Anda di halaman 1dari 21

TUGAS MAKALAH TOKSIKOLOGI INDUSTRI

NATRIUM HIDROKSIDA

Oleh:
Oky Fauzul Zakina
2106797563

Pembimbing:
Dr. dr. Dewi S. Soemarko, MS, Sp.Ok, Subsp. PsikoKO (K)

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS KEDOKTERAN OKUPASI


DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA
JAKARTA, 2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah Subhanahu wa ta’ala, karena atas berkat dan
rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah dengan judul “Natrium Hidroksida”
ini ditulis dalam rangka memenuhi salah satu syarat kuliah Toksikologi Industri sebagai bagian
dari pengajaran untuk mencapai gelar Dokter Spesialis Kedokteran Okupasi (Sp.Ok) pada Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan tesis ini, sangatlah sulit bagi saya
untuk menyelesaikan tesis ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. dr.
Dewi S. Soemarko, MS, Sp.Ok, Subsp. PsikoKO (K) atas waktu, tenaga, dan pikiran untuk
mengarahkan saya dalam penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dan ketidaksempurnaan
pada makalah ini, oleh karena itu segala bentuk masukan dan kritik yang membangun akan sangat
berharga bagi penulis untuk perbaikan penulisan makalah atau ilmiah berikutnya. Akhir kata,
semoga Allah Subhanahu wa ta’ala berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah
membantu. Semoga makalah ini dapat membawa manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan,
khususnya di Kedokteran Okupasi.

Jakarta, 18 Desember 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

TUGAS MAKALAH TOKSIKOLOGI INDUSTRI ......................................................... i

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ........................................................................................................ 1

1.2 Permasalahan .......................................................................................................... 2

1.3 Tujuan ..................................................................................................................... 2

1.3.1 Tujuan Umum .................................................................................................. 2

1.3.2 Tujuan Khusus ................................................................................................. 2

1.4 Manfaat ................................................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................... 3

2.1 Sejarah .................................................................................................................... 3

2.2 Sumber dan Kegunaan ............................................................................................ 4

2.3 Sifat Fisik dan Kimia .............................................................................................. 5

2.3.1 Reaksi dengan Asam........................................................................................ 6

2.3.2 Reaksi dengan Oksida Asam ........................................................................... 7

2.3.3 Reaksi dengan Logam dan Oksida .................................................................. 7

2.3.4 Saponifikasi ..................................................................................................... 8

2.3.5 Asesmen Resiko Natrium Hidroksida ............................................................. 8

2.4 Toksikokinetik ........................................................................................................ 8

2.4.1 Absorpsi ........................................................................................................... 8

2.4.2 Distribusi.......................................................................................................... 9

2.4.3 Metabolisme dan Ekskresi ............................................................................... 9

iii
2.5 Toksikodinamik .................................................................................................... 10

2.5.1 Efek Akut ....................................................................................................... 10

2.5.2 Efek Kronik ................................................................................................... 11

2.6 Human Biomonitoring .......................................................................................... 12

2.7 Nilai Ambang Batas .............................................................................................. 13

BAB III PERTOLONGAN PADA INTOKSIKASI NATRIUM HIDROKSIDA ......... 14

3.1 Respon Pertolongan Pertama ................................................................................ 14

BAB IV PEMBAHASAN .............................................................................................. 15

BAB V KESIMPULAN ................................................................................................. 16

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 17

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Natrium hidroksida (CAS# 1310-73-2) juga dikenal sebagai lindi (lye) dan soda kaustik
atau soda api adalah suatu senyawa anorganik dengan rumus kimia NaOH. Senyawa ini merupakan
senyawa ionik berbentuk padatan putih yang tersusun dari kation natrium Na+ dan anion
hidroksida OH−. Natrium hidroksida merupakan basa dan alkali yang sangat kaustik, mampu
menguraikan protein pada suhu lingkungan biasa dan dapat menyebabkan luka bakar bila terpapar.
Senyawa ini sangat larut dalam air, dan dengan mudah menyerap kelembaban dan karbon dioksida
dari udara. Senyawa ini membentuk hidrat dengan rumus NaOH·nH2O. Senyawa monohidratnya
NaOH·H2O mengkristal dari larutan berair pada rentang suhu antara 12,3 hingga 61,8 °C.
"Natrium hidroksida" yang tersedia secara komersial sering kali merupakan senyawa monohidrat
ini, dan data yang dipublikasikan mungkin merujuk pada senyawa ini dan bukan senyawa
anhidratnya.
Natrium merupakan suatu senyawa yang ditemukan dalam elektrolisis soda kaustik.
Natrium ditemukan tahun 1807 1807 oleh Sir Humphrey Davy dan menamakan logam ini
‘Natrium’. JJ Berzelius lebih suka nama “natrium” karena lebih pendek, dimana nama inilah yang
kita gunakan saat ini dengan simbol, Na. Natrium adalah unsur yang paling melimpah keenam di
kerak Bumi. Natrium, setelah klorida, unsur yang paling melimpah kedua terlarut dalam air laut.
Natrium juga merupakan salah satu komponen utama yang paling mendominasi dalam pancaran
sinar Matahari dan bintang.
Sebagai salah satu hidroksida paling sederhana, natrium hidroksida sering digunakan
bersama air yang bersifat netral dan asam klorida yang bersifat asam sebagai penunjuk skala pH
pada pembelajaran di sekolah dan kampus. Natrium hidroksida digunakan di banyak industri:
dalam pembuatan pulp dan kertas, tekstil, air minum, sabun dan deterjen, dan sebagai pembersih
saluran [en]. Produksi di seluruh dunia pada tahun 2004 kira-kira mencapai 60 juta ton, sedangkan
permintaan terhadap senyawa ini mencapai 51 juta ton.
1.2 Permasalahan
Natrium hidroksida dipergunakan dalam industry secara luas, diperlukan pengenalan
lebih lanjut mengenai senyawa ini.
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui gambaran umum tentang natrium hidroksida.
1.3.2 Tujuan Khusus
• Mengetahui sifat-sifat natrium hidroksida baik sifat fisika maupun sifat kimianya.
• Mengetahui toksikokinetik serta toksikodinamik dari natrium hidroksida.
• Mengetahui metabolisme natrium hidroksida.
• Mengetahui gejala-gejala keracunan natrium hidroksida.
• Mengetahui pemeriksaan biomonitoring keracunan natrium hidroksida.
• Mengetahui langkah-langkah pencegahan keracunan natrium hidroksida.
• Mengetahui tatalaksana keracunan natrium hidroksida secara tepat.

1.4 Manfaat
• Bagi Pekerja
Menambah pengetahuan tentang natrium hidroksida sehingga dapat menghindari efek
buruk penggunaan merkuri yang berlebihan dan dapat melakukan tatalaksana dari
keracunan natrium hidroksida
• Bagi Perusahaan
Memahami natrium hidroksida sebagai salah satu bahaya potensial di lingkungan kerja dan
dapat menentukan pengendalian dan pencegahan penyakit akibat kerja atau kecelakaan
kerja akibat dampak negatif dari natrium hidroksida

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sejarah
Natrium hidroksida (CAS# 1310-73-2) juga dikenal sebagai lindi (lye) dan soda kaustik
atau soda api adalah suatu senyawa anorganik dengan rumus kimia NaOH. Senyawa ini merupakan
senyawa ionik berbentuk padatan putih yang tersusun dari kation natrium Na+ dan anion
hidroksida OH−. Natrium hidroksida merupakan basa dan alkali yang sangat kaustik, mampu
menguraikan protein pada suhu lingkungan biasa dan dapat menyebabkan luka bakar bila terpapar.
Senyawa ini sangat larut dalam air, dan dengan mudah menyerap kelembaban dan karbon dioksida
dari udara. Senyawa ini membentuk hidrat dengan rumus NaOH·nH2O. Senyawa monohidratnya
NaOH·H2O mengkristal dari larutan berair pada rentang suhu antara 12,3 hingga 61,8 °C.
"Natrium hidroksida" yang tersedia secara komersial sering kali merupakan senyawa monohidrat
ini, dan data yang dipublikasikan mungkin merujuk pada senyawa ini dan bukan senyawa
anhidratnya.
Natrium merupakan suatu senyawa yang ditemukan dalam elektrolisis soda kaustik.
Natrium ditemukan tahun 1807 1807 oleh Sir Humphrey Davy dan menamakan logam ini
‘Natrium’. JJ Berzelius lebih suka nama “natrium” karena lebih pendek, dimana nama inilah yang
kita gunakan saat ini dengan simbol, Na. Natrium adalah unsur yang paling melimpah keenam di
kerak Bumi. Natrium, setelah klorida, unsur yang paling melimpah kedua terlarut dalam air laut.
Natrium juga merupakan salah satu komponen utama yang paling mendominasi dalam pancaran
sinar Matahari dan bintang.
Sebagai salah satu hidroksida paling sederhana, natrium hidroksida sering digunakan
bersama air yang bersifat netral dan asam klorida yang bersifat asam sebagai penunjuk skala pH
pada pembelajaran di sekolah dan kampus. Natrium hidroksida digunakan di banyak industri:
dalam pembuatan pulp dan kertas, tekstil, air minum, sabun dan deterjen, dan sebagai pembersih
saluran [en]. Produksi di seluruh dunia pada tahun 2004 kira-kira mencapai 60 juta ton, sedangkan
permintaan terhadap senyawa ini mencapai 51 juta ton.

3
2.2 Sumber dan Kegunaan

Gambar 2.1 Natrium dalam Tabel Periodik


Natrium Hidroksida adalah padatan putih tidak berbau yang menyerap kelembaban dari
udara. Ini digunakan untuk membuat tekstil, plastik, dan pulp dan kertas, sabun dan deterjen, dan
untuk etsa dan elektroplating. Natrium hidroksida adalah basa kuat yang populer digunakan dalam
industri. Natrium hidroksida digunakan dalam pembuatan garam natrium dan deterjen, pengaturan
pH, dan sintesis organik. Secara massal, senyawa ini paling sering digunakan dalam larutan
berairnya, karena senyawa ini dalam bentuk larutannya lebih murah dan lebih mudah ditangani.
Minyak mentah dengan kualitas buruk dapat diolah dengan natrium hidroksida untuk
menghilangkan kotoran sulfur dalam proses yang dikenal sebagai pencucian kaustik. Natrium
hidroksida bereaksi dengan asam lemah seperti hidrogen sulfida dan merkaptan untuk
menghasilkan garam natrium non-volatil, yang dapat dihilangkan. Limbah yang terbentuk bersifat
toksik dan sulit ditangani, dan prosesnya dilarang di banyak negara karena hal ini. Pada tahun
2006, Trafigura menggunakan proses ini dan membuang limbahnya di Pantai Gading.
Natrium hidroksida banyak digunakan dalam pembuatan sabun, kertas, rayon, plastik,
kapas mercerized, aluminium, dan banyak bahan kimia. Ini juga digunakan dalam pemurnian
minyak bumi, degreasing, etsa, ekstraksi seng, pelapisan timah, pelapisan oksida, dan pemrosesan

4
makanan (untuk mengupas buah dan sayuran). Dalam bentuk pekat, digunakan sebagai pembersih
saluran air. Natrium hidroksida telah digunakan dalam pengelolaan efusi pleura.
Natrium hidroksida yang dilepaskan ke atmosfer pecah turun dengan mudah dengan
bereaksi dengan bahan kimia lainnya. Natrium hidroksida terpisah dalam air menjadi kation
natrium (atom natrium bermuatan positif) dan anion hidroksida (atom oksigen dan hidrogen
bermuatan negatif), yang akhirnya menurunkan keasaman air. Jika dilepaskan ke tanah, natrium
hidroksida akan terpisah menjadi kation natrium dan anion hidroksida ketika datang ke kontak
dengan kelembaban. Natrium hidroksida tidak terakumulasi dalam rantai makanan.

2.3 Sifat Fisik dan Kimia


Pada suhu kamar, natrium hidroksida adalah kristal putih padat tidak berbau yang
menyerap kelembaban dari udara. Ini adalah sebuah zat yang diproduksi. Ketika dilarutkan dalam
air atau dinetralkan dengan asam itu melepaskan panas yang cukup besar, yang mungkin cukup
untuk menyalakan bahan yang mudah terbakar. Sodium hidroksida sangat korosif. Ini umumnya
digunakan sebagai padatan atau solusi 50%. Nama umum lainnya termasuk kaustik soda dan alkali.
Tabel 2.1 Sifat Fisik dan Kimia Natrium Hidroksida

5
Natrium hidroksida murni adalah padatan kristal tidak berwarna yang meleleh pada suhu
318 °C (604 °F) tanpa terurai, dan dengan titik didih pada suhu 1.388 °C (2.530 °F). Senyawa ini
sangat larut dalam air, dengan kelarutan yang rendah dalam pelarut polar seperti etanol dan
metanol. NaOH tidak larut dalam eter dan pelarut non-polar lainnya. Serupa dengan hidrasi asam
sulfat, pelarutan natrium hidroksida padat dalam air merupakan reaksi yang sangat eksotermis
sehingga mampu menghasilkan sejumlah besar panas ke lingkungan, dan mengancam keselamatan
melalui potensi paparan melalui percikan. Larutan yang dihasilkan umumnya tidak berwarna dan
tidak berbau. Layaknya larutan alkali lainnya, senyawa ini terasa licin bila mengalami kontak
dengan kulit akibat proses saponifikasi yang terjadi antara NaOH dan minyak alami pada kulit.
2.3.1 Reaksi dengan Asam
Natrium hidroksida bereaksi dengan asam protik menghasilkan air dan garam yang
sesuai. Misalnya, ketika natrium hidroksida bereaksi dengan asam klorida, natrium klorida akan
terbentuk:

Secara umum, reaksi netralisasi diwakili oleh satu persamaan ionik bersih sederhana:

6
Jenis reaksi ini dengan asam kuat melepaskan panas, dan karenanya disebut eksotermis. Reaksi
asam-basa seperti itu juga dapat digunakan untuk titrasi. Namun, natrium hidroksida tidak
digunakan sebagai standar primer karena sifatnya yang higroskopis dan mudah menyerap karbon
dioksida dari udara.
2.3.2 Reaksi dengan Oksida Asam
Natrium hidroksida juga bereaksi dengan oksida asam, seperti sulfur dioksida. Reaksi
semacam itu sering digunakan untuk "menggaruk" gas asam yang berbahaya (seperti SO2 dan
H2S) yang diproduksi dalam pembakaran batu bara dan karenanya mencegah pelepasannya ke
atmosfer, contohnya:

2.3.3 Reaksi dengan Logam dan Oksida


Kaca bereaksi perlahan dengan larutan natrium hidroksida encer pada suhu kamar untuk
membentuk silikat yang larut. Karena itu, sambungan kaca dan kran gelas yang terpapar natrium
hidroksida memiliki kecenderungan untuk "membeku". Labu laboratorium dan reaktor kimia
berlapis kaca dapat rusak apabila terpapar natrium hidroksida panas dalam jangka panjang.
Natrium hidroksida tidak bereaksi besi pada suhu kamar, karena besi tidak memiliki sifat amfoter
(yaitu, ia hanya larut dalam asam, dan tidak dalam basa).

Meski demikian, pada suhu tinggi (seperti di atas 500 °C), besi dapat bereaksi secara
endotermik dengan natrium hidroksida untuk membentuk besi(III) oksida, logam natrium, dan gas
hidrogen.[20] Hal ini disebabkan entalpi pembentukan besi(III) oksida yang lebih rendah
(−824,2kJ/mol dibandingkan dengan natrium hidroksida (-500kJ/mol), dengan demikian,
reaksinya disukai secara termodinamika, meskipun sifat endotermiknya menunjukkan non-
spontanitas. Perhatikan reaksi berikut antara natrium hidroksida cair dan serbuk besi:
Pada tahun 1986, truk tangki aluminium di Inggris secara keliru digunakan untuk
mengangkut 25% larutan natrium hidroksida, menyebabkan timbulnya tekanan tinggi pada isi serta
kerusakan pada tangki tersebut. Tekanan tersebut disebabkan oleh gas hidrogen yang dihasilkan
dari reaksi antara natrium hidroksida dan aluminium:

7
2.3.4 Saponifikasi
Natrium hidroksida dapat digunakan untuk hidrolisis ester yang digerakkan oleh basa
(seperti dalam saponifikasi), amida dan alkil halida. Namun, kelarutan natrium hidroksida yang
terbatas dalam pelarut organik menunjukkan bahwa kalium hidroksida (KOH) yang mudah larut
dalam pelarut ini yang lebih disukai. Menyentuh larutan natrium hidroksida dengan tangan kosong,
meski tidak disarankan, menghasilkan rasa licin. Hal ini terjadi karena minyak pada kulit seperti
sebum diubah menjadi sabun. Meskipun senyawa ini larut dalam propilena glikol, namun tidak
memungkinkan untuk pelarut ini menggantikan air dalam saponifikasi karena adanya reaksi primer
propilena glikol dengan lemak sebelum reaksi antara natrium hidroksida dan lemak.

2.3.5 Asesmen Resiko Natrium Hidroksida


2.3.5.1 Kategori GHS

2.4 Toksikokinetik
2.4.1 Absorpsi
Natrium hidroksida yang dilepaskan ke atmosfer pecah turun dengan mudah dengan
bereaksi dengan bahan kimia lainnya. Natrium hidroksida terpisah dalam air menjadi kation
natrium (atom natrium bermuatan positif) dan anion hidroksida (atom oksigen dan hidrogen
bermuatan negatif), yang akhirnya menurunkan keasaman air. Sejumlah kecil natrium hidroksida
kadang-kadang digunakan dalam pembersih saluran air dan oven. Paparan dapat terjadi pada

8
pekerja yang menggunakan produk ini atau pekerja yang menangani proses pembuatan larutan
pembersih atau industry manapun yang menggunakan larutan natrium hidroksida.
2.4.2 Distribusi
Natrium hidroksida sangat korosif dan dapat menyebabkan parah luka bakar di semua
jaringan yang bersentuhan dengannya. Menghirup tingkat rendah natrium hidroksida sebagai debu,
kabut atau aerosol dapat menyebabkan iritasi pada hidung, tenggorokan, dan pernafasan saluran
udara. Menghirup tingkat yang lebih tinggi dapat menghasilkan pembengkakan atau kejang pada
saluran napas bagian atas yang menyebabkan obstruksi dan kehilangan pulsa terukur; radang paru-
paru dan akumulasi cairan di paru-paru juga dapat terjadi. Menelan natrium hidroksida padat atau
cair dapat menyebabkan muntah spontan, nyeri dada dan perut, dan kesulitan menelan. Cedera
korosif pada mulut, tenggorokan, kerongkongan, dan perut sangat cepat dan dapat mengakibatkan
perforasi, perdarahan, dan penyempitan saluran pencernaan. Laporan kasus menunjukkan bahwa
hasil kematian syok, infeksi jaringan yang terkorosi, kerusakan paru-paru, atau hilangnya denyut
nadi terukur.
Kontak kulit dengan natrium hidroksida dapat menyebabkan luka bakar yang parah
dengan ulserasi yang dalam. Rasa sakit dan iritasi terlihat jelas dalam 3 menit, tetapi kontak dengan
larutan encer mungkin tidak menyebabkan gejala selama beberapa jam. Kontak dengan mata
mungkin menghasilkan rasa sakit dan iritasi, dan dalam kasus yang parah, kekeruhan mata dan
kebutaan. Paparan jangka panjang terhadap natrium hidroksida di udara dapat menyebabkan untuk
ulserasi saluran hidung dan kulit kronis gangguan. Sejauh ini belum ditemukan bukti paparan
natrium hidroksida bisa mempengaruhi reproduksi pada manusia.
2.4.3 Metabolisme dan Ekskresi
Sodium adalah konstituen normal darah dan kelebihannya diekskresikan dalam urin.
Signifikan jumlah natrium yang diserap melalui makanan karena penyerapan normal natrium
melalui makanan adalah 3,1-6,0 g per hari menurut Fodor et al. (1999). Paparan NaOH berpotensi
meningkatkan pH darah. Namun, pH darah diatur antara kisaran sempit untuk dipertahankan
homeostasis. Melalui ekskresi bikarbonat urin dan melalui pernafasan karbon dioksida pH adalah
dipertahankan pada pH normal 7,4-7,5.
Ketika manusia terpapar secara dermal pada konsentrasi rendah (tidak mengiritasi),
penyerapan NaOH harus relatif rendah karena rendahnya penyerapan ion. Untuk alasan ini
penyerapan NaOH adalah diperkirakan akan terbatas pada kondisi penanganan dan penggunaan

9
normal. Dengan kondisi tersebut serapan dari OH-, melalui paparan NaOH, diharapkan tidak
mengubah pH dalam darah. Selanjutnya penyerapan natrium, melalui paparan NaOH, jauh lebih
sedikit daripada penyerapan natrium melalui makanan di bawah kondisi ini. Untuk alasan ini
NaOH diharapkan tidak tersedia secara sistemik di dalam tubuh dalam kondisi penanganan dan
penggunaan normal.
Contoh akan diberikan untuk skenario paparan inhalasi. Asumsikan paparan NaOH
konsentrasi 2mg/m3 , yang merupakan TLV di AS, dan volume pernapasan 10 m3 per hari. Dalam
hal ini paparan harian adalah 20 mg NaOH. Jumlah 20 mg NaOH setara dengan 11,5 mg natrium
yang merupakan jumlah yang dapat diabaikan dibandingkan dengan paparan makanan harian 3,1-
6,0 g (Fodor et al., 1999). Jumlah 20 mg NaOH setara dengan 0,5 mmol dan jika jumlah ini akan
diambil dalam aliran darah itu akan menghasilkan konsentrasi 0,1 mM OH- (asumsi 5 liter darah
per manusia). Ini adalah sebuah jumlah yang dapat diabaikan bila dibandingkan dengan
konsentrasi bikarbonat 24 mM darah. Ini contoh menegaskan bahwa NaOH diharapkan tidak
tersedia secara sistemik dalam tubuh di bawah normal

2.5 Toksikodinamik
2.5.1 Efek Akut
Natrium hidroksida bersifat korosif terhadap semua jaringan tubuh; uap pekat
menyebabkan kerusakan serius pada mata dan sistem pernapasan. Menelan natrium hidroksida,
yang sering terjadi pada anak-anak, dapat menyebabkan nekrosis parah, dengan penyempitan
kerongkongan dan kematian. Kontak dengan kulit dapat menyebabkan dermatitis, rambut rontok,
dan nekrosis akibat iritasi. Jenis kulit bervariasi dalam kepekaan terhadap iritasi kaustik.
Kabut natrium hidroksida di udara di sekitar tong pembersih lemak (pada suhu 200°F)
yang mengandung Seco 75 atau Tysol 810 (larutan natrium hidroksida pekat yang dikombinasikan
dengan bahan pengkelat dan pembasah) dikaitkan dengan iritasi saluran pernapasan bagian atas
pada pekerja yang terpapar natrium hidroksida pada 0,01- 0,7 mg/m3 (rata-rata, 0,1-0,15 mg/m3).
Area kerja juga mengandung uap pelarut Stoddard, minyak ENSIS 254, Zyglo, dan larutan Magna-
flux (konsentrasi udara pelarut Stoddard adalah 13-780 mg/m3) dan, pada waktu pembersihan
tong, asam sulfat 0,1-0,6 mg/ m3 (Hervin dan Cohen, 1974). Efek agen pengkhelat dan pelarut
pada toksisitas natrium hidroksida tidak diketahui.

10
2.5.2 Efek Kronik
. Ot et al. (1977) menilai tingkat kematian di antara karyawan pabrik kimia yang terpapar
debu kaustik secara kronis. Rekaman paparan akut (konsentrasi tidak diketahui) menunjukkan
bahwa bahan kaustik pada tanaman telah menyebabkan respons ringan hingga parah (iritasi,
eritema, dan “kerusakan organ objektif”) pada kulit, mata, dan sistem pernapasan. Tidak ada
indikasi kemurnian yang diberikan, tetapi diketahui bahwa natrium klorida dan natrium karbonat
diketahui termasuk dalam paparan kaustik; pekerja yang diketahui terpapar arsenik atau asbes,
serta kaustik, dikeluarkan dari penelitian. Menurut hasil penelitian yang mengukur alkalinitas total
sampel udara di tempat kerja, konsentrasi natrium hidroksida hingga 6,7 mg/m3 di satu area pabrik
berkorelasi baik dengan data respons subyektif yang menunjukkan peningkatan iritasi pernapasan
dengan peningkatan konsentrasi alkali; di area kedua tanaman, di mana kandungan natrium
hidroksida mencapai 7,7 mg/m3, korelasinya buruk. Tidak ada penjelasan untuk korelasi yang
buruk dapat ditemukan. Natrium hidroksida yang diperkirakan setinggi 2 mg/m3 (TWA) ternyata
menyebabkan iritasi hidung dan kulit, terutama di area tanaman dengan suhu tinggi. Tidak ada
faktor koreksi untuk efek suhu pada toksisitas natrium hidroksida yang tersedia, tetapi diharapkan
peningkatan suhu akan meningkatkan toksisitas.
Paparan terkontrol terhadap larutan natrium hidroksida telah dibatasi pada aplikasi kulit,
biasanya pada lengan bawah sukarelawan. Malten dan Spruit (1966) menempatkan 0,12% (0,03
M) atau 0,27% (0,0675 M) larutan natrium hidroksida dalam cangkir yang dipasang di lengan
bawah sukarelawan manusia. Eritema dihasilkan dalam 0,5 jam dengan larutan yang lebih kuat
dan dalam 1 jam dengan sediaan yang lebih encer (lihat juga Spruit dan Malten, 1968). Marzulli
dan Maibach (1975) menerapkan larutan natrium hidroksida ke punggung subjek manusia di
tambalan yang tersumbat yang diperbarui setiap hari selama 21 hari. Konsentrasi terendah yang
dipelajari (0,05%, 0,0125 M) tidak menghasilkan eritema, larutan 0,5% (0,125 M) menyebabkan
iritasi ringan, dan larutan 4% atau 5% menyebabkan iritasi parah. Hasil serupa diamati pada
kelinci.
Ada laporan kanker kerongkongan 15 sampai 40 tahun setelah pembentukan titik sempit
yang disebabkan oleh korosi yang disebabkan oleh natrium hidroksida. Namun, ini kanker
kemungkinan besar merupakan hasil dari kerusakan jaringan dan pembentukan bekas luka
daripada tindakan karsinogenik langsung natrium hidroksida itu sendiri. Departemen Kesehatan
dan Layanan Kemanusiaan (DHHS), the Badan Internasional untuk Penelitian Kanker (IARC),

11
dan EPA belum mengklasifikasikan natrium hidroksida untuk karsinogenisitas pada manusia.
Beberapa laporan menunjukkan bahwa kanker kerongkongan mungkin berkembang bertahun-
tahun setelah terpapar natrium hidroksida tingkat yang cukup tinggi untuk menyebabkan
kerusakan jaringan. Tapi ini tidak berarti bahwa natrium hidroksida itu sendiri adalah agen kanker.

2.6 Human Biomonitoring


Tidak ada tes klinis yang dapat menunjukkan paparan manusia terhadap natrium
hidroksida. Berdasarkan data hewan (Tabel 2.2) dapat disimpulkan bahwa larutan NaOH 8% dapat
dipertimbangkan korosif. Berdasarkan data manusia, konsentrasi 0,5–4% mengiritasi. Dalam 2
studi yang berbeda konsentrasi 0,5% masing-masing hanya mengiritasi 55 dan 61% sukarelawan
dan oleh karena itu diasumsikan bahwa konsentrasi yang sedikit lebih rendah dari 0,5% adalah
tidak mengiritasi konsentrasi. Sedangkan data hewan yang tersedia tentang iritasi mata
mengungkapkan perbedaan kecil pada tingkat iritasi mata. Itu tingkat non-iritasi adalah 0,2-1,0%,
sedangkan konsentrasi korosif adalah 1,2% atau lebih tinggi dari 2% (Tabel 2.3).
Tabel 2.2 Efek Iritasi Kulit NaOH pada In Vitro Manusia

12
Tabel 2.3 Efek Iritasi Mata NaOH pada In Vivo

2.7 Nilai Ambang Batas


Permissible exposure limit (PEL) natrium hidroksida menurut OSHA adalah TWA 2
mg/m3, sedangkan NIOSH dan ACGIH merekomendasikan batas maksimum atau threshold value
limit (TLV) 2 mg/m3 dan tidak boleh dilewati dengan keadaan apapun. Konsentrasi tampaknya
didasarkan pada komentar yang tidak terdokumentasi oleh Patty (1949) bahwa 2 mg/m3 dianggap
menyebabkan iritasi pernapasan yang nyata, tetapi tidak berlebihan.
Rekomendasi Komite sebelumnya untuk batas paparan natrium hidroksida dibuat pada
tahun 1965 atas dasar pernyataan tidak terdokumentasi bahwa 6,0 mg/m3 menghasilkan gangguan
pernafasan yang tidak dapat ditoleransi; rekomendasi tahun 1965 adalah untuk EEL 10 dan 30
menit 4 mg/m3 dan EEL 60 menit 2 mg/m3. Sedikit informasi baru tentang toksisitas natrium
hidroksida melalui inhalasi tersedia; studi hewan percobaan telah berkonsentrasi pada aplikasi
topikal untuk mata dan kulit, dan ekstrapolasi dari studi tersebut untuk inhalasi manusia sulit.
Berdasarkan laporan tentang pekerja di pabrik degreasing (Hervin dan Cohen, 1974), EEL di atas
2 mg/m3 dapat menyebabkan banyak ketidaknyamanan hidung dan kulit, terutama pada suhu
tinggi, tetapi tidak ada laporan inhalasi yang memberikan dasar di mana untuk menetapkan EEL
untuk natrium hidroksida dengan percaya diri.
Tabel 2.3 Rekomendasi EEL Natrium Hidroksida

13
BAB III
PERTOLONGAN PADA INTOKSIKASI NATRIUM HIDROKSIDA

3.1 Respon Pertolongan Pertama


1. Kontak mata: Hindari kontak langsung. Kenakan sarung tangan pelindung bahan kimia jika
perlu. Dengan cepat dan lembut bersihkan atau sapukan bahan kimia dari wajah. Segera
basuh mata yang terkontaminasi dengan air hangat yang mengalir perlahan selama minimal
60 menit, sambil menahan kelopak mata terbuka. Jika ada lensa kontak, JANGAN tunda
pembilasan atau coba melepas lensa. Berhati-hatilah untuk tidak membilas air yang
terkontaminasi ke mata yang tidak terkena atau ke wajah. Segera hubungi Poison Center
atau dokter. Perawatan sangat dibutuhkan. Transportasi ke rumah sakit.
2. Kontak kullit: Hindari kontak langsung. Kenakan pakaian pelindung bahan kimia jika
perlu. Lepas pakaian, sepatu, dan barang-barang kulit yang terkontaminasi dengan cepat
(mis. Tali jam tangan, ikat pinggang). Dengan cepat dan lembut bersihkan atau singkirkan
sisa bahan kimia. Segera siram dengan air hangat yang mengalir perlahan selama minimal
60 menit. JANGAN ganggu pembilasan. Jika dapat dilakukan dengan aman, lanjutkan
pembilasan selama transportasi ke rumah sakit. Segera hubungi Poison Center atau dokter.
Perawatan sangat dibutuhkan. Transportasi ke rumah sakit. Bersihkan pakaian, sepatu, dan
barang-barang berbahan kulit secara menyeluruh sebelum digunakan kembali atau dibuang
dengan aman.
3. Tertelan: Suruh korban berkumur dengan air. Jika muntah terjadi secara alami, mintalah
korban untuk mencondongkan tubuh ke depan untuk mengurangi risiko aspirasi. Suruh
korban berkumur dengan air lagi. Segera hubungi Poison Center atau dokter. Perawatan
sangat dibutuhkan. Transportasi ke rumah sakit.
4. Terhirup: Segera jauhkan korban. Pindahkan korban ke tempat terbuka dan terpapar udara
segar. Dapatkan bantuan medis segera dan bila sulit bernapas, berikan terapi oksigen.

14
BAB IV
PEMBAHASAN

Natrium hidroksida (CAS# 1310-73-2) juga dikenal sebagai lindi (lye) dan soda kaustik
atau soda api adalah suatu senyawa anorganik dengan rumus kimia NaOH. Senyawa ini merupakan
senyawa ionik berbentuk padatan putih yang tersusun dari kation natrium Na+ dan anion
hidroksida OH−. Natrium hidroksida merupakan basa dan alkali yang sangat kaustik, mampu
menguraikan protein pada suhu lingkungan biasa dan dapat menyebabkan luka bakar bila terpapar.
Senyawa ini sangat larut dalam air, dan dengan mudah menyerap kelembaban dan karbon dioksida
dari udara. Senyawa ini membentuk hidrat dengan rumus NaOH·nH2O. Senyawa monohidratnya
NaOH·H2O mengkristal dari larutan berair pada rentang suhu antara 12,3 hingga 61,8 °C.
"Natrium hidroksida" yang tersedia secara komersial sering kali merupakan senyawa monohidrat
ini, dan data yang dipublikasikan mungkin merujuk pada senyawa ini dan bukan senyawa
anhidratnya.
Natrium hidroksida banyak digunakan dalam pembuatan sabun, kertas, rayon, plastik,
kapas mercerized, aluminium, dan banyak bahan kimia. Ini juga digunakan dalam pemurnian
minyak bumi, degreasing, etsa, ekstraksi seng, pelapisan timah, pelapisan oksida, dan pemrosesan
makanan (untuk mengupas buah dan sayuran). Dalam bentuk pekat, digunakan sebagai pembersih
saluran air. Natrium hidroksida telah digunakan dalam pengelolaan efusi pleura.
Natrium hidroksida yang dilepaskan ke atmosfer pecah turun dengan mudah dengan
bereaksi dengan bahan kimia lainnya. Natrium hidroksida terpisah dalam air menjadi kation
natrium (atom natrium bermuatan positif) dan anion hidroksida (atom oksigen dan hidrogen
bermuatan negatif), yang akhirnya menurunkan keasaman air. Jika dilepaskan ke tanah, natrium
hidroksida akan terpisah menjadi kation natrium dan anion hidroksida ketika datang ke kontak
dengan kelembaban. Natrium hidroksida tidak terakumulasi dalam rantai makanan.
Permissible exposure limit (PEL) natrium hidroksida menurut OSHA adalah TWA 2
mg/m3, sedangkan NIOSH dan ACGIH merekomendasikan batas maksimum atau threshold value
limit (TLV) 2 mg/m3 dan tidak boleh dilewati dengan keadaan apapun.

15
BAB V
KESIMPULAN

1. Natrium hidroksida merupakan senyawa yang digunakan luas dalam industry


2. Natrium hidroksida banyak digunakan dalam pembuatan sabun, kertas, rayon, plastik,
kapas mercerized, aluminium, dan banyak bahan kimia, pemurnian minyak bumi,
degreasing, etsa, ekstraksi seng, pelapisan timah, pelapisan oksida, dan pemrosesan
makanan (untuk mengupas buah dan sayuran), serta pembersih saluran air.
3. Natrium hidroksida bersifat iritatif dan korosif dengan organ target utama kulit (karena
sering bersentuhan dengan senyawa), saluran napas dan mata.
4. Threshold Value Limit (TLV) NaOH di udara sebesar 2 mg/m3 dan tidak boleh dilewati
dengan keadaan apapun.
5. Walaupun bersifat iritatif korosif, hingga saat ini belum ada bukti yang mendukung bahwa
paparan NaOH dapat menyebarkan kanker atau penyakit yang mengancam jiwa lainnya
6. Pertolongan pertama dapat dilakukan dengan membasuh area yang terkontaminasi dengan
air mengalir setidaknya 60 menit dan memanggil bantuan segera.

16
DAFTAR PUSTAKA

1. Kurniawidjaja, L. M., Lestari, F., Tejamaya, M. & Ramdhan, D. H. Konsep Dasar


Toksikologi Industri. Edisi 1. Depok: Fakultas Kesehatan Masyrakat Universitas
Indonesia, 2021.
2. Wikipedia. Natrium Hidroksida [Internet]. Available from:
https://id.wikipedia.org/wiki/Natrium_hidroksida (Accessed: December 18, 2022)
3. NIOSH. The National Institute for Occupational Safety and Health. 3–5
https://www.cdc.gov/niosh/topics/mercury/ (2004).
4. pubchem.ncbi.nlm.nih.gov. Mercury [Internet]. Accessed: December2022. Available
from : https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/Mercury#section=Absorption-
Distribution-and-Excretion (2021).
5. Stephen FD. Mercury. In: Hamilton and Hardy’s Industrial Toxicology. Editor: Harbison
RD, Bourgeois MM, Johnson GT. Sixth Ed. New Jersey: John Wiley & Sons, Inc., 2015.
6. Horvat M, Tratnik JS, Miklavcic A. Mercury: Biomarkers of Exposure and Human
Biomonitoring. Chapter 3H. In: Biomarkers and Human Biomonitoring Volume 1:
Ongoing Programs and Exposures. Editor: Knudsen LE, Merlo DF. United Kingdom:
The Royal Society of Chemistry, 2012.
7. Department of Health and Human Services Center Disease of Control and Prevention.
NIOSH Pocket Guide to Chemical Hazards. 2007.
8. Agency of Toxin Subtances and Disease Registry CDC. Toxicological Profile for
Mercury. ATSDR’s Toxicological Profiles. 2002. doi:10.1201/9781420061888_ch109
9. Badan Standarisasi Nasional. Nilai Ambang Batas (NAB) zat kimia di udara tempat
kerja. Nilai ambang batas (NAB) zat kimia di udara tempat kerja. 2005. 31 p. Available
from: http://web.ipb.ac.id/~tml_atsp/test/SNI 19-0232-2005.pdf
10. Kementrian Tenaga Kerja Republik Indonesia. Permenaker no. 5 tahun 2018.
11. National Library of Medicine. Sodium Hydroxide [Internet]. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK208293/ (Accessed: December 18, 2022)

17

Anda mungkin juga menyukai