Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN KELOMPOK PRAKTIKUM FARMAKOLOGI

“PENGAMBILAN SAMPEL DARAH DAN NEKROPSI”

Disusun oleh:

Suni Aldita (1704015150)

Hervina Dian Wardani (1504015482)

Annisa Nur Fahri (1704015268)

Kelas : B1

Kelompok :2

Dosen : Dr.Siska, M.Farm., Apt

FAKUTAS FARMASI DAN SAINS


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF.DR HAMKA
JAKARTA
2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

A. Pengambilan Sampel Darah pada Tikus

lmu farmasi yang semakin berkembang di masa sekarang menjadikan pemanfaatan


hewan sebagai objek percobaan juga terus berkembang.Hewan yang digunakan sebagai jenis
percobaan disebut hewan coba atau hewan laboratorium.Hewan laboratorium atau hewan
percobaan adalah hewan yang sengaja dipelihara dan diternakkan untuk digunakan sebagai
hewan model guna mempelajari dan mengembangkan berbagai macam bidang ilmu dalam
skala penelian atau pengamatan laboratorik. Penggunaan hewan percobaan untuk penelitian
banyak dilakukan di bidang fisiologi, farmakologi, biokimia, patologi, zoologi komparatif,
dan ekologi dalam arti luas.

Di bidang kedokteran, selain untuk penelitian, hewan percobaan juga sering


digunakan untuk keperluan diagnostika. Sedangkan dalam bidang pendidikan dan psikologi,
hewan laboratorium digunakan untuk pengamatan tingkah laku hewan. Hewan percobaan
yang umum digunakan dalam penelitian ilmiah adalah tikus. Tikus (Rattus norvegicus) telah
diketahui sifat-sifatnya secara sempurna, mudah dipelihara, dan merupakan hewan yang
relatif sehat dan cocok untuk berbagai penelitian (Depkes, 2011).Tikus termasuk hewan
mamalia oleh sebab itu dampaknya terhadap suatu perlakuan mungkin tidak jauh berbeda
dibandingkan dengan mamalia lainnya. Tikus juga merupakan hewan laboratorium yang
banyak digunakan dalam penelitian dan percobaan antara lain untuk mempelajari pengaruh
obat-obatan, toksisitas, metabolisme, embriologi maupun dalam mempelajari tingkah laku
(Malole dan Pramono, 2010). Makalah ini dibuat dengan tujuan menambah wawasan dan
pengetahuan pembaca tentang cara pengambilan sampel darah pada hewan coba khususnya
tikus dan mencit, karena mencit atupun tikus adalah hewan coba yang sangat di butuhkan
darahnya untuk Animal research

B. Nekropsi

Peran hewan coba sebagai hewan model dalam penelitian-penelitian ilmiah telah menjadi
sejarah panjang dalam upaya para peneliti menyelamatkan manusia dan lingkungannya. Salah
satu hewan coba yang banyak digunakan dalam penelitian adalah tikus putih (Rattus
novergicus). Tikus putih banyak digunakan pada penelitian-penelitian toksikologi,
metabolisme lemak, obat-obatan maupun mekanisme penyakit infeksius. Tikus putih baik
digunakan dalam penelitian karena mudah dipelihara, mudah berkembang biak sehingga
cepat mendapatkan hewan coba yang seragam dan mudah dikelola di laboratorium. Penelitian
tentang obat-obatan dan keracunan banyak menggunakan hewan coba tikus dan mencit,
karena mudah diperiksa melalui organ-organutama yang berperan yaitu hati dan ginjal
(Leickteig, et al., 2007). Oleh karena itu organ hati dan ginjal harus dalam keadaan sehat baik
secara klinis, patologi anatomi maupun histopatologi, jika menggunakan tikus sebagai hewan
model. Penetapan status sehat hanya berdasarkan inspeksi banyak dilakukan terutama pada
peneliti-peneliti pemula.Langkah-langkah dalam melakukan nekropsi sesuai dengan metode
Hussein (2008). Sebelum nekropsi, tikus dieuthanasia dengan menggunakan ether di dalam
kotak plastik. Nekropsi dilakukan sesuai prosedur nekropsi pada mamalia, kemudian seluruh
organ dalam diperiksa secara patologi anatomi (makroskopik). Organ-organ dalam seperti
hati, ginjal, paru-paru dan usus diperiksa.

1.2 TUJUAN

A. Pengambilan Sampel Darah pada Tikus

1. Mampu mengetahui pengambilan darah pada hewan percobaan


2. Cara pengambilan sampel darah pada hewan percobaan

B. Nekropsi

1. Cara anestesi pada hewan percobaan


2. Cara nekropsi hewan percobaan
3. Organ-organ dalam hewan percobaa
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

 Pengambilan Sampel Darah pada Tikus


1. Pengertian Tikus
Tikus merupakan hewan laboratorium yang banyak digunakan dalam penelitian
dan percobaan antara lain untuk mempelajari pengaruh obat-obatan, toksisitas,
metabolisme, embriologi maupun dalam mempelajari tingkah laku (Calabrese,
2001). Tikus (Rattus norvegicus) berasal dari Asia Tengah dan penggunaannya
telah menyebar luas di seluruh dunia (Gay,et al, 2000). Menurut (Nugroho,2004)
taksonomi tikus adalah: Kingdom : Animalia Filum : Chordata Subfilum :
Vertebrata Kelas : Mamalia Subkelas : Theria Ordo : Rodensia Subordo :
Sciurognathi Famili : Muridae Subfamili : Murinae Genus : Rattus Spesies :
Rattus norvegicus Dalam dunia sains mencit dan tikus banyak digunakan sebagai
hewan coba karena struktur anatomi mencit dan tikus hampir sama dengan
struktur anatomi manusia selain itu juga perkembangbiakan mencit yang sangat
cepat sehingga memudahkan praktikan ataupun peneliti dalam
mendapatkannya.Mencit ataupun juga bukan termasuk hewan yang dilindungi dan
dalam pemeliharaan dan perawatannya tergolong mudah. Tikus laboratorium
jantan jarang berkelahi seperti mencit jantan. Tikus dapat tinggal sendirian dalam
kandang, asal dapat melihat dan mendengar tikus lain. Jika dipegang dengan cara
yang benar, tikus-tikus ini tenang dan mudah ditangani di laboratorium.
Pemeliharaan dan makanan tikus lebih mahal daripada mencit tetapi tikus dapat
berbiak sebaik mencit. Karena hewan ini lebih besar daripada mencit, maka untuk
beberapa macam percobaan, tikus lebih menguntungkan (Kram et,al, 2001).
Selain itu juga ada dua sifat utama yang membedakan tikus dengan hewan
percobaan lainnya, yaitu tikus tidak dapat muntah karena struktur anatomi yang
tidak lazim pada tempat bermuara esofagus ke dalam lambung sehingga
mempermudah proses pencekokan perlakuan menggunakan sonde lambung, dan
tidak mempunyai kandung empedu (Smith dan Mangkoewidjojo, 1988). Selain
itu, tikus hanya mempunyai kelenjar keringat di telapak kaki. Ekor tikus menjadi
bagian badan yang paling penting untuk mengurangi panas tubuh. Mekanisme
perlindungan lain adalah tikus akan mengeluarkan banyak ludah dan menutupi
bulunya dengan ludah tersebut (Sirois, 2005).

2. Teknik Pengambilan Darah Hewan Percobaan


Pengambilan darah hewan pada laboratorium dilakukan untuk berbagai
percobaan saintifik seperti : untuk mempelajari farmakokinetika suatu obat, untuk
mempelajari hormon, substrract adat sel darah merah. Dalam bidang
farmakokinetika dan metabolisme obat, sampel darah digunakan untuk analisi
berbagai konsentrasi obat dan hasil metabolitnya. Darah juga diperlukan untuk
beberapa percobaan in-vitro dengan menggunakan sel darah merah atau fraksi
protein plasma.
Teknik pengambilan sampel darah tergantung pada faktor-faktor spesifik dari
pertcobaan yang akan dilaksanakan. Perbedaan tersebut dapat berupa teknik
pengambilan sampel terminal atau teknik pengambilan sampel nonterminal.
Kondisi darah yang dikumpulkan pada akhir percobaan setelah hewan dimatikan
(terminal eksperimen) adalah amat berbeda (pembiusan, volume darah)
ddibandingkan pengambilan tunggal atau berulang dari hewan yang sadar.
Meminimalkan rasa sakit/nyeri dan perasaan stres pada hewan selama proses
berlangsung adalah hal yang mutlak, sebab semua itu akan mempengaruhi hasil
percobaan. Beberapa faktor biokimia dan fisiologi dapat berubah akibat stres pada
hewan percobaan, seperti tingginya tekanan darah dan katekolamin tubuh,
prolaktin dan glukokortikosteroid dapat mempengaruhi beberapa parameter
metabolit, juga kadar gula, jumlah sel darah merah dan darah putih daan volume
darah. a)Pengumpulan darah terminal: Pengumpulan darah terminal dapat
dilakukan secara total dengan mengorbankan hewan atau dengan mengumpulkan
beberapa kali pengambilan dalam keadaan hewan terbius. b) Pengumpulan darah
nonterminal : Pengumpulan darah non terminal dapat dilakukan dengan cara
penumpualn darah sekali dan pengumpulan darah beberapa kali (berulang)
Pengambilan darah sekali dapat dilakukan 15-20% dari volume darah total,
biasanya tidak akan mempengaruhi banyak keadaan hewan. Pengambilan darah
sekli dengan 15-20% darah total bila diulangi dapat dilakukan 3-4 minggu
berikutnya, setelah hewan kembali normal dan kesehatannya betul-betull pulih.
Pengumpulan darah berulang tidak boleh lebih dari 1% dari volume darah total
setiap 24 jam (0.6 ml/kg/d). Dengan volume dan/atau frekuensi pengambilan yang
lebih dari di atas akan menyebabkan hewan mengalami anemia.

3. Teknik pengambilan sampel darah


a. Kanulasi permanen pada vena: Pemasangan kanula/kateter pada vena dapat
dilakukan untuk pengambilan darah berulan beberapa kali. Kateter ini dapat
dilindungi sedemikian rupa agar pergerakan hewan percobaan tidak terganggu.
Metoda ini dapat dipakai untuk pengambilan darah secara berulang untuk
beberapa hari.
b. Terkni Pendarahan orbital: Disamping hamster dan kelinci, teknik ini basa
juga digunakan untuk hewan-hewan percobaan yang mempunyai ekor panjang
seperti tikus dan mencit. Pengambilan darah dilakukan melalui vena
conjunctiva dengan menggunakan pipet pasteur, mikropipet atau mikrokapiler
pada mata. Dengan teknik ini tidak memungkinkan pengambilan darah dengan
volume banyak.
c. Cardiac puncture: Pengambilan darah melalui teknik ini adalah langsung
dengan menusukkan ujung jarum suntik ke dalam rongga jantung melalui
torak. Percobaan ini harus dilakukan berulang-ulang agar diketahui dengan
pasti rongga jantung dari hewan percobaan. Pekerjaan harus dilakukan se
aseptis mungkin dan hindari distres pada hewan percobaan. Teknik ini dapat
mengumpulkan darah dengan volume lebih banyak.
d. Teknik pengambilan darah dari ekor: Teknik ini dapat dilakukan pada hewan
mencit dan tikus, karena mempunyai ekor yang lebih panjang. Sebelum
dilakukan pengambilan darah, terelebih dahulu ekor hewan di gosok-gosok
atau dihangatkan agar pembuluh darah ekor membesar dan pengaliran darah
lebih cepat. Pengambilan darah dapat dilakukan dengan pertolongan jarum
suntik atau dengan jalan pemotongan ekor hewan percobaan. Setiap
pengambilan darah selalu dilakukan pembilasan dengan kapas beralkohol dari
ekor hewan tersebut pada tempat penampungan sebelum dan sesudah
pengambilan.
e. Pengambilan melalui pembuluh darah leher: Dapat dilakukan segera setelah
hewan dikorbankan. Darah dikumpulkan dengan cara memotong arteri
karotid. Karena tekanan darah pada arteri karotid ini kuat, maka
pengambilannya harus dilakukan dengan hati-hati. Darah yang ditampung
adalah darah yang mengalir dari jantung ke arah kepala hewan percobaan

 Nekropsi

Nekropsi merupakan suatu prosedur untuk melakukan pemeriksaan yang cepat dan
rinci secara patologi anatomi untuk mengetahui sebab-sebab kematian seekor
atausekelompok hewan yang dalam hal ini adalah domba sehingga dapat
dilakukan penanggulangan. Pada nekropsi yang dilakukan adalah mengamati beberapa
organ dalam yang mengalami perubahan atau kelainan sehingga dapat dijadikan sumber
dugaan bahwa hewan tersebut terserang suatu penyakit dengan melakukan pembedahan.
BAB III

METODE KERJA

A. Pengambilan Sampel Darah pada Tikus


1. BAHAN DAN ALAT
a) Hewan percobaan : 2 ekor tikus
b) Pipa kapiler
c) Jarum suntik
d) Selongsong tikus
e) Alcohol
f) Gunting
g) Mikrotube
2. PROSEDUR PENGERJAAN
a) Plexus Retroorbitalis: Pada mata Tikus dipegang dan dijepit bagian
tengkuk dengan jari tangan.setelah itu tikus dikondisikan senyaman
mungkin,kemudian Mikrohematikrit digoreskan pada medial canthus mata
dibawah bola mata ke arah foramen opticus.Kemudian mikrohematokrit
diputar sampai melukai plexus, jika diputar 5X maka harus dikembalikan
5X. Darah ditampung pada Eppendorf yang telah diberi EDTA untuk
tujuan pengambilan plasma darah dan tanpa EDTA untuk tujuan
pengambilan serumnya,bisa juga dengan penambahan heparin sebagai
antikoagulan
b) Pada Vena Ekor (V. Lateralis ekor) : Tikus dimasukkan dalam selongsong
yang sesuai ukurannya tubuh tikus. Ekor tikus dijulurkan keluar dan Vena
lateralis pada ekor di Incisi (dipotong) 0,2 – 2 cm dari pangkal ekor
dengan silet atau gunting yang steril. Darah ditampung pada eppendorf,
kemudian diletakkan miring 45º dan dibiarkan mengendap pada suhu
kamar, selanjutnya dilakukan sentrifugasi untuk mendapatkan serum yang
dimaksud

B. Nekropsi
1. BAHAN DAN ALAT
a) Hewan percobaan : 2 ekor tikus
b) Alat bedah
c) Eter
d) Sarung tangan
e) Desinfektan
f) Toples
g) Kapas
h) Jarum pentul
i) Steroform
2. PROSEDUR PENGERJAAN
a) Anestesi hewan percobaan: Dilakukan dengan ester (dengan kapas yang
dibasah ester, masukkan dalam suatu tempat yang sesuai besar hewan cobaan)
kemudian mencit dimasukkan dalam tempat tersebut, tunggu sampai difase
anestesi 3
b) Nekropsi: Setelah di nekropsi, seluruh organ dalam abdomen tampak normal
dan terlihat ada testis dan saluran-salurannya, sehingga dapat dipastikan tikus
itu adalah tikus jantan. Kemudian nekropsi dilanjutkan dengan mengangkat
costae sehingga organ-organ di dalam rongga thorax dapat terlihat, yaitu
jantung dan pulmo
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pengambilan Sampel Darah pada Tikus


1. Hasil

TIKUS BB(KG) JUMLAH SAMPEL DARAH (ML)


RETROOBITALIS VENA EKOR
KEL 1 0,138 KG 1,5 ML 0,3 ML
KEL 2 0,128 KG 0,5 ML ML

2. Pembahasan
Pada praktikum yang telah dilakukan hari senin tanggal 25 november tentang
pengambilan darah pada tikus. pengambilan darah ini berfungsi sebagai parameter
untuk uji yang dilakukan dengan 2 metode yaitu plexus retroorbitalis dan vena
lateralis ekor. Dari kedua metode ini yang paling sederhana adalah vena lateralis,
sebelum dilakukan pengambilan darah tikus dianestesi terlebih dahulu.
Fungsi dari anesteri sendiri adalah agar tikus kehilangan kesadaran dan tidak
merasakan sakit saat dilakukan prosedur pengambilan darah. Bahan yang
digunakan adalah eter. Eter merupakan cairan tidak berwarna , mudah menguap,
berbau, mengiritasi saluran pernapasan, dan mudah terbakar juga meledak
sehinggan karena efek yang merugikan inilah menjadi penyebab eter tidak
digunakan lagi.
Jumlah eter yang digunakan tergantung dari berat dan kondisi kebutuhan
dalam nya anestesi dan teknik yang digunakan untuk induksi menggunakan 10-
20% volume tetap eter. Eter juga sudah tidak digunakan pada Negara maju, tapi di
Indonesia masih dipakai secara luas.
Dalam metode anestesi ada anestesi inhalasi, anestesi umum dan anestesi
local. Pada praktikum digunakan anestesi inhalasi, dengan keuntungan adalah
cepat dalam memberikan efek selain eter bahan lain yang digunakan adalah
kloroform. Anestesi inhalasi masuk kedalam anestesi umum,anestesi umum
adalah keadaan hilang nya nyeri seluruh tubuh dan hilang nya kesadaran yang
bersifat sementara yang dihasilkan melalui penekanan susunan saraf pusat karena
adanya induksi secara farmakologis.
Setelah dilakukan anestesi, maka tahap selanjutnya adalah pengambilan darah
secara plexus retroorbitalis dan vena lateralis ekor. Keuntungan pengambilan
darah secara vena adalah mudah sedangkan kerugian nya adalah darah yang
dihasilkan sedikit dan menimbulkan kecacatan pada tikus. sedangkan untuk
pengambilan pada plexus retroorbitalis keuntungan nya adalah darah yang
dihasilkan lebih banyak, tidak menimbulkan kecacatan pada hewan uji dan
kerugiaan nya adalah nya butuh keahlian dalam melakukan nya, salah melukai
bisa menyebabkan kebutaan. Sehingga mana metode yang baik digunakan?
Metode yang baik adalah tergantung pada total darah yang dibutuhkan.
Pada praktikum yang dilakukan dibagi 2 kelompok besar, dimana
pengambilan hewan uji untuk kelompok 1 dan kelompok 2 sebagai berikut:
1. Kelompok 1 : tikus dengan BB 0,138KG dengan menggunakan metode
retroorbitalis menghasilkan darah 1,5 ml dan metode vena lateralis 0,5ml.
hal tersebut sesuai dengan literature dimana metode plexus retroorbitalis
akan menghasilkan darah yang lebih banyak dibandingkan dengan metode
vena lateralis ekor
2. Kelompok 2 : tikus dengan BB 0,128KG dengan menggunakan metode
retroorbitalis menghasilkan darah 0,5 ml dan metode vena lateralis 1 ml.
hal tersebut tidak sesuai dengan literature dimana harus nya metode plexus
retroorbitalis akan menghasilkan darah yang lebih banyak dibandingkan
dengan metode vena lateralis ekor, tetapi ini kebalikan nya. Itu dapat
terjadi karna kesalahan pada praktikan yang melepaskan pipa kapiler
sebelum darah ditampung pada mikrotube sehingga menyebabkan darah
membeku dan darah yang tertampung hanya 0,5 ml

B. Nekropsi
1. Hasil

PENGAMATAN NORMAL KELAINAN


ORGAN KEL 1 KEL 2 KEL 1 KEL 2
HATI √ √
JANTUNG √ √
PARU-PARU √ √
URETER √ √
LAMBUNG √ √
LIMFA √ √
GINJAL √ √
USUS BESAR √ √
USUS HALUS √ √
TESTIS √ √
PANKREAS √ √
2. Pembahasan
Pada praktikum yang telah dilakukan rabu 27 november 2019 tentang
nekropsi. Nekropsi adalah tindakan pembedahan pada hewan percobaan.
Bertujuan untuk melakukan pemeriksaan yang tepat dan cepat dalam menetapkan
suatu diagnose pada beberapa sebab penyakit/ kematian dari hewan.
Nekropsi adalah pemeriksaan post mortem dilakukan dengan menentukan
kausal penyakit dengan melakukan deskripsi lesi mikroskopik dan makroskopis
dari jaringan dengan melakukan pemeriksaan seperti insisi dimulai pada dinding
abdomen, memotong bulu dan kulit juga muskulusnya, irisan selanjutnya
dilakukan kesisi kanan lalu kekiri terus kearah kranal memotong costae sehingga
rongga morax terbuka. Selanjutnya dikeluarkan organ, ada beberapa organ yang
didapatkan sebagai berikut\
1. Yang pertama adalah jantung, terletak diatas ronggan dada sebelah kiri
atas diafragma. Jantung terdiri atas ruang yakni 2 serambi kanan dan 2
bilik. Fungsi nya adalah memompa darah keseluruh tubuh sambil
membawa O2 dan zat gizi. Pada saat pembedahan didapatkan jantung yang
baik berwarna merah dan ukuran yang sesuai tidak ada kelainan.
2. Yang kedua adalah paru-paru, terletak dionggan kanan dan kiri jantung,
fungsi utamanya adalah menukar O2 daru udara dengan CO2 dari dalam
tubuh. Pada saat pembedahan didapatkan paru-paru yang berfungsi baik
dan tidak ada kelainan
3. Yang ketigas adalah hati, hati yang didapat berwarna coklat kemerahan
dan terletak dibawah diafragma yaitu didalam rongga abdomen. Pada saat
pembedahan didapatkan hati yang berfungsi baik dan tidak ada kelainan.
4. Yang keempat adalah lambung, lambung yang didapatka sesuai yakni
putih, bentuk seperti kacang kedelai. Fungsi nya adalah mengahaluskan
makanan, menghancurkan makanan dengan gerakan peritaltik. Pada saat
pembedahan didapatkan lambung yang berfungsi baik dan tidak ada
kelainan.
5. Yang kelima adalah limfa, terletak dibawah lambung berwarna coklat
kemerahan. Fungsi nya adalah tempat pembentukkan sel darah putih,
memproteksi tubuh terhadap benda asing. Pada saat pembedahan
didapatkan limfa yang berfungsi baik dan tidak ada kelainan
6. Yang keenam adalah ginjal, terletak di sel dinding post terior abdomen
belakang pentonium pada kedua sisi verebrates thorakalis, ginjal kanan
lebih rendah dari ginjal iri. Fungsi ginjal adalah pengeluran zat zat asing.
Pada saat pembedahan didapatkan ginjal yang berfungsi baik dan tidak
ada kelainan

Sehingga dapat disimpulkan hasil pembedahan pada kedua tikus menunjukkan


hasil positif normal pada semua organ dan berfungsi dengan baik, tidak ada
nya kelainan fungsi maupun penyakit pada organ hewan percobaan.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Dalam dunia sains tikus banyak digunakan sebagai hewan coba karena struktur
anatomi mencit dan tikus hampir sama dengan struktur anatomi manusia. Tikus
banyak digunakan dalam penelitian terutama untuk diambil darahnya
2. Tipe pengambilan darah pada mencit ada empat macam yaitu Plexus
Retroorbitalis pada mata ,vena Ekor (V. Lateralis ekor), vena sapena pada kaki
dan pengambilan darah pada jantung.
3. Nekropsi yang dilakukan memperlihat kan 2 kelompok tikus seluruh organ yang
normal tidak ada kelainan
B. Saran
Sebaiknya sebelum melakukan pengambilan darah kesterilan alat dan hewan coba
lebih diperhatikan.
DAFTAR PUSTAKA

Arrington, L. (1972). Introductory Laboratory Animal. The Breeding, Care, and Management
of Experimental Animal Science. New York: The Interstate Printers and Publishing, Inc.

Gay,LR.1987.Research in Education.New York:McGraw-Hill Book,Company. Moriwaki, K.


(1994). Genetic in Wild Mice. Its Application to Biomedical Research. Tokyo: Karger.

Malole, M.B.M. and Pramono, C.S.U.2001.Pengantar Hewan-Hewan Percobaan di


Laboratorium. Bogor. Pusat Antara Universitas Bioteknologi IPB.

Smith, B. J. dan S. Mangkoewidjojo. 1988.Pemeliharaan, Pembiakan dan Penggunaan


Hewan Percobaan di Daerah Tropis Indonesia. University Press. Jakarta.

Lampiran

Anda mungkin juga menyukai