, atau beberapa kali dalam jangka waktu 24 jam.
b. Uji toksisitas jangka pendek (penelitian sub akut atau sub kronik), dilakukan dengan
memberikan bahan toksik berulang-ulang biasanya setiap hari atau lima kali
seminggu, selama jangka waktu kurang lebih 10 % dari masa hidup hewan.
c. Uji toksisitas jangka panjang, dilakukan dengan memberikan zat kimia berulang-
ulang selama masa hidup hewan coba atau sekurang-kurangnya sebagian dari masa
hidupnya (Mycek. 2009).

Pembedahan adalah salah satu tindakan pengobatan dengan penyembuhan


penyakit dengan cara memotong, mengiris anggota tubuh yang sakit. Pembedahan
dilakukan dengan anastesi general maupun regional. Anastesi general yaitu anastesi
untuk menghilangkan sensasi diseluruh tubuh dan kesadaran. Pembedahan akan
menimbulkan respon psikologis yaitu kecemasan (Mycek. 2009).

Hewan yang paling banyak digunakan untuk keperluan evaluasi atau penelitian
adalah tikus putih (Rattus norvegicus), mencit (Mus muculus). Kelebihan menggunakan
hewan coba tikus karena tikus hidup lebih baik sendiri dalam kurungan, mudah
pengaturannya, mudah dipelihara, merupakan hewan yang relatif sehat dan peka
terhadap pengaruh kolesterol jika diberikan perlakuan terhadap komponen dietnya,
karakteristik tikus adalah hewan nokturnal (tidak aktif pada malam hari), tidak
mempunyai kantung empedu, tidak dapat muntah dan tidak pernah berhenti tumbuh
(sukandar. 2008).

C. METODE
C1. ALAT
Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini adalah pipet kapiler, tabung
darah , selop tangan, dan alat pelindung diri.
C2. BAHAN
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah tikus mencit
D. PROSEDUR KERJA
Adapun prosedur kerja dari praktikum ini adalah sebagai berikut.
Dipatahkan tabung kapiler di salah satu ujungnya agar memiliki ujung yang
runcing. Kemudian tikus dipegang dan dijepit bagian tengkuk dengan jari
tangan.setelah itu tikus dikondisikan senyaman mungkin. Ditusukan tabung kapiler
di bagian dekat tulang rongga hidung sampai terasa menubruk rongga dalam mata
hewan uji, kemudian tabung kapiler perlahan ditarik keluar sedikit agar darahnya
dapat keluar, lalu ditampung darah yang keluar menggunakan tabung vakum
berwarna merah, jika pengambilan darah dirasa sudah cukup, tabung vakum ditutup
kemudia tabung kapiler dilepaskan dari hewan uji dan hewan uji diletakan kembali
ke kandangnya.

E. GAMBAR ALAT DAN BAHAN


F. PEMBAHASAN
Mencit merupakan hewan yang paling umum digunakan pada penelitian pada
penelitian laboratorium sebagai hewan percobaan yaitu sekitar 40-80%. Mencit
memiliki banyak keunggulan sebagai hewan percobaan yaotu siklus hidup yang
relatif pendek, jumlah anak perkelahiran banyak. Vriasi sifatnya tinggi dan mudah
dalam penanganannya. Cicir-ciri mencit secara umum adalah tekstur rambut lembut
dan halus, bentuk hidung kerucut terpotong, bentuk badan silindris agak membesar
kebelakang, rambut putih, mata merah, ekor merah muda dan dewasa berat badan :
25-40 g (betina) ; 20-40 g (jantan).
Pada praktikum ini dilakukan pengambilan sampel darah pada hewan uji, hewan
percobaan yang umum digunakan dalam penelitian ilmiah adalah tikus. Tikus
(Rattus norvegicus) telah diketahui sifat-sifatnya secara sempurna, mudah
dipelihara, dan merupakan hewan yang relatif sehat dan cocok untuk berbagai
penelitian. Tikus termasuk hewan mamalia oleh sebab itu dampaknya terhadap
suatu perlakuan mungkin tidak jauh berbeda dibandingkan dengan mamalia
lainnya. Tikus juga merupakan hewan laboratorium yang banyak digunakan dalam
penelitian dan percobaan antara lain untuk mempelajari pengaruh obat-obatan,
toksisitas, metabolisme, embriologi maupun dalam mempelajari tingkah laku.
. Pada umumnya pengambilan darah hanya dilakukan sekitar 10% dari total
volume darah dalam tubuh dalam selang waktu 2-4 minggu. Atau sekitar 1% dari
berat tubuh dengan interval 24 jam. Total darah yang hanya boleh diambil sekitar
75% dari bobot badan. Cara pengambilan darah pada mencit hampi sama yaitu
melalui plexus reorbitalis pada mata, Vena Ekor (V. Lateralis ekor). Pada vena
saphena yang terdapat pada bagian kaki dan pengambilan langsung dari jantung.
Pada praktikum kali ini dilakukan pengambilan sampel darah mencit pada mata
(plexus retroobitalis) tikus dipegang dan dijepit bagian tengkuk dngan jari tangan,
setelah itu tikus dikondisikan senyaman mungkin, kemudian ditusukkan tabung
kapiler di bagian dekat rongga hidung mencit kemudia tabung kapiler diputar /
ditarik perlahan sampai darah keluar sedikit lalu darah ditampung pada tabung
vakum berwarna merah , jika jumlah darah sudah cukup maka tabung kapiler
dilepaskan dari mencit dan mencit diletakkan pada tempat semula.
G. KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian tikus atau
mencit sering digunakan sebagai hewan uji karena struktur anatomi tikus atau
mencit hampir sama dengan struktur anatomi manusia. Dalam penelitian tikus atau
mencit sering digunakan terutama untuk diambil darahnya. Tipe pengambilan
sampel darah pada tikus atau mencit terdiri dari Plexus Reorbitalis pada mata, Vena
Ekor (V. Lateralis ekor), vena sapena pada kaki dan pengambilan darah pada
jantung tikus atau mencit.
DAFTAR PUSTAKA

Arrington, L. (1972). Introductory Laboratory Animal. The Breeding, Care, and


Management of Experimental Animal Science. New York: The Interstate
Printers and Publishing, Inc.
Moriwaki, K. (1994). Genetic in Wild Mice. Its Application to Biomedical Research.
Tokyo:Karger.
Malole, M.B.M. and Pramono, C.S.U.2001.Pengantar Hewan-Hewan Percobaan di
Laboratorium. Bogor. Pusat Antara Universitas Bioteknologi IPB.
Sirois, M. 2005. Laboratory Animal Medicine. United of State America: Mosby. Inc.
Hlm 87-115.
Smith, B. J. dan S. Mangkoewidjojo. 1988.Pemeliharaan, Pembiakan dan Penggunaan
Hewan Percobaan di Daerah Tropis Indonesia. University Press. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai