SKRIPSI
OLEH:
DARA FITRI SUNARNO
NIM 131501026
SKRIPSI
OLEH:
DARA FITRI SUNARNO
NIM 131501026
Bismillahirrahmanirrahim,
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT. Tuhan yang Maha Esa atas segala
skripsi yang berjudul “Formulasi dan Uji Aktivitas Losion Skin Anti-Aging yang
mengandung Ekstrak Kulit Pisang Raja (Musa paradisiaca L.)”. Skripsi ini
diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada
yang berkhasiat sebagai antioksidan, senyawa ini dapat digunakan sebagai anti-
aging. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui kemampuan losion ekstrak
kulit pisang raja dalam memberikan efek skin anti-aging terhadap kulit. Ternyata
sediaan losion kulit pisang raja dapat mengurangi tanda-tanda penuaan seperti
kerutan, kulit kering, noda dan pori yang membesar. Diharapkan penelitian ini
dapat bermanfaat pada bidang ilmu pengetahuan farmasi dan sebagai referensi
menyampaikan rasa terima kasih kepada Ibu Prof. Dr. Masfria, M.S., Apt., selaku
ucapan terima kasih kepada Ibu Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt., selaku dosen
kepada Ibu Dr. Sumaiyah, M.Si., Apt., dan Ibu Dra. Djendakita Purba, M.Si.,
Apt., sebagai tim penguji yang sangat banyak memberikan masukan dan saran
iv
Universitas Sumatera Utara
atas skripsi ini. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dra. Nazliniwaty,
M.Si., Apt., sebagai dosen penasihat akademik, beserta seluruh dosen pengajar di
Fakultas Farmasi.
Afrida Nasution serta untuk adik penulis Ricko Topas, yang selalu memberikan
doa dan dukungan penuh kepada penulis tanpa henti selama ini, serta kepada
Muhammad Ikhsan dan Ahmad Syahbuki yang telah memberikan saran dan
dukungan serta doa selama penelitian dan penyusunan skripsi ini berlangsung.
Akhir kata, semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan
menjadi sumbangan yang berarti bagi ilmu pengetahuan khsusnya dalam ilmu
farmasi.
Dara FitriSunarno
NIM 131501026
v
Universitas Sumatera Utara
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini ditulis berdasarkan data dari
hasil pekerjaan yang saya lakukan sendiri, dan belum pernah diajukan oleh orang
lain untuk memperoleh gelar kesarjanaan di perguruan tinggi lain, dan bukan
plagiat karena kutipan yang ditulis telah disebutkan sumbernya di dalam daftar
pustaka.
Apabila dikemudian hari ada pengaduan dari pihak lain karena di dalam
skripsi ini ditemukan plagiat karena kesalahan saya sendiri, maka saya bersedia
vi
Universitas Sumatera Utara
FORMULASI DAN UJI AKTIVITAS LOSION SKIN ANTI-AGING
YANG MENGANDUNG EKSTRAK KULIT PISANG RAJA
(Musa paradisiacal L.)
ABSTRAK
Kata kunci: formulasi, losion, ekstrak kulit pisang raja, skin anti-aging
vii
Universitas Sumatera Utara
FORMULATION AND ACTIVITY OF SKIN ANTI-AGING LOTION
WHICH CONTAINS EXTRACT OF PISANG RAJA RIND
(Musa paradisiacal L.)
ABSTRACT
viii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ....................................................................................................... i
ix
Universitas Sumatera Utara
2.1.5 Kandungan gizi ............................................................. 7
x
Universitas Sumatera Utara
3.5 Skrining fitokimia ................................................................... 19
xi
Universitas Sumatera Utara
4.4 Hasil pembuatan sediaan losion ............................................. 29
LAMPIRAN ............................................................................................... 51
xii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
xiii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
xiv
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
xv
Universitas Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN
Tanaman pisang (Musa, sp), merupakan salah satu jenis tanaman yang
belum popular dan yang dikenal sampai saat ini masih terbatas pada buahnya.
Pengolahan bagian lainnya yang berupa bahan yang tidak terpakai seperti batang,
daun, kulit buah dan sebagainya masih sedikit sekali. Penelitian terdahulu
terhadap pisang Musa cavendish dari Filipina, telah berhasil diisolasi antioksidan
daripada buah. Penggunaan antioksidan merupakan salah satu upaya yang sering
dilakukan untuk mengatasi proses penuaan kulit (anti aging) (Ardhie, 2011).
Salah satu antioksidan alami adalah kulit pisang raja. Pemanfaatan efek
antioksidan pada sediaan yang ditujukan untuk kulit, lebih baik diformulasikan
dalam bentuk sediaan topikal dibandingkan oral (Draelos dan Thaman, 2006).
sehingga penampilan kulit menjadi lebih baik. Penuaan dapat dihambat dengan
akan dialami oleh setiap manusia. Proses ini bersifat irreversibel yang meliputi
seluruh organ tubuh termasuk kulit. Ironisnya proses penuaan ini dipandang
1
Universitas Sumatera Utara
sebagai hal yang menakutkan oleh kebanyakan orang, padahal proses ini akan
campuran dari dua cairan yang tidak saling bercampur, yang distabilkan dengan
sistem emulsi dan jika ditempatkan pada suhu ruang, berbentuk cairan yang dapat
dan uji efek skin anti-aging dari ekstrak kulit pisang raja.
losion?
b. Apakah sediaan losion yang mengandung ekstrak kulit pisang raja dapat
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka hipotesis dari penelitian ini adalah:
2
Universitas Sumatera Utara
1.4 Tujuan Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah membuat formula losion yang
memiliki efek skin anti-aging yang mengandung ekstrak kulit pisang raja
sehingga dapat digunakan dari bahan yang tidak terpakai menjadi bahan yang
terpakai.
3
Universitas Sumatera Utara
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
sistematika tumbuhan, nama asing, nama daerah, kandungan kimia dan kegunaan
dari tumbuhan.
Tingginya antara 2-9 meter, berakar serabut dengan batang bawah tanah (bonggol)
yang pendek. Dari mata tunas yang ada pada bonggol inilah bisa tumbuh tanaman
baru. Secara terinci, morfologi tumbuhan pisang dicirikan dengan struktur bagian
1. Batang Semu
pelepah daun yang tumbuh dari batang bawah tanah sehingga mencapai ketebalan
20-50 cm. Lapisan pada batang ini sebenarnya merupakan dasar dari pelepah daun
yang dapat menyimpang banyak air (sukulenta) sehingga lebih tepat disebut
4
Universitas Sumatera Utara
batang semu (pseudostem). Terkadang pada satu tanaman terdapat dua batang
2. Batang
Batang pisang sesungguhnya terdapat di dalam tanah, yaitu yang sering disebut
bonggol. Pada sepertiga bagian bonggol sebelah atas terdapat mata calon tumbuh
tunas anakan. Sementara pada bagian bawah bonggol terdapat perakaran serabut
3. Daun
Helaian daun bentuknya lanset memanjang, mudah koyak, panjang 1,5-3 m, lebar
30-70 cm, permukaan bawah berlilin, tulang tengah penopang jelas disertai tulang
daun yang nyata, tersusun sejajar dan menyirip, warnanya hijau (Dalimartha,
2003).
