Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN RESMI

PRATIKUM KIMIA DASAR I

PERCOBAAN 12
SENYAWA BIO-ORGANIK : PROTEIN

Kelompok :5
Nama/NIM : Samuel Cristian Togap / 24030121140132
Hari/Tanggal : Selasa, 26 Oktober 2021
Asisten/NIM : Raehan Maulana Mahfudz / 24030119130113

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2021
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM KIMIA DASAR 1
PERCOBAAN XII
SENYAWA BIO-ORGANIK : PROTEIN

Semarang, 26 Oktober 2021


Mengetahui,
Asisten Praktikan

Raehan Maulana Mahfudz Samuel Cristian Togap


24030119130113 24030121140132
PERCOBAAN 12
SENYAWA BIO-ORGANIK : PROTEIN
IV. Data Pengamatan
No Perlakuan Hasil Pengamatan Keterangan
4.1 Larutan asam amino dan
protein
a. Putih Telur + 300 mL Larutan tidak tercampur
aquades sempurna berwarna
bening, terdapat residu
pada kertas saring dan
agak encer
b. Susu Encer + 300 mL
aquades
Larutan tercampur
sempurna berwarna putih,
tanpa residu pada kertas
saring dan kental
4.2 Uji Biuret
a. 2 mL albumin telur + 2 Larutan berwarna ungu +
mL NaOH 10% + 2 bening
tetes CuSO4 0,5%

b. 2 mL susu encer + 2
mL NaOH 10% + 2 Larutan berwarna ungu +
tetes CuSO4 0,5% muda
4.3 Uji Ninhidrin
a. 1 mL putih telur + 1 Mula-mula berwarna +
mL larutan ninhidrin kuning bening, setelah di
0,2% panaskan menjadi ungu
dan terrdapat banyak
endapan.

b. Susu + 1 mL larutan Setelah dipanaskan susu -


ninhidrin 0,2% tetap berwarna putih.
4.4 Reaksi Presipitasi
1. Dengan Alkaloid
Reagensia
a. Putih telur + Kuning terdapat endapan +
asam pikrat banyak

b. Putih telur + Warna putih keruh seperti -


trikloroasetat susu
c. Putih telur + Warna putih keruh seperti -
asam susu
fosfomolibdat

d. Putih telur + Warna putih bening -


asam
fosfowolframat

e. Susu + asam Warna kuning -


pikrat

f. Susu + Warna putih endapan +


trikloroasetat banyak

g. Susu + asam Warna putih -


fosfomolibdat

h. Susu + asam Warna putih -


fosfowolframat
2. Dengan Larutan
Garam-Garam Logam
Berat
a. Putih telur + Kuning, orange, +
larutan mengendap
Ferriklorida

b. Putih telur + Putih kebiru-biruan, +


CuSO4 mengendap sebagian

c. Putih telur + Putih keruh, mengendap +


larutan
Merkuriklorida

d. Putih telur + Mula-mula putih keruh +


larutan setelah didiamkan putih
Pb(CH3COO)2 bening dan mengendap

e. Susu + larutan Orange keruh +


ferriklorida

f. Susu + CuSO4 Putih kebiru-biruan keruh -

g. Susu + larutan Putih keruh -


merkuriklorida
h. Susu + larutan Putih keruh -
Pb(CH3COO)2
4.5 Uji Xanthoprotein
a. Larutan susu encer + Mula-mula berwarna +
asam nitrat pekat + putih kekuningan setelah
ammonia dipanaskan membentuk
endapan kuning pada
bagian atas, dan kuning
bening pada bagian
bawah, setelah ditambah
amonia menjadi orange
pekat bagian atas dan
b. Putih telur + asam kuning ke putih-putihan
nitrat pekat + amonia pada bagian bawah.

