Anda di halaman 1dari 20

PERCOBAAN 1

I. Judul : Pemisahan

II. Tanggal mulai praktikum : 16 September 2019

III. Tanggal selesai praktikum : 16 September 2019

IV. Tujuan : a. Memisahkan zat padat dan zat


cair
b. Memisahkan zat padat dan zat
padat

V. Dasar Teori

Teknik pemisahan merupakan bagian dari cabang kimia analitik


untuk mengidentifikasi satu atau lebih komponen dalam satu atau lebih
komponen dalam suatu bahan atau sampel danestimasi kuantitas setiap
komponen tersebut. Proses mengidentifikasi tersebut disebut dengan
kualitatif, sedangkan penentuan jumlah suatu komponen dinamakan
analisis kuantitatif. (sanagi,1998 : ix)
Dalam kimia dan teknik kimia, proses pemiahan digunakan untuk
mendapatkan dua atau lebih produk yang lebih murni dari suatu campuran
senyawa kimia. Sebagian besar senyawa kimia ditemukan di alam dan
dalam keadaan tidak murni. Biasanya, satu senyawa kimia berada dalam
keadaan tercampur dengan senyawa lainnya.
Secara mendasar, proses pemisahan dapat diterangkan sebagai
proses perpindahan massa. Proses pemisahan sendiri dapat diklasifikasikan
menjadi proses pemisahan secara mekanis atau pemisahan secara kimiawi.
Pemilihan jenis proses pemisahan yang digunakan bergantung pada
kondisi yang dihadapi. Pemisahan secara mekanis dilakukan kapanpun
memungkinkan karena biaya operasinya lebih murah dari pemisahan
secara kimiawi.
Campuran adalah suatu bentuk larutan yang terbentuk dari dua zat
atau lebih zat yang berlainan yang masih mempunyai sifat asli zat asalnya,
dalam kehidupan sehari-hari banyak kita jumpai segala jenis campuran.
Misalnya air sungai, tanah, udara, makanan, dan lain-lain. Campuran yang
digunakan untuk pemisahan dapat digolong kan mendaji 3 bentu larutan
yaitu :
a. Larutan
Larutan adalah campuran yang bersifat homogen antara
molekul, atom ataupun ion dari dua zat atau lebih. Fase larutan
dapat berwujud gas, padat, ataupun cair.
b. Koloid
Sistem koloid adalah campuran hampir homogen antara fase
terdisperi dan fase pendispersi. Hampir homogen artinya
campuran dua zat hampir menyatu dan sulit dibedakan.
c. Suspensi
Suspensi adalah campuran kasar yang bersifat heterogen antar
komponennya masih terdapat bidang batas dan sering sekali
dapat dibedakan tanpa menggunakan bantuan mikroskop.
Suspensi dapat dipisahkan melalui penyaringan. Diameter
partikel suspensi lebih dari 100mm. (Chang,2005)

Proses pemisahan suatu campuran dapat dilakukan dengan


berbagai metode. metode pemisahan yang dipilih bergantung pada fase
komponen penyusun campuran. Suatu campuran dapat berupa campuran
homogen (satu fasa) atau campuran heterogen (lebih dari satu fasa). Suatu
campuran heterogen dapat berupa campuran mengandung dua atau lebih
fasa : padat – padat, padat – cair, padat – gas, cair – cair, cair – gas, gas –
gas, atau campuran padat – cais – gas dan lebih banyak lagi. Berikut
adalah penjelasan mengenai dua campuran tersebut.

a. Campuran homogen
Campuran homogen adalah penggabungan dua zat tunggal atau
lebih yang semua partikelnya menyebar merata membentuk 1
fase. Yang dimaksud 1 fase adalah zat yang sofat komposisinya
sama anatara satu bagian dengan bagian yang lain didekatnya.
Dikatakan sebagai campuran homogen jika antara
komponennya tidaj terdapat bidang batas sehingga tidak
terbedakan lagi walaupun menggunakan mikroskop ultra.
(Syuri,1990)
b. Campuran heterogen
Campuran heterogen adalah penggabungan yang tidak merata
antara dua zat tunggal atau lebih sehingga perbandingan
komponen yang satu dengan yang lainnya tidak sama dan
terbagi menjadi bagian bejana. Dikatakann sebagai campuran
heterogen jika antara komponennya masih terdapat bidang
batas dan seringkali dapat dibedakan tanpa menggunakan
mikroskop, melainkan hanya dengan mata. Pada dasarnya
campuran heterogen memiliki sifat-sifat yang tidak seragam
atau tidak sama. (Petrucci,1987)

Contoh kedua untuk kedua campuran tersebut adalah larutan gula


dan air pada campuran homogen serta campuran air dan minyak tanah
pada campuran heterogen. (Petrucci. 1998) .

Tujuan suatu proses pemisahan adalah untuk mengisolasi zat atau


senyawa pada bentuk murninya. Misalnya campuran senyawa A dan
senyawa B dapat diisolasi menggunakan cara pemisahan. (Sanagi,1998).
Pemisahan dapat dilakukan melalui dua cara yaitu kualitatif dan
kuantitatif. Pemisahan kualitatif merupakan pemisahan dengan
mengidentifikasi komponen, sedangkan analisis kuantitatif melibatkan
penetuan kuantiti komponen tersebut. (Sanagi, 1998).

Untuk dapat memisahkan campuran homogen dan campuran


heterogen dapat dilakukan dengan proses pemisahan atau pemurnian.
Pemisahan itu sendiri pada dasarnya merupakan suatu cara yang dilakukan
untuk memisahakan suatu larutan dengan dua zat atau lebih yang saling
tercampur. Sedangkan pemurnian merupakan suatu cara yang dilakukan
untuk mendapatkan zat murni dari suatu zat yang telah tercemar atau
tercampur oleh zat lain. (Syukri,1999).

Suatu larutan terdiri atas pelarut (solvent) dan zat terlarut (solute).
Pada umunya, komponen yang jumlahnya terbanyak yang dianggap
sebagai pelarut sedangkan komponen yang jumlahnya sedikit dianggap
sebagai zat terlarut. (Syukri,1999)

Metode pemisahan merupakan suatu cara yang digunakan untuk


memisahkan atau memurnikan suatu senyawa atau sekelompok senyawa
yang mempunyai susunan kimia yang berkaitan dari suatu bahan, baik
dalam skala laboratorium ataupun skala industri. Metode pemisahan
bertujuan untuk mendapatkan zat murni atau beberapa zat murni dari suatu
campuran, sering di sebut sebagai pemurnian dan juga untuk mengetahui
keberadaan suatu zat dalam sampel (analisis laboratorium). Terdapat
berbagai macam metode pemisahan campuran, pemisahan didasarkan pada
perbedaan sifat campuran. berbagai macam metode tersebut diantaranya
sebagai berikut :

1. Pemisahan zat padat yang tidak larut dalam zat cair


a. Dekantasi (pengendapan)
Dekantasi adalah sebuah proses yang dilakukan untuk
memisahkan campuran larutan dan padatan yang paling
sederhana, yaitu dengan menuangkan cairan secara
perlahan sehingga endapat tertinggal dibagian dasar bejana.
Cara ini dapat dilakukan jika endapan mempunyai ukuran
partikel dan massa jenis yang besar, sehingga dapat terpisah
dengan baik terhadap cairannya.
b. Filtrasi (penyaringan)
Filtrasi merupakan metode pemisahan untuk memisahkan
zat padat dengan cairannya dengan menggunakan alat
berpori (penyaring). Dasar pemisahan metode ini adalah
ukuran partikel antara pelarut dan zat terlarutnya.
Penyaringan akan menahan zat padat yang memiliki ukuran
partikel lebih besar dari pori penyaringan dan meneruskan
pelarut.
2. Pemisahan zat padat yang larut dalam air.
a. Penguapan
Pada penguapan, larutan dipanaskan hingga pelarutnya
menguap dan meninggalkan zat terlarut atau residu.
b. Kristalisasi
Kristalisasi adalah pemisahan komponen-komponen dengan
cara mengkristalkan komponen tercampur dengan
dipanaskan kemudian didinginkan. Secara sederhana,
kristalsasi adalah suatu metode pemisahan yang merubah
wujud zat terlarutnya dari cair ke padat. Dasar metode ini
adalah kelarutan bahan dalam suatu pelarut dan perubahan
titik beku.
c. Rekristalisasi
Secara umum rekristalisasi sama dengan pemisahan
kristalisasi, hanya saja yang membedakan adalah perubahan
wujud zat terlarut dima pada kristalisasi perubahan
wujudnya dimulai dari cair ke padat. Sedangkan pada
rekristalisasi perubahan wujud zat terlarutnya dimulai dari
padat ke cair.
3. Pemisahan zat padat dari zat padat.
a. Pelarutan yang diikuti dengan penyaringan .
Pada proses pemisahan ini, diawali dengan cara melarutkan
komponen komponen yang ingin dipisahkan, kemudian
dipanaskan hingga meguap.
b. Kristalisasi bertingkat
Kristalusasi bertingkat sebenarnya adalah suatu proses
kritalisasi hanya saja prosesnya dilakukan berkali-kali
sehingga membentuk kristal yang bertingkat.

c. Sublimasi.
Sublimasi yaitu dua jenis padatan dengan menyublim dari
kompoen yang dapat menyublim, yaitu contohnya senyawa
yang pemanasnya meleleh kemudian mendidih dan pada
pendinginan dari uap langsung menjadi padatan.

Secara umum pelarut dapat dibagi menjadi dua yaitu pelarut polar
dan pelarut nonpolar. Dikatakan sebagai pelarut polar apabila suatu
senyawa memiliki keelektronegatifan yang jauh berbeda anatara atom
penyusunnya. Sedangkan dikatakan sebagai pelarut nonpolar apabila suatu
senyawa memniliki elektronegatifan yang relatif kecil atau bahkan nol
(Syukri,1999).
VI. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Gelas kimia
b. Pembakar spirtus
c. Gelas ukur 50ml
d. Cawan penguap
e. Corong pemisahan
f. Kaca arlogi
g. Kertas saring
h. Labu erlenmeyer
i. Pendingin
j. Batu didih
2. Bahan
a. Senyawa CuSO4
b. 1 batang kapur tulis
c. NaCl atau garam dapur
d. Pasir halus
e. 3 keping kapur barus
VII. Alu r percobaan
1. Percobaan 1 (Dekantasi)

1 Sendok Pasir 20 ml air

- Dimasukan dalam gelas


kimia
- Dicampur aduk rata

Larutan Pasir

- Dibiarkan mengendap
- Dibuang dengan cara dekantasi

Filtrat Residu

Air keruh

2. Percobaan 2 (Filtrasi)

1 Batang kapur tulis


- Dihaluskan
Bubur Kapur 20 ml air

- Masukkan ke dalam gelas kimia


- Aduk hingga
rata

Larutan kapur

- Lakukan penyaringan menggunakan corong


dan kertas
saring

Filtrat Residu
- Diamati
Air keruh

3. Percobaan 3 (Kristalisasi)

1/4 Sendok makan garam 10 ml air

- Masukkan ke dalam gelas kimia


- Aduk hingga
rata

Larutan garam

- Disaring menggunakan kertas


saring

Filtrat Residu
- Diuapkan hingga airnya
habis
dalam cawan penguap
Kristal NaCl

4. Percobaan 4 (Kristalisasi)

10 ml Larutan CuSO4 5H2O


- Masukkan dalam gelas kimia
- Uapkan hingga volumenya habis
- Didinginkan

Kristal CuSO4 5H2O


5. Percobaan 5 (Kristalisasi)

1 Sendok makan
1 Sendok pasir garam dapur 10 ml air

- Dicampur dalam gelas kimia


- Diaduk sampai menjadi larutan homogen

Larutan homogen
- Dipanaskan
- Disaring

Filtrat Residu
- Dicuci dengan air 5
ml
sebanyak 2-3 kali
Air cucian

- Dicampur
Air Campuran 1`
- Diuapkan dalam cawan penguapan
Air Campuran 2
- Pembakar disisihkan
- Air dibiarkan menguap sendiri

Kristal NaCl

6. Percobaan 6 (Kristalisasi)

2 Butir Kapur
Barus 3 sendok pasir
- Dihaluskan

Kapur barus kotor


- Dipanaskan dalam cawan
penguap
- Ditutup dengan kaca arloji berisi air
- Dipanaskan perlahan-lahan

Kristal
- Didinginkan
- Dikumpulkan

Kristal

VIII. Hasil Pengamatan

1. Campuran satu sendok pasir dengan air 20 ml yang diaduk


sampai rata lalu dipisahkan dengan cara dekantasi untuk
memisahan campuran yang penyusunnya berupa zat cair dan zat
padat caranya dengan menuang cairan ke wadah lain seperti gelas
kimia secara hati-hati supaya padatan terpisah dari cairan. Hasil
pengamatan setelah dipisahkan secara dekantasi, ail filtrat menjadi
keruh. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
SiO (s) + H2O (l).

( Gambar 1.1 larutan pasir)

( Gambar 1.2 Air keruh hasil dekantasi Larutan pasir)


2. Campuran satu batang kapur tulis dengan air 20 ml lalu diaduk
sampai rata. Cara pemisahannya ialah filtrasi yang bertujuan untuk
memisahkan zat padat dari cairannya dengan menggunakan kertas
saring dan corong. Sebelumnya kapur dicampur dengan air berupa
larutan keruh berwarna putih. Setelah proses filtrasi, menghasilkan air
filtrat yang jernih (tidak berwarna) serta menghasilkan residu berupa
serbuk kapur pada kertas saringnya. Reaksi yang terjadi adalah sebagai
berikut :.
CaCO3 (s) + H2O (l)

( Gambar 2.1 Larutan kapur)

( Gambar 2.2 Filtrat hasil filtrasi larutan kapur)

3. Campuran garam dengan 10 ml air dalam gelas kimia lalu disaring


dengan kertas saring, menghasilkan air filtrat jernih dan terbentuk
kristal NaCl diatas cawan penguapan. Metode yang digunakan adalah
kristalisasi yaitu pemisahan yang bertujuan memperoleh zat padat yang
terlarut dalam suatu larutan. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
NaCl (s) + H2O (l) NaCl (aq)
Setelah dipanaskan:
NaCl (aq) + O2 (g) NaCl (s)

( Gambar 3.1 Larutan garam dapur)

( Gambar 3.2 Kristal garam hasil penguapan)

4. 10 ml CuSO4 berwarna biru dievaporasi menghasilkan filtrat yang


berupa kristal CuSO4 yang berwarna biru serta menghasilkan residu
berupa uap air. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
CuSO4.5H2O (s) + H2O (l) CuSO4 (s).
( Gambar 4.1 Larutan CuSO45H2O )

( Gambar 4.2 Hasil penguapan larutan CuSO4 5H2O)

5. Campuran 1 sendok pasir, 1 sendok garam dan 10 ml air, yang


dipanaskan dan disaring. Setelah proses filtrasi larutan berwarna putih
keruh. Sesudah proses evaporasi membentuk kristal garam. Reaksi yang
terjadi adalah sebagai berikut:
SiO3 (s) + H2O (l)
Larutan garam
NaCl (s) + H2O (l) NaCl (aq)
Setelah dipanaskan
NaCl (aq) + O2 (g) H2O (g) + NaCl (s)
( Gambar 5.1 Larutan garam dan pasir )

( Gambar 5.2 Kristal garam hasil penguapan Larutan garam dan pasir)

6. 2 kapur barus dihaluskan dan dicampur 3 sendok pasir setelah itu


diuapkan dicawan penguapan dan ditutup kaca arloji berisi air. Setelah
percobaan ini menghasilkan filtrat berupa kristal kapur barus berbentuk
jarum serta residu berupa pasir. Reaksi yang terjadi adalah sebagai
berikut:
C10H8 (s) + SiO3 (s)
( Gambar 6.2 Hasil pengkristalan kapur barus)

IX. Analisis Data dan Pembahasan

ANALISISDATA

Tujuan dari percobaan 1 yaitu untuk memisahkan antarara zat padat


dengan zat cair hasil dari percobaan I terdapat filtrat berupa air berwarna keruh
kecoklatan dan residu berupa pasir Hal ini terjadi karena pasir tidak larut dalam
air. Pasir dapat dengan mudah dipisahkan dari air sehingga pemisahan tersebut
dilakukan dengan cara mencampurkan pasir dengan air, mengaduknya kemudian
dilakukan dengan mengendapkan campuran tersebut lalu menuang air bagian atas.
Dari percobaan ini dapat dianalisis bahwa metode yang digunakan adalah
dekantasi, yaitu metode pemisahan campuran dengan cara pengendapan.

Pada percobaan ke 2 tujuannya yaitu untuk memisahkan campuran kapur


atau CaCOs dengan air, terdapat filrat berupa air keruh tak berwama dan residu
berupa bubuk kapur tulis yang menempel pada kertas saring. Hal tersebut terjadi
karena bubuk kapur tulis tidak dapat larut dalam air. Namun bubuk kapur tulis
yang memiliki ukuran partikel kecil harus dipisahkan dengan menggunakan kertas
saring dan corong yang berfungsi menahan pertikel-partikel kecil tersebut.
Sehingga dapat dianalisis bahwa metode yang digunakan adalah filtrasi, yaitu
pemisahan zat padat dari suatu larutan berdasarkan ukuran partikel yang berbeda
meng gunakan kertas saring.
Tujuan dari Pada percobaan 3 adalah untuk memisahkan zat padat yang
terlarut dalam suatu larutan. Pada percobaan 3 melarutkan garam dapur dengan air
sehingga terbentuk filrat berupa kristal garam berwama putih. Hal tersebut terjadi
karena garam dapat larut dalam air dan menjadi larutan homogen. Untuk
memisahkan antara garam dengan air dilakukan dengan cara menguapkan larutan
garam tersebut dengan menggunakan cawan penguapan sampai terbentuk kristal
garam. Dari percobaan n dapat diketahui bahwa metode yang dilakukan adalah
evaporasi.

Tujuan dari percobaan 4 adalah untuk memisahkan zat padat yang terlarut dalam
suatu larutan seperti pada percobaan 3. Pada percobaan 4 melarutkan CuSO45H20
dengan air, kemudian diuapkan sehingga dihasilkan endapan bewarma biru. Hal
tersebut terjadi karena CuSO4 5HO dapat larut dalam air sehingga pemisahannya
dilakukan dengan cara menguapkan larutan sampai volumenya hampir habis. Dari
percobaan ini dapat diketahui bahwa metode yang dilakukan adalah kristalisasi
penguapan, yaitu pemisahan bahan padat berbetuk kristal dari suatu larutan atau
lelehan.

Percobaan ke 5 merupakan gabungan dari metode percobaan 2 dan 3 yaitu


mencampurkan pasir,garam dan air. Campuran tersebut kemudian dipanaskan dan
disaring menggunakan kertas saring. Zat padat yang tertinggal di kertas saring
dicuci dan air hasil cucian dicampur dengan air hasil saringan lalu diuapkan.
Hasilnya berupa Kristal garam berwarna putih kekuningan. Pada percobaan 3
diperoleh filtrat berupa kristal garam dengan ukuran yang lebih besar dari kristal
garam yang di peroleh pada percobaan 5. Hal ini disebabkan karena larutan garam
yang di uapkan bercampur dengan endapan pada pasir. Dari percobaan ini dapat
diketahui bahwa metode yang dilakukan adalah filtrasi dan kristalisasi.

Pada percobaan 6, mencampurkan kapur baus dengan pasir kemudian


menguapkannya dengan ditutupkan gelas arloji yang berisi air diatas cawan
penguapan Hasilnya berupa kristal jarum tak berwama dan residu berupa pasir
dan kapur barus menyatu menjadi kristal yang menutup permukaaan pasir pada
cawan penguapan. Hal tersebut terjadi karena pasir tidak dapat menyublim
sedangkan kapur barus adalah zat yang mudah menyublim. Dar percobaan ini
dapat diketahui bahwa metode yang digunakan adalah sublimasi, yaitu pemisahan
komponen yang dapat menyublim dari komponen yang tidak dapat menyublim.

PEMBAHASAN

1. Pelarutan pasir dengan air dilakukan dengan cara memasukkan sendok


pasir kedalam gelas kimia lalu menambahkan air kemudian mengaduk dan
membiarkan larutan tersebut mengendap sehingga menghasilkan larutan keruh
dan endapan. Hal ini disebut dengan dekantasi yaitu proses yang dilakukan untuk
memisahkan campuran zat cair dan zat padat yang menghasilkan endapan dan
larutan keruh

2. Pelarutan kapur dengan air dilakukan dengan cara memasukkan bubuk


kapur yang sudah dihaluskan kedalam gelas kimia yang berisi air kemudian
mengaduk larutan tersebut dan menyaring dengan kertas saring dan corong
sehingga menghasilkan larutan jenih tidak berwarna. Pada percobaan ini disebut
dengan filtrasi yaitu metode pemisahan yang memiliki ukuran partikel yang
berbeda dengan menggunakan alat berpori dan hasilnya yaitu filtrat dan residu.
Pada percobaan ini larutan jernih tidak berwarna disebut filtrat sedangkan sisa
kapur yang terdapat pada kertas saring disebut residu.

3. Kristalisasi larutan garam dapur yaitu dengan prosedur memasukkan


garam dapur kedalam gelas kimia dan menambahkan air kemudian mengaduk
larutan tersebut dan menyaringnya dengan kertas saring lalu memasukkannya
kedalam cawan penguapan dan menguapkannya sampai air hampir habis sehingga
menghasilkan kristal berwarna putih. Hal tersebut disebut proses penguapan yaitu
proses perubahan molekul kedalam keadaan cair dengan spontan menjadi gas.

4. Kristalisasi larutan garam CuSO4 5H2O, dengan prosedur memasukanl


gram garam CuSO4 5H2O kedalam gelas kimia yang berisi 10 mL air lalu
memanaskan larutan tersebut sampai air akan habis dan mendinginkannya
sehingga menghasilkan kristal yang berwarna biru. Hal ini disebut proses
penguapan/evaporasi sama seperti percobaan ketiga.
5. Kristalisasi garam dapur yang ditambah pasir dengan air, dengan
prosedur memasukan garam dapur dan pasir ke gelas kimia berisi air yang diaduk
hingga menjadi larutan homogen kemudian larutan tersebut dipanaskan dan
disaring. Zat padat yang tertinggal pada kertas saring dicuci dengan 5 mL air 2-3
kali pencucian kemudian larutan hasil saringan dan cucian diuapkan dengan
cawan penguapan hingga air hampir habis dan diperoleh Kristal garam warna
putih kekuningan. Kristalisasi merupakan larutan pekat yang didinginkan
sehingga zat terlalut mengkristal. Hal ini terjadi karena kelarutan berkurang
karena suhu diturunkan.

6. Kristalisasi larutan kapur barus, dengan prosedur memasukkan 2 biji


kapur barus yang telah dicampur rata dengan 3 sendok makan pasir kedalam
cawan penguapan lalu cawan tersebut ditutup dengan kaca arloji yang diberi air
yang kemudian dipanaskan dan hasil yang diperoleh yaitu kristal berbentuk
menyerupai jarum yang berwarma putih.

X. Kesimpulan

Berdasarkan dari percobaan diatas dan hasil yang telah didapatkan, maka
dapat diambil kesimpulan yaitu: Pemisahan dan pemurnian zat dapat dilakukan
dengan cara dekantasi, filtrasi, kristalisasi, sublimasi. Prinsip pemisahan dan
pemurnian didasarkan pada perbedaan ukuran partikel, titik didih dan titik lebur.

XI. Pertanyaan
Mengapa garam dapat larut dalam air sedangkan pasir tidak? Jelaskan
berdasarkan sifat kimia dan fisika masing masing!

Jawaban:

Sifat Fisika dan Kimia Garam Dapur

Sifat fisika dari suatu zat dijelaskan oleh gaya antar partikel penyusunnya.
Garam dapur merupakan senyawa ion sehingga yang menentukan sifat fisikanya
adalah ikatan ion antara ion Na+ dan Ion Cl–. Stuktur senyawa, Senyawa natrium
klorida dalam fase padat memiliki struktur kristal yang tersusun dari kation (ion
Na+) dan anion (ion Cl–) secara teratur, bergantian dan berulang.

Titik leleh dan titik didih

Titik leleh garam dapur adalah 14130C dan titik didihnya 8010C. Angka
yang cukup tinggi untuk suhu meleleh dan mendidih. Apa yang menyebabkan
tingginya titik leleh dan titik didih garam dapur? Gaya elektrostatis yang kuat
dalam senyawa natrium klorida menyebabkan gerakan ion-ion menjadi sangat
terbatas. Proses meleleh dan mendidih merupakan proses perubahan wujud zat di
seluruh bagian zat pada suhu tertentu. Perubahan wujud dapat terjadi bila ion-ion
dapat bergerak, untuk itulah diperlukan suhu tinggi. Pada suhu tinggi, ion-ion
akan mencapai energi kinetic yang cukup sehingga dapat mengatasi gaya
elektrostatik yang membantasi pergerakan ion.

Kelarutan

Ketika kalian melarutkan garam dapur di dalam air maka apa yang akan
terjadi? Kalian akan mendapatkan larutan garam dapur. Penyebab larutnya garam
dapur adalah kepolaran air dapat mengatasi gaya elektrostatik dalam senyawa ion
dan meyebabkan pemisahan ion atau dissolution. Sedangkan ketika kalian
mencampur garam dapur dan etanol (alkohol) maka dua zat tersebut tidak akan
tercampur karena etanol merupakan pelarut organik dengan kepolaran lebih
rendah dari air sehingga tidak dapat mengatasi gaya elektrostatik dalam senyawa
ion. Larutan akan terbentuk jika pelarut dan zat terlarut memiliki kepolaran yang
sama.

Daya hantar listrik

Arus listrik dapat dihantarkan melewati ion dan elektron yang bergerak
bebas membawa muatan listrik. Garam dapur merupakan senyawa ion yang
mengandung ion positif dan ion negatif sehingga dapat menghantarkan arus
listrik. Sebagai senyawa berikatan ion, NaCl juga memiliki sifatKeras tetapi
rapuh. Bersifat keras karena ion-ion positif dan negatif terikat kuat ke segala arah
oleh gaya elektrostatik. Bersifat rapuh dikarenakan lapisan-lapisan dapat bergeser
jika dikenakan gaya luar, ion sejenis dapat berada satu di atas yang lainnya
sehingga timbul tolak-menolak yang sangat kuat yang menyebabkan terjadinya
pemisahan.Berupa padatan pada suhu ruang. Larut dalam pelarut air, tetapi
umumnya tidak larut dalam pelarut organic, Tidak menghantarkan listrik dalam
fasa padat, tetapi menghantarkan listrik dalam fasa cair.Zat dikatakan dapat
menghantarkan listrik apabila terdapat ion-ion yang dapat bergerak bebas
membawa muatan listrik.

Sifat fisika pasir ;Tanah pasir tidak memiliki kandungan air, mineral, dan unsur
hara karena tekstur pada tanah pasir yang sangat lemah. Tanah pasir juga memiliki
kesuburan yang rendah sehingga sedikit sekali tanaman yang dapat tumbuh di tanah
pasir. Tanah pasir memiliki rongga yang besar sehingga pertukaran udara dapat berjalan
dengan lancar. Selain itu tanah pasir tdak lengket jika basah sehingga menjadikan tanah
pasir mudah untuk diolah. Tanah pasir memiliki tekstur yang kasar. Terdapat ruang pori-
pori yang besar diantara butiran-butirannya sehingga kondisi tanah ini menjadi struktur
yang lepas dan gembur. Dengan kondisi yang seperti itu menjadikan tanah pasir ini
memiliki kemampuan yang rendah untuk dapat mengikat air. Pada dasarnya tanah pasir
merupakan tanah yang tidak cocok untuk digunakan sebagai media tanam karena
partikelnya yang besar dan kurang dapat menahan air. Apabila digunakan sebagai media
tanam, air akan mengalami infiltrasi, bergerak kebawah melalui rongga tanah sehingga
menyebabkan tanaman kekurangan air dan menjadi layu.

Sifat kimia pasir :Pada pasir ikatan atom-atomnya sangat solid sehingga
tidak mudah terputus dengan pelarutan air. Pemutusan ikatanpasir dapat dilakukan
dengan menaikkan suhunya, masih inget kan kalo kaca itu terbuat
dari pasir kuarsa.

XII. Daftar pustaka


Chang, Raymond. 2003. Kimia dasar konsep konsep inti edisi ketiga
jilid I. Jakarta : Erlangga.
Petrucci, Ralph. 1987. Kimia dasar. Bogor : Erlangga
Syukri, 1999. Kimia dasar 1. Bandung : ITB
Sanagi, Moch marsin. 1998. Teknik pemisahan dalam analisis kimia.
Malaysia : UTM
Johari, J.M.C dan Rachmawati, M. 2009. Chemistry for Senior High
School Grade X. Jakarta : Erlangga.

XIII. Lampiran

Anda mungkin juga menyukai