Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM

PENENTUAN KADAR CASEIN DALAM SUSU

Disusun Oleh :

FEBRIANUS ARIANDI (181148201028)

FEBRIANI JATORINDA BAKTI (181148201029)

FRENY R MAAREBIA (181148201030)

HIASINTA MELIANA HANGIN (181148201031)

JESIKA ANGELIA (181148201032)

Dosen Pembimbing :

NURILLAHI FEBRIA LESWANA, S.Si., M.Sc

LABORATORIUM KIMIA FARMASI


PROGRAM STUDI S1 FARMASI
STIKES DIRGAHAYU SAMARINDA
PENENTUAN KADAR CASEIN DALAM SUSU

Kami yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan telah menyelesaikan laporan resmi
Praktikum Analisis Makanan & Kosmetik pertemuan IX dengan judul “Penentuan Kadar Casein
Dalam susu’’. Jika ditemukan adanya kesamaan isi/materi laporan dengan kelompok lain yang
ditandai oleh adanya minimal 2 buah kalimat berurutan yang sama persis, maka kami bersedia
dipanggil oleh Dosen pembimbing dan menerima kemungkinan terburuk yaitu nilai laporan
diturunkan 50% dari nilai yang seharusnya diperoleh.

No Nama Anggota Kelompok NIM Tanda Tangan


1. FEBRIANUS ARIANDI 181148201028

2. FEBRIANI JATORINDA BAKTI 181148201029

3. FRENY R MAAREBIA 181148201030

4. HIASINTA MELIANA HANGIN 181148201031

5. JESIKA ANGELIA 181148201032

Tanggal Terima Laporan Nilai Tanda Tangan Dosen


Pembimbing

BAB I
TINJAUAN PUSTAKA

I. Tujuan Praktikum
Mengetahui kadar casein dalam susu yang beredar di pasaran
II. Tinjauan Pustaka

Susu merupakan hasil sekresi kelenjar ambing atau mammae dari ternak yang sehat
dan bersih, diperoleh dengan cara pemerahan yang benar, dengan kandungan alami yang
tidak dikurangi atau tidak ditambah sesuatu apapun dan belum mendapatkan perlakuan
apapun kecuali pendinginan. Susu mengandung lemak, protein, laktosa, serta berbagai jenis
garam dan vitamin. (Lestari, 2015)

Protein dalam susu mencapai 3,25%. Struktur primer protein terdiri atas rantai
polipeptida dari asam-asam amino yang disatukan ikatan-ikatan peptida (peptidelinkages).
Protein susu terdiri atas dua kelompok protein utama yakni kasein dan whey. Protein kasein
terdiri atas αs1- kasein, αs2-kasein, â-kasein, dan K-kasein, sedangkan Protein whey
disusun oleh á-Laktalbumin, â-Laktoglobulin, Immunoglobulin, Serum Albumin,
Laktoferin, dan Laktoperoksidase. (Shiddieqy, M. I. 2007.)

Kasein penting dikonsumsi karena mengandung komposisi asam amino yang dibutuhkan
tubuh .Susu bernilai tinggi baik untuk manusia, hewan muda dan cocok untuk media
tumbuh mikroorganisme karena menyediakan berbagai nutrisi. (Shiddieqy, M. I. 2007.)
Kasein merupakan komplek senyawa protein dengan garam Ca, P dan sejumlah kecil Mg
dan sitrat sebagai agregat makromolekul yang disebut kalsium fosfo kaseinat atau misel
kasein. Kasein dapat dipresipitasi oleh asam atau enzim rennin dan presipitasi kasein oleh
rennin ini merupakan dasar untuk pembentukan curd dalam keju, (Hasinah H, Tiesnamurti
B. 2002). Kasein merupakan protein dengan sifat hidrofobik yang lebih kuat apabila
dibandingkan dengan whey. Hal ini disebabkan gugus hidrofobik pada kasein berada di
bagian permukaan molekul, sedangkan gugus hidrofobik pada whey berada di dalam
molekul, namun beberapa kasein memiliki sifat hidrofobik yang lebih lemah daripada whey
jenis β-laktoglobulin .β-casein merupakan jenis protein susu dengan sifat hidrofobik paling
kuat diantara jenis protein susu lainnya.( Susilorini, T.E., Eirry Sawitri, M. 2006)

BAB II
PROSEDUR KERJA

A. ALAT DAN BAHAN


1. Alat
a. glass beker
b. Corong
c. Buret
d. Penangas air
2. Bahan
a. Asam asetat 1 N dan 0,25 N
b. NaOH 0,1 N
c. Formaldehid 40%
d. Indicator fenolftalein

B. Prosedur Kerja
1. Dimasukkan 20 ml sampel kedalam beaker glass, panaskan di penangas air pada suhu
40oC. Bila digunakan sampel susu kental, diencerkan dengan akuades perbandingan 1
: 2 dan susu bubuk ditambahkan akuades perbandingan 1: 9.
2. Tambahkan 1,5 ml asam asetat 1 N, diaduk homogen dan didiamkan selama 20 menit.
Tambahkan lagi 4,5 ml asam asetat 0,25 N (untuk mencapai pH isoelektrik dari
casein), diaduk dan didiamkan selama 1 jam.
3. Dekanter ke dalam corong dengan kertas saring. Cuci endapan dengan akuades
sampai cucian bersifat netral.
4. Kemudian kertas saring dan endapan dimasukkan kedalam beaker semula dan
ditambahkan akuades sampai endapan volume 20 ml
5. Tambahkan 4 ml larutan NaOH 0,1 N, panaskan diatas penangas air sampai larut
seperti susu dan didinginkan sampai suhu 21-24 ◦C, teteskan 3 tetes fenolftalein
6. Tambahkan 4 ml formaldehid 40% (warna rose hilang), titrasi dengan NaOH 0,1 N
samapi terbentuk warna rose

C. Hasil Pengamatan
No Langkah Percobaan Pengamatan
.
1. Susu cair “Indomilk”
10 ml sampel + 1,5 ml asam Menggumpal
asetat 1 N, diaduk
Didiamkan 10 menit Mengendap
+ 2,5 mL asam asetat 0,25 N Tidak terjadi perubahan
Didiamkan 30 menit Mengendap
Didekantir, endapan dicuci pH = 7
dengan akuades
Endapan + 20 mL aquades Tidak larut
+ 2 mL NaOH 0,1 N Tidak terjadi perubahan
+ 10 tetes indikator PP Tidak terjadi perubahan
+ 2 mL formaldehid 40% Tidak terjadi perubahan
Dititrasi dengan NaOH 0,1 M V = 9,1 mL (warna rose)

2. Susu bubuk “Firsian Flag”


Susu bubuk + akuades (2:18) Larut
10 ml sampel + 1 ml asam Menggumpal
asetat 1 N, diaduk
Didiamkan 10 menit Mengendap
+ 2,5 mL asam asetat 0,25 N Tidak terjadi perubahan
Didiamkan 30 menit Mengendap
Didekantir, endapan dicuci pH = 7
dengan aquades
Endapan + 20 mL akuades Tidak larut
+ 2 mL NaOH 0,1 N Tidak terjadi perubahan
+ 10 tetes indikator PP Tidak terjadi perubahan
+ 2 mL formaldehid 40% Tidak terjadi perubahan
Dititrasi dengan NaOH 0,1 M V = 7,3 mL (warna rose)
Perhitungan :
1. Susu cair merk dagang “Indomilk”
Diketahui : Vtitrasi = 9,1 mL
Kadar Casein = Vtitrasi x 0,9 %
= 9,1 mL x 0,9%
= 0,00819 mL
2. Susu bubuk merk dagang “Firsian Flag”
Diketahui : Vtitrasi = 7,3 mL
Kadar Casein = Vtitrasi x 0,9 %
= 7,3 ml x 0,9% = 0,0657 mL

BAB III

PENUTUP

1. Pembahasan
Protein susu memiliki protein-protein spesifik. Salah satunya adalah
kasein. Kasein merupakan salah satu komponen organik yang melimpah dalam
susu bersama dengan lemak dan laktosa. Kasein merupakan protein konjugasi
antara protein dengan fosfat membentuk fosfoprotein. Kasein berupa serbuk
amorf warna putih. Dalam kasein tidak hanya terdiri dari zat-zat organik,
melainkan mengandung juga zat anorganik seperti kalsium, fosfor, dan
magnesium. Dalam keadaan murni, kasein berwarna putih seperti salju, dalam air
dingin dan garam netral. Kasein terdispersi dalam air panas, basa, dan garam basa
seperti natrium asetat, dan natrium oksalat. Struktur polimer kasein terdiri dari
gugus karbonil, keton, amina, serta gugus samping (R). Kasein merupakan protein
yang pada dasarnya terdiri dari kumpulan beberapa asam amino.
Sampel yang telah dimasukkan ke dalam gelas beaker sebanyak 10 ml akan
dipanaskan di penangas air pada suhu 40 0C. Sampel tersebut akan membentuk
dua lapisan, karena berdasarkan sifat termalnya kasein termasuk dalam jenis
polimer termoplastik sehingga kasein tidak tahan terhadap suhu tinggi, kasein
akan mengalami denaturasi pada pemanasan seperti terlihat pada saat menanaskan
susu pada suhu 100 0C.
Kemudian akan ditambahkan 1,5 ml CH3COOH 1 N dan 4,5 ml CH3COOH 0,25
N setelah itu didiamkan selama 60 menit sehingga membentuk endapan pada susu
cair dan susu bubuk. Terbentuknya endapan menandakan bahwa kasein memang
terdapat di dalam susu tersebut. Ketika didekantir, disaring dan dicuci dengan
akuades akan menghasilkan endapan berwarna putih. Hal ini disebabkan karena
kasein dapat dibuat memalui reaksi penggabungan asam amino, yang akan
menghasilkan kasein, air, serta ion H + .
Selanjutnya perlakuan pada sampel yang akan ditambahkan 4 ml NaOH 0,1 N dan
didinginkan pada suhu 21-24 0C akan menghasilkan larutan berwarna putih susu
kemudian ditambahkan 3 tetes fenolftalein sehingga larutan tersebut berubah
menjadi berwarna pink. Selanjutnya ditambahkan formaldehide 40% sebanyak 2
ml, hal ini dikarenakan protein bersifat amfoter sehingga sulit dititrasi sebagai
asam maupun basa, agar dapat dititrasi sebagai asam, maka sifat basa dari gugus
amino dapat dihilangkan dengan mereaksikannya dengan formaldehide sehingga
ion H+ dapat dititrasi dengan NaOH. Larutan akan berubah kembali berwarna
putih susu dan akan dititrasi dengan NaOH 0,1 N agar dapat menghasilkan kadar
kasein dari sampel tersebut.
Titrasi dengan NaOH menimbulkan warna rose muncul, (tepat pada saat tetesan
awal terjadi perubahan warna). Munculnya warna rose merupakan indikasi adanya
kasein dalam sampel susu yang kami gunakan.
Hasil yang didapatkan menunjukkan bahwa kasein hasil isolasi dari susu memiliki
kelarutan yang rendah pada pH 4 dan 5 berturut-turut sebesar 5.51% dan 3.45%,
dan sangat tinggi pada pH 3, 6, 7, dan 8 berturut-turut sebesar 96.23%, 96.08%,
96.55%, dan 94.44%.Hasil ini sejalan dengan pI kasein yaitu pada pH 4,7-5,0
(Glab dan Bmenjelaskan bahwa kasein memiliki kelarutan terendah dan mudah
sekali mengendap pada titik isoelektriknya yaitu pada pH 4,7-5,0.
Kandungan kasein secara teoritis sebesar 80% dari total kandungan protein pada
susu sapi dan 2,8% dari kandungan 100 mL susu sapi. Rendemen kasein yang
didapatkan secara teoritis sebesar 0,028 g/mL susu sapi. Rendemen kasein secara
teoritis tersebut berbeda dengan hasil penelitian. Hal ini dapat dijelaskan
berdasarkan yang menyatakan bahwa susu sapi perah dari KUD yang berbeda
memiliki kadar protein yang berbeda.bertuut-turut menghasilkan kadar protein
sebesar0,036 g/mL, 0,035 g/mL dan 0,030 g/mL. . Hasil yang didapat dalam
titrasi ini kadar kasein dari susu cair adalah 0,00819 mL dan susu bubuk 0,0657
mL
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hasil tersebut diantaranya
jenis sapi penghasil susu, waktu pemerahan dan jenis pakan yang diberikan pada
sapi. Analogi ini yang dapat menjelaskan mengapa rendemen kasein yang
diperoleh dari penelitian ini lebih tinggi, dari pada rendemen secara teoritis

2. Kesimpulan :
1) Protein susu memiliki protein-protein spesifik. Salah satunya adalah kasein.
Kasein merupakan salah satu komponen organik yang melimpah dalam susu
bersama dengan lemak dan laktosa.
2) Untuk uji ini digunakan 2 sampel susu yaitu susu cair adalah 0,00819 mL dan
susu bubuk 0,0657 mL
3) Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hasil tersebut diantaranya
jenis sapi penghasil susu, waktu pemerahan dan jenis pakan yang diberikan
pada sapi.
Daftar Pustaka

Hasinah H, Tiesnamurti B. 2002. Identifikasi Gen κ-Kasein untuk Seleksi Pada Sapi Perah. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor.
Lestari, D., 2015. Protein Dan Peptida Susu Kambing Serta Potensinya Sebagai Antibakteri.
Thesis. Institut Pertanian Bogor.
Shiddieqy, M. I. 2007. Memetik Manfaat Susu Sapi,
http://1ggplus.wordpress.com/2007/11/05/memetikmanfaat-susu-sapi/. diakses pada tanggal 24
july 2021
Susilorini, T.E., Eirry Sawitri, M. 2006. Produk Olahan Susu. Jakarta: Penerbit Penebar Swadaya

Anda mungkin juga menyukai