Mula-mula berwarna
putih kekuningan dan
mengendap di atas,
bagian bawah bening,
setelah dipanaskan
membentuk endapan
putih kekuningan pada
bagian atas dan kuning +
pada bagian bawah
setelah ditambah amonia
warna menjadi
mengendap putih pekat
pada bagian atas dan
warna putih bening pada
bagian bawah
4.6 Uji Molish
a. Larutan susu + alfa Larutan berwarna merah -
naftol dalam alkohol muda agak pudar

b. Larutan putih telur + Larutan berwarna merah -


alfa naftol dalam muda
alkohol
4.7 Uji Hopkins Cole
a. Larutan susu + asam Larutan berwarna ungu +
glioksilat + H2SO4
pekat Larutan terpisah,
b. Larutan putih telur + berwarna ungu dan lebih +
asam glioksilat + pekat
H2SO4 pekat
4.8 Uji Sulfida
a. Putih telur + larutan Terdapat endapan hitam +
NaOH 40% + plumbo
astetat
V. Pembahasan
Percobaan dengan judul “Senyawa Bio-Organik : Protein” telah dilakukan
pada tanggal 26 Oktober 2021. Percobaan ini bertujuan agar praktikan
mengetahui sifat umum dan khusus dari protein dan mampu menganalisis
secara kualitatif protein pada suatu sampel. Untuk melakukan percobaan ini
dibutuhkan beberapa alat dan bahan yang penting. Alat yang dibutuhkan
adalah tabung reaksi, rak tabung reaksi, penjepit tabung reaksi, gelas arloji,
gelas beker, gelas ukur, pipet tetes, kaki tiga, lampu spirtus, kasa asbes,
penangas, Erlenmeyer, pengaduk kaca serta corong. Sedangkan untuk
bahan, bahan yang digunakan adalah putih telur, susu encer, larutan gelatin,
larutan jenuh tirosin, NaOH 10%, NaOH 40%, CuSO4 0,5%, ninhidrin
0,2%, asam pikrat, bouillon, asam fosfomolibdat, asam trikloroasetat, asam
fosfowolframat, ferri klorida, larutan plumbo asestat, HNO3 pekat, larutan
merkuri klorida, ammonia, alpha naftol dalam alkohol, H 2SO4 pekat serta
asam glioksilat. Berikut adalah pembahasan dari percobaan yang telah
dilakukan :
V.1. Larutan Asam Amino dan Protein
Tujuan dari percobaan ini adalah mempersiapkan sampel protein
untuk digunakan dalam percobaan selanjutnya. Prosedur yang dilakukan
adalah pemindahan putih telur dan larutan susu masing-masing ke dalam
gelas beker yang dilanjutkan penambahan aquades pada masing-masing
sampel untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. Kemudian dilakukan
pengadukan agar reaksi campuran berjalan lebih cepat. Setelah dilakukan
pengadukan, dilakukan penyaringan agar didapatkan hasil saringan yang
lebih murni dari campuran yang tidak larut secara sempurna.
Hasil yang didapatkan pada percobaan ini adalah susu terlarut sempurna
sedangkan putih telur tidak. Putih telur tidak terlarut secara sempurna
disebabkan adanya struktur komplek (kuartener) yang sulit larut dengan
pelarut standar seperti aquades karena kompleksnya struktur tersebut.
Akibat dari kandungan pada putih telur ini terdapat sisa pada kertas saring
(Prayoga et al., 2018).
V.2. Uji Biuret
Tujuan dari uji biuret ini adalah agar ikatan peptida pada sampel
yang diuji dapat diketahui. Sampel yang digunakan dalam percobaan ini
adalah larutan putih telur dan larutan susu encer. Prosedur yang dilakukan
adalah pemindahan larutan putih telur dan susu encer ke dalam masing-
masing tabung reaksi. Kemudian pada masing-masing sampel
ditambahkan NaOH untuk memberikan suasana basa agar bisa bereaksi
dengan CuSO4. Setelah NaOH ditambahkan, dilanjutkan penambahan
CuSO4 pada masing-masing sampel agar menghasilkan senyawa
kompleks. Setelah penambahan bahan-bahan, dilakukan pengadukan agar
larutan menjadi homogen. Pada reaksi ini, pemanasan tidak dilakukan
supaya CuSO4 tidak mengkristal dan merusak ikatan peptide pada sampel
(Sumardjo, 1997). Setelah semua prosedur dilakukan, dilakukan
pengamatan pada kedua sampel.
Hasil yang didapatkan pada percobaan ini adalah pada kedua
sampel terbentuk warna ungu yang menunjukkan hasil positif biuret
dimana pada sampel terdapat ikatan peptide yang terbentuk dari gabungan
asam amino satu dengan yang lain (Rosmawati, 2013). Warna ungu yang
terbentuk berasal dari ikatan peptida yang bereaksi dengan garam Cu
membentuk senyawa kompleks yang berada pada larutan alkali dimana
larutan ini adalah penyusun dari reaktan uji biuret (Purnama et al., 2019).
Namun kepekatan warna ungu yang dihasilkan berbeda dimana pada
larutan susu warnanya lebih pekat daripada putih telur. Hal ini disebabkan
karena konsentrasi susu lebih besar daripada konsentrasi putih telur.
Berikut adalah mekanisme dari reaksi biuret :

(Purnama et al., 2019)


V.3. Uji Ninhidrin
Tujuan dari uji ninhidrin ini adalah agar gugus alfa amino pada
protein dapat diketahui keberadaannya. Sampel yang digunakan dalam
percobaan ini adalah larutan putih telur dan susu encer. Prosedur pertama
yang dilakukan adalah pemindahan masing-masing sampel ke dalam
masing-masing tabung reaksi. Kemudian pada masing-masing sampel
ditambahkan larutan ninhidrin sebagai indikator uji ninhidrin. Setelah
ditambahkan larutan ninhidrin, dilakukan penggojogan agar larutan
menjadi homogen. Tidak lupa dilakukan pemanasan agar reaksi
pencampuran dapat dipercepat. Setelah semua prosedur dilakukan,
praktikan mengamati hasil pada kedua sampel.
Hasil yang didapatkan pada kedua sampel berbeda. Pada larutan
putih telur terbentuk warna ungu yang menandakan hasil uji positif
sedangkan pada susu tidak yang menandakan hasil uji negatif. Perubahan
warna ungu pada larutan putih telur terjadi karena asam amino bereaksi
dengan pereaksi ninhidrin yang memiliki sifat oksidasi tinggi sehingga
menyebabkan terjadinya dekarboksilasi oksidatif dari asam amino yang
menghasilkan hidrindantin, NH3 serta aldehid dimana ketiga bahan ini
akan bercampur dan menghasilkan warna ungu pada larutan (Lestari et al.,
2019). Sedangkan pada susu tidak membentuk warna ungu padahal
menurut literature yang ada susu juga mengandung asam amino yang
dapat bereaksi dengan pereaksi ninhidrin. Hasil uji negative ini dapat
dipengaruhi oleh beberapa kesalahan data pengujian. Berikut adalah
mekanisme dari uji ninhidrin :

(Agustina & Kuniarsih, 2013)


V.4. Reaksi Presipitasi
Tujuan dari uji ini agar dapat ditentukan tingkat endapan sampel protein
berupa putih telur dan larutan susu encer. Berikut adalah perlakuan yang
diberikan :
V.4.1 Presipitasi dengan Alkaloid Reagensia
Tujuan dari uji ini agar dapat dibuktikan bahwa protein
dapat diendapkan dengan alkaloid reagensia. Sampel yang
digunakan dalam percobaan ini adalah larutan putih telur dan
larutan susu encer. Prosedur pertama yang dilakukan adalah
pemindahan masing-masing sampel ke empat tabung reaksi yang
berbeda antar sampel. Kemudian pada masing-masing tabung yang
berisi sampel diberikan penambahan asam pikrat pada tabung
pertama, asam trikloroasetat pada tabung kedua, asam
fosfomolibdat pada tabung reaksi ketiga dan asam fosfo wolframat
pada tabung keempat. Penambahan bahan-bahan pada masing-
masing sampel ini bertujuan sebagai indicator uji. Setelah semua
prosedur dilakukan, praktikan mengamati perubahan yang terjadi.
Hasil yang didapatkan adalah terbentuknya endapan pada
sampel putih telur yang ditambahkan dengan asam pikrat dan pada
sampel susu yang ditambahkan asam trikloroasetat. Endapan ini
terbentuk dari reaksi antara alkaloid reagensia dengan protein yang
mengandung asam amino sehingga membentuk senyawa kompleks
yang berwarna (Ergina et al., 2014). Berikut adalah mekanisme
dari reaksi presipitasi dengan alkaloid reagensia :
OH
NO2 O 2N
O 2N
H H HOOH
protein C COO H + protein C C NO2 + H2O
NH 2 NH 2
O 2N

NO2

Gambar 1 Reaksi dengan asam pikrat


(Sumardjo, 1997)

Gambar 2 Reakso dengan asam trikloroasetat


(Purnama et al., 2019)

Gambar 3 Reaksi dengan fosfowolframat


(Riantini, 2014)
V.4.2 Presipitasi dengan Garam-Garam Logam Berat
Tujuan dari uji ini agar dapat dibuktikan bahwa protein
dapat diendapkan dengan garam-garam logam berat. Sampel yang
digunakan dalam percobaan ini adalah larutan putih telur dan
larutan susu encer. Prosedur pertama yang dilakukan adalah
pemindahan masing-masing sampel ke dalam empat tabung reaksi
tiap sampel. Kemudian masing-masing sampel ditambahkan reagen
yang berbeda-beda yaitu larutan ferriklorida, CuSO4, larutan
merkuriklorida, larutan Pb(CH3COO)2 yang berperan sebagai
indicator uji. Setelah semua prosedur dilakukan, praktikan
mengamati perubahan yang terjadi pada sampel.
Hasil yang didapatkan adalah terbentuknya endapan pada
larutan putih telur dan susu dengan semua reagen, kecuali susu
dengan merkuriklorida, CuSO4 dan Pb(CH3COO)2. Terbentuknya
endapan menandakan hasil uji positif dimana endapan ini terbentuk
karena reaksi antara asam amino dengan logam berat sehingga
membentuk senyawa kompleks dari ion-ion logam berat yang
tereduksi sehingga menghasilkan warna yang beragam bergantung
pada logam yang digunakan (Sari et al., 2018). Berikut adalah
mekanisme reaksinya :
Reaksi dengan merkuriklorida

(Fadlilah et al., 2018)


Reaksi dengan plumbo asetat

(Sanger et al., 2018)


Reaksi dengan ferriklorida

(Umah et al., 2018)


Reaksi dengan CuSO4

(Riantini, 2014)
V.5. Uji Xanthoprotein
Tujuan dari uji xanthoprotein ini adalah agar asam amino tirosin
dan triptofan dalam suatu zat dapat diketahui keberadaannya. Sampel yang
digunakan dalam percobaan ini adalah larutan putih telur dan larutan susu
encer. Prosedur pertama yang dilakukan adalah pemindahan masing-
masing sampel ke dalam masing-masing tabung reaksi. Kemudian
tambahkan asam nitrat ke masing-masing tabung reaksi sebagai penitrasi
cincin benzene pada uji xanthoprotein (Anonim, 2018). Kemudian
campuran dipanaskan agar tejadi denaturasi dan reaksi berjalan lebih
cepat. Setelah semua prosedur dilakukan, praktikan mengamati perubahan
yang terjadi pada masing-masing sampel.
Hasil yang didapatkan adalah adanya endapan kuning di bagian
atas dan kuning bening dibagian bawah larutan susu encer dan pada putih
telur terdapat endapan putih kekuningan dibagian atas dan kuning bening
dibawah. Hasil ini menandakan adanya perubahan struktur protein yang
disebabkan denaturasi (Triyono, 2010). Hasil uji xanthoprotein ini adalah
positif dimana larutan susu yang ditambahkan ammonia berubah warna
menjadi orange pekat dan larutan putih telur ketika ditambahkan ammonia
terbentuk endapan pada bagian atas dan putih pada bagian bawah.
Perubahan ini terjadi karena senyawa nitro yang berwarna kuning dan
dalam lingkungan alkalis akan terionisasi dengan bebas sehingga menjadi
lebih tua warnanya (Haryani et al., 2018). Berikut adalah mekanisme dari
uji xanthoprotein :

