Anda di halaman 1dari 13

Farmaka

Suplemen Volume 16 Nomor 1


2
ISOLASI, KARAKTERISASI SIFAT FISIKOKIMIA, DAN APLIKASI PATI
JAGUNG DALAM BIDANG FARMASETIK
Anniesah Rahayu Sakinah; Insan Sunan
Kurniawansyah Fakultas Farmasi Universitas
Padjadjaran
Jl. Raya Bandung Sumedang KM. 21 Jatinangor 45363
anniesah66@gmail.com

ABSTRAK
Pati merupakan salah satu eksipien yang paling banyak digunakan dalam pembuatan sediaan
padat di bidang farmasi. Pati yang umumnya digunakan adalah pati jagung. Pati jagung
diisolasi dari biji jagung yang dihaluskan dan diendapkan untuk mendapatkan endapan pati.
Karakterisasi sifat fisikokimia pati jagung dilakukan melalui pengujian warna, uji kelarutan,
Water absorption capacity (WAC) dan oil absorption capacity (OAC), Komposisi Kimia,
Kandungan Amilosa, Indeks Mengembang dan Kelarutan, Kerapatan Mampat, dan
menggunakan instrument Scanning Electron Microscopy (SEM). Aplikasi pati jagung dalam
bidang Farmasetik dapat digunakan sebagai pengikat-desintegran tablet, pengikat, dan pengisi
sediaan tablet.
Kata kunci: Pati Jagung; Isolasi; Sifat Fisikokimia; Aplikasi.

ABSTRACT
Starch is one of the most widely used excipients in manufacture of solid dosage in
pharmaceutical field. Generally, the most widely used in pharmaceutical aspect is corn
starch. Corn starch isolated from maize seeds that were grinded and precipitated to obtain
the starch deposition. Characterization of physicochemical properties of corn starch can be
done through color testing, solubility test, water absorption capacity (WAC) and oil
absorption capacity (OAC), chemical composition, amylose content, swelling and solubility
index, bulk density, and using scanning electron microscopy (SEM) instrument. Applications
of corn starch in the pharmaceutical field can be used as binder-desintegrant tablet, binder,
and tablet filler.
Keyword: Corn Starch; Isolation; Physicochemical Properties; Application.
Diserahkan: 4 Juli 2018, Diterima 4 Agustus 2018

PENDAHULUAN tersendiri ataupun dikombinasikan dengan


zat aktif, dan relatif murah. Eksipien
Eksipien merupakan bahan selain
meliputi bahan pengisi, pengikat,
zat aktif yang ditambahkan ke dalam
disintegran, dan lubrikan. Salah satu
formulasi suatu sediaan farmasi. Eksipien
eksipien yang digunakan dalam pembuatan
yang digunakan harus memiliki sifat yang
sediaan farmasi adalah pati (Priyanta, et al.,
tidak toksik, inert secara farmakologis,
2012).
stabil secara fisika dan kimia baik secara

Pati merupakan salah satu polimer alami yang tersusun dari struktur bercabang
Farmaka
Suplemen Volume 16 Nomor 2
2
yang disebut amilopektin dan struktur lurus dan berguna dalam produksi tablet karena
yang disebut amilosa. Pati diperoleh sifatnya yang inert, murah dan
dengan cara mengekstraksi tanaman yang penggunaannya sebagai pengisi, pengikat,
kaya akan karbohidrat seperti sagu, desintegran dan glidan (Adetunji, et al.,
singkong, jagung, gandum, dan ubi jalar. 2006). Pati memiliki kelebihan sebagai
Pati juga dapat diperoleh dari hasil eksipien yaitu dapat tercampurkan dan
ekstraksi biji buah-buahan seperti pada biji memiliki sifat inert dengan sebagian besar
nangka, biji alpukat, dan biji durian bahan obat (Priyanta, et al., 2012).
(Cornelia, et al., 2013). Ekstraksi pati
merupakan proses untuk mendapatkan pati Pati dari berbagai sumber telah

dari suatu tanaman dengan cara dievaluasi dan digunakan sebagai binder

memisahkan pati dari komponen lainnya atau pengikat yang sangat baik dalam

yang terdapat pada tanaman tersebut bentuk musilago atau serbuk kering.

(Cave, et al., 2013). Meskipun pati jagung adalah eksipien yang


paling sering digunakan dalam pembuatan
Pati merupakan karbohidrat sediaan tablet, para peneliti telah mencoba
cadangan yang terdapat dalam batang dan mengembangkan pati dari tanaman untuk
biji suatu tanaman (Otman, et al., 2011). penggunaan eksipien sediaan tablet
dan membentuk butiran dalam sel di (Adebayo & Itiola., 2011).
plastid, terpisah dari sitoplasma. Sumber
pati terbesar adalah berasal dari jagung Pati atau amilum yang umum

dan beras. Pati merupakan serbuk amorf digunakan dalam industri farmasi terbagi

lunak berwarna putih dan tanpa rasa manis. menjadi 2, yaitu amilum alami dan amilum

Tidak larut dalam air, alkohol dan eter yang dimodifikasi. Amilum alami (native

(Jain, et al., 2014). Pati alami akan starch) merupakan amilum yang dihasilkan

mengalami berbagai perubahan fisikokima dari umbi – umbian dan belum mengalami

selama proses termal. Khususnya, ketika perubahan sifat fisika dan kimia atau diolah

dipanaskan dalam air, butiran pati akan secara fisika-kimia. Kekurangan dari

membengkak, diikuti dengan perubahan amilum alami yang digunakan sebagai

struktur kristal pati tersebut (Zhu, et al., eksipien dalam tabet memiliki yang dapat

2009). mempengaruhi sifat fisik granul, yaitu


mempunyai daya alir dan kompaktibilitas
Kegunaan pati dari berbagai yang kurang baik (Soebagio, et al., 2009).
tanaman berfungsi sebagai eksipien Hal ini disebabkan amilum alami
farmasi (Hu, et al., 2015). Pati tersedia mengandung banyak amilosa sehingga
secara luas

bersifat kering, kurang lekat dan cenderung menyerap banyak air (Hasibuan, 2009).
Farmaka
Suplemen Volume 16 Nomor 3
2
Salah satu sumber tanaman Biji jagung dikeringkan agar mencapai
penghasil pati adalah jagung. Jagung tingkat kelembaban yang aman serta untuk
mempunyai beragam jenis amilum, mulai mencegah pertumbuhan mikroorganisme.
dari amilosa dan amilopektin rendah Biji jagung disimpan dalam kantung
sampai tinggi. Pati merupakan komponen polietilen yaitu plastik dengan tebal 0,2
utama dalam biji jagung, sekitar 72-73% mm dengan kapasitas 0,9 kg pada suhu 5,
dari total berat (Wani, et al., 2010). Setelah 15, 25, dan 35oC selama 12 bulan, dalam
dipanen, biji jagung kemudian melewati rangkap tiga. Biji – biji tersebut dibiarkan
proses pasca panen seperti pembersihan, tertutup terhindar dari cahaya
pengeringan, dan penyimpanan (Sandhu & menggunakan aluminium foil (Malumba,
Singh, 2007). et al., 2009).

Tujuan dari penulisan artikel Isolasi Pati Jagung


review ini adalah mengumpulkan
pengetahuan mengenai pati jagung Satu kilogram biji jagung direndam

termasuk cara isolasi, karakterisasi sifat dalam 4 L air suling kemudian disimpan

fisikokimia dan aplikasinya dalam bidang pada temperature 4oC selama 12 jam. Kulit

farmasetik. dari biji kemudian dihilangkan dengan


abrasi manual. Kotiledon dari biji tersebut
METODE dihancurkan bersama dengan air selama 5

Metode yang digunakan meliputi menit menggunakan blender mixer. Bubur

Isolasi pati jagung dan karakterisasi sifat yang diperoleh kemudian diencerkan

fisikokimia pati jagung. hingga sepuluh kali (v/v) dengan air suling
dan pH diatur sampai 10 dengan
Penyimpanan Biji Jagung menambahkan 0,5 M NaOH. Bubur terus

Jagung dipanen, kemudian setelah dicampur menggunakan magnetic stirrer

melalui tahap pemanenan, biji jagung selama satu jam, kemudian disaring

dimasukkan ke dalam tas raffia. Biji – biji menggunakan saringan mesh 75 untuk

tersebut dipanen secara mekanis, memisahkan serat. Bubur yang telah

mengalami pengeringan buatan dengan disaring disentrifugasi pada 3000g selama

suhu 35oC hingga kelembaban udara 30 menit pada suhu 10oC. fase air yang

sebesar 14% tercapai, kemudian diperoleh dikumpulkan untuk tahap

dibersihkan menggunakan aluminium pemulihan protein, sementara endapan

fosfida untuk mencegah gangguan yang diperoleh dikikis bagian

serangga. permukaannya dan bagian putih terbawah


dicuci tiga kali menggunakan air suling
dan dibiarkan pada
Farmaka
Suplemen Volume 16 Nomor 4
2
suhu dingin (4oC). Endapan yang diperoleh dan kemudian dicampurkan selama 2 menit
merupakan pati. Pati kemudian mengunakan vortex mixer dan diamkan
o
dikeringkan pada suhu 40 C menggunakan selama 30 menit pada suhu 25oC dan
oven (Paraginsi, et al., 2014). supernatannya dibuang. Kenaikan berat

Karakterisasi Sifat Fisikokimia Pati dihitung sebagai kapasitas penyerapan

Jagung air/minyak (Sofi, et al., 2013). Kapasitas

Warna penyerapan air (WAC) menunjukkan


kemampuan suatu substansi untuk
Warna dari pati ditentukan menggunakan berikatan dengan air dalam kondisi
color flex spectrocolorimeter setelah keterbatasan air. Sementara kapasitas
distandarisasi menggunakan standar warna penyerapan minyak (OAC) merupakan
Hunter Lab dan Hunter ‘L’ (lightness), ‘a’ kemampuan pati kering dalam mengikat
(redness to greenness) dan ‘b’ (yellowness lemak secara fisik dengan daya tarik
to blueness) diukur (Sofi, et al., 2013)16. kapiler (Ali, et al., 2016).

Uji Kelarutan Komposisi Kimia

Uji kelarutan pati dilakukan pada suhu 20 Kandungan kelembaban (925.10), protein
o
hingga 35 C. sampel pati (0,5 g) (984.13), fat (920.85) dan abu (923.03)
dimasukkan ke dalam beaker, kemudian ditentukan berdasarkan prosedur metode
dibasahi dengan etanol, dan ditambahkan AOAC (1990). Pati dihitung dengan
dengan 40 ml air suling. Campuran diaduk perbedaan [1000 – (kelembaban + protein
pada temperature yang diinginkan selama + lemak + abu) g].
30 menit, kemudian disentrifugasi dan
disaring. Filtrat yang didapat kemudian Kandungan Amilosa

diuapkan hingga kering pada suhu 105oC Sampel (20 mg) ditimbang, kemudian
dan residu yang didapat ditimbang untuk ditambahkan dengan 10 ml KOH 0,5 M
menentukan jumlah yang terlarut dan campurkan hingga membentuk
(Zamostny, et al., 2012). suspensi. Dispersi sampel tersebut

Water Absorption Capacity (WAC) dan dipindahkan ke dalam labu volumetric 100

Oil Absorption Capacity (OAC) ml dan tambahkan dengan air suling


hingga volumenya mencapai 100 ml.
Pati jagung (2,5 gr berat kering) Aliquot larutan tersebut diambil sebanyak
dicampurkan dengan 20 ml air 10 ml kemudian dimasukkan ke dalam labu
suling/minyak dalam tabung sentrifugasi volumetric berukuran 50 ml.
Selanjutnyanditambahkan dengan 5 ml
HCl
Farmaka
Suplemen Volume 16 Nomor 5
2
0,1 M dan 0,5 ml reagen iodin. Volume Scanning Electron Microscopy (SEM)
larutan tersebut diencerkan hingga 50 ml
dan diamkan hingga 5 menit. Selanjutnya, Morfologi dari pati diuji menggunakan

absorbansi diukur pada Panjang gelombang scanning electron microscope (Shimadzu,

625 nm. Amilosa ditentukan dari kurva SSX-550). Sampel pati disuspensikan

standar menggunakan standar amilosa dan dalam aseton untuk mendapatkan suspensi

amilopektin (Williams, et al., 1970). 1% (w/v), dan sampel didiamkan dalam


ultrasound selama 15 menit. Sampel dalam
Indeks Mengembang dan Kelarutan jumlah kecil disebarkan diatas permukaan

Kemampuan mengembang dan melarut stub dan dikeringkan didalam oven pada

dari pati di uji menggunakan larutan dwb suhu 32oC selama 1 jam. Kemudian semua

2% (w/v) suspensi pati pada suhu 90oC sampel dilapisi dengan emas dan diperiksa

(Nwokocha, et al., 2009). tegangan percepatannya pada 15kV dan


perbesaran 1500x dan 3000x (Malumba, et
Kerapatan mampat al., 2009).

Tiga puluh gram (30 g) sampel serbuk HASIL


dituang dengan hati – hati melalui corong
kaca ke dalam tabung 100 ml. Volume Berdasarkan penelitian yang telah

yang ditempati oleh granul dibaca dan bulk dilakukan oleh Ali, et al (2016) diperoleh

density dihitung dalam gm/ml (Stanley- hasil sebagai berikut:

wood & Shubair, 1978). Tabung berisi


serbuk sampel diketuk sebanyak lima
puluh kali dari ketinggian 2 cm dan tapped
density dihitung dalam gm/ml (Oyi, et al.,
2009).

Parameter Varietas Jagung

PS-43 Jagung Shalimar

Kelembaban (%) 6.06 ± 0.29 8.45 ± 0.32

Protein (%) 0.40 ± 0.10 0.35 ± 0.05

Lemak (%) 0.67 ± 0.19 0.69 ± 0.15

Abu (%) 0.20 ± 0.01 0.38 ± 0.03


Parameter Varietas Jagung

PS-43 Jagung Shalimar

Amilosa (%) 7.52 ± 0.29 8.09 ± 0.07

Tabel 1. Perbandingan komposisi dua varietas jagung pada penelitian Ali, et al (2014).

Parameter Varietas Jagung

PS-43 Jagung Slaimar

Nilai warna

L 80.72 ± 0.05a 84.30 ± 0.25c

a 0.45 ± 0.01d -0.25 ± 0.01b

B 8.60 ± 0.10d 3.47 ± 0.18b

Indeks Mengembang (g/g) 8.50 ± 0.17a 8.33 ± 0.21a

Indeks Kelarutan (%) 8.00 ± 0.00d 6.00 ± 0.00c

Kapasitas menyerap air 1.10 ± 0.02bc 1.01 ± 0.01a


(g/g)

Kapasitas menyerap 0.80 ± 0.08a 0.85 ± 0.07a


minyak (g/g)

Kerapatan bulk (g/mL) 0.52 ± 0.00b 0.58 ± 0.01c

Tabel 2. Komponen Fisikokimia Pati jagung (Ali, et al., 2016)

Parameter Varietas Jagung

PS-43 Jagung Shalimar

Rata – rata Panjang granul 11.8 12.0


(µm)

Rentang Panjang (µm) 6.6-19.25 5.5-19.25


Parameter Varietas Jagung

PS-43 Jagung Shalimar

Rata – rata lebar granul 11.4 11.7


(µm)

Rentang lebar (µm) 6.05-18.15 6.05-16.5

Tabel 3. Parameter morfologi pati jagung (Ali, et al., 2016).

Gambar 1. Hasil Scanning electron micrograph (C) pati jagung PS-43 dan (D) Pati jagung
Shalimar (Ali, et al., 2016).

PEMBAHASAN Berdasarkan tetapan SNI 01-3727


Komposisi Kimia kadar abu pati jagung maksimal sebesar

Pati jagung memiliki kadar air 1.5%. Sementara kadar protein tepung

maksimal 10% sesuai dengan yang jagung hampir sama dengan tepung terigu

ditetapkan oleh SNI 01-3727. Kandungan berprotein rendah, berkisar 8 sampai 11%

kadar air yang berbeda dapat disebabkan (Aini, et al., 2016).

oleh metode dan lama waktu pengeringan Amilosa adalah polimer linier dari
yang berbeda. Suatu bahan pangan harus α-D glukosa yang dihubungkan dengan
memiliki kadar air yang rendah sehingga ikatan α-(1-4)-D-glukosa. Jika kadar
dapat disimpan dalam jangka waktu yang amilosa yang terkandung dalam pati
relatif lama. Agar dapat disimpan dalam semakin tinggi, maka produk yang dibuat
jangka waktu yang relatif lama, tepung akan memiliki tekstur yang semakin padat.
atau pati harus mengandung kadar air Hal ini disebabkan oleh semakin tinggi
dibawah 10% (Aini, et al., 2016). kadar amilosa, maka kapasitas penyerapan

air dan elastisitas semakin menurun (Baik, et al., 2003).


sehingga kekerasan semakin meningkat
Warna sering disebabkan oleh putusnya ikatan

Berdasrkan percobaan yang telah hidrogen di dalam butiran pati yang

dilakukan Ali, et al (2016). Nilai L, a, dan memungkinkan air masuk ke butiran untuk

b yang diukur untuk pati jagung varietas membuatnya membengkak saat dispersinya

Ps- 43 dan Jagung Shalimar sebesar dipanaskan. Ketika suhu meningkat

(84.30, - 0.25, 3.47), seperti yang viskositas dispersi juga meningkat sampai

ditunjukkan pada tabel 2. Nilai warna yang gel stabil terbentuk. Juga penting untuk

didapat menunjukkan bahwa pati jagung dicatat bahwa karena suhu dispersi

berwarna kekuningan. Perbedaan dengan meningkat pengadukan akan semakin

pati – pati lainnya disebabkan oleh meningkatkan viskositas dispersi. Gelling

perbedaan susunan genetik dari tiap pati. ditandai oleh viskositas tinggi dan

Adanya pigmen seperti karoten dan destabilisasi total struktur kristal dari

senyawa polifenol lainnya pada biji jagung butiran diikuti oleh retrogradasi yang

juga sangat berpengaruh terhadap kualitas terjadi pada pendinginan gel.

dari pati itu sendiri. Water Absorption Capacity (WAC) dan

Uji Kelarutan Oil Absorption Capacity (OAC)

Biasanya pati alami tidak larut Kapasitas penyerapan air

dalam air dingin dan kebanyakan pelarut merupakan kemampuan suatu zat untuk

organik termasuk aseton, alkohol, dan eter. mengasosiasikan dengan air di bawah

Namun akan menjadi larut dalam air ketika kondisi air yang terbatas. Protein memiliki

dispersi dipanaskan hingga suhu kritis sifat fungsional salah satunya penyerapan

tertentu yang disebut suhu gelatinisasi. dan pengikatan air. Kapasitas penyerapan

Gelatinisasi adalah sifat pokok pati yang air menentukan jumlah air yang tersedia

ditandai dengan perubahan dalam sifat untuk proses gelatinisasi pati selama

fisik dan kimia. Proses gelatinisasi ditandai pemanasan. Jika jumlah air kurang maka

oleh pembengkakan yang sangat besar, pembentukan gel tidak akan mencapai

peningkatan viskositas, tembus cahaya, kondisi optimum. Kapasitas penyerapan air

kelarutan, dan kehilangan birefringence (WAC) dari jagung PS-43 dan jagung

(Shimelis, et al., 2006). Perubahan ini Shalimar adalah 1,10 dan 1,01 g/g (Tabel
2). Nilai yang sama dari kapasitas
penyerapan air untuk kultivar jagung telah
dilaporkan dalam studi sebelumnya (Wani,
et al., 2010; Singh, et al., 2009). Perbedaan
dalam WAC

pati dari berbagai jenis berkaitan dengan variasi dalam struktur granul pati tersebut.
Keterlibatan gugus hidroksil untuk 0.35% sampai 0.52%, dan kandungan
membentuk ikatan hidrogen dan kovalen lemak dari 0.25% sampai 0.67%.
antara rantai pati dapat menurunkan WAC Kandungan kelembaban dari pati ini
(Hoover & Sosulski, et al., 1986). berada dalam kisaran yang umumnya
Hubungan longgar molekul amilosa dan diterima untuk produk kering untuk
amilopektin dalam granul pati asli telah mendapatkan waktu simpan yang
diamati bertanggung jawab untuk tingginya diinginkan. Terdapat perbedaan antara
WBC (Soni, et al., 1987). OAC adalah kandungan kelembaban pati dan protein
kemampuan pati kering untuk mengikat pada dua varietas jagung tersebut. Hal ini
lemak secara fisik dengan daya tarik dikarenakan terdapat perbedaan susunan
kapiler. Kapasitas penyerapan minyak genetik pada kedua varietas jagung.
dipengaruhi oleh kadar protein dan lemak.
Semakin besar kadar lemak atau protein Swelling Power atau Kemampuan

maka semakin besar kapasitas penyerapan Mengembang

minyak (Aini, et al., 2016). Hal tersebut Kadar lemak dan pati yang
berhubungan dengan mekanisme kapasitas terkandung dalam pati jagung dapat
penyerapan minyak yang disebabkan oleh mempengaruhi swelling power. Kadar pati
pemerangkapan minyak secara fisik dengan yang cukup tinggi mengakibatkan swelling
gaya kapiler dan peran hidrofobisitas power pati jagung cukup rendah. Apabila
protein. Kapasitas penyerapan minyak juga kadar lemak dalam pati dikurangi, maka
dipengaruhi oleh struktur pati. Pati jagung pengembangan akan terjadi semakin cepat
yang mengembang akibat menyerap air (Sung & Stone, 2004).
selama perendaman dapat memudahkan
Daya serap air suatu pati dapat
penyerapan minyak karena pecahnya
mempengaruhi swelling power. Semakin
molekul kompleks menjadi lebih sederhana.
besar daya serap air maka akan
Komposisi kimia pati jagung menyebabkan swelling power meningkat

Komposisi kimia dari pati jagung (Jading, et al., 2011). Daya ikat amilosa

dengan dua varietas yang berbeda dan amilopektin dengan air dipengaruhi

ditunjukkan pada tabel 1. Rata – rata oleh berbagai faktor, yaitu perbandingan

kandungan kelembaban pati berkisar antara amilosa dan amilopektin, bobot molekul

6.06% sampai 10.62%, kadar protein dari amilosa dan amilopektin, distribusi bobot
molekul, derajat percabangan, dan panjang
dari cabang molekul amilopektin terluar
yang

dapat berperan dalam kumpulan ikatan (Yuan, et al., 2008).


Kerapatan Bulk kandungan amilosa dan amilopektin dan

Hasil dari kerapatan bulk dari pati strukturnya, yang pada gilirannya

jagung (PS-43 dan jagung Shalimar) memainkan peran penting dalam

ditunjukkan pada tabel 2. Kerapatan bulk pengendalian ukuran dan bentuk granul

yang didapat sebesar 0.52 g/mL dan 0.58 dari pati (Kaur, et al., 2007).

g/mL. Kerapatan dipengaruhi oleh ukuran Aplikasi Pati Jagung Di Bidang


partikel yang kecil, semakin kecil ukuran Farmasetik
partikel suatu serbuk akan semakin
meningkatkan kohesivitas serbuk tersebut. Pati jagung pragelatinisasi

Hal ini disebabkan oleh ukuran partikel umumnya digunakan sebagai pengikat-

yang homogen pada serbuk, sehingga disintegran pada formulasi tablet

partikel tidak saling mengisi di dalamnya. immediate release, tetapi juga digunakan

Nilai kompresibilitas yang buruk dalam formulasi tablet sustained release

berbanding lurus dengan laju alir. (Kaur, et al., 2007). Selain itu, berdasarkan
hasil penelitian yang telah dilakukan oleh
Scanning Electron Micrograph (SEM) Zamostny, et al, 2012 yang melakukan

Hasil scanning electron penelitian menggunakan pati jagung

micrograph dari pati jagung (PS-43 dan pregelatinisasi menyatakan bahwa

jagung Shalimar) disajikan pada Gambar 2. penggunaan pati jagung pregelatinisasi

Ukuran granul bervariasi dari kecil hingga dapat digunakan sebagai pengikat-

besar dan berbentuk oval hingga disintegran dalam formulasi obat dan

polihedral. Rata – rata Panjang granul, secara signifikasn dapat mengubah profil

rentang panjang, rata - rata lebar granul pelepasan zat aktif dari obat tersebut.

dan kisaran lebar PS-43 dan pati jagung Selain itu, penggunaan pati jagung yang

Shalimar adalah (11,8 dan 12,0 µm), (6,6– berbeda yang sesuai dengan persyaratan

19,25 dan 5,5–19,25 µm), Farmakope menunjukan perbedaan

(11,4 dan 11,7 µm) dan (6.05–18.15 dan substansial dalam efeknya pada disolusi

6.05–16.5 µm) masing-masing Variasi obat.

dalam morfologi granul pati mungkin Selain itu menurut penelitian Oyi,
disebabkan asal biologis dan fisiologi Allagh, dan Olayemi (2009). Pati jagung
tanaman dan biokimia amiloplas. Hal ini dapat digunakan sebagai binder dalam
mungkin juga disebabkan karena variasi pembuatan tablet klorokuin fosfat dengan
konsentrasi 2.5 – 7.5% (w/v). Namun,
kekerasan tablet dengan pengikat pati
jagung lebih rendah jika dibandingkan
dengan tablet dengan pengikat pati pati jagung alami. Eksipien ini
gandum. Selain itu, penggunaan pati menunjukkan pemulihan elastis terendah
jagung sebagai pengikat dalam formulasi pada kapasitas pengikatan tinggi
tablet menyebabkan waktu disintegrasi dibandingkan dengan pati lainnya, pati
tablet menjadi lebih lama namun tidak jagung membentuk filler-binder dengan a-
lebih dari 15 menit untuk tablet yang tidak laktosa monohidrat dengan kompaktibilitas
di coating. Hal tersebut disebabkan karena yang sangat baik. Keuntungan lebih lanjut
terjadi pengurangan ruang kapiler antar adalah sifatnya yang bifungsional sebagai
partikel yang menyebabkan pengurangan pengikat dan disintegran. Dengan
penetrasi air ke dalam tablet untuk demikian, hanya dari dua komponen (a-
menyebabkan pemisahan ikatan sehingga laktosa monohidrat dan pati jagung)
waktu disintegrasi tablet menjadi lebih produk dengan sifat aliran yang baik,
lama (Oyi, et al., 2009). fungsi kompatibilitas dan disintegran telah

Gel pati jagung dapat digunakan dikembangkan (Dressler & Wagner.,

sebagai matriks tablet, memiliki stabilitas 2003).

yang baik dan pelepasan obat yang SIMPULAN


dikontrol seperti teofilin. Retrogradasi baik
secara isothermal maupun siklus suhu, Pati jagung diisolasi dari biji jagung

mempengaruhi morfologi dan karakteristik yang dihaluskan menjadi bubur kemudian

pelepasan obat dari gel. Retrogradasi diendapkan untuk mendapatkan endapan

membuat gel lebih padat, kurang pati jagung yang selanjutnya akan

mengembang, dan lebih tahan terhadap dikeringkan menggunakan oven.

enzim pencernaan. Efek ini ditingkatkan Karakteristik fisikokimia pati jagung

ketika gel yang diretrogradasi di bawah dilakukan dengan pengujian warna, uji

siklus suhu (4/30oC) dibandingkan di kelarutan, Water absorption capacity

bawah kondisi isotermal (4oC). oleh karena (WAC) dan oil absorption capacity

itu, retrogradasi pada suhu siklus (OAC), Komposisi Kimia, Kandungan

memperlambat pelepasan teofilin dengan Amilosa, Indeks Mengembang dan

membentuk jaringan amorf yang stabil Kelarutan, Kerapatan Mampat, dan

(Yoon., et al, 2009). menggunakan instrument Scanning


Electron Microscopy (SEM). Aplikasi pati
Eksipien yang ada di pasaran yaitu StarLac jagung dalam bidang Farmasetik dapat
(SL), coprocessed filler-binder yang terdri digunakan sebagai pengikat-desintegran
dari 85% a-laktosa monohidrat dan 15% tablet, pengikat, dan pengisi sediaan tablet.

DAFTAR PUSTAKA Evaluation of breadfruit and cocoyam


starches as exodis-integrants in a
Adebayo, A. S., dan Itiola, O. A. 2011.
paracetamol tablet formulation. Hoover, R., dan Sosulski, F. 1986. Effect
Pharm. Pharmacol. Commun., 4: 385- of cross linking on functional
389. properties of legume starches.
Adetunji, O. A., Odeniyi, M. A, dan Itioala, Starch/Starke. 38: 149–155.
O. A. 2006. Compression, Mechanical Hu, A., Jiao, S., Zheng, J., Li, L., Fan, Y.,
and Release Properties of Chloroquine Chen, L., dan Zhang, Z. 2015.
Phosphate Tablets containing corn and Ultrasonic Frequency Effect On Corn
Trifoliate Yam Starches as Binders. Starch And Its Cavitation. LWT -
Tropical Journal of Pharmaceutical Food Science and Technology 60.
Research. 2: 589- 596. 941- 947.
Aini, N., Wijonarko, G., dan Sustriawan, Jading, A., Tethool, E., Payung, P., dan
B. 2016. Sifat Fisik, Kimia, dan Gultom, S. 2009. Karakteristik
Fungsional Tepung Jagung yang fisikokimia pati sagu hasil
Diproses Melalui Fermentasi. pengeringan secara fluidisasi
AGRITECH. Vol. 36(2): 161-169. menggunakan alat pengering cross
Ali, A., Wani, T. A., Wani, I. A., dan flow fluidized bed bertenaga surya dan
Masoodi, F.A. 2016. Comparative biomassa. Reaktor. 13(3): 155-164.
Study of The Physico-chemical Jain JL, Jain S and Jain N. Fundamentals
Properties of Rice and Corn Starches of Biochemistry. Seventh Edition. S.
Grown in Indian Temperate Climate. Chand & Company Pvt. Ltd, New
Journal of the Saudi Society of Delhi; 2014.
Agricultural Sciences. 15(1): 75-82. Kaur L, Singh J, Mccarthy OJ, Singh H.
Baik, B. K., dan Lee, M. R. 2003. Effects Physico-chemical, rheological and
of starch amylose content of wheat on structural properties of fractionated
textural properties of white salted potato starches. J. Food Eng. 2007; 82:
noodles. Cereal Chemistry. 80(3): 383–394.
304- Malumba P, Massaux C, Deroanne C,
309. Masimango T, Béra F. Influence of
Caye, M., Drapcho, N. P. N., dan Terry, H. drying temperature on functional
W. 2008. Biofuels Engineering properties of wet-milled starch
Process Technology. USA: The granules. Carbohydrate Polymers.
McGraw-Hill Companies Inc. 2009; 75(2): 299–306.
Cornelia, M., Syarief, R., Effendi, H., dan Nwokocha LM, Williams PA. New
Nurtama, B. 2011. Pemanfaatan Biji starches: physicochemical
Durian (Durio zibenthinus Murr.) dan properties of sweetsop
Pati Sagu (Metroxylon sp.) dalam (Annona squamosa) and
Pembuatan Bioplastik, J. Kimia soursop (Anonna muricata) starches.
Kemasan. 35(1): 20-29. Carbohydr. Polym. 2009; 78: 462–468.
Dressler, J. A., dan Wagner, K. G. A. Otman N, Azahari NA, Ismail H. Thermal
2003. Corn Starch/a-Lactose properties of polyvinyl alcohol
Monohydrate Compound as a Directly (PVOH)/Corn starch blend film.
Compressible Excipient. Malaysian Polymer Journal. 2011; 6(6):
Pharmaceutical Technology Europe. 147-154.
15(3). Oyi AR, Allagh TS, Olayemi OJ.
Hasibuan, M. 2009. Pembuatan Film Comparative Binding Effects of Wheat,
Layak Makan dari Pati Sagu Rice and Maize Starches in
Menggunakan Bahan Pengisi Serbuk Chloroquine Phosphate Tablet
Batang Sagu dan Gliserol Sebagai Formulations. Res. J. Appl. Sci. Eng.
Plastisiser. Medan: Universitas Technol. 1(2): 77-80.
Sumatera Utara. Paraginski, R. T., Vanier, N. L., Moomand,
K., Oliviera, M. D., Zavareze, E. D.
R., Silva, R. M., et al. 2014.
Characteristics of starch isolated from
maize as a
function of grain storage temperature. Sung, C. W., dan Stone, M. 2004.
Carbohydrate Polymers. 102: 88– 94. Characterization of legume starches
Priyanta, R. B. S., Arisanti, C. I. S., dan and theirnoodle quality. Journal of
Anton, I. G. N. 2012. Sifat Fisik Marine Science and Technology. 12(1):
Granul Amilum jagung yang 25-32.
Dimodifikasi Secara Enzimatis dengan Zhu, F., Cai, Y. Z., Sun, M., dan Corke, H.
Lactobacillus acidophilus pada 2009. Effect of phytochemical extracts
Berbagai Waktu Fermentasi. Jurnal on the pasting, thermal, and gelling
Farmasi Udayana. 1 (1): 67-74. properties of wheat starch. Food
Sandhu, K. S., dan Singh, N. 2007. Some Chemistry. 112: 919–923.
properties of corn starches II: Wani, I. A., Sogi, D. S., Wani, A. A., Gil, B.
physicochemical, gelatinization, S., dan Shivhare, U. S. 2010. Physico-
retrogradation, pasting and gel textural chemical properties of starches from
properties. Food Chem. 101: 1516– Indian kidney bean (Phaseolus vulgaris)
1524. cultivars. Int. J. Food Sci. Technol. 45:
Shimelis, E., Meaza, M., Rakshit, S. 2006. 2176– 2185.
Physico-chemical properties, pasting Williams, P. C., Kuzina, F. D., dan Hlynka,
behavior and functional characteristics I. A. 1970. Rapid colorimetric
of flours and starches from improved procedure for estimating amylose
bean (Phaseolus vulgaris L.) varieties content of starches and flours. Cereal
grown in East Africa. Agricultural Chemistry. 47: 411-420.
Engineering International: the CIGR Yoon, H. S., Lee, J. H., dan Lim, S. T. 2009.
E.J. Manuscript FP 05 015, VIII. Utilization of retrograded waxy maize
Singh, G. D., Bawa, A. S., Singh, S., dan starch gels as tablet matrix for
Sexena, D. C. 2009. Physicochemical, controlled release of theophylline.
pasting, thermal and morphological Carbohydrate Polymers. 76: 449-453.
characteristics of India water chestnut Yuan, M. L., Lu, Z. H., Cheng, Y. Q, dan Li,
(Trapa natans) starch. Starch/Starke. L. T. 2008. Effect of spontaneous
61: 35–42. fermentation on the physical properties
Soebagio, B., Sriwododo, dan Adhika, A. of corn starch and rheological
S. 2009. Uji Sifat Fisikokimia Pati Biji characteristics of corn starch noodle.
Durian (Durio Zibethinus Murr) Journal of Food Engineering. 85(1):
Alami Dan Modifikasi Secara 12-17.
Hidrolisis Asam. Bandung: Universitas Zamostny, P., Petru, J., dan Majerova, D.
Padjajaran. 2012.Effect of Maize Starch Excipient
Sofi, B. A., Wani, I. A., Masoodi, F. A., Properties on Drug Release Rate.
Saba, I., dan Muzaffar, S. 2013. 512 Proceeding on 20th International
Effect of gamma irradiation on Congress of Chemical and Process
physicochemical properties of broad Engineering; 2012 August 25-29;
bean (Vicia faba L.) starch. LWT Food Prague, Czech Republic. Czech
Sci. Technol. 54: 63– 513. Republic: Institute of Chemical
Soni, P. L., Sharma, H. W., Bisen, S. S., Technology Prague.
Srivastava, H. C., dan Gharia, M. M.
1987. Unique physicochemical
properties of sal (Shorea robusta)
starch. Starch. 23: 8–11.
Stanley-Wood, N. G., dan Shubair, M. S.
1978. The influence of binder
concentration on the bond formation
of parmaceutical granules. J. Pharm.
Pharmacol. 31: 429.

Anda mungkin juga menyukai