DISUSUN OLEH:
ANGGOTA KELOMPOK 4
Penulis juga menghaturkan banyak terima kasih kepada Ibu Via Rifkia dan Ibu Rika
Revina selaku dosen koordinator yang memberikan tugas dan mengarahkan selama proses
teknis pengerjaan praktikum. Bimbingan tersebut sangat bermanfaat dan memberikan banyak
pengetahuan baru dibidang tema yang penulis ambil. Tidak lupa juga penulis ucapkan kepada
semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, atas bantuan selama proses pengerjaan
tugas. Mengingat hasil laporan praktikum yang kami susun masih banyak kekurangan dan
tidak sempurna. Maka dari itu, kritik dan saran yang membangun penulis butuhkan untuk
evaluasi dan perbaikan diri untuk laporan yang akan datang.
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
BAB I 4
PENDAHULUAN 4
1.1. Latar Belakang 4
1.2. Tujuan Praktikum 5
BAB II 6
TINJAUAN PUSTAKA 6
2.1. Definisi Kosmetik 6
2.2. Ekstrak Lemon 6
2.3. Sediaan Krim Pelembab (Moisturizer) 7
BAB III 9
METODE PRAKTIKUM 9
3.1. Alat 9
3.2. Bahan 9
3.4. Perhitungan Bahan 10
3.5. Prosedur Pembuatan 11
BAB IV 12
HASIL DAN PEMBAHASAN 12
4.1. Hasil Evaluasi Sediaan 12
4.1.1. Uji Homogenitas 12
4.1.2. Uji Penampilan Krim 12
4.1.3. Uji pH 12
4.1.4. Uji Hedonik 13
4.2. Pembahasan 14
BAB V 19
PENUTUP 19
5.1. Kesimpulan 19
DAFTAR PUSTAKA 20
BAB I
PENDAHULUAN
Kulit kering merupakan salah satu masalah kulit yang sering dijumpai, dimana
kulit kering akan terlihat kusam, permukaan bersisik, kasar dan daerah putih kering
merata. Kulit kering memiliki kadar air dan natural moisturizing factor (NMF) yang
lebih rendah daripada kulit normal. Jika terjadi penguapan yang berlebihan
mengakibatkan kadar air dalam stratum korneum dapat berkurang hingga 10% yang
dapat mengakibatkan kulit menjadi kering.
Saat ini kosmetik tersedia dalam berbagai bentuk sediaan, salah satunya
adalah krim. Pelembab (moisturizer) merupakan sediaan yang digunakan untuk
memperbaiki kulit yang kering. Sediaan ini dapat menurunkan Trans Epidermal
Water Loss (TEWL) dengan membentuk lapisan lemak tipis di permukaan kulit
sebagai barier, menenangkan ujung saraf dermal, dan mengembalikan kelembutan
kulit.
Salah satu buah yang sering yang dimanfaatkan dalam pembuatan krim
pelembab yakin lemon. Lemon mengandung banyak asupan vitamin C, kalium,
kalsium dan magnesium. Baik bagian daging buah lemon hingga kulit buahnya juga
mengandung senyawa antioksidan yang berfungsi dalam menjaga kekebalan tubuh.
Vitamin C juga memiliki aktivitas antiinflamasi yang mendukung efek
fotoproteksinya. Terbukti pula bahwa vitamin c pada ekstrak lemon dapat
memperbaiki kulit yang telah mengalami photodamage, meningkatkan sintesis
kolagen, dan menghambat MMP-1 sehingga menurunkan pembentukan keriput dan
menghambat tirosinase (Korac & Khambholja, 2011).
3.1. Alat
1. Alu dan mortir 8. Serbet
2. Hot Plate/Waterbath 9. Kaca objek
3. Gelas beaker 10. pH universal
4. Cawan penguap 11. Timbangan analitik
5. Sudip 12. Sudip
6. Sendok tanduk 13. Wadah kosmetik jar @ 50
7. Batang pengaduk gram
3.2. Bahan
3.3. Formulasi
Warna Putih
4.1.3. Uji pH
pH sediaan moisturizer = 7
pH ekstrak lemon = 1
Tidak
suka
Kuran
g suka
Tidak
suka
4.2. Pembahasan
Kosmetik berasal dari kata Yunani “kosmetikos” yang berarti keterampilan
menghias, mengatur. Definisi kosmetik dalam Peraturan Mentri Kesehatan RI
No.445/Menkes/Permenkes/1998 adalah sebagai berikut: “Kosmetik adalah sediaan
atau paduan bahan yang siap untuk digunakan pada bagian luar badan (epidermis,
rambut, kuku, bibir, dan organ kelamin bagian luar), gigi, dan rongga mulut untuk
membersihkan, menambah daya tarik, memperbaiki bau badan tetapi tidak
dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan suatu penyakit”.
Krim didefinisikan sebagai cairan kental atau emulsi setengah padat baik
bertipe air dalam minyak atau minyak dalam air, dan termasuk dalam sediaan
setengah padat berupa emulsi kental yang mengandung tidak kurang dari 60% air,
dimaksudkan untuk pemakaian luar. Sedangkan yang biasa disebut dengan vanishing
cream pada dasarnya berupa emulsi minyak dalam air (M/A), mengandung air dalam
persentase yang besar dan asam stearat. Setelah pemakaian krim air menguap
meninggalkan sisa berupa selaput asam stearat yang tipis. Vanishing cream lebih
mudah dibersihkan dan menguapnya air dapat menyegarkan jaringan. Vanishing
cream terkesan menghilang dan nyaman dipakai setelah dioleskan di permukaan kulit.
Umumnya krim minyak dalam air dibuat pada suhu tinggi, berbentuk cair
pada suhu ini, kemudian didinginkan pada suhu kamar, dan menjadi padat akibat
terjadinya solidifikasi fase internal. Secara normal kerapatan minyak lebih rendah
daripada kerapatan air, sehingga jika tetesan minyak dan agregat tetesan meningkat,
terbentuk krim. Makin besar agregasi, makin besar ukuran tetesan dan makin besar
pula kecepatan pembentukan krim.
Pada praktikum kali ini kami membuat sediaan krim Coconut oil sebagai salah
satu contoh kosmetik pelembab. Kosmetik pelembab perlu dikenakan terutama pada
kulit kering atau kulit normal yang cenderung kering. Menurut penelitian Blank, et.al
(1952), kandungan air dalam stratum korneum sangatlah penting meskipun sedikit
(10%). Kelembutan dan elastisitas stratum korneum bergantung pada kandungan
airnya, bukan pada kandungan lemaknya. Kosmetik pelembab kulit digunakan untuk
mencegah dehidrasi kulit yang menyebabkan kekeringan dan retak-retak pada kulit.
Pelembab yang kami buat merupakan sediaan dengan basis vanishing cream, dimana
dalam basis ini terdapat lebih banyak fase air daripada fase minyak.
Kosmetik pelembab yang kami buat sering disebut moisturizer atau
moisturizing cream. Krim ini membentuk lapisan lemak tipis di permukaan kulit,
mencegah penguapan air, serta menyebabkan kulit menjadi lembab dan lembut. Krim
ini harus dapat menutup daerah tertentu permukaan kulit, menutup tepi-tepi tajam
sisik stratum korneum, mencegah masuknya bahan-bahan asing ke dalam kulit, tetapi
tidak sampai mencegah sepenuhnya penguapan air agar kongesti perspirasi dan
pengeluaran panas badan tetap terjadi. Bahan utama dalam krim pelembab adalah
lemak. Viskositas lemak tidak boleh terlalu rendah sehingga menyebar ke permukaan
kulit, atau terlalu kental sehingga membuat kulit lengket dan terlalu berminyak.
Bahan utama yang digunakan dalam pembuatan krim adalah minyak kelapa
10%. Minyak nabati cenderung lebih mudah bercampur dengan lemak kulit, lebih
mampu menembus sel-sel stratum korneum, dan memiliki daya adhesi yang lebih
kuat daripada minyak mineral, seperti paraffin liquid. Sebagai bahan tambahan yaitu
asam stearat dan TEA sebagai emulgator; gliserin sebagai humektan; Vit. E sebagai
antioksidan untuk mencegah ketengikan minyak karena kandungan minyak yang
tinggi, adanya sisa-sisa besi dan tembaga di dalam air dan adanya asam stearat maka
diperlukan adanya antioksidan; cetyl alcohol sebagai emolien yang dapat
meningkatkan stabilitas, memperbaiki tekstur, dan konsistensi meningkat, dan nipagin
sebagai pengawet untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme karena krim juga
mengandung fase air. Dalam formulasi topikal, asam stearat digunakan sebagai agen
pengemulsi dan pelarut. Ketika sebagian dinetralkan dengan alkali atau trietanolamin,
asam stearat yang digunakan dalam formulasi krim. Asam stearat menetralisir
sebagian bentuk dasar krim bila dicampur dengan 5-15 kali berat jenisnya. Tampilan
dan plastisitas krim yang sedang ditentukan oleh proporsi alkali yang digunakan.
Krim terdiri dari fase minyak dan fase air bergantung dari kelarutan zat itu
sendiri dengan air, dimana yang termasuk fase minyak yaitu minyak kelapa, asam
stearat, dan setil alkohol. Sedangkan fase air terdiri dari TEA, gliserin, nipagin, dan
air. Perbandingan minyak kelapa yang digunakan adalah 15%, dengan kandungan
asam stearat 7%. Perbedaan kandungan konsentrasi minyak kelapa dan asam stearat
ini dapat mempengaruhi terhadap hasil krim yang didapat, karena pada dasarnya
semakin besar konsentrasi minyak kelapa, maka semakin panjang juga atom C yang
terdapat dan hal itu dapat menyebabkan cream semakin tidak kental.
