ABSTRAK
Pati merupakan salah satu eksipien yang paling banyak digunakan dalam pembuatan sediaan
padat di bidang farmasi. Pati yang umumnya digunakan adalah pati jagung. Pati jagung
diisolasi dari biji jagung yang dihaluskan dan diendapkan untuk mendapatkan endapan pati.
Karakterisasi sifat fisikokimia pati jagung dilakukan melalui pengujian warna, uji kelarutan,
Water absorption capacity (WAC) dan oil absorption capacity (OAC), Komposisi Kimia,
Kandungan Amilosa, Indeks Mengembang dan Kelarutan, Kerapatan Mampat, dan
menggunakan instrument Scanning Electron Microscopy (SEM). Aplikasi pati jagung dalam
bidang Farmasetik dapat digunakan sebagai pengikat-desintegran tablet, pengikat, dan pengisi
sediaan tablet.
Kata kunci: Pati Jagung; Isolasi; Sifat Fisikokimia; Aplikasi.
ABSTRACT
Starch is one of the most widely used excipients in manufacture of solid dosage in
pharmaceutical field. Generally, the most widely used in pharmaceutical aspect is corn
starch. Corn starch isolated from maize seeds that were grinded and precipitated to obtain
the starch deposition. Characterization of physicochemical properties of corn starch can be
done through color testing, solubility test, water absorption capacity (WAC) and oil
absorption capacity (OAC), chemical composition, amylose content, swelling and solubility
index, bulk density, and using scanning electron microscopy (SEM) instrument. Applications
of corn starch in the pharmaceutical field can be used as binder-desintegrant tablet, binder,
and tablet filler.
Keyword: Corn Starch; Isolation; Physicochemical Properties; Application.
Diserahkan: 4 Juli 2018, Diterima 4 Agustus 2018
Pati merupakan salah satu polimer alami yang tersusun dari struktur bercabang
Farmaka
Suplemen Volume 16 Nomor 2
2
yang disebut amilopektin dan struktur lurus dan berguna dalam produksi tablet karena
yang disebut amilosa. Pati diperoleh sifatnya yang inert, murah dan
dengan cara mengekstraksi tanaman yang penggunaannya sebagai pengisi, pengikat,
kaya akan karbohidrat seperti sagu, desintegran dan glidan (Adetunji, et al.,
singkong, jagung, gandum, dan ubi jalar. 2006). Pati memiliki kelebihan sebagai
Pati juga dapat diperoleh dari hasil eksipien yaitu dapat tercampurkan dan
ekstraksi biji buah-buahan seperti pada biji memiliki sifat inert dengan sebagian besar
nangka, biji alpukat, dan biji durian bahan obat (Priyanta, et al., 2012).
(Cornelia, et al., 2013). Ekstraksi pati
merupakan proses untuk mendapatkan pati Pati dari berbagai sumber telah
dari suatu tanaman dengan cara dievaluasi dan digunakan sebagai binder
memisahkan pati dari komponen lainnya atau pengikat yang sangat baik dalam
yang terdapat pada tanaman tersebut bentuk musilago atau serbuk kering.
dan beras. Pati merupakan serbuk amorf digunakan dalam industri farmasi terbagi
lunak berwarna putih dan tanpa rasa manis. menjadi 2, yaitu amilum alami dan amilum
Tidak larut dalam air, alkohol dan eter yang dimodifikasi. Amilum alami (native
(Jain, et al., 2014). Pati alami akan starch) merupakan amilum yang dihasilkan
mengalami berbagai perubahan fisikokima dari umbi – umbian dan belum mengalami
selama proses termal. Khususnya, ketika perubahan sifat fisika dan kimia atau diolah
dipanaskan dalam air, butiran pati akan secara fisika-kimia. Kekurangan dari
struktur kristal pati tersebut (Zhu, et al., eksipien dalam tabet memiliki yang dapat
bersifat kering, kurang lekat dan cenderung menyerap banyak air (Hasibuan, 2009).
Farmaka
Suplemen Volume 16 Nomor 3
2
Salah satu sumber tanaman Biji jagung dikeringkan agar mencapai
penghasil pati adalah jagung. Jagung tingkat kelembaban yang aman serta untuk
mempunyai beragam jenis amilum, mulai mencegah pertumbuhan mikroorganisme.
dari amilosa dan amilopektin rendah Biji jagung disimpan dalam kantung
sampai tinggi. Pati merupakan komponen polietilen yaitu plastik dengan tebal 0,2
utama dalam biji jagung, sekitar 72-73% mm dengan kapasitas 0,9 kg pada suhu 5,
dari total berat (Wani, et al., 2010). Setelah 15, 25, dan 35oC selama 12 bulan, dalam
dipanen, biji jagung kemudian melewati rangkap tiga. Biji – biji tersebut dibiarkan
proses pasca panen seperti pembersihan, tertutup terhindar dari cahaya
pengeringan, dan penyimpanan (Sandhu & menggunakan aluminium foil (Malumba,
Singh, 2007). et al., 2009).
termasuk cara isolasi, karakterisasi sifat dalam 4 L air suling kemudian disimpan
fisikokimia dan aplikasinya dalam bidang pada temperature 4oC selama 12 jam. Kulit
Isolasi pati jagung dan karakterisasi sifat yang diperoleh kemudian diencerkan
fisikokimia pati jagung. hingga sepuluh kali (v/v) dengan air suling
dan pH diatur sampai 10 dengan
Penyimpanan Biji Jagung menambahkan 0,5 M NaOH. Bubur terus
melalui tahap pemanenan, biji jagung selama satu jam, kemudian disaring
dimasukkan ke dalam tas raffia. Biji – biji menggunakan saringan mesh 75 untuk
suhu 35oC hingga kelembaban udara 30 menit pada suhu 10oC. fase air yang
Uji kelarutan pati dilakukan pada suhu 20 Kandungan kelembaban (925.10), protein
o
hingga 35 C. sampel pati (0,5 g) (984.13), fat (920.85) dan abu (923.03)
dimasukkan ke dalam beaker, kemudian ditentukan berdasarkan prosedur metode
dibasahi dengan etanol, dan ditambahkan AOAC (1990). Pati dihitung dengan
dengan 40 ml air suling. Campuran diaduk perbedaan [1000 – (kelembaban + protein
pada temperature yang diinginkan selama + lemak + abu) g].
30 menit, kemudian disentrifugasi dan
disaring. Filtrat yang didapat kemudian Kandungan Amilosa
diuapkan hingga kering pada suhu 105oC Sampel (20 mg) ditimbang, kemudian
dan residu yang didapat ditimbang untuk ditambahkan dengan 10 ml KOH 0,5 M
menentukan jumlah yang terlarut dan campurkan hingga membentuk
(Zamostny, et al., 2012). suspensi. Dispersi sampel tersebut
Water Absorption Capacity (WAC) dan dipindahkan ke dalam labu volumetric 100
625 nm. Amilosa ditentukan dari kurva SSX-550). Sampel pati disuspensikan
standar menggunakan standar amilosa dan dalam aseton untuk mendapatkan suspensi
Kemampuan mengembang dan melarut stub dan dikeringkan didalam oven pada
dari pati di uji menggunakan larutan dwb suhu 32oC selama 1 jam. Kemudian semua
2% (w/v) suspensi pati pada suhu 90oC sampel dilapisi dengan emas dan diperiksa
yang ditempati oleh granul dibaca dan bulk dilakukan oleh Ali, et al (2016) diperoleh
Tabel 1. Perbandingan komposisi dua varietas jagung pada penelitian Ali, et al (2014).
Nilai warna
Gambar 1. Hasil Scanning electron micrograph (C) pati jagung PS-43 dan (D) Pati jagung
Shalimar (Ali, et al., 2016).
Pati jagung memiliki kadar air 1.5%. Sementara kadar protein tepung
maksimal 10% sesuai dengan yang jagung hampir sama dengan tepung terigu
ditetapkan oleh SNI 01-3727. Kandungan berprotein rendah, berkisar 8 sampai 11%
oleh metode dan lama waktu pengeringan Amilosa adalah polimer linier dari
yang berbeda. Suatu bahan pangan harus α-D glukosa yang dihubungkan dengan
memiliki kadar air yang rendah sehingga ikatan α-(1-4)-D-glukosa. Jika kadar
dapat disimpan dalam jangka waktu yang amilosa yang terkandung dalam pati
relatif lama. Agar dapat disimpan dalam semakin tinggi, maka produk yang dibuat
jangka waktu yang relatif lama, tepung akan memiliki tekstur yang semakin padat.
atau pati harus mengandung kadar air Hal ini disebabkan oleh semakin tinggi
dibawah 10% (Aini, et al., 2016). kadar amilosa, maka kapasitas penyerapan
dilakukan Ali, et al (2016). Nilai L, a, dan memungkinkan air masuk ke butiran untuk
b yang diukur untuk pati jagung varietas membuatnya membengkak saat dispersinya
(84.30, - 0.25, 3.47), seperti yang viskositas dispersi juga meningkat sampai
ditunjukkan pada tabel 2. Nilai warna yang gel stabil terbentuk. Juga penting untuk
didapat menunjukkan bahwa pati jagung dicatat bahwa karena suhu dispersi
perbedaan susunan genetik dari tiap pati. ditandai oleh viskositas tinggi dan
Adanya pigmen seperti karoten dan destabilisasi total struktur kristal dari
senyawa polifenol lainnya pada biji jagung butiran diikuti oleh retrogradasi yang
dalam air dingin dan kebanyakan pelarut merupakan kemampuan suatu zat untuk
organik termasuk aseton, alkohol, dan eter. mengasosiasikan dengan air di bawah
Namun akan menjadi larut dalam air ketika kondisi air yang terbatas. Protein memiliki
dispersi dipanaskan hingga suhu kritis sifat fungsional salah satunya penyerapan
tertentu yang disebut suhu gelatinisasi. dan pengikatan air. Kapasitas penyerapan
Gelatinisasi adalah sifat pokok pati yang air menentukan jumlah air yang tersedia
ditandai dengan perubahan dalam sifat untuk proses gelatinisasi pati selama
fisik dan kimia. Proses gelatinisasi ditandai pemanasan. Jika jumlah air kurang maka
oleh pembengkakan yang sangat besar, pembentukan gel tidak akan mencapai
kelarutan, dan kehilangan birefringence (WAC) dari jagung PS-43 dan jagung
(Shimelis, et al., 2006). Perubahan ini Shalimar adalah 1,10 dan 1,01 g/g (Tabel
2). Nilai yang sama dari kapasitas
penyerapan air untuk kultivar jagung telah
dilaporkan dalam studi sebelumnya (Wani,
et al., 2010; Singh, et al., 2009). Perbedaan
dalam WAC
pati dari berbagai jenis berkaitan dengan variasi dalam struktur granul pati tersebut.
Keterlibatan gugus hidroksil untuk 0.35% sampai 0.52%, dan kandungan
membentuk ikatan hidrogen dan kovalen lemak dari 0.25% sampai 0.67%.
antara rantai pati dapat menurunkan WAC Kandungan kelembaban dari pati ini
(Hoover & Sosulski, et al., 1986). berada dalam kisaran yang umumnya
Hubungan longgar molekul amilosa dan diterima untuk produk kering untuk
amilopektin dalam granul pati asli telah mendapatkan waktu simpan yang
diamati bertanggung jawab untuk tingginya diinginkan. Terdapat perbedaan antara
WBC (Soni, et al., 1987). OAC adalah kandungan kelembaban pati dan protein
kemampuan pati kering untuk mengikat pada dua varietas jagung tersebut. Hal ini
lemak secara fisik dengan daya tarik dikarenakan terdapat perbedaan susunan
kapiler. Kapasitas penyerapan minyak genetik pada kedua varietas jagung.
dipengaruhi oleh kadar protein dan lemak.
Semakin besar kadar lemak atau protein Swelling Power atau Kemampuan
minyak (Aini, et al., 2016). Hal tersebut Kadar lemak dan pati yang
berhubungan dengan mekanisme kapasitas terkandung dalam pati jagung dapat
penyerapan minyak yang disebabkan oleh mempengaruhi swelling power. Kadar pati
pemerangkapan minyak secara fisik dengan yang cukup tinggi mengakibatkan swelling
gaya kapiler dan peran hidrofobisitas power pati jagung cukup rendah. Apabila
protein. Kapasitas penyerapan minyak juga kadar lemak dalam pati dikurangi, maka
dipengaruhi oleh struktur pati. Pati jagung pengembangan akan terjadi semakin cepat
yang mengembang akibat menyerap air (Sung & Stone, 2004).
selama perendaman dapat memudahkan
Daya serap air suatu pati dapat
penyerapan minyak karena pecahnya
mempengaruhi swelling power. Semakin
molekul kompleks menjadi lebih sederhana.
besar daya serap air maka akan
Komposisi kimia pati jagung menyebabkan swelling power meningkat
Komposisi kimia dari pati jagung (Jading, et al., 2011). Daya ikat amilosa
dengan dua varietas yang berbeda dan amilopektin dengan air dipengaruhi
ditunjukkan pada tabel 1. Rata – rata oleh berbagai faktor, yaitu perbandingan
kandungan kelembaban pati berkisar antara amilosa dan amilopektin, bobot molekul
6.06% sampai 10.62%, kadar protein dari amilosa dan amilopektin, distribusi bobot
molekul, derajat percabangan, dan panjang
dari cabang molekul amilopektin terluar
yang
Hasil dari kerapatan bulk dari pati strukturnya, yang pada gilirannya
ditunjukkan pada tabel 2. Kerapatan bulk pengendalian ukuran dan bentuk granul
yang didapat sebesar 0.52 g/mL dan 0.58 dari pati (Kaur, et al., 2007).
Hal ini disebabkan oleh ukuran partikel umumnya digunakan sebagai pengikat-
partikel tidak saling mengisi di dalamnya. immediate release, tetapi juga digunakan
berbanding lurus dengan laju alir. (Kaur, et al., 2007). Selain itu, berdasarkan
hasil penelitian yang telah dilakukan oleh
Scanning Electron Micrograph (SEM) Zamostny, et al, 2012 yang melakukan
Ukuran granul bervariasi dari kecil hingga dapat digunakan sebagai pengikat-
besar dan berbentuk oval hingga disintegran dalam formulasi obat dan
polihedral. Rata – rata Panjang granul, secara signifikasn dapat mengubah profil
rentang panjang, rata - rata lebar granul pelepasan zat aktif dari obat tersebut.
dan kisaran lebar PS-43 dan pati jagung Selain itu, penggunaan pati jagung yang
Shalimar adalah (11,8 dan 12,0 µm), (6,6– berbeda yang sesuai dengan persyaratan
(11,4 dan 11,7 µm) dan (6.05–18.15 dan substansial dalam efeknya pada disolusi
dalam morfologi granul pati mungkin Selain itu menurut penelitian Oyi,
disebabkan asal biologis dan fisiologi Allagh, dan Olayemi (2009). Pati jagung
tanaman dan biokimia amiloplas. Hal ini dapat digunakan sebagai binder dalam
mungkin juga disebabkan karena variasi pembuatan tablet klorokuin fosfat dengan
konsentrasi 2.5 – 7.5% (w/v). Namun,
kekerasan tablet dengan pengikat pati
jagung lebih rendah jika dibandingkan
dengan tablet dengan pengikat pati pati jagung alami. Eksipien ini
gandum. Selain itu, penggunaan pati menunjukkan pemulihan elastis terendah
jagung sebagai pengikat dalam formulasi pada kapasitas pengikatan tinggi
tablet menyebabkan waktu disintegrasi dibandingkan dengan pati lainnya, pati
tablet menjadi lebih lama namun tidak jagung membentuk filler-binder dengan a-
lebih dari 15 menit untuk tablet yang tidak laktosa monohidrat dengan kompaktibilitas
di coating. Hal tersebut disebabkan karena yang sangat baik. Keuntungan lebih lanjut
terjadi pengurangan ruang kapiler antar adalah sifatnya yang bifungsional sebagai
partikel yang menyebabkan pengurangan pengikat dan disintegran. Dengan
penetrasi air ke dalam tablet untuk demikian, hanya dari dua komponen (a-
menyebabkan pemisahan ikatan sehingga laktosa monohidrat dan pati jagung)
waktu disintegrasi tablet menjadi lebih produk dengan sifat aliran yang baik,
lama (Oyi, et al., 2009). fungsi kompatibilitas dan disintegran telah
membuat gel lebih padat, kurang pati jagung yang selanjutnya akan
ketika gel yang diretrogradasi di bawah dilakukan dengan pengujian warna, uji
bawah kondisi isotermal (4oC). oleh karena (WAC) dan oil absorption capacity