Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI KOSMETIKA

SEDIAAN KRIM PELEMBAB (MOISTURIZER)

DISUSUN OLEH:
ANGGOTA KELOMPOK 4

RIDHO MUHAMMAD LATIF 2010212002

ALIFAH DEAPUTRI INDRIYA 2010212031

ANGGITA KURNIA RINJANI 2010212053

ADINDA MUTIARA W 2010212057

PROGRAM STUDI FARMASI PROGRAM SARJANA


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya, tak lupa
sholawat serta salam kepada junjungan Nabi Muhammad SAW. Sehingga dengan mengingat
Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW dalam segala urusan, penulis dapat menyelesaikan
tugas Praktikum Teknologi Kosmetika berjudul “Sediaan Krim Pelembab (Moisturizer)”
secara tepat waktu. Laporan praktikum yang telah tersusun ini bertujuan untuk memenuhi
tugas mata kuliah praktikum teknologi kosmetika. Diharapkan hasil laporan praktikum ini
tidak hanya menjadi koleksi saja. Tetapi juga dapat memberikan wawasan dan pengetahuan
tambahan kepada adik-adik tingkat selanjutnya terkait formulasi dan pembuatan sediaan krim
pelembab.

Penulis juga menghaturkan banyak terima kasih kepada Ibu Via Rifkia dan Ibu Rika
Revina selaku dosen koordinator yang memberikan tugas dan mengarahkan selama proses
teknis pengerjaan praktikum. Bimbingan tersebut sangat bermanfaat dan memberikan banyak
pengetahuan baru dibidang tema yang penulis ambil. Tidak lupa juga penulis ucapkan kepada
semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, atas bantuan selama proses pengerjaan
tugas. Mengingat hasil laporan praktikum yang kami susun masih banyak kekurangan dan
tidak sempurna. Maka dari itu, kritik dan saran yang membangun penulis butuhkan untuk
evaluasi dan perbaikan diri untuk laporan yang akan datang.

Jakarta, 10 Maret 2023


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
BAB I 4
PENDAHULUAN 4
1.1. Latar Belakang 4
1.2. Tujuan Praktikum 5
BAB II 6
TINJAUAN PUSTAKA 6
2.1. Definisi Kosmetik 6
2.2. Ekstrak Lemon 6
2.3. Sediaan Krim Pelembab (Moisturizer) 7
BAB III 9
METODE PRAKTIKUM 9
3.1. Alat 9
3.2. Bahan 9
3.4. Perhitungan Bahan 10
3.5. Prosedur Pembuatan 11
BAB IV 12
HASIL DAN PEMBAHASAN 12
4.1. Hasil Evaluasi Sediaan 12
4.1.1. Uji Homogenitas 12
4.1.2. Uji Penampilan Krim 12
4.1.3. Uji pH 12
4.1.4. Uji Hedonik 13
4.2. Pembahasan 14
BAB V 19
PENUTUP 19
5.1. Kesimpulan 19
DAFTAR PUSTAKA 20
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kulit merupakan organ esensial dan vital yang mencerminkan kesehatan.
Struktur anatomi kulit sangat kompleks, elastis, dan juga sensitif, serta memiliki sifat
yang bervariasi bergantung pada keadaan iklim, umur, seks, ras, dan lokasinya tubuh.
Pertambahan usia kulit akan mengalami penuaan dengan tanda-tanda seperti terasa
kasar, kusam, berjerawat, bersisik serta timbul bercak-bercak (Wasitaatmadja, 1997).

Kulit kering merupakan salah satu masalah kulit yang sering dijumpai, dimana
kulit kering akan terlihat kusam, permukaan bersisik, kasar dan daerah putih kering
merata. Kulit kering memiliki kadar air dan natural moisturizing factor (NMF) yang
lebih rendah daripada kulit normal. Jika terjadi penguapan yang berlebihan
mengakibatkan kadar air dalam stratum korneum dapat berkurang hingga 10% yang
dapat mengakibatkan kulit menjadi kering.

Saat ini kosmetik tersedia dalam berbagai bentuk sediaan, salah satunya
adalah krim. Pelembab (moisturizer) merupakan sediaan yang digunakan untuk
memperbaiki kulit yang kering. Sediaan ini dapat menurunkan Trans Epidermal
Water Loss (TEWL) dengan membentuk lapisan lemak tipis di permukaan kulit
sebagai barier, menenangkan ujung saraf dermal, dan mengembalikan kelembutan
kulit.

Salah satu buah yang sering yang dimanfaatkan dalam pembuatan krim
pelembab yakin lemon. Lemon mengandung banyak asupan vitamin C, kalium,
kalsium dan magnesium. Baik bagian daging buah lemon hingga kulit buahnya juga
mengandung senyawa antioksidan yang berfungsi dalam menjaga kekebalan tubuh.
Vitamin C juga memiliki aktivitas antiinflamasi yang mendukung efek
fotoproteksinya. Terbukti pula bahwa vitamin c pada ekstrak lemon dapat
memperbaiki kulit yang telah mengalami photodamage, meningkatkan sintesis
kolagen, dan menghambat MMP-1 sehingga menurunkan pembentukan keriput dan
menghambat tirosinase (Korac & Khambholja, 2011).

1.2. Tujuan Praktikum


1. Dapat menjelaskan formulasi sediaan krim pelembab.
2. Dapat menjelaskan cara pembuatan sediaan krim pelembab.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Kosmetik


Istilah kosmetika, yang dalam bahasa inggris “cosmetics” berasal dari kata
“kosmein” (Yunani) yang artinya “berhias”. Bahan yang digunakan dalam usaha
untuk mempercantik diri ini, dahulu diramu dari bahan-bahan alami yang terdapat
pada lingkungan sekitar. Namun sekarang kosmetika dibuat manusia tidak hanya dari
bahan alami tetapi juga bahan buatan dengan maksud untuk meningkatkan kecantikan
(Wasitaatmadja, 1997).
Definisi kosmetika menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
1175/MENKES/PER/VIII/2010, tentang Izin Produksi Kosmetika, kosmetika adalah
bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar tubuh
manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ genital bagian luar) atau gigi dan
membran mukosa mulut terutama untuk membersihkan, mewangikan, mengubah
penampilan dan atau memperbaiki bau badan atau melindungi atau memelihara tubuh
pada kondisi baik (Permenkes, 2010).

2.2. Ekstrak Lemon


Buah lemon memiliki banyak manfaat dalam bidang kesehatan. Lemon
mengandung banyak asupan vitamin C, kalium, kalsium dan magnesium. Baik bagian
daging buah lemon hingga kulit buahnya juga mengandung senyawa antioksidan yang
berfungsi dalam menjaga kekebalan tubuh. Lemon sering digunakan pula dalam
produk perawatan kulit wajah dari pemanfaatan sari buah atau potongan kulit lemon.
Cairan lemon terdiri dari 5% asam sitrat sehingga memiliki rasa khas lemon. pH dari
buah tersebut berada di antara kisaran 2-3 (Anshori et al, 2017).
Ekstrak buah lemon memiliki kandungan antioksidan yang cukup tinggi,
sehingga berguna untuk melindungi kulit dari kerusakan oksidatif yang diinduksi
paparan ultraviolet. Antioksidan pada ekstrak lemon bekerja dengan menghambat
sintesis ROS dan menghambat degradasi kolagen karena paparan sinar UVB. Tidak
hanya itu senyawa antioksidan ekstrak lemon dapat meningkatkan jumlah kolagen
dermis. Selain itu beberapa kandungan senyawa aktif lainnya pun turut berperan
dalam efek anti-photoaging (Anshori et al, 2017).
Dengan rasanya yang asam, buah lemon terkenal akan kandungan vitamin C
(asam L-askorbat)nya yang juga merupakan salah satu antioksidan intrasel dan
ekstrasel paling penting bagi tubuh. Manfaat vitamin C banyak sekali diantaranya
dapat meningkatkan sintesis kolagen dan bersifat fotoprotektor. Vitamin C juga
memiliki aktivitas antiinflamasi yang mendukung efek fotoproteksinya. Terbukti pula
bahwa vitamin c pada ekstrak lemon dapat memperbaiki kulit yang telah mengalami
photodamage, meningkatkan sintesis kolagen, dan menghambat MMP-1 sehingga
menurunkan pembentukan keriput dan menghambat tirosinase (Korac & Khambholja,
2011).
Ekstrak buah lemon juga memiliki kandungan senyawa polifenol yang dapat
diberikan secara oral maupun topikal untuk mendapatkan aktivitas fotoproteksi.
Senyawa polifenol juga termasuk dalam senyawa dengan aktivitas antioksidan dan
bekerja dengan kemampuan mendonorkan atom hidrogen dan mengelat ion-ion
logam. Dengan mendonorkan satu atom hidrogen tersebut, senyawa fenolik menjadi
senyawa stabil dan tidak mudah teresonansi, sehingga akan sulit untuk bereaksi
dengan senyawa radikal lainnya (Chiu et al, 2005)(Muchtadi & Sugiyono, 2013).

2.3. Sediaan Krim Pelembab (Moisturizer)


Krim termasuk produk kosmetik penggunaannya sangat mudah diaplikasikan
pada tubuh. Definisi sediaan krim yaitu sediaan setengah padat yang mengandung
satu atau lebih bahan obat terlarut dalam basis atau bahan dasar yang sesuai. Swcara
umum produk krim terbentuk dari minyak yang dimasukkan ke dalam air pada fase
minyak dan memiliki kandungan humektan yang lebih banyak dari sediaan lotion.
Biasanya krim terdiri dari 15% - 40% fase minyak dan 5% - 15% fase humektan,
dengan karakteristik penampakan yang hampir sama dengan sediaan lotion
(Windarwati, 2011).
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, banyak produsen
krim pelembab mencetuskan inovasi untuk menambahkan zat lain yang memiliki
manfaat untuk kesehatan kulit. Penambahan zat aktif tertentu pada krim pelembab
dapat bermanfaat sesuai khasiat kandungan senyawa pada zat aktif tersebut. Misalnya
seperti ekstrak lemon yang memiliki kandungan vitamin C atau senyawa polifenol
sebagai antioksidan, maka akan bermanfaat mengurangi jumlah kerutan pada kulit
muka, bintik hitam atau flek serta melindungi kulit dari paparan sinar matahari.
Produk krim pelembab dengan zat aktif dari bahan kimia menjadi fokus terkini para
formulator karena seiring dengan meningkatnya konsumen yang memperhatikan
pengaruh kandungan kosmetik dengan bahan kimia tersebut terhadap kesehatan kulit.
Maka dari itu diperlukan penelitian dan pengembangan sediaan krim pelembab
berbahan aktif yang berasa dari alam (Yumas, 2016).
BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1. Alat
1. Alu dan mortir 8. Serbet
2. Hot Plate/Waterbath 9. Kaca objek
3. Gelas beaker 10. pH universal
4. Cawan penguap 11. Timbangan analitik
5. Sudip 12. Sudip
6. Sendok tanduk 13. Wadah kosmetik jar @ 50
7. Batang pengaduk gram

3.2. Bahan

1. Ekstrak Lemon 5% 6. Setil Alkohol 2%


2. Minyak Kelapa 15% 7. Vit. E 0,5%
3. Asam Stearat 7% 8. Nipagin 0,1%
4. Gliserin 10% 9. Parfum q.s
5. TEA 2% 10. Aquadest ad 100%

3.3. Formulasi

Bahan Jumlah Kegunaan Literatur

Ekstrak Lemon 5% Zat aktif

Minyak Kelapa 15% Zat Aktif / Kosolven HOPE 6th ed.


Fase Minyak

Asam Stearat 7% Emulgator HOPE 6th ed.

Setil Alkohol 2% Stiffening Agent HOPE 6th ed.


Vit. E 0,5% Antioksidan HOPE 6th ed.

Gliserin 10% Humektan HOPE 6th ed.

TEA 2% Emulgator HOPE 6th ed.

Nipagin 0,1% Pengawet HOPE 6th ed.

Parfum q.s Pengharum


(Lemon Fresh + Vanilli +
Sakura Fragrance)

Aquadest ad 100 ml Pelarut FI III

3.4. Perhitungan Bahan


1. Ekstrak Lemon 5 % 6. Gliserin 10%
= 5/100 x 50 g = 10/100 x 50 g
= 2,5 gram = 5 gram
2. Olive oil 15 % 7. TEA 2%
= 15/100 x 50 g = 2/100 x 50 g
= 7,5 gram = 1 gram
3. Asam Stearat 7% 8. Nipagin 0,1%
= 7/100 x 50 g = 0,1/100 x 50 g
= 3,5 gram = 0,05 gram
4. Setil Alkohol 2% 9. Parfum qs
= 2/100 x 50 g 10. Aquadest ad 100%
= 1 gram = 50 g - (2,5 + 7,5 + 3,5 + 1 + 0,25
5. Vit. E 0,5% + 5 + 1 + 0,05)
= 0,5/100 x 50 g = 50 - 20,8
= 0,25 gram = 29,2 mL
3.5. Prosedur Pembuatan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Evaluasi Sediaan