Cara pembuatannya yaitu fase Minyak (Minyak Kelapa, Asam Stearat, Setil
Alkohol) dilebur di atas penangas air hingga suhu 70ºC, pada saat yang sama fase air
(Gliserin, TEA, Nipagin, Air) dipanaskan diatas penangas air hingga suhu 70ºC,
dicampurkan Fase Minyak dan Fase Air ke dalam mortir yang sebelumnya telah
dihangatkan. Aduk hingga terbentuk masa putih susu, Setelah dingin 40ºC
ditambahkan vitamin E, diaduk hingga homogen, ditambahkan parfum kemudian
diaduk terus hingga homogen, kemudian setelah siap dimasukan ke dalam wadah.
Pembentukan emulsi, pemanasan bahan, dan penggerusan pada lumpang sering
menjadi masalah dalam pembentukan krim ini, sehingga harus dilakukan dengan teliti
dan hati-hati.
Evaluasi sediaan merupakan suatu proses penilaian terhadap sediaan yang
diproduksi, untuk menentukan kelayakan penggunaan sediaan tersebut. Evaluasi
sediaan semi solid, khususnya krim pelembab ini bertujuan untuk mengetahui kualitas
dari sediaan krim pelembab yang dihasilkan serta untuk mengetahui keamanan dan
kelayakan sediaan untuk digunakan dan dipasarkan. Produk yang dipasarkan hasilnya
harus dapat diterima masyarakat, harus baik dan aman, mudah dikeluarkan dari
wadah, stabil, berbau khas, serta tidak berubah warna.
Evaluasi yang kami lakukan pada sediaan krim pelembab terbagi atas 4 jenis, yaitu:
1. Uji Homogenitas
2. Uji Penampilan Krim
3. Uji pH
4. Uji Hedonik
Uji homogen mengetahui bahwa pada saat proses pembuatan sediaan, bahan
aktif serta bahan tambahan lain tercampur secara merata atau tidak. Uji homogen
dapat menggunakan plat kaca ataupun mikroskop. Pada praktikum kali ini dilakukan
dengan cara krim ditimbang 1g dan dioleskan pada plat kaca. Sediaan semisolid
topikal krim pelembab ini sesuai dengan prasyarat karena hasil menunjukan tidak
adanya partikel / homogen. (Depkes, 1979).
Uji penampilan krim adalah pengamatan menggunakan panca indera.
Pengamatan organoleptis krim pelembab dilakukan dengan pengamatan
menggunakan panca indera terhadap penampilan, aroma, warna, tekstur, dan setelah
diaplikasikan ke kulit. Sediaan krim pelembab pada praktikum kali ini, didapatkan
bahwa krim pelembab memiliki aroma vanila karena kami menggunakan parfum
vanila. Kemudian dari segi warna sediaan ialah putih seperti susu, hal tersebut karena
adanya pencampuran antara dua fase (fase minyak dan fase air) di dalam mortar yang
telah dihangatkan. Selanjutnya tekstur dari sediaan sangat memenuhi kriteria sediaan
semi-solid karena sediaan tidak lengket, kental dan mudah meresap.
Uji pH dilakukan untuk mengetahui tingkat keasaman formulasi. PH
formulasi diukur dengan menggunakan pH meter tujuan umum. Hasil uji pH adalah 7.
Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa formulasi kami memenuhi kriteria pH
sebagaimana mestinya. Menyesuaikan pH formulasi dengan kulit adalah penting
karena mempengaruhi penerimaan formulasi oleh kulit. Formulasi topikal yang ideal
adalah yang tidak mengiritasi kulit sehingga aman digunakan pada kulit. Menurut
Safitri & Jubaidah (2019), nilai pH di bawah 4,5 dapat menyebabkan iritasi kulit dan
gatal-gatal, sedangkan nilai pH di atas 8,0 dapat menyebabkan kulit menjadi licin dan
kering sehingga mempengaruhi kekenyalan kulit.
Uji hedonik atau uji kesukaan dilakukan untuk menilai dan mengetahui
reaksi panelis terhadap sampel yang diujikan. Mekanisme uji hedonik dilakukan
dengan panelis yang diminta mencoba sampel atau sediaan krim pelembab, lalu
panelis akan memberikan komentar dan penilaian terhadap sampel yang diberikan
(Michael, 2009). Pada praktikum kali ini uji hedonik dilakukan dengan tiga panelis
dan ketiga panelis mendapatkan respon positif seperti tidak lengket, mudah
menyerap, aroma harum, whitecast.
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan