BAB II
FARMAKOLOGI
A. Farmasi-Farmakologi
Sifat Fisiko-Kimia: Bentuk serbuk higroskopis berwarna kuning kecoklatan
Nama IUPAC : 1-ethenylpyrrolidin-2-one;molecular iodine
Rumus Molekul : C6H9I2NO
Rumus Bangun:
B. Farmasi Umum
1. Dosis
Povidone-Iodine merupakan kompleks yang terbentuk dari reaksi antara
iodine dengan povidone. Setiap Povidone-Iodine mengandung 9-12%
iodine. Pada penggunaan pada kulit digunakan Povidone-Iodine 10%,
sedangkan untuk tetes mata digunakan Povidone-Iodine 5%, sedangkan
solutio topical untuk mata bisa juga dengan dosis 1%.
2. Preparat
Preparat yang tersedia dalam bentuk Aerosol spray,Gauze pads, Obat
kumur, salep, shampoo, pembersih kulit berupa cair atau scrub, solution,
Cotton swab
3. Cara Penggunaan
Cara penggunaan Povidone-Iodine disesuaikan berdasarkan bentuk
sediaan dan tujuan penggunaan. Sebagai contoh, pada luka digunakan
solution Povidone-Iodine dengan merk dagang betadine yang dapat
digunakan pada permukaan kulit pada pasien dewasa, lansia, anak-anak
termasuk bayi dengan berat badan >1500 g dengan cara langsung
dioleskan pada bagian yang ingin di-disinfeksi. Penggunaan solution pada
mukosa dapat dilakukan dengan pengenceran dengan air hangat dengan
perbandingan 1:10 dimana 1 bagian solution povidone-iodine diencerkan
dalam 10 bagian air hangat. Pada penggunaan sebagai obat tetes mata 5%,
teteskan obat pada bagian mata, kemudian bilas dengan cairan fisiologis
hingga bersih.
Pengguaan lainnya yaitu sebagai obat kumur yang langsung dapat
digunakan dengan cara gargling atau kumur hingga faring, usahakan
untuk tidak menelan bahan obat. Penggunaan Povidone-Iodine dalam
jangka waktu yang lama atau dengan cara yang salah dapat
mengakibatkan tingginya absorpsi iodine oleh tubuh sehingga dapat
menimbulkan toksisitas obat.
C. Farmakologi Umum
1. Khasiat
Antiseptik (bakterisidal, fungisidal, virusidal dan trikhomonasidal), AntiInfeksi, Disinfektan
2. Indikasi
BAB III
FARMAKODINAMIK
Povidone iodine merupakan anti septik golongan halogen yang bersifat
bakteriostatik. Povidone iodine atau yang biasa disebut polyvinil- pyrrolidone,
merupakan iodophor dimana iodine berikatan dengan povidone. Iodophor
memiliki efek bakterisid. Gabungan ini mempunyai toksisitas yang lebih rendah
disbanding iodin bebas.berbentuk larutan warna hitam kecoklatan dengan bau
BAB IV
FARMAKOKINETIK
A. Waktu Paruh
Larutan 10% dapat mengurangi populasi kumat sampai 85%, efektif untuk
satu jam dan kembali ke populasi normal setelah 8 jam. Warna cokelat gelap
dan baunya merupakan sifat obat ini yang kurang menguntungkan (Tjay, 2007).
B. Pola ADME
Povidone iodine diabsorbsi secara sistemik sebagai iodine, jumlahnya
tergantung konsentrasi, rute pemberian dan karakter kulit.Iodine dalam jumlah
yang kecil diserap masuk ke dalam aliran darah, sehingga menyebabkan efek
sistemik dengan akibat shock aniksia jaringan. Povidone iodine eksresi melalui
urin (Rabih, 2010).
C. Ikatan Protein
Aktivitas antimikroba povidone iodine didapatkan dari kemampuan oksidasi
kuat iodine bebas terhadap asam amino, nukleotida dan ikatan ganda, dan juga
lemak bebas tidak jenuh. Hal ini menyebabkan povidone iodine mampu
merusak protein dan DNA mikroba (Reimer, 2001).
Senyawa iodine akan bereaksi secara kovalen dengan basa purin dan
pirimidin sehingga bergabung dengan DNA atau membentuk ikatan silang
antar rantai. Lesi DNA yang diinduksi secara kimia akan membunuh sel
terutama dengan cara mengganggu replikasi DNA (Geo, 2004).
BAB V
TOKSISITAS
A. Efek Samping
Berikut adalah efek samping yang disebabkan povidone iodine
( Hazardous Nature, 2008 ) :
1. Akut
a) Tertelan
Povidone iodine yang tertelan tidak akan menimbulkan efek
yang berbahaya bagi tubuh meskipun bahan obat masih akan
mempengaruhi kesehatan penderita yang berkaitan dengan
organ metabolisme seperti liver dan ginjal.
b) Mata
Bahan povidone iodine memang tidak terpikirkan menjadi
iritan, akan tetapi kontak langsung dengan mata dapat
menyebabkan rasa tidak nyaman, mata berair, konjungtiva
merah dan dapat menyebabkan slight abrasive.
c) Kulit
Kontak dengan kulit tidak selalu menimbulkan iritasi, meskipun
begitu
pemberian
secara
tidak
bersih
dapat
memicu.
benar
dan
meminimalkan
paparan
yang
dapat
BAB VI
PENYELIDIKAN/PENELITIAN YANG PERNAH DILAKUKAN
A. Jurnal
1. Judul jurnal :ChlorhexidineAlcohol
versus
PovidoneIodine
for
Surgical-Site Antisepsis
Penulis
: Rabih O. Darouiche, M.D., Matthew J. Wall, Jr., M.D.,
Kamal M.F. Itani, M.D.,Mary F. Otterson, M.D., Alexandra L. Webb,
M.D., Matthew M. Carrick, M.D.,Harold J. Miller, M.D., Samir S. Awad,
10
11
yang
random/pengacakan.
Untuk
dilakukan
mengetahui
menggunakan
perbedaan
sistem
penelitian
dievaluasi
mengguanak
uji
eksak
fisher,
interval
yaitu
analisis
yang
diperoleh
dari
penelitian
ini
perlindungan
12
Keunggulan
klorheksidin-alkohol
dalam
penelitian
kami
penggunaan
klorheksidin-alkohol
mudah
terbakar
dapat
digunakan
sebagai
multiantiseptik.
13
virus
dan
methicillin-resistant
staphylococcus
aureus,
14
15
membandingkan
efektivitas
chlorhexidine-alkohol
dengan
16
per-protokol
17
3. Judul Jurnal :
Perbandingan
Perawatan
Daerah
Kateter
dengan
biaya
efikasi
perawatan.
disinfeksi
Studi
ini
bertujuan
menggunakan
untuk
chlorhexidine
18
dalam
19
penggunaan
menggunakan povidone-iodine.
Penggunaan solution chlorhexidine gluconate untuk perawatan
wilayah kateter vaskuler jauh lebih efektif dibandingkan dengan
penggunaan
povidone-iodine.
Penurunan
infeksi
oleh
karena
Isi Jurnal
20
1. Karakteristik pasien
Kateter sejumlah 538 yang dibagi untuk dua grup antiseptik secara
acak dimana 57 kateter (pasien dan karakteristik kateter yang
sama) tidak bisa digunakan, tidak terkultur atau inform consent
yang tidak terpenuhi.
Karateristik pasien dan kateter dari dua grup antiseptik memilii
kesamaan kecuali jenis kelamin dengan lebih banyak pasien lakilaki pada protokol povidone-iodine.
2. Kolonisasi bakteri
Grup chlorhexidine tertandai dengan
sedikitnya
frekuensi
frekuensi ditemukannya
21
22
Sumber data
Uji Klinis dalam berbagai bahasa yang teriidentifikasi oleh searching
Medline (19662001), CINAHL (19822001),Doctoral Dissertation
Abstracts (18612001), Internationa lPharmaceutical Abstracts (1970
2001),EMBASE/Excerpta Medica, Lexis-Nexus, Web ofSciences, and
the Cochrane Library; hand searching IndexMedicus (196065) dan
program dan proses pertemuan ilmiah; dan menghubungi produsen
chlorhexidinegluconat, penulis studi yang relevan, dan ahli di lapangan.
Seleksi Studi
Studi dimasukkan jika data uji coba secara acak yang membandingkan
jenis larutan Chlorheksidin gluconat dengan larutan povidone-iodine
untuk perawatan kateter pembuluh darah, dan termasuk kejadian CRBI
atau kolonisasi kateter, dengan data yang cukup untuk menghitung rasio
risiko.
Ekstraksi data
Data secara independen diekstraksi dengan 2 pengulas di ukuran sampel,
populasi pasien, jeniska teter, jenis antiseptik, lokasi anatomi, pertukaran
penggunaan kateter dengan kawat, intervensi secara bersamaan, dan
tentang hasil utama (CRBI dan kateter kolonisasi). Kualitas metodologi
masing kajian dinilai berdasarkan prosedur randomisasi, pengecauan, dan
deskripsi peserta yang memenuhi syarat.
Hasil utama
8 percobaan (rata-rata usia pasien 50-65 tahun) memenuhi syarat
pemilihan. Uji coba yang digunakan yaitu 4.143 kateter (1493 vena
pusat, 1361 vena perifer, 704 arteri perifer,395arteri paru, 75 dari vena
perifer dimasukkan ke vena pusat, 62 selubung introducer, dan 53
23
danpovidone-iodine(PI)
untuk
lokasi
Hasil
Tingkat kejadian
RRR
Chl
(95%
NNT
PI
or
(CI)
CI)
Infeksi
Kateter
yang
51%
93
(12
(66
samp
samp
ai
ai
72)
393)
n = 3899)
Pasien
51%
15
dengan
(29
(11
samp
samp
ai
ai
69)
26)
berhubung
an
peredaran
1,0
%
1,2
%
darah
(7
percobaan,
kultur
6,4
13,5
positif
(8
percobaan,
n=4001)
24
menggunakan
cairan
alkohol
klorheksidin,
Kesimpulan
Penggunakan Chlorhexidine glukonat dalam perawatan kateter pembuluh
darah menurunkan angka kejadian infeksi peredaran darah dibandingkan
dengan povidone-iodine.
25
BAB VII
DISKUSI
Melalui analisa komparatif terhadap beberapa jurnal dari bab sebelumnya,
maka didapatkan pembahasan mengenai perbandingan antara chlorhexidine
dengan povidone-iodine seperti di bawah ini;
1. Chlorhexidine lebih efektif daripada povidone iodine dalam mereduksi
jumlah koloni bakteri baik sesaat setelah pemakaian, dua jam setelah
pemakaian dan pada akhir prosedur operasi.
2. Uji efektifitas chlorhexidine dan povidone iodine dalam mengurangi
resiko surgical site infection (SSI), menunjukkan chlorhexidine secara
signifikan dapat mengurangi resiko SSI setelah operasi 6,8 kali lebih
efektif daripada menggunakan povidone iodine.
26
BAB VIII
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Baik chlorhexidine dan povidone iodine memiliki efektifitas mereduksi
jumlah bakteri sesaat setelah pemakaian, namun chlorhexidine memiliki
keunggulan karena mereduksi lebih banyak bakteri dan bertahan lebih lama dalam
menghambat pembentukan koloni bakteri. Sehingga chlorhexidine lebih efektif
dibandingkan dengan povidone iodine sebagai antiseptik dalam mencegah infeksi
pada tindakan sebelum operasi dan katerisasi.
B. Saran
27
BAB IX
CONCLUSION AND SUGGESTION
A. Conclusion
Both chlorhexidine and povidone-iodine have effectiveness to reduce the
number of bacteria immediately, but chlorhexidine has an advantage because it
reduces more bacteria and last longer in preventing the formation of bacterial
colonies. So that chlorhexidine is more effective than povidone iodine as an anti
septict of prevent infection in action before surgery and catheterization.
B. Suggestion
28
BAB X
DAFTAR PUSTAKA
Beji S et al; Presse Med. 35 (1 Pt 1): 61-3 (2006)
Geo F Brooks, Janet S Butel, Stephen A Morse. Jawetz, Melnick, & Adelberg
Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta: EGC; 2004
Hirsch, T., Seipp, H.M., Jacosen, F., Goertz, O., Steinau H. U., dan Steinstraesse
L. (2010). Antiseptics in surgery. Eplasty.
Lowe DO et al; Pharmacotherapy. 26 (11): 1641-5 (2006)
Matius Tira. 2002. Perbandingan efektivitas klinik antara povidon iodin 1%
dengan chloramphenicol 3% tetes telinga pada otitis eksterna kronis. Bagian
29
(online)
diakses
11
Maret
2015
http://eprints.undip.ac.id/14534/1/2002FK519.pdf
O'Neil, M.J. (ed.). The Merck Index - An Encyclopedia of Chemicals, Drugs, and
Biologicals. Cambridge, UK: Royal Society of Chemistry, 2013., p.
1425
Rabih O. Darouiche, Matthew J. Wall, Jr, Kamal M.F. Itani,Mary F. Otterson,
Alexandra L. Webb, Matthew M. Carrick,Harold J. Miller, Samir S.
Awad, Cynthia T. Crosby,Michael C. Mosier, Atef AlSharif, and
David H. Berger.(2010). ChlorhexidineAlcohol versus Povidone
Iodine for Surgical-Site Antisepsis. The New England Journal Of
Medicine 362:18-26.
Rabih, O.; Darouiche, M. D.; et al. (2010). "Chlorhexidine-Alcohol versus
Povidone-Iodine for Surgical-Site Antisepsis". New England Journal of
Medicine362 (1): 1826)
Rasidy, Gladys. (2006). Manfaat Penggunaan Antiseptik Alcohol-Chlorhexidine
gluconat-Emolien Dibandingkan Dengan Chlorhexidine gluconat Terhadap
Jumlah Bakteri Terhadap Tangan Perawat Di Perinatologi, ICU Dan NICU
RSCM. Tesis Universitas Indonesia. Jakarta.
Reimer K, Schreier H, Erdos G, Konig B, Fleischer W. Molecular effects of a
microbicidal substance on relevant microorganisms:electron microscopic
and biochemical studies on povidone iodine. Zentralbl Hyg Umweltmed
(Serial on Internet) 1998(cited 2010 Dec 10); 200 (5-6): 423-34.
Reyazulla MA et al; Eur Ann Allergy ClinImmunol. 46 (4): 157-9 (2014)
30
Tan
Hoan.2007.Obat-Obat
PentingKhasiat,
PenggunaandanEfek-