4.1.1. Uji Homogenitas

4.1.2. Uji Penampilan Krim

Tekstur Tidak lengket, lembut, mudah menyebar

Warna Putih

Aroma Harum vanilla

4.1.3. Uji pH
pH sediaan moisturizer = 7
pH ekstrak lemon = 1

4.1.4. Uji Hedonik


Tabel Respon Panelis dengan Skala Hedonik

Sifat Skala Respon Respon Respon Respon Respon Komentar


Organolep Hedonik den den den den 4 den 5 Tambahan
tik 1 2 3

Warna Suka ✔ ✔ ✔ ✔ ✔ Putih tapi no


white cast
Kuran
g suka

Tidak
suka

Tekstur Suka ✔ ✔ ✔ ✔ ✔ Tekstur mudah


menyebar dan
Kuran mudah
g suka menyerap
Tidak
suka

Aroma Suka ✔ ✔ ✔ ✔ ✔ Harum enak

Kuran
g suka

Tidak
suka

4.2. Pembahasan
Kosmetik berasal dari kata Yunani “kosmetikos” yang berarti keterampilan
menghias, mengatur. Definisi kosmetik dalam Peraturan Mentri Kesehatan RI
No.445/Menkes/Permenkes/1998 adalah sebagai berikut: “Kosmetik adalah sediaan
atau paduan bahan yang siap untuk digunakan pada bagian luar badan (epidermis,
rambut, kuku, bibir, dan organ kelamin bagian luar), gigi, dan rongga mulut untuk
membersihkan, menambah daya tarik, memperbaiki bau badan tetapi tidak
dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan suatu penyakit”.
Krim didefinisikan sebagai cairan kental atau emulsi setengah padat baik
bertipe air dalam minyak atau minyak dalam air, dan termasuk dalam sediaan
setengah padat berupa emulsi kental yang mengandung tidak kurang dari 60% air,
dimaksudkan untuk pemakaian luar. Sedangkan yang biasa disebut dengan vanishing
cream pada dasarnya berupa emulsi minyak dalam air (M/A), mengandung air dalam
persentase yang besar dan asam stearat. Setelah pemakaian krim air menguap
meninggalkan sisa berupa selaput asam stearat yang tipis. Vanishing cream lebih
mudah dibersihkan dan menguapnya air dapat menyegarkan jaringan. Vanishing
cream terkesan menghilang dan nyaman dipakai setelah dioleskan di permukaan kulit.
Umumnya krim minyak dalam air dibuat pada suhu tinggi, berbentuk cair
pada suhu ini, kemudian didinginkan pada suhu kamar, dan menjadi padat akibat
terjadinya solidifikasi fase internal. Secara normal kerapatan minyak lebih rendah
daripada kerapatan air, sehingga jika tetesan minyak dan agregat tetesan meningkat,
terbentuk krim. Makin besar agregasi, makin besar ukuran tetesan dan makin besar
pula kecepatan pembentukan krim.
Pada praktikum kali ini kami membuat sediaan krim Coconut oil sebagai salah
satu contoh kosmetik pelembab. Kosmetik pelembab perlu dikenakan terutama pada
kulit kering atau kulit normal yang cenderung kering. Menurut penelitian Blank, et.al
(1952), kandungan air dalam stratum korneum sangatlah penting meskipun sedikit
(10%). Kelembutan dan elastisitas stratum korneum bergantung pada kandungan
airnya, bukan pada kandungan lemaknya. Kosmetik pelembab kulit digunakan untuk
mencegah dehidrasi kulit yang menyebabkan kekeringan dan retak-retak pada kulit.
Pelembab yang kami buat merupakan sediaan dengan basis vanishing cream, dimana
dalam basis ini terdapat lebih banyak fase air daripada fase minyak.
Kosmetik pelembab yang kami buat sering disebut moisturizer atau
moisturizing cream. Krim ini membentuk lapisan lemak tipis di permukaan kulit,
mencegah penguapan air, serta menyebabkan kulit menjadi lembab dan lembut. Krim
ini harus dapat menutup daerah tertentu permukaan kulit, menutup tepi-tepi tajam
sisik stratum korneum, mencegah masuknya bahan-bahan asing ke dalam kulit, tetapi
tidak sampai mencegah sepenuhnya penguapan air agar kongesti perspirasi dan
pengeluaran panas badan tetap terjadi. Bahan utama dalam krim pelembab adalah
lemak. Viskositas lemak tidak boleh terlalu rendah sehingga menyebar ke permukaan
kulit, atau terlalu kental sehingga membuat kulit lengket dan terlalu berminyak.
Bahan utama yang digunakan dalam pembuatan krim adalah minyak kelapa
10%. Minyak nabati cenderung lebih mudah bercampur dengan lemak kulit, lebih
mampu menembus sel-sel stratum korneum, dan memiliki daya adhesi yang lebih
kuat daripada minyak mineral, seperti paraffin liquid. Sebagai bahan tambahan yaitu
asam stearat dan TEA sebagai emulgator; gliserin sebagai humektan; Vit. E sebagai
antioksidan untuk mencegah ketengikan minyak karena kandungan minyak yang
tinggi, adanya sisa-sisa besi dan tembaga di dalam air dan adanya asam stearat maka
diperlukan adanya antioksidan; cetyl alcohol sebagai emolien yang dapat
meningkatkan stabilitas, memperbaiki tekstur, dan konsistensi meningkat, dan nipagin
sebagai pengawet untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme karena krim juga
mengandung fase air. Dalam formulasi topikal, asam stearat digunakan sebagai agen
pengemulsi dan pelarut. Ketika sebagian dinetralkan dengan alkali atau trietanolamin,
asam stearat yang digunakan dalam formulasi krim. Asam stearat menetralisir
sebagian bentuk dasar krim bila dicampur dengan 5-15 kali berat jenisnya. Tampilan
dan plastisitas krim yang sedang ditentukan oleh proporsi alkali yang digunakan.
Krim terdiri dari fase minyak dan fase air bergantung dari kelarutan zat itu
sendiri dengan air, dimana yang termasuk fase minyak yaitu minyak kelapa, asam
stearat, dan setil alkohol. Sedangkan fase air terdiri dari TEA, gliserin, nipagin, dan
air. Perbandingan minyak kelapa yang digunakan adalah 15%, dengan kandungan
asam stearat 7%. Perbedaan kandungan konsentrasi minyak kelapa dan asam stearat
ini dapat mempengaruhi terhadap hasil krim yang didapat, karena pada dasarnya
semakin besar konsentrasi minyak kelapa, maka semakin panjang juga atom C yang
terdapat dan hal itu dapat menyebabkan cream semakin tidak kental.
Cara pembuatannya yaitu fase Minyak (Minyak Kelapa, Asam Stearat, Setil
Alkohol) dilebur di atas penangas air hingga suhu 70ºC, pada saat yang sama fase air
(Gliserin, TEA, Nipagin, Air) dipanaskan diatas penangas air hingga suhu 70ºC,
dicampurkan Fase Minyak dan Fase Air ke dalam mortir yang sebelumnya telah
dihangatkan. Aduk hingga terbentuk masa putih susu, Setelah dingin 40ºC
ditambahkan vitamin E, diaduk hingga homogen, ditambahkan parfum kemudian
diaduk terus hingga homogen, kemudian setelah siap dimasukan ke dalam wadah.
Pembentukan emulsi, pemanasan bahan, dan penggerusan pada lumpang sering
menjadi masalah dalam pembentukan krim ini, sehingga harus dilakukan dengan teliti
dan hati-hati.
Evaluasi sediaan merupakan suatu proses penilaian terhadap sediaan yang
diproduksi, untuk menentukan kelayakan penggunaan sediaan tersebut. Evaluasi
sediaan semi solid, khususnya krim pelembab ini bertujuan untuk mengetahui kualitas
dari sediaan krim pelembab yang dihasilkan serta untuk mengetahui keamanan dan
kelayakan sediaan untuk digunakan dan dipasarkan. Produk yang dipasarkan hasilnya
harus dapat diterima masyarakat, harus baik dan aman, mudah dikeluarkan dari
wadah, stabil, berbau khas, serta tidak berubah warna.
Evaluasi yang kami lakukan pada sediaan krim pelembab terbagi atas 4 jenis, yaitu:
1. Uji Homogenitas
2. Uji Penampilan Krim
3. Uji pH
4. Uji Hedonik
Uji homogen mengetahui bahwa pada saat proses pembuatan sediaan, bahan
aktif serta bahan tambahan lain tercampur secara merata atau tidak. Uji homogen
dapat menggunakan plat kaca ataupun mikroskop. Pada praktikum kali ini dilakukan
dengan cara krim ditimbang 1g dan dioleskan pada plat kaca. Sediaan semisolid
topikal krim pelembab ini sesuai dengan prasyarat karena hasil menunjukan tidak
adanya partikel / homogen. (Depkes, 1979).
Uji penampilan krim adalah pengamatan menggunakan panca indera.
Pengamatan organoleptis krim pelembab dilakukan dengan pengamatan
menggunakan panca indera terhadap penampilan, aroma, warna, tekstur, dan setelah
diaplikasikan ke kulit. Sediaan krim pelembab pada praktikum kali ini, didapatkan
bahwa krim pelembab memiliki aroma vanila karena kami menggunakan parfum
vanila. Kemudian dari segi warna sediaan ialah putih seperti susu, hal tersebut karena
adanya pencampuran antara dua fase (fase minyak dan fase air) di dalam mortar yang
telah dihangatkan. Selanjutnya tekstur dari sediaan sangat memenuhi kriteria sediaan
semi-solid karena sediaan tidak lengket, kental dan mudah meresap.
Uji pH dilakukan untuk mengetahui tingkat keasaman formulasi. PH
formulasi diukur dengan menggunakan pH meter tujuan umum. Hasil uji pH adalah 7.
Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa formulasi kami memenuhi kriteria pH
sebagaimana mestinya. Menyesuaikan pH formulasi dengan kulit adalah penting
karena mempengaruhi penerimaan formulasi oleh kulit. Formulasi topikal yang ideal
adalah yang tidak mengiritasi kulit sehingga aman digunakan pada kulit. Menurut
Safitri & Jubaidah (2019), nilai pH di bawah 4,5 dapat menyebabkan iritasi kulit dan
gatal-gatal, sedangkan nilai pH di atas 8,0 dapat menyebabkan kulit menjadi licin dan
kering sehingga mempengaruhi kekenyalan kulit.
Uji hedonik atau uji kesukaan dilakukan untuk menilai dan mengetahui
reaksi panelis terhadap sampel yang diujikan. Mekanisme uji hedonik dilakukan
dengan panelis yang diminta mencoba sampel atau sediaan krim pelembab, lalu
panelis akan memberikan komentar dan penilaian terhadap sampel yang diberikan
(Michael, 2009). Pada praktikum kali ini uji hedonik dilakukan dengan tiga panelis
dan ketiga panelis mendapatkan respon positif seperti tidak lengket, mudah
menyerap, aroma harum, whitecast.
BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil evaluasi, sediaan krim formulator kali ini memiliki


homogenitas yang baik karena tidak adanya partikel yang terpisah. Untuk uji hedonik
dan uj penampilan krim, formulasi kami memenuhi kriteria sediaan semisolid karena
teksturnya tidak lengket, kental, dan mudah terserap tubuh, wangi yang disukai oleh
responden. pH dari formulasi kami juga masuk ke dalam kriteria karena berada
direntang pH kulit tubuh yaitu pH 7
DAFTAR PUSTAKA
Anshori, A.M., Anak, A.G.P.W., Wimpie, P. 2017. Pemberian oral ekstrak kulit buah lemon
(Citrus limon) menghambat peningkatan ekspresi MMP-1 (matrix
metaloproteinase-1) dan penurunan jumlah kolagen pada tikus putih galur wistar
jantan (Rattus norvegicus) yang dipajan sinar UV-B. Jurnal e-Biomedik (eBm),
Volume 5, Nomor 1.
Chiu AE, Chan JL, Kern DG, Kohler S, Rehmus WE, Kimball AB. 2005. Doubleblinded,
placebo-controlled trial of green tea extracts in the clinical and histologic
appearance of photoaging skin. Dermatol surg, ;31:855-9.
Depkes, R.I., 1979. Farmakope Indonesia edisi ketiga. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, pp.93-94.
Ekayanti, N. L. P. S., Darsono, F. L., & Wijaya, S. 2019. Formulasi sediaan krim pelembab
ekstrak air buah semangka (Citrullus lanatus). Jurnal Farmasi Sains dan Terapan,
6(1), 38-45.
Khodijah, S., Fasa, M.I. and Suharto, S., 2022. Implementasi Bauran Pemasaran Syariah
Pada Kosmetik Berlabel Halal Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen Pada
Perspektif Islam. Islamic Economics and Business Review, 1(2), pp.132-144.
Korać RR, Khambholja KM. 2011. Potential of herbs in skin protection from ultraviolet
radiation. Pharmacognosy Reviews. Doi:10.4103/0973-7847.91114.
Michael J. Gibney. 2009. Gizi Kesehatan Masyarakat. EGC. Jakarta.
Muchtadi TR, Sugiyono. 2013. Prinsip Proses dan Teknologi Pangan. Alfabeta. Bandung.
Wasitaatmadja, S. M., 1997. Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Penerbit Universitas Indonesia.
Jakarta.
Yumas, M. 2016. The Formulation of Face Cream Preparation from Extract of Non
Fermented Cocoa Beans Methanol (Theobroma Cacao L) Combined with Honey
Bee. Jurnal Industri Hasil Perkebunan Vol. 11 No. 2.

Anda mungkin juga menyukai