4. Bunga
Bunga betina akan berkembang secara normal, sedang bunga jantan yang
berada di ujung tandan tidak berkembang dan tetap tertutup oleh seludang dan
disebut sebagai jantung pisang. Jantung pisang ini harus dipangkas setelah selesai
berbuah. Tiap kelompok bunga disebut sisir, yang tersusun dalam tandan
(Dalimartha, 2003).
5. Buah
Buahnya buah buni, bulat memanjang, membengkok, tersusun seperti sisir dua
baris, dengan kulit berwarna hijau, kuning, atau cokelat. Tiap kelompok buah atau
5
Universitas Sumatera Utara
sisir terdiri dari beberapa buah pisang. Buahnya dapat dipanen setelah 80-90 hari
berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Zingiberaceae
Famili : Musaceae
Genus : Musa
6
Universitas Sumatera Utara
tangan dan kaki, antinyamuk dan menjaga kesehatan retina mata dari kerusakan
2.2 Kulit
Kulit merupakan bagian yang paling luar dari tubuh dan merupakan organ
yang terluas, yaitu antara 1,5-2,0 m² dengan berat kurang lebih 20 kg, sedangkan
bagian kulit yang kelihatan dari luar yang disebut epidermis beratnya 0,05-0,5 kg
(Putro, 1998).
Kulit pembungkus elastis berupa jaringan yang menutup seluruh tubuh dan
udara, dan juga sinar matahari. Lapisan kulit pada dasarnya sama di seluruh
tubuh, kecuali bagian telapak tangan, telapak kaki, bibir (Sarwadi, 2014).
Kulit terdiri dari lapisan luar yang disebut epidermis dan lapisan dalam
7
Universitas Sumatera Utara
a. Epidermis
Lapisan epidermis berada di paling luar, dibentuk oleh zat tanduk (keratin),
atau merupakan lapisan dermis (korium) yang sudah tua. Pada orang tertentu
bagian kulit ini memberi gambaran seperti sisik tipis. Lapisan paling dalam
epidermis dinamakan lapisan basal atau stratum gorneum. Epidermis terdiri dari
Terdiri dari sel-sel kuboit yang tegak lurus terhadap dermis, tersusun
sebagai tian pagar atau palisade, dan merupakan lapisan terbawah dari
epidermis. Dalam lapisan ini, terdapat melanosit yaitu sel dendritik yang
matahari.
Yaitu merupakan lapisan epidermis yang paling tebal, terdiri atas sel
seperti duri.
basofilik.
8
Universitas Sumatera Utara
cairan berlebih dari dalam tubuh, unsur utama yang memadatkan rambut
atau kuku.
b. Dermis
ini terdiri dari beberapa jaringan ikat yang memiliki dua lapisan.
c. Lapisan Subkutan
Pada lapisan subkutan dapat ditemukan banyak pembuluh darah, saraf, dan
folikel atau otot rambut, beserta merector pilli. Lapisan subkutan merupakan
lapisan terdalam yang banyak mengandung sel liposit penghasil lemak. Lapisan
ini merupakan jaringan adipose, yaitu jaringan yang berfungsi sebagai bantalan
antara kulit dan struktur internal seperti otot dan tulang. Lapisan ini juga berfungsi
sebagai jaringan mobilitas kulit, perubahan kontur dan penyekatan panas, serta
2. Organ indra, ujung saraf di dalam kulit menerima rangsang sensorik dan
9
Universitas Sumatera Utara
3. Ekskresi, keringat merupakan salah satu limbah dari tubuh; air yang
dalam kulit.
akan dialami oleh setiap manusia. Proses ini bersifat irreversibel yang meliputi
seluruh organ tubuh termasuk kulit. Ironisnya proses penuaan ini dipandang
sebagai hal yang menakutkan oleh kebanyakan orang, padahal proses ini akan
1. Keriput
keriput.
10
Universitas Sumatera Utara
2. Muncul age spot (noda)
Muncul di area yang sering terpapar sinar matahari seperti wajah, lengan,
dan tangan.
3. Kulit kasar
Rusaknya kolagen dan elastis akibat paparan sinar matahari membuat kulit
(Noormindhawati, 2013).
2.4 Anti-Aging
11
Universitas Sumatera Utara
Manfaat dari produk anti-aging, yaitu:
3. Kulit tampak kenyal, elastis, dan jauh dari tanda-tanda penuaan dini
2.5 Kosmetika
Bahan yang dipakai dalam usaha untuk mempercantik diri ini, dahulu diramu dari
manusia tidak hanya dari bahan alami tetapi juga bahan buatan untuk maksud
2.6 Emulsi
obat cair atau larutan obat yang terdispersi dalam cairan pembawa dan distabilkan
dengan zat pengemulsi atau surfaktan yang cocok. Biasanya emulsi mengandung
dua atau lebih zat yang tidak dapat tercampurkan, misalnya minyak dan air. Zat
12
Universitas Sumatera Utara
2.6.1 Jenis emulsi
minyak dalam air (m/a), emulsi air dalam minyak (a/m), emulsi minyak dalam air
dalam minyak (m/a/m), emulsi air dalam minyak dalam air (a/m/a).
air, sistem tersebut dikenal sebagai suatu emulsi minyak dalam air (m/a).
Bila fase minyak bertindak sebagai fase kontinu, emulsi tersebut dikenal
suatu pengemulsi m/a dengan suatu fase air dalam suatu mikser dan perlahan-
lahan menambahkan fase minyak untuk membentuk suatu emulsi minyak dalam
air.
Emulsi a/m/a juga dikenal sebagai emulsi ganda, dapat dibuat dengan
mencampurkan suatu pengemulsi a/m dengan suatu fase minyak dalam suatu
mikser dan perlahan-lahan menambahkan fase air untuk membentuk suatu emulsi
air dalam minyak. Emulsi a/m tersebut kemudian didispersikan dalam suatu
larutan air dari suatu zat pengemulsi m/a, sehingga membentuk emulsi air dalam
minyak dalam air. Pembuatan emulsi a/m/a ini untuk obat yang ditempatkan
dalam tubuh serta untuk memperpanjang kerja obat (Martin dkk, 1993).
13
Universitas Sumatera Utara
Menurut Voight (1995), keuntungan dari emulsi tipe m/a adalah:
4. Bersifat lembut
5. Mudah dicuci dengan air sehingga dapat hilang dengan mudah dari kulit
Gambar 2.2 Jenis emulsi (A) m/a, (B) a/m, (C) a/m/a, (D) m/a/m
(Prichapan dan Utrai, 2014).
Emulsi yang dipakai pada kulit sebagai obat luar bisa dibuat sebagai
emulsi m/a atau a/m, tergantung pada berbagai faktor seperti zat terapeutik yang
2.7 Losion
Losion dapat juga didefinisikan sebagai emulsi cair yang terdiri dari fase
minyak dan fase air yang distabilkan oleh emulgator, mengandung satu atau lebih
14
Universitas Sumatera Utara
bahan aktif di dalamnya. Losion dimaksudkan untuk pemakaian luar kulit sebagai
dan merata pada permukaan kulit, sehingga mudah menyebar dan dapat segera
kering setelah pengolesan serta meninggalkan lapisan tipis pada permukaan kulit
membentuk lapisan tipis yang menutupi permukaan kulit membuat kulit halus,
sebaiknya tidak membuat kulit berminyak dan panas. Untuk membuat suatu
formula losion agar memenuhi kriteria, seperti, mudah dioleskan, mudah dicuci,
tidak berbau tengik, dan tetap stabil dalam penyimpanan, maka diperlukan bahan-
Sediaan losion tersusun atas komponen zat berlemak, air, zat pengemulsi
dan humektan. Komponen zat berlemak diperoleh dari lemak maupun minyak dari
tanaman, hewan maupun minyak mineral seperti minyak zaitun, minyak jojoba,
minyak parafin, lilin lebah dan sebagainya. Zat pengemulsi umumnya berupa
surfaktan anionik, kationik maupun nonionik. Humektan bahan pengikat air dari
udara, antara lain gliserin, sorbitol, propilen glikol dan polialkohol (Jellineck,
1970).
Bahan yang biasa terdapat dalam formula losion adalah (Lachman dkk, 1994) :
15
Universitas Sumatera Utara
A. Barrier agent (pelindung)
B. Emollient (pelembut)
C. Humectan (pelembab)
Bahan yang berfungsi mengatur kadar air atau kelembapan pada sediaan
monostearat.
16
Universitas Sumatera Utara
2.8 Skin Analyzer
untuk mendukung diagnosis dokter yang tidak hanya meliputi lapisan kulit teratas,
melainkan juga mampu memperlihatkan sisi lebih dalam dari lapisan kulit.
menampilkan hasil dalam bentuk angka yang didapatkan akan secara langsung
disesuaikan dengan parameter yang telah diatur sedemikian rupa pada alat. Ketika
hasil muncul dalam bentuk angka, secara bersamaan kriteria hasil pengukuran
muncul dan dapat dimengerti dengan mudah oleh operator yang memeriksa
ataupun pasien. Parameter hasil pengukuran dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Parameter hasil pengukuran dengan skin analyzer (Aramo, 2012)
Pengukuran Parameter
Kadar air Dehidrasi Normal Hidrasi
(Moisture) 0-29 30-50 51-100
Kehalusan Halus Normal Kasar
(Evenness) 0-31 32-51 52-100
Pori Kecil Besar Sangat besar
(Pore) 0-19 20-39 40-100
Noda Sedikit Sedang Banyak
(Spot) 0-19 20-39 40-100
Keriput Tidak berkeriput Berkeriput Berkeriput parah
(Wrinkle) 0-19 20-52 53-100
17
Universitas Sumatera Utara
BAB III
METODE PENELITIAN
pembuatan sediaan losion skin anti-aging, menggunakan ekstrak kulit pisang raja
dengan konsentrasi 2,5% (F1), 5% (F2), dan 7,5% (F3). Evaluasi stabilitas sediaan
losion (bau, warna, pH, viskositas, tipe emulsi dan homogenitas), uji iritasi dan uji
Medan.
3.1 Alat
Alat yang digunakan dalam penelitan ini adalah skin analyer (Aramo-SG),
moisture checker (Aramo-SG), alat gelas, lumpang dan alu, penangas air, pH
3.2 Bahan
pisang raja (Musa paradisiaca L), asam stearat, setil alkohol, vaselin, minyak
3.3 Sukarelawan
Syarat-syarat yang digunakan adalah sebagai berikut (Ditjen POM RI, 1985) :
18
Universitas Sumatera Utara
3. Tidak ada riwayat penyakit yang berhubungan dengan alergi
4. Bersedia menjadi sukarelawan
dengan tumbuhan yang sama dari daerah lain. Sampel yang digunakan adalah
kulit pisang raja (Musa paradisiaca L.) yang sudah cukup tua dan berwarna
Buah pisang raja yang telah dikumpulkan, dicuci bersih dengan air
mengalir, dikupas dan diambil bagian kulitnya, kemudian kulit pisang raja
dikeringkan di lemari pengering pada suhu 40°C - 60°C hingga kering, jika
dalam wadah plastik yang tertutup rapat dan terlindung dari panas dan sinar
Skrining fitokimia serbuk simplisia kulit pisang raja (Musa paradisiacal L.)
19
Universitas Sumatera Utara
3.5.1 Pemeriksaan Flavonoid
menit dan disaring dalam keadaan panas. Ke dalam 5 ml filtrat ditambahkan 0,1g
serbuk magnesium dan 1 ml asam klorida pekat dan 1 ml amil alcohol, dikocok
dan dibiarkan memisah. Flavonoid positif jika terjadi warna merah kekuningan
asam klorida 2N dan 9 ml air suling, dipanaskan di atas penangas air selama 2
menit, didinginkan dan disaring. Filtrat yang diperoleh dipakai untuk uji
Alkaloida positif jika terjadi endapan atau kekeruhan pada paling sedikit dua
kuat-kuat selama 10 detik. Jika terbentuk busa setinggi 1-10cm yang stabil tidak
kurang dari 10 menit dan tidak hilang dengan penambahan 1 tetes asam klorida
20
Universitas Sumatera Utara
3.5.4 Pemeriksaan Tanin
100 ml air suling lalu didinginkan dan disaring. Pada filtrat ditambahkan 1-2 tetes
pereaksi besi (III) kolrida 1%.Jika terjadi warna biru kehitaman atau hijau
jam, lalu disaring. Filtrat diuapkan dalam cawan penguap. Pada sisa ditambahkan
hijau menunjukkan adanya steroid sedangkan warna merah, merah muda atau
bejana, dituangi dengan 75 bagian (3,75 liter) etanol 96%, ditutup, dibiarkan
selama 5 hari terlindung dari cahaya sambil sering diaduk, diserkai, diperas.
Ampas diremaserasi lagi dengan 1,25 liter etanol selama 2 hari lalu
40°C (Ditjen POM, 1979) lalu diletakkan di atas penangas air pada suhu 70-80°C
21
Universitas Sumatera Utara
3.6 Formulasi Sediaan
dua bagian, yaitu bahan yang larut dalam minyak dan bahan yang larut dalam air.
22
Universitas Sumatera Utara
Bahan-bahan yang termasuk fase minyak antara lain asam stearat, setil alkohol,
vaselin album, paraffin cair, dan isopropil palmitat. Bahan-bahan yang termasuk
fase air antara lain gliserin, triethanolamin, air suling dan nipagin.
70-80°C sehingga terbentuk massa A. Fase air pun dicampur sampai homogen
dipanaskan sehingga terbentuk massa C. Ekstrak kulit pisang raja dicampur pada
pengadukan terus dilakukan sehingga terbentuk losion ekstrak kulit pisang raja.
Tabel 3.1 Perbandingan konsentrasi ekstrak kulit pisang raja dengan dasar losion
Formula
Bahan
F0 F1 F2 F3
Keterangan:
F0 : Losion tanpa ekstrak kulit pisang raja (blanko)
F1 : Losion dengan ekstrak kulit pisang raja konsentrasi 2,5%
F2 : Losion dengan ekstrak kulit pisang raja konsentrasi 5%
F3 : Losion dengan ekstrak kulit pisang raja konsentrasi 7,5%
Evaluasi terhadap sediaan losion meliputi uji homogenitas sediaan, uji tipe
emulsi sediaan, uji pH, uji stabilitas, pemeriksaan ukuran partikel, uji viskositas.
23
Universitas Sumatera Utara
3.7.1 Pengamatan homogenitas sediaan
Sejumlah tertentu sediaan jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan
transparan lain yang cocok, sediaan harus menunjukkan susunan yang homogen
dan tidak terlihat adanya butiran kasar (Ditjen POM RI, 1979).
tetes metil biru ke dalam sediaan lalu diaduk. Kemudian tutup dengan kaca
penutup dan diamati. Bila metil biru tersebar merata berarti sediaan tersebut tipe
emulsi m/a, tetapi bila hanya bintik-bintik biru berarti sediaan tersebut tipe emulsi
terlebih dahulu dikalibrasi menggunakan larutan dapar standar netral (7,01) dan
larutan dapar pH asam (pH 4,01) hingga alat menunjukkan harga pH tersebut.
Kemudian elektroda dicuci dengan air suling, lalu dikeringkan dengan tisu.
dilarutkan dalam 100 ml air suling. Kemudian elektroda dicelupkan dalam larutan
dalam pot plastik 100 ml. Selanjutnya dilakukan pengamatan berupa pecah atau
24
Universitas Sumatera Utara
tidaknya emulsi, perubahan warna, dan perubahan bau pada saat sediaan selesai
Caranya : sediaan dimasukkan kedalam gelas beker sampai mencapai volume 100
diatur 12 rpm , kemudian dibaca skalanya (dial reading) dimana jarum merah
yang bergerak telah stabil. Nilai viskositas (ɳ) dalam sentipoise (cps) diperoleh
dari hasil perkalian skala baca (dial reading) dengan faktor koreksi (f) khusus
selama 24 jam dan lihat perubahan yang terjadi berupa kemerahan, gatal, dan
25
Universitas Sumatera Utara
Semua sukarelawan diukur terlebih dahulu kondisi kulit punggung tangan
Pengukuran meliputi :
kulit yang akan diukur. Angka yang ditampilkan pada alat merupakan
2. Pore (Pori)
lampu sensor biru (normal). Caranya dengan skin analyzer yang telah
terpasang lensa di atas permukaan kulit yang akan diukur kemudian tekan
tombol capture untuk memfoto dan secara otomatis hasil akan tampil pada
layar komputer.
3. Spot (Noda)
telah terpasang lensa di atas permukaan kulit yang akan diukur kemudian
tekan tombol capture untuk memfoto dan secara otomatis hasil akan
26
Universitas Sumatera Utara
4. Wrinkle (Keriput)
skin analyzer pada lensa perbesaran 10x dan menggunakan lampu sensor
biru (normal). Caranya dengan skin analyzer yang telah terpasang lensa di
atas permukaan kulit yang akan diukur kemudian tekan tombol capture
untuk memfoto dan secara otomatis hasil akan tampil pada layar
komputer.
Product and Service Solution) 21. Data terlebih dahulu dianalisis distribusinya
27
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
adalah kulit buah pisang raja Musa paradisiacal L. suku Musaceae. Hasil dapat
4.1.
Tabel 4.1 Hasil pemeriksaan skirining simplisia dan ekstrak kulit buah pisang raja
1 Flavonoid + +
2 Alkaloid - -
3 Saponin + +
4 Tanin + +
5 Steroid/Terpenoid - -
28
Universitas Sumatera Utara
4.3 Hasil Ekstraksi
Hasil ekstraksi 500 g simplisia kulit buah pisang raja dengan cara maserasi
menggunakan pelarut etanol 96% diperoleh ekstrak kulit buah pisang raja
sebanyak 61,7 g. Hasil ekstrak kulit buah pisang raja dapat dilihat pada Lampiran
2, Halaman 54.
gliseril monostearat, PEG-40 stearat, carbomer 934 dan penambahan ekstak kulit
pisang raja sebagai bahan aktif. Konsentrasi ekstrak kulit pisang raja yang dipakai
adalah 2,5%, 5% dan 7,5%. Sediaan yang diperoleh berupa cairan kental bewarna
cokelat.
bahwa semua sediaan tidak memperlihatkan adanya butir-butir kasar pada saat
sediaan dioleskan pada kaca transparan. Hal ini menunjukkan bahwa sediaan yang
dibuat memiliki susunan yang homogen (Ditjen POM RI, 1979). Hasil pengujian
Hasil penentuan tipe emulsi sediaan losion dapat dilihat pada Tabel 4.2
dan Lampiran 10. Menurut Ditjen POM RI (1985) penentuan tipe emulsi sediaan
dapat ditentukan dengan pewarna biru metilen, bila biru metilen tersebar merata
29
Universitas Sumatera Utara
berarti sediaan tipe minyak dalam air (m/a), tetapi jika warna hanya berupa bintik-
bintik biru maka tipe sediaan adalah air dalam minyak (a/m). Dari hasil tipe
emulsi sediaan losion pada tabel menunjukkan warna biru metil dapat larut dalam
losion bahwa sediaan losion yang dibuat mempunyai tipe emulsi minyak dalam
air (m/a). Tipe emulsi ini memiliki keuntungan yaitu lebih mudah menyebar di
permukaan kulit, tidak lengket dan mudah dihilangkan dengan adanya pencucian.
disimpan pada suhu kamar dan diamati perubahan bau dan warna. Hasil
30
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.3 Hasil pengamatan organoleptis sediaan losion
Setelah F0 F1 F2 F3
miinggu ke- Bau Warna Bau Warna Bau Warna Bau Warna
Cokelat Cokelat
1 Khas Putih Khas Khas Cokelat Khas
muda gelap
Cokelat Cokelat
4 Khas Putih Khas Khas Cokelat Khas
muda gelap
Cokelat Cokelat
8 Khas Putih Khas Khas Cokelat Khas
muda gelap
Cokelat Cokelat
12 Khas Putih Khas Khas Cokelat Khas
muda gelap
Keterangan :
- : tidak terjadi perubahan
suhu kamar. Hal ini menunjukkan bahwa sediaan losion yang dibuat stabil.
Dari percobaan yang diperoleh hasil pengukuran pH dapat dilihat pada Tabel 4.4.
1. F0 6,8 6,8 6,8 6,8 6,8 6,7 6,7 6,7 6,7 6,7 6,6 6,6
2. F1 6,6 6,6 6,6 6,6 6,6 6,6 6,6 6,6 6,6 6,5 6,5 6,4
3. F2 6,6 6,6 6,6 6,6 6,6 6,5 6,5 6,5 6,5 6,5 6,4 6,4
4. F3 6,5 6,5 6,5 6,5 6,5 6,5 6,4 6,4 6,4 6,4 6,3 6,2
31
Universitas Sumatera Utara
Keterangan :
F0 : Losion tanpa ekstrak kulit pisang raja (blanko)
F1 : Losion dengan ekstrak kulit pisang raja konsentrasi 2,5%
F2 : Losion dengan ekstrak kulit pisang raja konsentrasi 5%
F3 : Losion dengan ekstrak kulit pisang raja konsentrasi 7,5%
Berdasarkan data pada Tabel 4.4 pengukuran pH sediaan losion pada saat
selesai dibuat, diperoleh bahwa pH pada sediaan losion F0 : 6,8; losion F1 : 6,6;
perubahan pH pada setiap sediaan yaitu losion F0 : 6,6; losion F1 : 6,4; losion F3:
selesai dibuat. Semakin banyak konsentrasi ekstrak kulit pisang raja yang
penting yang menentukan stabil atau tidaknya suatu sediaan. Derajat keasaman
tidak boleh terlalu asam karena dapat menyebabkan iritasi pada kulit sedangkan
hasil dapat dilihat bahwa viskositas losion yang diperoleh berkisar antara 5800 cp
sampai 7466 cp. Hasil ini sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh Food and
Drug Administration (FDA) bahwa viskositas losion yang baik berada dibawah
32
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.5 Data pengukuran viskositas sediaan losion
Viskositas (cp)
Setelah minggu ke-
F0 F1 F2 F3
Keterangan :
nilai yang tinggi karena semakin tinggi viskositas suatu bahan maka pergerakan
partikel akan cenderung makin sulit sehingga bahan akan semakin stabil (Dewi,
2014).
dilakukan dengan cara mengoleskan sediaan losion pada kulit belakang telinga,
parameter reaksi iritasi. Parameter yang diamati yaitu adanya kulit merah, gatal-
gatal, ataupun adanya pembengkakan. Dari hasil uji iritasi tersebut yang
33
Universitas Sumatera Utara
disimpulkan bahwa sediaan losion yang dibuat aman untuk digunakan (Tranggono
dan Latifah, 2007). Hasil uji iritasi terhadap kulit sukarelawan dapat dilihat pada
Tabel 4.6.
Pengamatan F0 F1 F2 F3
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Kemerahan - - - - - - - - - - - -
Gatal-gatal - - - - - - - - - - - -
Bengkak - - - - - - - - - - - -
Keterangan :
(-) : tidak mengiritasi
(+) : kulit kemerahan
(++) : kulit gatal-gatal
(+++) : kulit bengkak
yang meliputi kadar air (moisture), jumlah pori (pore), banyak noda (spot) dan
jumlah kerutan (wrinkle). Hal ini bertujuan agar bisa melihat seberapa besar
pengaruh losion yang mengandung ekstrak kulit pisang raja yang digunakan
dalam perawatan kulit yang mengalami penuaan dini, dilihat dari persen
34
Universitas Sumatera Utara
pemulihan. Berdasarkan uji normalitas dengan Shapiro-Wilk test, diperoleh nilai p
< 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa data tidak terdistribusi normal, sehingga
dilakukan uji non parametrik Kruskal Wallis dilanjutkan dengan Uji Mann-
Whitney.
checker yang terdapat dalam perangkat skin analyzer Aramo. Pada Tabel 4.7
peningkatan kadar air pada kulit sukarelawan setelah pemakaian losion yang
mengandung ekstrak kulit pisang raja, yaitu kondisi kulit yang memiliki
kelembapan kulit dehidrasi menjadi normal. Persentase kadar air pada kulit
punggung tangan sukarelawan meningkat yaitu sebesar 14,4% (F1), 22,6% (F2),
30,9% (F3). Sedangkan persentase kadar air kulit pada blanko merupakan
peningkatan paling rendah yaitu hanya naik sebesar 7,3%. Grafik peningkatan
kadar air kulit pada pemakaian losion yang mengandung ekstrak kulit pisang raja
terhadap peningkatan kadar air kulit punggung tangan sukarelawan. Kadar air
kulit meningkat setelah penggunaan losion yang mengandung ekstrak kulit pisang
efektivitas formula terhadap kadar air sukarelawan dan diperoleh nilai p < 0,05
yaitu adanya perbedaan statistika yang signifikan antar formula. Data selanjutnya
35
Universitas Sumatera Utara
Dari hasil uji Mann-Whitney dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang
Tabel 4.7 Data hasil pengukuran kadar air (moisture) pada kulit punggung tangan
sukarelawan
Kondisi %
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
awal Pemulihan
F0 27 27 28 29 29 7,4%
28 28 29 29 30 7,1%
26 26 27 28 28 7,6%
F1 27 27 29 29 30 15,3%
28 29 30 31 32 14,2%
27 28 29 30 30 15,3%
F2 28 29 31 32 35 25%
29 30 32 33 35 20,6%
27 29 31 32 33 22,2%
F3 27 29 32 34 36 33,3%
29 32 34 36 38 31,0%
28 30 32 34 36 28,5%
Keterangan:
Dehidrasi 0-29; Normal 30-50; Hidrasi 51-100 (Aramo, 2012)
36
Universitas Sumatera Utara
Kadar Air (Moisture) Kulit Sukarelawan
36 F0 (Blanko)
Kadar Air
31 F1 (2,5%)
F2 (5%)
26
0 7 14 21 28 F3 (7,5%)
Waktu (Hari)
Gambar 4.1 Grafik pengaruh perbedaan formula terhadap kadar air (moisture)
faktor yang sangat mempengaruhi kadar air dalam epidermis dan dermis. Kulit
harus mampu menjaga kadar air untuk mempertahankan fungsinya sebagai kulit
yang sehat.
Kandungan air pada kulit sehat sebesar 60% agar kulit tetap lembut, cerah,
memasok sel nutrisi yang cukup sehingga kulit tetap lembut dan berfungsi dengan
baik. Untuk fungsi fisiologisnya, kulit memerlukan lemak dan air. Lapisan lemak
higroskopis dapat menyerap air dan berada dalam hubungan yang fungsional
mengikat air sangat penting bagi fleksibilitas dan kelenturan kulit (Tranggona dan
skin analyzer Aramo lensa perbesaran 60x dan mode pembacaan normal dengan
warna lampu sensor biru. Pada Tabel 4.8 dapat dilihat bahwa perawatan yang
37
Universitas Sumatera Utara
dilakukan menunjukkan adanya efek penurunan besar pori pada kulit sukarelawan
setelah pemakaian losion yang mengandung ekstrak kulit pisang raja. Persentase
besar pori pada kulit punggung tangan sukarelawan meningkat yaitu sebesar
19,1% (F1), 30,5% (F2), 40,6% (F3). Sedangkan persentase besar pori kulit pada
blanko merupakan penurunan paling rendah yaitu hanya turun sebesar 5,2%.
Grafik penurunan besar pori kulit pada pemakaian losion yang mengandung
ekstrak kulit pisang raja selama empat minggu dapat dilihat pada Gambar 4.2.
37
Besar Pori
F0 (Blanko)
32
F1 (2,5%)
27
F2 (5%)
22
F3 (7,5%)
0 7 14 21 28
Waktu (Hari)
Gambar 4.2 Grafik pengaruh perbedaan formula terhadap besar pori (pore)
pada kulit punggung tangan sukarelawan
terhadap penurunan besar pori kulit punggung tangan sukarelawan. Besar pori
kulit menurun setelah penggunaan losion yang mengandung ekstrak kulit pisang
efektivitas formula terhadap kadar air sukarelawan dan diperoleh nilai p < 0,05
yaitu adanya perbedaan statistika yang signifikan antar formula. Data selanjutnya
38
Universitas Sumatera Utara
Dari hasil uji Mann-Whitney dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang
Tabel 4.8 Data hasil pengukuran besar pori (pore) pada kulit punggung tangan
sukarelawan
Kondisi %
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
awal Pemulihan
F0 38 38 38 36 36 5,2%
39 39 37 37 37 5,1%
36 36 36 36 34 5,5%
F1 36 36 34 32 29 19,4%
39 39 37 34 31 20,5%
40 38 38 35 33 17,5%
F2 39 36 33 29 27 30,7%
39 37 34 31 26 33,3%
40 38 36 32 29 27,5%
F3 39 35 31 27 23 41,0%
38 34 31 27 23 39,4%
41 37 33 28 24 341,4%
Keterangan:
Pori berukuran kecil 0-19; pori berukuran besar 20-39; pori berukuran sangat
besar 40-100 (Aramo, 2012)
39
Universitas Sumatera Utara
Pori-pori pada dasarnya adalah lubang kecil pada kulit dimana folikel
menumpuk berakibat permasalahan kulit seperti kasar dan kusam (Nurlaili, 2013).
penangkal yang baik untuk radikal hidroksil dan superoksida sehingga membran
lipid terlindungi. Hal ini dapat menyebabkan pengecilan ukuran pori dan
perangkat skin analyzer Aramo lensa perbesaran 60x dan dengan warna lampu
sensor jingga. Pada Tabel 4.8 dapat dilihat bahwa perawatan yang dilakukan
menunjukkan adanya efek penurunan jumlah noda pada kulit sukarelawan setelah
penurunan jumlah noda pada kulit punggung tangan sukarelawan yaitu sebesar
20,8% (F1), 34,1% (F2), 45,0% (F3). Sedangkan persentase jumlah noda pada
blanko merupakan penurunan paling rendah yaitu hanya turun sebesar 8,9%.
Grafik penurunan jumlah noda pada pemakaian losion yang mengandung ekstrak
kulit pisang raja selama empat minggu dapat dilihat pada Gambar 4.3
40
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.8 Data hasil pengukuran jumlah noda (spot) pada kulit punggung tangan
sukarelawan
Kondisi %
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
awal Pemulihan
F0 28 26 26 25 26 7,1%
38 36 36 34 34 10,5%
33 32 32 31 30 9,1%
F1 36 35 34 31 29 19,4%
44 43 41 39 36 18,1%
40 38 35 32 30 25%
F2 36 32 29 25 23 36,1%
36 34 31 28 25 30,5%
42 39 35 31 27 35,7%
F3 40 37 31 26 21 47,5%
36 33 30 25 20 44,4%
37 35 30 25 21 43,2%
Keterangan:
Jumlah noda sedikit 0-19; Jumlah noda sedang 20-39; Jumlah noda banyak 40-
100 (Aramo, 2012)
41
Universitas Sumatera Utara
Noda (Spot) Kulit Sukarelawan
40
Noda 35 F0 (Blanko)
30
F1 (5%)
25
F2 (2,5%)
20
0 7 14 21 28 F3 (7,5%)
Waktu (Hari)
Gambar 4.3 Grafik pengaruh perbedaan formula terhadap banyak noda (spot)
pada kulit punggung tangan sukarelawan
Gambar 4.3 menunjukkan bahwa pemakaian losion memberikan efek
Jumlah noda berkurang setelah penggunaan losion yang mengandung ekstak kulit
efektivitas formula terhadap jumlah noda sukarelawan dan diperoleh nilai p < 0,05
yaitu adanya perbedaan statistika yang signifikan antar formula. Data selanjutnya
Dari hasil uji Mann-Whitney dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang
(hiperpigmentasi) bisa muncul pada kulit yang mulai menua maupun kulit yang
belum menua oleh karena berbagai penyebab. Pada umunya bercak-bercak hitam
ini muncul pada bagian tubuh yang sering terpapar sinar matahari (Bogadenta,
melanin kulit semakin aktif dan menimbulkan bercak-bercak noda pada kulit
42
Universitas Sumatera Utara
tyrosinase inhibitor (Zwergel, et al., 2011) yang menghambat Tirosin menjadi
melanin pada sel melanosit serta juga mempunyai efek antioksidan yang dapat
perangkat skin analyzer Aramo lensa perbesaran 10x dan dengan warna lampu
sensor biru. Pada Tabel 4.9 dapat dilihat bahwa perawatan yang dilakukan
setelah pemakaian losion yang mengandung ekstrak kulit pisang raja . Persentase
penurunan jumlah keriput pada kulit punggung tangan sukarelawan yaitu sebesar
14,3% (F1), 39,2% (F2), 48,1% (F3). Sedangkan persentase jumlah noda pada
blanko merupakan penurunan paling rendah yaitu hanya turun sebesar 1,5%.
ekstrak kulit pisang raja selama empat minggu dapat dilihat pada Gambar 4.4.
40
F0 (Blanko)
30 F1 (2,5%)
20 F2 (5%)
10 F3 (7,5%)
0 7 14 21 28
Waktu (Hari)
43
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.9 Data hasil pengukuran jumlah keriput (wrinkle) pada kulit punggung
tangan sukarelawan
Kondisi %
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
awal Pemulihan
F0 43 43 42 42 43 0,0%
45 45 44 44 44 2,2%
42 42 42 42 42 0,0%
F1 45 45 43 41 39 13,3%
44 44 42 41 39 11,3%
43 43 42 41 39 9,3%
F2 43 41 39 28 26 39,5%
44 43 39 29 27 38,6%
42 40 39 29 27 35,7%
F3 45 41 39 29 25 46,6%
43 39 39 29 24 44,1%
46 42 39 29 25 45,6%
Keterangan:
Tidak berkeriput 0-19; Berkeriput 20-52; Berkeriput parah 53-100 (Aramo, 2012)
F0 : Losion tanpa ekstrak kulit pisang raja (blanko)
F1 : Losion dengan ekstrak kulit pisang raja konsentrasi 2,5%
F2 : Losion dengan ekstrak kulit pisang raja konsentrasi 5%
F3 : Losion dengan ekstrak kulit pisang raja konsentrasi 7,5%
44
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.4 menunjukkan bahwa pemakaian losion memberikan efek
efektivitas formula terhadap jumlah keriput sukarelawan dan diperoleh nilai p <
0,05 yaitu adanya perbedaan statistika yang signifikan antar formula. Data
yang berbeda. Dari hasil uji Mann-Whitney dapat disimpulkan bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan antara F0 dengan F1, F2 dan F3 (nilai p < 0,05).
Penuaan kulit dapat disebabkan oleh faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik.
Faktor intrinsik merupakan faktor dari dalam tubuh sendiri, misalnya umur,
genetik, rasial, dan hormonal. Sedangkan faktor ekstrinsik merupakan faktor dari
luar, misalnya lingkungan hidup, penyakit sistemik, stress, rokok, alcohol, bahan
kimia, dan lainnya yang sebenarnya dapat dihindari, disebut sebagai penuaan
ekstrinsik. Penuaan ekstrinsik akan menghasilkan kulit menua dini, yaitu lebih
terhadap MMP-1 adalah salah satu cara untuk mencegah kerusakan kulit akibat
45
Universitas Sumatera Utara
kerusakan kulit oleh radikal bebas yang ditimbulkan oleh pajanan sinar ultra
violet pada kulit, dengan mengikat singlet oksigen dan menghambat peroksidasi
dan proses degradasi kolagen terhambat sehingga kulit terlindungi dari proses
penuaan dini akibat pajanan sinar ultra violet B tersebut (Fisher, et al., 2001).
46
Universitas Sumatera Utara
BAB V
5.1 Kesimpulan
a. Ekstrak kulit psang raja dapat diformulasikan dalam bentuk sediaan losion
ekstak kulit pisang raja 7,5% yang mampu memperbaiki kondisi kulit yaitu
ukuran pori yang besar menjadi lebih kecil (% pemulihan 40,6%), jumlah
5.2 Saran
47
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA
Anief. (1996). Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Hal. 139-140.
Balsam, M.S. (1970). Cosmetic Science and Technology. Edisi II. New York:
Willey Interscience. Hal. 181-182.
Dalimartha, Setiawan. 2003. Atlas Tumbuhan Obat Jilid 3. Jakarta: Puspa Swara.
Dewi, T.S. (2014). Kualitas Lotion Ekstrak Kulit Buah Manggis (Garcinia
mangostana). Jurnal Skripsi. Fakultas Teknobiologi Universitas Atma
Jaya Yogyakarta, Yogyakarta. Hal. 13-14.
Dirjen POM Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1995). Farmakope
Indonesia. Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Ditjen POM. (1979). Farmakope Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
Draelos, Z.D., dan Thaman, L.A. (2006). Cosmetic Formulstion of Skin Care
Product. Volume 30. New York: Taylor and Francis Group. Hal. 167, 174.
Elfira, R. P. (2013). Uji Aktifitas Senyawa Antioksidan dari Ekstrak Metanol
Kulit Pisang Raja (Musa paradisiaca Sapientum). Jurnal Tadris Biologi
Fakultas Tarbiyah IAIN Raden Fatah. 76-81.
48
Universitas Sumatera Utara
Fisher, G.J., Kang, S., Varani, J., Csorgo, Z.B., Wan, Y., Datta, S.,Voorhees,
J.J.(2001). Mechanism of Photoaging and Chronological Skin Aging.
Arch Dermatol. Department of Dermatology, University of
Michigan, Ann Arbor. Vol 138: Hal. 1462-1470.
Harborne, J.B. (1987). Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan. Penerbit ITB. Bandung.
Harry, R.G. (2000). Harry’s Cosmeticology. Edisi VIII. New York: Chemical
Publishing Co. Inc. Hal. 471-483.
Jellenick, S. (1970). Formulation and Function of Cosmetics. New York: Wiley
Interscience. Hal. 108.
Katadi, S., Ahmad, Z., Suryani dan Rini, H. (2015). Formulasi Losio Antinyamuk
Dengan Zat Aktif Minyak Atsiri Lantana camara Linn. Jurnal Farmasi
dan Ilmu Kefarmasian Indonesia. 2(1):3.
Lachman, L., H.A. Lieberman dan J.L. Kanig. (1994). Teori dan Praktek Farmasi
Industri. Edisi III. Jakarta: Universitas Indonesia Press. Hal.1079-1083,
1104-1105.
Moini, H., Packer, L., dan Erik, N. (2002). Antioxidant and Prooxidant Activities
of ά-Lipoic Acid and Dihydrolipoic Acid. Toxicology and Applied
Pharmacology 182, 84-90.
Mulyawan, D., dan Suriana, N. (2013). A-Z Tentang Kosmetik. Jakarta: Elex
Media Komputindo. Hal. 16-17.
49
Universitas Sumatera Utara
Rawlins, E. A. (2003). Bentley’s Textbook of Pharmaceutics. 18th ed. London:
Bailierre Tindall. Hal. 355.
Saputra, L. (2012). Anatomi & Fisiologi untuk Perawat dan Paramedis. Jakarta:
Binarupa Aksara Publisher. Hal. 124-125.
Sarwadi, S. (2014). Buku Pintar Anatomi Tubuh Manusia. Jakarta: Dunia Cerdas.
Hal. 75-77.
Supriyadi dan Satuhu. (2008). Pisang : Budidaya, Pengolahan, dan Prospek Pasar.
Penebar Swadaya, Jakarta.
Tapas, A.R., Sakarkar, D.M., and Kakde, R.B. ( 2008). Flavonoids
as Nutraceuticals: A Review Tropical Journal of Pharmaceutical
Research: 7(3): 1089-1099.
Tjandrawinata, R. (2011). Sekilas Tentang Seloxy AA. Scientific Journal of
Pharmaceutical Development and Medical Application. 24(1) :11.
Tranggono, R.I., dan Latifah, F. (2007). Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan
Kosmetik. Jakarta: PT.Gramedia Pusaka Utama. Hal. 11-32, 167.
Wasitaatmadja, S.M. (1997). Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Jakarta: UI Press,
3-6.
Zwergel, C., Gaascht, F., Valente, S., Diederich, M., Bagrel, D., Kirsch, G.
(2011). Aurones: Interesting Natural and Synthetic Compounds with
Emerging Biological Potential.
50
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan kulit buah pisang raja
51
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 2. Gambar tumbuhan, daun segar, simplisia, serbuk simplisia kulit
pisang raja
B C
Keterangan:
52
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 2. Gambar hasil ekstrak kulit pisang raja.
53
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 3. Bagan penyiapan serbuk simplisia kulit pisang raja
Kulit Pisang
15 kg kulit pisang
54
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 4. Bagan pembuatan ekstrak kental kulit pisang raja
dimaserasi
dimasukkandengan
ke dalampelarut
wadahetanol
kaca96% sebanyak
berwarna 3,75
gelap
L selama 5 hari (terlindung dari cahaya) sambil
dimasukkan
diaduk ke dalam alat perkolator
sesekali
diserkai, kemudian
dimasukkan ke dalamdimasukkan ke dalam wadah kaca
alat perkolator
berwarna gelap.
55
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 6. Bagan pembuatan losion tanpa ekstrak (blanko)
dicampur
Dicampur
Dipanaskan diatas Dipanaskan diatas
penangas air penangas air
Massa A Massa B
Massa C
ditambah pewangi
Dasar sediaan
losion
56
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 7. Bagan pembuatan losion dengan ekstrak kulit pisang raja
Dicampur dicampurkan
Massa A Massa B
Massa C
ditambah pewangi
Sediaan losion
dengan ekstrak
kulit pisang raja
57
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 8. Hasil rendemen kulit pisang raja
500 61,7
58
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 9. Gambar sediaan losion ekstrak kulit pisang raja
F0 F1 F2 F2
Keterangan:
59
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 10. Gambar hasil evaluasi dan stabilitas losion
F0 F1 F2 F3
Keterangan:
60
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 10. (lanjutan)
F0 F1 F2 F3
F0 F1 F2 F3
Evaluasi tipe emulsi losion
Keterangan:
61
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 11. Lampiran skin analyzer
- Kadar air
Kondisi awal
Minggu 1
Minggu 2
62
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 11. (Lanjutan)
Minggu 3
Minggu 4
- Pori
Kondisi awal
63
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 11. (Lanjutan)
Minggu 1
Minggu 2
Minggu 3
64
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 11. (Lanjutan)
Minggu 4
- Noda
Kondisi awal
Minggu 1
65
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 11. (Lanjutan)
Minggu 2
Minggu 3
Minggu 4
66
Universitas Sumatera Utara
- Wrinkle
Koidisi awal
Lampiran 8. (Lanjutan)
Minggu 1
Minggu 2
67
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 11. (Lanjutan)
Minggu 3
Minggu 4
68
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 12. Gambar pembuatan ekstrak
69
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 13. Gambar Alat
Neraca Analitik
70
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 13. Data hasil uji statistic
2. Uji Kruskal-Wallis
Test Statisticsa,b
KONDISIAWAL MINGGU1 MINGGU2 MINGGU3 MINGGU4
71
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 13. (lanjutan)
3. Uji Mann-Whitney
F0 DENGAN F3
Test Statisticsa
KONDISIAWAL MINGGU1 MINGGU2 MINGGU3 MINGGU4
F0 DENGAN F1
Test Statisticsa
KONDISIAWAL MINGGU1 MINGGU2 MINGGU3 MINGGU4
F0 DENGAN F2
Test Statisticsa
KONDISIAWAL MINGGU1 MINGGU2 MINGGU3 MINGGU4
72
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 13. (lanjutan)
F1 DENGAN F2
Test Statisticsa
KONDISIAWAL MINGGU1 MINGGU2 MINGGU3 MINGGU4
F1 DENGAN F3
Test Statisticsa
KONDISIAWAL MINGGU1 MINGGU2 MINGGU3 MINGGU4
F2 DENGAN F3
Test Statisticsa
KONDISIAWAL MINGGU1 MINGGU2 MINGGU3 MINGGU4
73
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 13. (lanjutan)
Pori
1. Uji normalitas
Tests of Normality
FORMULA Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
BLANKO ,253 3 . ,964 3 ,637
FORMULA 1 ,292 3 . ,923 3 ,463
KONDISIAWAL
FORMULA 2 ,385 3 . ,750 3 ,000
FORMULA 3 ,253 3 . ,964 3 ,637
BLANKO ,253 3 . ,964 3 ,637
FORMULA 1 ,253 3 . ,964 3 ,637
MINGGU1
FORMULA 2 ,175 3 . 1,000 3 1,000
FORMULA 3 ,253 3 . ,964 3 ,637
BLANKO ,175 3 . 1,000 3 1,000
FORMULA 1 ,292 3 . ,923 3 ,463
MINGGU2
FORMULA 2 ,253 3 . ,964 3 ,637
FORMULA 3 ,385 3 . ,750 3 ,000
BLANKO ,385 3 . ,750 3 ,000
FORMULA 1 ,253 3 . ,964 3 ,637
MINGGU3
FORMULA 2 ,253 3 . ,964 3 ,637
FORMULA 3 ,385 3 . ,750 3 ,000
BLANKO ,253 3 . ,964 3 ,637
FORMULA 1 ,175 3 . 1,000 3 1,000
MINGGU4
FORMULA 2 ,253 3 . ,964 3 ,637
FORMULA 3 ,385 3 . ,750 3 ,000
a. Lilliefors Significance Correction
2. Uji Kruskal-Wallis
Test Statisticsa,b
df 3 3 3 3 3
74
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 13. (lanjutan)
Uji Mann-Whitney
F0 DENGAN F1
Test Statisticsa
F0 DENGAN F2
Test Statisticsa
75
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 13. (lanjutan)
F0 DENGAN F3
Test Statisticsa
F1 DENGAN F2
Test Statisticsa
76
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 13. (lanjutan)
F1 DENGAN F3
Test Statisticsa
F2 DENGAN F3
Test Statisticsa
77
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 13. (lanjutan)
Noda
1. Uji Normalitas
Tests of Normality
2. Kruskal-Wallis
Test Statisticsa,b
df 3 3 3 3 3
78
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 13. (lanjutan)
3. Uji Mann-Whitney
F0 DENGAN F1
Test Statisticsa
F0 DENGAN F2
Test Statisticsa
79
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 13. (lanjutan)
F0 DENGAN F3
Test Statisticsa
F1 DENGAN F2
Test Statisticsa
80
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 13. (lanjutan)
F1 DENGAN F3
Test Statisticsa
F2 DENGAN F3
Test Statisticsa
81
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 13. (lanjutan)
Keriput
1. Uji Normalitas
Tests of Normality
FORMULA Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
2. Uji Kruskal-Wallis
Test Statisticsa,b
df 3 3 3 3 3
82
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 13. (lanjutan)
3. Uji Mann-Whitney
F0 DENGAN F1
Test Statisticsa
F0 DENGAN F2
Test Statisticsa
83
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 13. (lanjutan)
F0 DENGAN F3
Test Statisticsa
F1 DENGAN F2
Test Statisticsa
84
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 13. (lanjutan)
F1 DENGAN F3
Test Statisticsa
F2 DENGAN F3
Test Statisticsa
85
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 14. Surat pernyataan persetujuan (Informed Consent)
86
Universitas Sumatera Utara