Disusun Oleh :
JAKARTA
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur Kami panjatkan atas kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat
dan hidayat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan lancar. Dukungan
dari berbagai pihak yang telah memberikan kami dorongan serta pengetahuan yang sangat
berguna bagi kami.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini.
Penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca yang bersifat membangun agar
bisa lebih baik lagi di masa mendatang, semoga makalah ini bermanfaat unuk para pembaca.
Penulis
I
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
Digoxin adalah obat yang digunakan untuk mengatasi beberapa jenis aritmia, salah
satunya atrial fibrasi (AF) dan gagal jantung. Obat ini tidak boleh digunakan sembarangan dan
hanya boleh digunakan sesuai dengan resep dokter.
Digoxin merupakan obat glikosida jantung yang bekerja dengan cara memengaruhi
beberapa jenis mineral yang penting dalam kerja jantung, yaitu natrium dan kalium. Cara kerja
ini akan membantu mengembalikan irama jantung yang tidak normal dan memperkuat detak
jantung. Gagal jantung merupakan komplikasi yang paling sering dijumpai dari segala jenis
penyakit jantung congenital (bawaan) maupun didapat. Mekanisme fisiologis yang
menyebabkan gagal jantung mencakup keadaan-keadaan yang meningkatkan beban awal,
beban akhir, atau menurunkan kontraktilitas miokardium. Keadaan-keadaan yang meningkatkan
beban awal meliputi regurgitasi aorta dan cacat septum ventrikel; dan beban akhir meningkat
pada keadaan dimana terjadi stenosis aorta dan hipertensi sistemik. Kontraktilitas miokardium
dapat menurun pada infark miokardium dam kardiomiopati.
Lebih dari 200 tahun, digoksin telah digunakan secara luas sebagai salah satu obat
utama kardiovaskular.Digoksin yang berasal dari tumbuhan Digitalis Lanata, digunakan pada
gagal jantung kongestif dan untuk rate control pada fibrilasi atrium.Berdasarkan studi dari
Digoxin Investigator Group (DIG), digoxin memang dapat menurunkan angka hospitalisasi,
tetapi tidak menurunkan angka mortalitas.Hal yang berbeda pada panduan dan bukti terbaru,
digoksin tidak direkomendasikan sebagai lini pertama terapi untuk pasien dengan gagal jantung
sistolik. Salah satu faktor yang mendasari dikarenakan dosis terapeutik yang sempit dan
interaksinya dengan berbagai obat membuat digoksin dengan mudah mencapai level toksik
dalam darah. Meskipun begitu, digoksin masih menjadi salah satu obat yang paling banyak
diresepkan dan menjadi pilihan utama terapi karena harganya murah dan dapat ditoleransi
dengan baik.
1
melalui istirahat/pembatasan aktivitas.
1. Glikosida jantung
Glkosida jantung adalah alkaloid yang berasal dari tanaman Digitalis purpurea yang
kemudian diketahui berisi digoksin dan digitoksin. Keduanya bekerja sebagai inotropik positif
pada gagal jantung.
2. Penghambat fosfodiesterase
Dari latar belakang yang telah diketahui, maka dapat diambil rumusan permasalahan sebagai
berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan Digoksin ?
2. Bagaimana tanda dan gejala toksisitas digoxin ?
3. Apa saja indikasi Digoksin ?
4. Bagaimana mekanisme kerja obat Digoksin?
5. Apa efek samping pemberian Digoksin?
6. Bagaimana interaksi Digoksin dengan makanan?
7. Bagaimana toksisitas Digoksin?
PEMBAHASAN
Diagnosis
Gambaran klasik dari toksisitas digoksin adalah mual, muntah, sakit perut, sakit
kepala, pusing, kebingungan, delirium, gangguan penglihatan (penglihatan kabur
atau kuning ). Hal ini juga terkait dengan gangguan jantung termasuk detak
jantung tidak teratur , takikardia ventrikel , fibrilasi ventrikel , blok sinoatrial
dan blok AV
Jantung merupakan organ vital pada manusia. Jantung adalah satu otot tunggal yang
terdiri dari lapisan endothelium. Jantung terletak di dalam rongga torakik, di balik tulang dada.
Struktur jantung berbelok ke bawah dan sedikit ke arah kiri. Massanya kurang lebih 300 gram,
besarnya sebesar kepalan tangan.
Jantung hampir sepenuhnya diselubungi oleh paru-paru, namun tertutup oleh selaput ganda
yang bernama perikardium, yang tertempel pada diafragma. Lapisan pertama menempel sangat
erat kepada jantung, sedangkan lapisan luarnya lebih longgar dan berair, untuk menghindari
gesekan antar organ dalam tubuh yang terjadi karena gerakan memompa konstan jantung.
Jantung dijaga di tempatnya oleh pembuluh-pembuluh darah Dua yang meliputi daerah
jantung yang merata/datar, seperti di dasar dan di samping. garis pembelah (terbentuk dari otot)
pada lapisan luar jantung menunjukkan di mana dinding pemisah di antara serambi dan bilik
jantung.
Digoksin merupakan glikosida jantung yang berasal dari digitalis lanata yang memiliki
efek inotropik positif (meningkatkan kekuatan kontraksi otot jantung). Selain itu, digoksin
juga mempunyai efek tak langsung terhadap aktivitas syaraf otonom dan sensitivitas jantung
terhadap neurotransmiter.
Deskripsi
Struktur Kimia
Digoksin memiliki rumus molekul C41H64O14 dengan bobot molekul 780,938 g/mol.
Rumus struktur digoksin adalah sebagai berikut:
Sinonim :
Digoxinum; Digoxosidum.
Sifat Fisikokimia :
Digoksin merupakan kristal putih tidak berbau. Obat ini praktis tidak larut dalam air
dan dalam eter, sedikit larut dalam alkohol dan dalam kloroform dan sangat larut
dalam piridin.
Keterangan :
Digoksin adalah salah satu glikosida jantung (digitalis), suatu kelompok senyawa
yang mempunyai efek khusus pada miokardium. Digoksin diekstraksi dari daun
Digitalis lanata.
Golongan/Kelas Terapi
Nama Dagang
- Fargoxin
- Lanoxin
Indikasi
Cara Pemberian
Jika terapi oral kurang efektif atau karena diperlukannya efek terapi yang cepat, maka
digoksin dapat diberikan melalui injeksi IV. Namun terapi oral harus segera
menggantikan injeksi IV bila telah memungkinkan. Untuk injeksi IV, digoksin harus
dilarutkan terlebih dahulu setidaknya 5 menit atau dilarutkan dengan 4 kali lipat atau
lebih besar dari volume dengan menggunakan air untuk injeksi, dekstrosa 5%, atau
NaCl 0,9% dengan lama pemberian sekurang-kurangnya 5 menit. Penyuntikan digoksin
dengan volume pengenceran kurang dari 4 kali volume awal dapat menyebabkan
presipitasi digoksin. Pelarutan digoksin harus dilakukan secara perlahan. Infus
intravena lambat lebih direkomendasikan daripada pemberian secara cepat. Infus IV
cepat digoksin dapat menyebabkan penyempitan arteriolar sistemik dan koroner, yang
dapat berakibat fatal, pemberian digoksin ini harus dilakukan oleh tenaga kesehatan
yang sudah terlatih. Jika pengukuran dosis digoksin yang sangat kecil dengan
menggunakan jarum suntik tuberkulin, maka ini akan berpotensi overdosis.
Pencampuran digoksin dengan obat lain dalam satu jarum suntik, atau dengan
pemberian simultan sangat tidak direkomendasikan.
namun cara pemberian ini kurang direkomendasikan karena sering menyebabkan iritasi
lokal yang parah disamping timbulnya rasa nyeri, disamping itu pemberian secara IV
dapat menghasilkan efek yang lebih cepat dan dapat diprediksi. Pemberian injeksi IM
tidak memberikan keuntungan dibanding injeksi IV, kecuali jika injeksi IV
dikontraindikasikan. Jika terpaksa obat harus diberikan melalui injeksi IM, maka obat
harus diberikan jauh ke dalam otot dengan disertai pijatan dari tempat suntikan, dengan
volume penyuntikan tidak boleh lebih dari 2 mL pada satu sisi tempat penyuntikan.
Terapi digoksin oral seyogyanya segera menggantikan terapi injeksi tersebut.
Dosis
a. Pertimbangan Umum
Pedoman dosis yang diberikan didasarkan pada respon rata-rata pasien dan
berbagai variabel substansial yang dapat diamati pada pasien. Penentuan dosis
harus didasarkan pada kondisi klinis masing-masing pasien. Dokter umumnya
mendasarkan pemilihan dosis berdasarkan konsentrasi serum digoksin.
Radioimmunoassay dapat digunakan untuk memantau efek khasiat dan toksisitas
dari digoksin.
Digoksin memiliki indeks terapi sempit, sehingga penentuan dosis harus sangat
berhati-hati. Dosis biasa adalah dosis rata-rata yang pada beberapa pasien
memerlukan modifikasi dengan memperhatikan kebutuhan dan respon tiap individu,
kondisi umum, status kardiovaskular, fungsi ginjal, berat badan dan usia pasien,
kondisi penyakit penyerta, obat-obatan lain, dan faktor-faktor lain yang mungkin
mengubah farmakodinamika dan farmakokinetika digoksin, dan konsentrasi plasma
digoksin. Perbedaan ketersediaan hayati digoksin pada pemberian oral, IV atau IM
harus diperhatikan saat pasien beralih dari satu rute pemberian ke rute pemberian
lainnya. Tidak ada perbedaan yang berarti pada ketersediaan hayati sediaan oral
digoksin baik yang berbentuk tablet maupun eliksir, kedua bentuk sediaan tersebut
dapat digunakan secara bergantian. Namun saat rute pemberian digoksin diubah dari
oral atau IM ke IV, maka dosis digoksin harus dikurangi sekitar 20-25%.
3. Bila terapi digoksin diberikan pada pasien dengan resiko reaksi negatif
terhadap digoksin seperti pada pasien dengan penyakit jantung atau
ginjal yang berat.
Pada kondisi ini digoksin dapat diberikan baik secara digitalisasi cepat
ataupun digitalisasi lambat yang berfrekuensi pada dosis maupun frekuensi
pemberiannya.
1. Digitalisasi cepat (hanya jika diperlukan secara medis), loading dose digoksin
harus diberikan dengan memperhatikan proyeksi penyimpanan digoksin dalam
tubuh. Dosis pemeliharaan harian harus mengikuti loading dose, dan dihitung
sebagai prosentase dari loading dose. Puncak penyimpanan digoksin dalam
tubuh umumnya sebesar 8-12 mcg/Kg BB yang akan memberikan efek terapi
dengan resiko toksisitas mimimum pada pasien dengan gagal jantung
kongestif, irama sinus normal, dan fungsi ginjal yang normal.
2. Digitalisasi lambat, terapi ini harus dimulai dengan dosis pemeliharaan harian
yang tepat yang memungkinkan penyimpanan digoksin dalam tubuh secara
perlahan. Konsentrasi steady-state umumnya akan dicapai dalam waktu 5 kali
waktu paruh obat pada setiap pasien tergantung pada kondisi ginjal pasien.
Umumnya memerlukan waktu 1-3 minggu.
Loading dose adalah pemberian obat dalam dosis terbagi dengan pemberian
awal sekitar 50% dari total dosis, dan diikuti dengan fase pemberian berikutnya
sebesar 25% pada interval 6-8 jam setelah pemberian pertama baik pada pemberian
secara oral, IM maupun IV. Loading dose ini harus disertai dengan pemantauan
klinis pasien terlebih bila dilakukan penambahan dosis. Jika berdasarkan respon
klinisnya pasien memerlukan perubahan dosis, maka dosis pemeliharaannya
dihitung berdasarkan jumlah loading dose yang sebenarnya, yaitu dosis totalnya.
Biasanya dosis inisiasi oral sebesar 500-750 mcg (0,5-0,75 mg) digoksin
tablet, atau 400-600 mcg (0,4-0,6 mg) digoksin kapsul cair menghasilkan efek
terdeteksi setelah 0,5-2 jam dan terjadi efek maksimal pada waktu 2-6 jam. Dosis
tambahan sekitar 125-375 mcg tablet digoksin atau 100-300 mcg digoksin kapsul
cair bila perlu dapat diberikan secara hati-hati pada 6-8 jam setelah pemberian dosis
inisiasi hingga diperoleh respon klinis yang memadai. Pasien dengan berat badan 70
Kg umumnya mendapatkan respon klinis yang memadai pada dosis 750-1250 mcg
digoksin tablet atau setara dengan 600-1000 mcg digoksin kapsul cair.
e. Dosis Pemeliharaan
g. Dosis Pediatrik
Dosis pada neonatus terutama bayi prematur harus dititrasi secara sangat berhati-hati
karena kemungkinan klirensnya menurun. Bayi dan anak umur dibawah 10 tahun
umumnya secara proporsional memerlukan dosis yang lebih besar dari anak umur
lebih dari 10 tahun dan orang dewasa yang dihitung berdasarkan berat badan atau luas
permukaan tubuh. Anak usia lebih dari 10 tahun memerlukan dosis dewasa dengan
perhitungan berat badan anak-anak. Kapsul cair tidak direkomendasikan
penggunaannya pada neonatus dan anak-anak.
Dosis pemeliharaan pada anak usia 2-5 tahun dengan fungsi ginjal normal
adalah 10-15 mcg/Kg BB, anak usia 5-10 tahun dengan fungsi ginjal normal adalah
7-10 mcg/Kg BB, sedangkan anak usia lebih dari 10 tahun dengan fungsi ginjal
normal adalah 3-5 mcg/Kg BB. Dosis digitalisasi IV umumnya adalah 80% dari
dosis tablet atau eliksir.
h. Dosis Geriatrik
Pada pasien geriatrik dosis harus dikurangi terlebih bila pasien menderita
penyakit jantung koroner. Usia lanjut dapat menjadi indikator adanya penurunan
fungsi ginjal. Dosis pemeliharaan pada pasien dengan usia lebih dari 70 tahun
umumnya dimulai dengan dosis 125 mcg sekali sehari peroral (daam bnetuk tablet).
Tak ada penyesuaian dosis untuk pasien dengan penurunan fungsi hati
Ion Na+ dan Ca2+ memasuki sel otot jantung selama/setiap kali depolarisasi. Ca2+
yang memasuki sel melalui kanal Ca2+ jenis L selama depolarisasi memicu pelepasan
Ca2+ intraseluler ke dalam sitosol dari retikulum sarkoplasma melalui reseptor
ryanodine (RyR). Ion ini menginduksi pelepasan Ca2+ sehingga meningkatkan kadar
Ca2+ sitosol yang tersedia untuk berinteraksi dengan protein kontraktil, sehingga
kekuatan kontraksi dapat ditingkatkan. Selama repolarisasi myocyte dan relaksasi, Ca2+
dalam selular kembali terpisahkan oleh Ca2+ sarkoplasma retikuler -ATPase
(SERCA2), dan juga akan dikeluarkan dari sel oleh penukar Na +- Ca2+ (NCX) dan oleh
Ca2+ sarcolemmal -ATPase. Kapasitas dari penukar untuk mengeluarkan Ca 2+ dari sel
tergantung pada konsentrasi Na+ intrasel.
Selain itu, digoksin juga bekerja secara aksi langsung pada otot lunak vascular
dan efek tidak langsung yang umumnya dimediasi oleh system saraf otonom dan
peningkatan aktivitas vagal (refleks dari system saraf otonom yang menyebabkan
penurunan kerja jantung).
Secara normal :
1. Ionotropik positif (meningkatkan kontraktilitas jantung).
2. Kronotropik negatif (mengurangi frekuensi denyut ventrikel pada takikardi atau fibrilasi
atrium).
3. Mengurangi aktivasi saraf simpatis.
Farmakodinamik/Farmakokinetik :
Peak effect (waktu efek puncak) : oral : 2-8 jam; IV : 1-4 jam
Absorpsi : melalui difusi pasif pada usus halus bagian atas, makanan dapat
menyebabkan absorpsi mengalami penundaan (delay), tetapi tidak mempengaruhi
jumlah yang diabsorpsi.
Distribusi :
Anak-anak : 16 L/kg
Farmakodinamik
Digoxin adalah glikosida jantung yang digunakan untuk tata laksana gagal
jantung, aritmia supraventrikuler dan mengontrol laju ventrikel pada fibrilasi atrial
kronis
Absorbsi
Onset awal digoxin dicapai dalam 0,5-2 jam untuk sediaan oral dan 5-30 menit untuk
sediaan intravena. Efek maksimal tercapai dalam 2-6 jam untuk sediaan oral dan 1,5-4
jam untuk sediaan intravena.
Distribusi
Bioavailabilitas digoxin tablet sebesar 60-80%. 20-25% digoxin akan terikat oleh
protein. Waktu paruh digoxin selama 3,5-5 hari.
Metabolisme
Metabolisme digoxin terjadi di hepar yang menghasilkan metabolit akhir 3 b-
digoxigenin dan 3-keto-digoxigenin
Kontraindikasi
Efek Samping
Efek proaritmik, yakni : penurunan potensial istirahat, menyebabkan after potential
melampaui AUC serta peningkatan automatisitas.
Efek samping gastrointestinal: anoreksia, mual, mintah, nyeri lambung.
Efek samping visual: penglihatan berwarna kuning.
Lain-lain : delirium,rasa lelah, malaise, bingung, mimpi buruk.
Biasanya berhubungan dengan dosis yang berlebih, termasuk : anoreksia, mual , muntah, diare,
nyeri abdomen, gangguan penglihatan, sakit kepala, rasa capek, mengantuk , bingung,
delirium, halusinasi, depresi ; aritmia, heart block ; jarang terjadi rash, isckemia intestinal ;
gynecomastia pada penggunaan jangka panjang , trombositopenia.
Interaksi
Dengan Makanan :
Kadar serum puncak digoksin dapt diturunkan jika digunakan bersama dengan
makanan. Makanan yang mengandung serat (fiber) atau makanan yang kaya akan
pektin menurunkan absorpsi oral digoksin.
Hindari ephedra (risiko stimulasi kardiak)
Hindari natural licorice (menyebabkan retensi air dan natrium dan meningkatkan
hilangnya kalium dalam tubuh)
Interaksi Digoksin dengan suplemen Magnesium (Mg)
Peringatan
Infark jantung baru ; sick sinus syndrome; penyakit tiroid ; dosis dikurangi pada
penderita lanjut usia ; hindari hipokalemia ; hindari pemberian intravena secara cepat
(mual dan risiko arimia); kerusakan ginjal ; kehamilan
Toksisitas Digoksin
Kekurangan digoksin
Peran yang tepat dari digoksin dalam terapi masih kontroversial terutama
karena perbedaan pendapat pada risiko versus keuntungan dari penggunaan obat ini
secara rutin pada pasien dengan gagal jantung sistolik. Digoksin terbukti menurunkan
jumlah pasien gagal jantung yang dirawat inap tetapi tidak menunjukkan kemajuan
atau peningkatan kelangsungan hidup bagi penderita gagal jantung. Selain itu,
digoksin dikaitkan dengan peningkatan risiko untuk konsentrasi terkait toksisitas dan
efek samping yang banyak. Studi analisis Post-hoc menunjukkan hubungan yang jelas
antara konsentrasi plasma digoksin dengan hasil yang diperoleh. Konsentrasi di
bawah 1,2 mg / dL (1,5 nmol / L) dikaitkan dengan tidak jelasnya efek yang
merugikan terhadap kelangsungan hidup, sedangkan konsentrasi yang lebih tinggi
relatif meningkatkan risiko kematian.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
dibagi menjadi toksisitas akut atau kronis. Dalam kedua toksisitas ini, efek jantung
menjadi perhatian terbesar. Dengan konsumsi akut, gejala seperti mual, vertigo , dan
muntah menonjol.
Penulis banyak berharap para pembaca yang baik hati dapat memberikan kritik dan
saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan penulisan makalah
di kesempatan–kesempatan berikutnya.
LATAR BELAKANG
Pearce, Evelyn C.. (2012). Anatomy and Physiology for Nurses. Jakarta : Gramedia.
Laurence L.B., John S.L., Keith L.P. (2006). Goodman Gilman's The Pharmacological
Marie, A.C. et al. (2008). Pharmacotherapy Principles & Practice. New York.
McGraw-Hill Companies.
Gan, Sulistia. 1987. Farmakologi Dan Terapi Edisi Iii . Jakarta: FKUI.
Katzung, Bertram G. 1998. Farmakologi Dasar Dan Klinik Edisi Vi-Book I.. Jakarta:
Mycek, Mary J. dkk. 2001. Farmakologi Ulasan Bergambar Edisi 11. Jakarta: Widya
Medika..
Syamsuir. 1994. Catatan Kuliah Farmakologi Bagian 11. Jakarta: FKU Sriwijaya.