Anda di halaman 1dari 24

TUGAS MAKALAH TOKSIKOLOGI INDUSTRI

PROPILEN GLIKOL

Oleh:
Oky Fauzul Zakina
2106797563

Pembimbing:
Dr. dr. Dewi S. Soemarko, MS, Sp.Ok, Subsp. PsikoKO (K)

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS KEDOKTERAN OKUPASI


DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA
JAKARTA, 2022

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah Subhanahu wa ta’ala, karena atas berkat dan
rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah dengan judul “Polietilen Glikol” ini
ditulis dalam rangka memenuhi salah satu syarat kuliah Toksikologi Industri sebagai bagian dari
pengajaran untuk mencapai gelar Dokter Spesialis Kedokteran Okupasi (Sp.Ok) pada Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan tesis ini, sangatlah sulit bagi saya
untuk menyelesaikan tesis ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. dr.
Dewi S. Soemarko, MS, Sp.Ok, Subsp. PsikoKO (K) atas waktu, tenaga, dan pikiran untuk
mengarahkan saya dalam penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dan ketidaksempurnaan
pada makalah ini, oleh karena itu segala bentuk masukan dan kritik yang membangun akan sangat
berharga bagi penulis untuk perbaikan penulisan makalah atau ilmiah berikutnya. Akhir kata,
semoga Allah Subhanahu wa ta’ala berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah
membantu. Semoga makalah ini dapat membawa manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan,
khususnya di Kedokteran Okupasi.

Jakarta, 9 Desember 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

TUGAS MAKALAH TOKSIKOLOGI INDUSTRI ......................................................... i

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ........................................................................................................ 1

1.2 Permasalahan .......................................................................................................... 2

1.3 Tujuan ..................................................................................................................... 2

1.3.1 Tujuan Umum .................................................................................................. 2

1.3.2 Tujuan Khusus ................................................................................................. 2

1.4 Manfaat ................................................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................... 3

2.1 Sejarah .................................................................................................................... 3

2.2 Sumber dan Kegunaan ............................................................................................ 4

2.3 Sifat Fisik dan Kimia .............................................................................................. 6

2.3.1 Sifat Mekanis ................................................................................................... 7

2.3.2 Termal .............................................................................................................. 7

2.3.3 Kimia ............................................................................................................... 7

2.3.4 Elektrik ............................................................................................................ 8

2.3.5 Optikal ............................................................................................................. 8

2.4 Toksikokinetik ........................................................................................................ 8

2.4.1 Absorpsi ........................................................................................................... 8

2.4.2 Distribusi.......................................................................................................... 9

2.4.3 Metabolisme .................................................................................................... 9

iii
2.4.4 Eliminasi dan Ekskresi .................................................................................. 10

2.5 Toksikodinamik .................................................................................................... 11

2.5.1 Efek Akut ....................................................................................................... 11

2.5.2 Efek Kronik ................................................................................................... 11

2.6 Human Biomonitoring .......................................................................................... 12

2.7 Nilai Ambang Batas .............................................................................................. 16

BAB III PERTOLONGAN PADA INTOKSIKASI MERKURI ................................... 17

3.1 Respon Pertolongan Pertama ................................................................................ 17

BAB IV PEMBAHASAN .............................................................................................. 18

BAB V KESIMPULAN ................................................................................................. 19

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 20

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Polietilena (disingkat PE) (IUPAC: Polietena) adalah termoplastik yang digunakan secara
luas oleh konsumen produk sebagai kantong plastik. Sekitar 80 juta metrik ton plastik ini
diproduksi setiap tahunnya. Polietilena adalah polimer yang terdiri dari rantai panjang monomer
etilena (IUPAC: etena). Di industri polimer, polietilena ditulis dengan singkatan PE, perlakuan
yang sama yang dilakukan oleh polisterena (PS) dan polipropilena (PP). Molekul etena C2H4
adalah CH2=CH2. Dua grup CH2 bersatu dengan ikatan ganda. Polietilena dibentuk melalui
proses polimerisasi dari etena. Polietilena bisa diproduksi melalu proses polimerisasi radikal,
polimerisasi adisi anionik, polimerisasi ion koordinasi, atau polimeriasi ion kationik. Setiap
metode menghasilkan tipe polietilena yang berbeda.
Polietilen digunakan secara bebas di seluruh dunia terutama sebagai produk plastic, serat
sintetis pakaian, produk kecantikan, dll. Sekitar 80 juta metrik ton plastik ini diproduksi setiap
tahunnya dan digunakan mulai dari industri besar hingga penjaja makanan di pasar. Penggunaan
polietilena yang sangat luas menjadi masalah lingkungan serius. Polietilena dikategorikan sebagai
sampah yang sulit didegradasi oleh alam, membutuhkan waktu ratusan tahun bagi alam untuk
mendegradasinya secara efisien. Limbah polietilen dapat mengontaminasi tanah dan perairan
dalam mikroplastik.
Di Indonesia, mikroplastik dapat ditemukan di perairan laut, sedimen sungai, estuari,
sedimen di lingkungan terumbu karang, bahkan dalam perut ikan. Jumlah sampel ikan di Indonesia
yang mengandung mikroplastik bahkan 5 kali lebih banyak dibandingkan di Amerika. Fiber dan
fragmen adalah jenis mikroplastik yang paling banyak ditemukan, keduanya berasal dari pakaian
dengan serat sintetis, alat pancing, dan jaring ikan. Keberadaan mikroplastik di ikan merupakan
salah satu jalan masuk mikroplastik ke manusia dan dapat mengganggu kesehatan, seperti memicu
pertumbuhan tumor, penghambat sistem imun, dan mengganggu sistem reproduksi.

1
1.2 Permasalahan
Penggunaan polietilen secara bebas dan massal membawa masalah lingkungan, dimana
limbah polietilen dapat larut sebagai mikroplastik yang masuk ke tubuh ikan dan dikonsumsi oleh
manusia. Hal ini dapat mengancam kesehatan manusia mengingat plastik dapat menyerap berbagai
bahan kimia yang terlarut dalam air. Mikroplastik dapat memicu pertumbuhan tumor, penghambat
sistem imun, dan mengganggu sistem reproduksi manusia.

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui gambaran umum tentang polietilen.
1.3.2 Tujuan Khusus
• Mengetahui sifat-sifat polietilen baik sifat fisika maupun sifat kimianya.
• Mengetahui toksikokinetik serta toksikodinamik dari polietilen.
• Mengetahui metabolisme polietilen.
• Mengetahui gejala-gejala keracunan polietilen.
• Mengetahui pemeriksaan biomonitoring keracunan polietilen.
• Mengetahui langkah-langkah pencegahan keracunan polietilen.
• Mengetahui tatalaksana keracunan polietilen secara tepat.

1.4 Manfaat
• Bagi Pekerja
Menambah pengetahuan tentang polietilen sehingga dapat menghindari efek buruk
penggunaan polietilen yang berlebihan dan dapat melakukan tatalaksana dari keracunan
polietilen.
• Bagi Perusahaan
Memahami polietilen sebagai salah satu bahaya potensial di lingkungan kerja dan dapat
menentukan pengendalian dan pencegahan penyakit akibat kerja atau kecelakaan kerja
akibat dampak negatif dari polietilen.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sejarah
Polietilena pertama kali disintesis oleh ahli kimia Jerman bernama Hans von Pechmann
yang melakukannya secara tidak sengaja pada tahun 1898 ketika sedang memanaskan
diazometana. Ketika koleganya, Eugen Bamberger dan Friedrich Tschirner mencari tahu tentang
substansi putih, berlilin, mereka mengetahui bahwa yang ia buat mengandung rantai panjang -
CH2- dan menamakannya polimetilena.
Kegiatan sintesis polietilena secara industri pertama kali dilakukan, lagi-lagi, secara tidak
sengaja, oleh Eric Fawcett dan Reginald Gibson pada tahun 1933 di fasilitas ICI di Northwich,
Inggris. Ketika memperlakukan campuran etilena dan benzaldehida pada tekanan yang sangat
tinggi, mereka mendapatkan substansi yang sama seperti yang didapatkan oleh Pechmann. Reaksi
diinisiasi oleh keberadaan oksigen dalam reaksi sehingga sulit mereproduksinya pada saat itu.
Namun, Michael Perrin, ahli kimia ICI lainnya, berhasil mensintesisnya sesuai harapan pada tahun
1935, dan pada tahun 1939 industri Low Density Polyethylene (LDPE) pertama dimulai.

Gambar 2.1 Bijih Plastik atau Polietilen

3
Kala itu,5 polietilena yang ditemukan memiliki sifat kehilangan yang sangat rendah pada
gelombang radio frekuensi sangat tinggi, distribusi komersial di Inggris dihentikan pada pecahnya
Perang Dunia II, kerahasiaan diberlakukan, dan proses baru digunakan untuk menghasilkan isolasi
kabel koaksial UHF dan SHF dari set radar. Selama Perang Dunia II, penelitian lebih lanjut
dilakukan pada proses ICI dan pada tahun 1944, Du Pont di Sabine River, Texas, dan Bakelite
Corporation di Charleston, West Virginia, memulai produksi komersial skala besar di bawah
lisensi dari ICI.
Propilen glikol (CAS# 57-55-6) adalah cairan bening, tidak berwarna, sedikit seperti sirup
pada suhu kamar. Ini mungkin ada di udara dalam bentuk uap, meskipun propilen glikol harus
dipanaskan atau dikocok dengan cepat untuk menghasilkan uap air. Propilen glikol tidak berbau
dan tidak berasa.

Gambar 2.2 Propilen Glikol

2.2 Sumber dan Kegunaan


Polietilen klorosulfonat dibuat melalui reaksi sulfur dioksida dan klorin dengan polietilen
yang dilarutkan dalam karbon tetraklorida, dan beberapa bahaya mungkin terkait dengan paparan
bahan-bahan ini. Bahaya penggunaan polimer belum teridentifikasi dengan paparan pada manusia,
dan pengujian pada hewan. Polietilena klorosulfonasi digunakan pada sidewall ban putih, selang,

4
dan pelapis tangki serta untuk produk lain yang harus tahan terhadap panas, oksidasi, dan ozon.
Polimer ini dikurasi dengan oksida logam. Akselerator termasuk mercaptobenzothiazole,
benzothiazolyl disulfide, dan dipentamethylenethiuram tetrasulfide, yang dikenal sebagai
sensitizer kulit dan mungkin ada dalam karet jadi. Polietilen terklorinasi dibuat dengan substitusi
atom klorin dengan atom hidrogen pada polimer etilena. Karet ini mungkin juga mengandung
residu monomer dan karbon tetraklorida dan harus dicuci bersih dengan air. Iritasi kulit dapat
terjadi, terutama selama proses yang melibatkan panas. Polietilen terklorinasi paling sering
digunakan dalam selang mobil dan produk mekanis lainnya.
Propilen glikol adalah zat cair sintetik yang menyerap air. Propilen glikol juga digunakan
untuk membuat senyawa poliester, dan sebagai dasar untuk larutan penghilang es. Propilen glikol
digunakan oleh industri kimia, makanan, dan farmasi sebagai antibeku saat kebocoran dapat
menyebabkan kontak dengan makanan. Food and Drug Administration (FDA) telah
mengklasifikasikan propilen glikol sebagai aditif yang "umumnya diakui aman" untuk digunakan
dalam makanan, menyerap air dan menjaga kelembapan pada obat-obatan, kosmetik, atau produk
makanan tertentu. Propilen glikol adalah pelarut untuk warna dan rasa makanan, dan dalam
industri cat dan plastik. Propilen glikol juga digunakan untuk membuat asap atau kabut buatan
yang digunakan dalam pelatihan pemadam kebakaran dan produksi teater. Nama lain untuk
propilen glikol adalah 1,2-dihidroksipropana, 1,2-propanadiol, metil glikol, dan trimetil glikol.
Tabel 2.1 Penggunaan Propilen Glikol pada Industri
Industri Pekerjaan Penggunaan Cara Masuk
Makanan Penuang PG ke mesin Penguat rasa, Inhalasi, ingesti
pencampur pengikat rasa, melalui tangan atau
pengawet makanan kulit terkontaminasi
Farmasi & kosmetik Peracik obat & Pengawet, pengikat Inhalasi, injeksi,
kosmetik, penuang bahan, antifreeze ingesti melalui tangan
larutan atau kulit
terkontaminasi
Pabrik Kulkas Mekanik Antifreeze Inhalasi, ingesti
melalui tangan atau
kulit yang
terkontaminasi
Otomotif Mekanik, operator Cairan hidrolik, Inhalasi, ingesti
assembly line antifreeze, heat melalui tangan atau
transfer kulit yang
terkontaminasi

5
Entertainment Penata panggung Asap buatan, smoke Inhalasi, ingesti
screen, smoke melalui tangan atau
simulator kulit yang
terkontaminasi

2.3 Sifat Fisik dan Kimia


Polietilen masuk ke golongan elastomer, golongan polimer yang dikonstruksi dengan
monomer yang sama dengan plastic. Perbedaan penting antara elastomer sintetis dan polimer
makromolekul lain adalah elastomer buatan atau ‘kurasi’ cenderung mengandung bahan
berbahaya, terutama dalam proses pembuatannya. Keluhan pekerja terbanyak adalah dermatitis
kontak.
Melihat kristalinitas dan massa molekul, titik leleh, dan transisi gelas sulit melihat sifat
fisik polietilena. Temperatur titik tersebut sangat bervariasi bergantung pada tipe polietilena. Pada
tingkat komersial, polietilena berdensitas menengah dan tinggi, titik lelehnya berkisar 120oC
hingga 135oC. Titik leleh polietilena berdensitas rendah berkisar 105oC hingga 115oC.
Kebanyakan LDPE, MDPE, dan HDPE mempunyai tingkat resistansi kimia yang sangat baikdan
tidak larut pada temperatur ruang karena sifat kristalinitas mereka. Polietilena umumnya bisa
dilarutkan pada temperatur yang tinggi dalam hidrokarbon aromatik seperti toluena atau xilena,
atau larutan terklorinasi seperti trikloroetana atau triklorobenzena. Secara garis besar, sifat
polietilen dapat dibagi menjadi mekanik, termal, kimia, elektrik dan optikal.
Tabel 2.2 Properti Fisik Etilen Glikol
Formula C3H8O2
Penampakan Jernih, kental, tidak berwarna, cairan higroskopik
Bau Tidak berbau
Berat Molekul 76 g/mol
Titik Beku -60oC
Titik Didih 184 oC
Titik Nyala 99 oC
Laju Evaporasi 0,01 (n-butil asetat = 1)
Mudah Terbakar Tidak mudah terbakar
Tekanan Uap 0,08 mmHg pada suhu 20 oC
Kepadatan Uap 2,5
Solubilitas Mudah larut dalam air dan semua pelarut organic serta benzene;
kelarutan terbatas dalam larutan alifatik hidrokarbon
Koefisien Partisi -1,07
Viskositas 56 centipoises pada suhu 20 oC (dinamik)

6
2.3.1 Sifat Mekanis
Polyethylene memiliki kekuatan, kekerasan dan kekakuan yang rendah, tetapi memiliki
keuletan dan kekuatan impak yang tinggi serta gesekan yang rendah. Ini menunjukkan creep yang
kuat di bawah kekuatan yang terus-menerus, yang dapat dikurangi dengan penambahan serat
pendek. Rasanya seperti lilin saat disentuh.
2.3.2 Termal
Penerapan komersial polietilen dibatasi oleh titik lelehnya yang rendah dibandingkan
dengan termoplastik lainnya. Untuk kelas komersial umum dari polietilen densitas menengah dan
tinggi, titik leleh biasanya berkisar antara 120 hingga 130 °C (248 hingga 266 °F). Titik leleh rata-
rata polietilen densitas rendah komersial biasanya 105 hingga 115 °C (221 hingga 239 °F).
Temperatur ini sangat bervariasi dengan jenis polietilen, tetapi batas atas leleh polietilen teoretis
dilaporkan 144 hingga 146 °C (291 hingga 295 °F). Pembakaran biasanya terjadi di atas 349 °C
(660 °F).
2.3.3 Kimia
Polietilen terdiri dari hidrokarbon nonpolar, jenuh, berat molekul tinggi. Oleh karena itu,
perilaku kimianya mirip dengan parafin. Makromolekul individu tidak terkait secara kovalen
karena struktur molekulnya yang simetris, mereka cenderung mengkristal; keseluruhan polietilen
sebagian berbentuk kristal. Kristalinitas yang lebih tinggi meningkatkan kepadatan dan stabilitas
mekanik dan kimia. Metode standar untuk menguji kerapatan plastic menggunakan ISO 1183
bagian 2 (kolom gradien), atau ISO 1183 bagian 1.
Sebagian besar LDPE, MDPE, dan HDPE memiliki ketahanan kimia yang sangat baik,
artinya mereka tahan paparan asam kuat atau basa kuat dan tahan terhadap oksidan lemah dan zat
pereduksi. Sampel kristalin tidak larut pada suhu kamar. Polyethylene hampir tidak menyerap air;
permeabilitas gas dan uap air (hanya gas polar) lebih rendah daripada kebanyakan plastik. Oksigen,
karbon dioksida, dan perasa, sebaliknya, dapat menyebarkannya dengan mudah.
PE bisa menjadi rapuh saat terkena sinar matahari, karbon hitam biasanya digunakan
sebagai penstabil UV. Polyethylene terbakar perlahan dengan api biru yang memiliki ujung kuning
dan mengeluarkan bau parafin (mirip dengan nyala lilin). Bahan terus terbakar saat sumber api
dihilangkan dan menghasilkan tetesan.

7
2.3.4 Elektrik
Polyethylene adalah isolator listrik yang baik. Ini menawarkan ketahanan treeing listrik
yang baik; namun, ia menjadi mudah bermuatan elektrostatis (yang dapat dikurangi dengan
penambahan grafit, karbon hitam, atau bahan antistatis). Ketika murni, konstanta dielektrik berada
dalam kisaran 2,2 hingga 2,4 tergantung pada kerapatan dan kehilangan tangen sangat rendah,
menjadikannya dielektrik yang baik untuk kapasitor.
2.3.5 Optikal
Bergantung pada riwayat termal dan ketebalan film, PE dapat bervariasi antara hampir
jernih (transparan), buram seperti susu (transparan), dan buram. LDPE memiliki transparansi
terbesar, LLDPE sedikit lebih kecil, dan HDPE paling tidak transparan. Transparansi berkurang
oleh kristalit jika lebih besar dari panjang gelombang cahaya tampak.

2.4 Toksikokinetik
2.4.1 Absorpsi
Tidak ada data terkait paparan inhalasi PG. Per oral, sifat farmakokinetik propilen glikol
tidak sepenuhnya dipahami, tetapi penyerapan dari saluran pencernaan cukup cepat. Konsentrasi
plasma maksimum propilen glikol pada manusia dicapai dalam waktu 1 jam setelah paparan oral.
Jumlah yang sama (5-6) kucing dari kedua jenis kelamin diberi makanan yang mengandung 12%
propilen glikol (dosis rendah, 1.600 mg/kg/hari) selama 5 minggu, dosis yang setara dengan yang
ditemukan dalam makanan kucing komersial yang lunak-lembab, atau diet dosis tinggi yang
mengandung 41% propilen glikol (8.000 mg/kg/hari) selama 22 hari. Pengamatan predosis
dilakukan sedemikian rupa sehingga setiap kelompok kucing berfungsi sebagai kontrolnya sendiri.
Tingkat plasma propilen glikol diukur pada 2 kucing yang diberi dosis rendah pada hari ke 24
konsumsi, dan dibandingkan dengan sampel pra-dosis. Plasma kadar propilen glikol adalah 19,1
dan 8,4 mmol/liter untuk 2 ekor kucing.
Studi in vitro penetrasi propilen glikol melalui stratum korneum perut tikus telah
dilakukan. Kulit perut segar dari tikus Wistar jantan digunakan dalam percobaan di mana propilen
glikol, atau campuran propilen glikol dan asam oleat dievaluasi untuk sifat penyerapan. Ketika
propilen glikol dioleskan sendiri hingga 2 jam, tidak ada senyawa yang terdeteksi di dermis.
Namun, ketika asam oleat 0,15 M ditambahkan ke propilen glikol, propilen glikol terdeteksi pada
dermis setelah 30 menit paparan, tetapi tidak setelah 5 atau 15 menit. Munculnya propilen glikol

8
tampak dalam tiga fase ketika dengan adanya peningkat penetrasi kulit seperti asam oleat. Tahap
pertama adalah penetrasi propilen glikol ke dalam penghalang kulit, tanpa ada perubahan struktur
kulit. Tahap kedua adalah distribusi cepat di dalam dan di seluruh dermis, mungkin disertai dengan
perubahan struktur dermal. Pada tahap ketiga, propilen glikol jenuh di dalam dermis.
Perbandingan penyerapan propilen glikol oleh kulit dari manusia, mencit tidak berbulu,
dan ular dilakukan. Kulit ular yang luruh cenderung meremehkan penyerapan propilen glikol pada
kulit manusia, terutama dengan adanya enhancer, sedangkan kulit tikus yang tidak berbulu sangat
melebih-lebihkan penyerapan dibandingkan dengan kulit manusia. Para penulis menyimpulkan
bahwa kulit manusia harus digunakan untuk studi penyerapan bila memungkinkan.

2.4.2 Distribusi
Studi in vitro penetrasi propilen glikol melalui perut tikus stratum korneum telah
dilakukan. Kulit perut segar dari tikus Wistar jantan digunakan dalam percobaan di mana propilen
glikol, atau campuran propilen glikol dan asam oleat dievaluasi untuk sifat penyerapan. Ketika
propilen glikol dioleskan sendiri hingga 2 jam, tidak ada senyawa yang terdeteksi di dermis.
Namun, ketika asam oleat 0,15 M ditambahkan ke propilen glikol, propilen glikol terdeteksi pada
dermis setelah 30 menit paparan, tetapi tidak setelah 5 atau 15 menit. Munculnya propilen glikol
tampak dalam tiga fase ketika dengan adanya peningkat penetrasi kulit seperti asam oleat. Tahap
pertama adalah penetrasi propilen glikol ke dalam penghalang kulit, tanpa ada perubahan struktur
kulit. Tahap kedua adalah distribusi cepat di dalam dan di seluruh dermis, mungkin disertai dengan
perubahan struktur dermal. Pada tahap ketiga, propilen glikol jenuh di dalam dermis. Evaluasi
tambahan menunjukkan bahwa volume distribusi propilen glikol dalam dermis dipengaruhi oleh
efisiensi senyawa penambah, dengan asam oleat dan oleilamina menjadi yang paling banyak serta
efisien, dibandingkan dengan asam laurat, laurilamin, atau azon.

2.4.3 Metabolisme
Jalur metabolisme propilen glikol pada mamalia ditunjukkan pada Gambar 2.3. Propilen
glikol yang tersedia secara komersial biasanya merupakan campuran dari D- dan L-isomer. Rute
utama metabolisme propilen glikol adalah melalui alkohol dehidrogenase menjadi lakaldehida,
kemudian menjadi laktat, melalui aldehida dehidrogenase, dan menjadi glukosa melalui jalur

9
glukoneogenik. Konversi menjadi metilglioksal adalah rute alternatif melalui alkohol
dehidrogenase, berakhir dengan metabolisme menjadi D-laktat melalui glioksalase.

Gambar 2.3 Metabolisme Propilen Glikol


2.4.4 Eliminasi dan Ekskresi
Sifat farmakokinetik propilen glikol tidak sepenuhnya dipahami, tetapi penyerapan dari
saluran pencernaan cukup cepat. Konsentrasi plasma maksimum propilen glikol pada manusia
dicapai dalam waktu 1 jam setelah paparan oral, sedangkan waktu paruh eliminasi sekitar 4 jam.
Pembersihan tubuh total sekitar 0,1 L/kg/jam dan tampaknya bergantung pada konsentrasi serum.
Penghapusan tergantung dosis terlihat pada tikus, dengan saturasi jalur pada dosis di atas 5.880
mg/kg. Tingkat eliminasi maksimum 8,3 mmol/kg/jam (630 mg/kg/jam) diamati.
Ekskresi propilen glikol telah dipelajari pada manusia. Pasien dengan derajat kedua dan
ketiga gelandangan lebih dari 20% dari total permukaan tubuh mereka dipelajari selama 30 bulan.
Preparat sulfadiazin yang mengandung propilen glikol dioleskan secara dermal selama 3 7 hari
setelah masuk ke rumah sakit. Kadar propilen glikol serum dan urin diukur. Propilen glikol
terdeteksi dalam serum 24 dari 45 pasien, dan dalam urin 40 dari 45 pasien. Kadar urin rata-rata
adalah 1,3 mg/mL, dengan kisaran 0-17,9 mg/mL untuk pasien yang hidup, dan 2,9 mg/mL dengan
kisaran 0-23,0 mg/mL untuk pasien yang meninggal. Kadar propilen glikol berkorelasi dengan
total luas permukaan gelandangan dan total luas permukaan gelandangan derajat ketiga.

10
2.5 Toksikodinamik
2.5.1 Efek Akut

2.5.2 Efek Kronik


Paparan kulit yang berkepanjangan telah menyebabkan iritasi pada 16% pasien
dermatitis; iritasi sering terjadi, kemungkinan disebabkan oleh dehidrasi kulit karena efek osmotik
lokal, menghilang dengan pencucian cepat setelahnya.
Tidak ada penelitian yang berlokasi mengenai efek pernapasan, kardiovaskular,
gastrointestinal, hematologi, muskuloskeletal, hati, ginjal, endokrin, dermal, okular, berat badan,
atau metabolik pada manusia, atau efek kardiovaskular, muskuloskeletal, dermal, okular, atau
metabolik pada hewan setelah terhirup paparan propilen glikol.

Gambar 2.4 Studi Terkait Dampak Kesehatan Propilen Glikol

11
Tabel 2.3 Dampak Kesehatan Paparan Propilen Glikol

2.6 Human Biomonitoring


Biomarker paparan adalah zat xenobiotik atau metabolitnya atau produk dari interaksi
antara agen xenobiotik dan beberapa molekul target atau sel yang diukur dalam kompartemen
organisme (NAS/NRC 1989). Biomarker paparan telah digunakan oleh ahli kesehatan industri
dalam kasus terbatas sebagai bukti paparan bahan kimia tertentu. Biomarker paparan yang disukai
umumnya adalah zat itu sendiri atau metabolit spesifik zat dalam cairan atau kotoran tubuh yang
mudah didapat. Namun, beberapa faktor dapat mengacaukan penggunaan dan interpretasi
biomarker paparan. Beban tubuh suatu zat mungkin merupakan hasil paparan dari lebih dari satu
sumber. Zat yang diukur mungkin merupakan metabolit dari zat xenobiotik lain (misalnya, kadar
fenol urin yang tinggi dapat dihasilkan dari paparan beberapa senyawa aromatik yang berbeda).
Tergantung pada sifat-sifat dari zat seperti waktu paruh biologis dan kondisi lingkungan misalnya
durasi dan rute paparan, zat dan semua metabolitnya mungkin telah meninggalkan tubuh pada saat
sampel biologis dapat diambil. Mungkin sulit untuk mengidentifikasi individu yang terpapar zat
berbahaya yang umumnya ditemukan dalam tubuh jaringan dan cairan (misalnya nutrisi mineral
esensial seperti tembaga, seng, dan selenium).

12
Tabel 2.4 Metode Analitik Paparan Propilen Glikol di Lingkungan

Propilen glikol juga dapat dideteksi dalam darah dalam waktu singkat setelah terpapar
dalam jumlah besar. Tidak ada biomarker spesifik lain untuk paparan propilen glikol. Karena
propilen glikol dianggap sebagai aditif yang aman untuk makanan, kosmetik, dan obat-obatan, uji
spesifik paparan propilen glikol lainnya harus dilakukan belum dikembangkan. Propilen glikol

13
tidak terkait dengan efek biomarker spesifik apa pun. Iritasi kulit dapat terjadi setelah paparan
berulang, dan sediaan obat atau kosmetik yang dicurigai harus diperiksa dengan cermat kandungan
propilen glikol.
Tabel 2.5 Metode Analitik Biomonitoring Propilen Glikol

14
15
2.7 Nilai Ambang Batas
Tabel 2.6 Regulasi Terkait Penggunaan Propilen Glikol

16
BAB III
PERTOLONGAN PADA INTOKSIKASI MERKURI

3.1 Respon Pertolongan Pertama


1. Kontak mata: Segera basuh mata dengan air mengalir selama minimal 15 menit, sesekali
angkat kelopak mata bawah dan atas. Observasi gejala
2. Kontak kulit: Lepaskan pakaian dan sepatu yang terkontaminasi. Basuh kulit dengan air
mengalir selama minimal 15 menit. Cuci pakaian yang terkontaminasi sebelum digunakan
kembali. Bersihkan sepatu secara menyeluruh sebelum digunakan kembali. Observasi
gejala selama 4 jam.
3. Tertelan dalam dosis besar: Jangan memuntahkan propilen glikol yang tertelan. Jangan
pernah memasukkan apapun, baik makanan padat maupun cairan melalui mulut kepada
orang yang tidak sadar untuk menghindari resiko aspirasi. Segera rujuk ke fasilitas medis
terdekat.
4. Terhirup: Segera jauhkan korban. Pindahkan korban ke tempat terbuka dan terpapar udara
segar. Observasi gejala. Bila sulit bernapas, berikan terapi oksigen.

17
BAB IV
PEMBAHASAN

Propilen glikol (CAS# 57-55-6) adalah cairan bening, tidak berwarna, sedikit seperti sirup
pada suhu kamar. Ini mungkin ada di udara dalam bentuk uap, meskipun propilen glikol harus
dipanaskan atau dikocok dengan cepat untuk menghasilkan uap air. Propilen glikol tidak berbau
dan tidak berasa. Propilen glikol banyak digunakan sebagai pelarut dan pembawa khususnya untuk
zat-zat yang yang tidak stabil atau tidak dapat larut dalam air.
Propilen glikol banyak digunakan sebagai pelarut dan pengikat zat lain karena senyawa
propilen glikol memiliki gugus hidrofilik dan hidrofobik, yang memungkinkan propilen glikol
untuk mengurangi gaya tarik intermolekular dari air sehingga dapat melarutkan zat yang bersifat
hidrofobik. Selain itu propilen glikol adalah kosolven dengan sifat ketoksikkan yang rendah. Sifat
kosolven yang dimiliki oleh propilen glikol ini dikarenakan struktur propilen glikol yang memiliki
gugus hidrofilik dan hidrofobik; di mana gugus hidrofilik akan memudahkan terjadinya
pencampuran antara propilen glikol dengan air, sementara gugus hidrofobik mengurangi gaya tarik
intermolekuler dari air sehingga memudahkan larutnya zat yang cenderung bersifat hidrofobik.
Semakin besar konsentrasi propilen glikol yang digunakan, maka akan semakin tinggi
kemungkinan zat untuk larut dalam medium sediaan; oleh karena itu, semakin besar pula persen
penetrasi zat tersebut melewati stratum korneum.
Penggunaan propilen glikol sebagai peningkat penetrasi didasarkan atas sifat dari
propilen glikol yang termasuk dalam kelas poliol yang memiliki mekanisme transpor paraseluler
dan memiliki mekanisme aksi dengan cara menggangu susunan lipid intraseluler, sehingga obat
cepat berpenetrasi melewati stratum korneum. Semakin besar konsentrasi propilen glikol yang
digunakan maka akan mengakibatkan semakin besar kemampuan mekanisme aksi yang
dihasilkan.

18
BAB V
KESIMPULAN

Propilen glikol (CAS# 57-55-6) adalah cairan bening, tidak berwarna, sedikit seperti sirup
pada suhu kamar. Ini mungkin ada di udara dalam bentuk uap, meskipun propilen glikol harus
dipanaskan atau dikocok dengan cepat untuk menghasilkan uap air. Propilen glikol tidak berbau
dan tidak berasa. Propilen glikol banyak digunakan sebagai pelarut dan pembawa khususnya untuk
zat-zat yang yang tidak stabil atau tidak dapat larut dalam air.
Propilen glikol banyak digunakan sebagai pelarut dan pengikat zat lain karena senyawa
propilen glikol memiliki gugus hidrofilik dan hidrofobik, yang memungkinkan propilen glikol
untuk mengurangi gaya tarik intermolekular dari air sehingga dapat melarutkan zat yang bersifat
hidrofobik. Selain itu propilen glikol adalah kosolven dengan sifat ketoksikkan yang rendah.
Toksisitas rendah pada propilen glikol dimanfaatkan pada kehidupan sehari-hari, dimana propilen
glikol digunakan secara luas di berbagai industri

19
DAFTAR PUSTAKA

1. Megaloid Laboratories. Safety Data Sheet Propylene Glycol.


2. Agency for Toxic Substances and Disease Registry. Toxicological Profile for Propylene
Glycol. U.S. Department Of Health And Human Services Public Health Services, 1997.
3. NIOSH. The National Institute for Occupational Safety and Health.
https://www.cdc.gov/niosh/topics/mercury/.2004.
4. pubchem.ncbi.nlm.nih.gov. Propylene Glycol [Internet]. Accessed: December2022.
Available from :
https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/PropyleneGlycol#section=Absorption-
Distribution-and-Excretion. 2021.
5. Department Of Health And Human Services. NIOSH Pocket Guide to Chemical Hazards.
Centers for Disease Control and Prevention, 2007.
6. Wikipedia. Polietilena. Available from: https://id.wikipedia.org/wiki/Polietilena
7. Agency of Toxin Subtances and Disease Registry CDC. Toxicological Profile for
Propylene Glycol. ATSDR’s Toxicological Profiles. 2002.
doi:10.1201/9781420061888_ch109

20

Anda mungkin juga menyukai