(Anonim, 2018)
V.6. Uji Molish
Tujuan dari uji molish ini adalah agar keberadaan karbohidrat
dalam sampel protein yang digunakan dapat diidentifikasi. Sampel yang
digunakan dalam percobaan ini adalah larutan putih telur dan larutan susu
encer. Prosedur pertama yang dilakukan adalah pemindahan masing-
masing sampel ke dalam tabung reaksi masing-masing. Kemudian
ditambahkan larutan alpha naftol ke masing-masing sampel sebagai
indicator uji molish. Alkohol yang digunakan dalam uji ini juga berfungsi
untuk melindungi partikel karbohidrat dari kontak langsung dengan reagen
supaya tidak terjadi kerusakan senyawa karbohidrat (Sudamardji, 2010).
Setelah dilakukan penambahan, diberikan penggojogan dan pemanasan
agar mempercepat reaksi sehingga larutan terlarut sempurna. Setelah
semua prosedur dilakukan, praktikan mengamati perubahan yang terjadi.
Hasil yang didapatkan adalah perubahan menjadi warna merah
pada kedua sampel yang menandakan uji negative. Karbohidrat tidak ada
dalam sampel karena tidak terhidrasi menjadi sakarida (Sudarmadji,
2010). Berikut adalah mekanisme dari uji molish :

(Windriyati et al., 2007)


V.7. Uji Hopskin Cole
Tujuan dari uji hopskin cole ini adalah agar triptofan dalam protein
dapat diketahui keberadaannya. Sampel yang digunakan dalam percobaan
ini adalah larutan putih telur dan larutan susu encer. Prosedur pertama
yang dilakukan adalah pemindahan masing-masing sampel ke dalam
masing-masing tabung reaksi. Kemudian pada masing-masing sampel
ditambahkan asam glioksilat sebagai indicator uji hopskin cole lalu
dilanjutkan penambahan H2SO4 pekat secara perlahan melalui dinding
tabung agar meminimalisir reaksi panas. Dalam percobaan ini, H 2SO4
berperan sebagai oksidator kuat agar reaksi dapat berjalan.
Hasil yang didapatkan adalah perubahan warna menjadi warna
ungu pada kedua sampel yang menandakan hasil uji hopskin cole positif.
Warna ungu yang terbentuk disebabkan karena reaksi antar asam amino
triptofan dengan asam glioksilat. Namun kepekatan warna keduanya
berbeda. Hal ini disebabkan karena larutan putih telur memiliki
konsentrasi triptofan yang lebih tinggi (Purnama et al., 2019). Berikut
adalah mekanisme dari uji hopskin cole :
(Anonim, 2018)
V.8. Uji Sulfida
Tujuan dari uji sulfida ini adalaha agar sulfur dalam protein dapat
diketahui keberadaannya. Sampel yang digunakan dalam percobaan ini
adalah larutan putih telur. Pada percobaan ini sampel susu tidak digunakan
karena pada sampel susu tidak mungkin terkandung unsur belerang atau
ikatan disulfida. Prosedur pertama yang dilakukan adalah pemindahan
sampel ke dalamtabung reaksi. Kemudian sampel ditambahkan larutan
NaOH untuk memecah struktur protein dan menyisakan sistein. Selanjutnya
dilakukan pemanasan dalam penangas air mendidih agar sodium sulfida
terbentuk dari S-organik dan reaksi berjalan lebih cepat. Setelah dipanaskan,
ditambahkan plumbo asetat sebagai reagen. Setelah semua prosedur
dilakukan, praktikan mengamati perubahan yang terjadi pada sampel.
Hasil yang didapatkan adalah hasil positif dimana endapan hitam
terbentuk pada sampel. Endapan hitam terbentuk dari sistein yang melepas
belerang dalam suasana basa kuat (Khafidzin, 2021). Berikut adalah
mekanisme dari reaksi sulfida :

(Machin, 2012)
VI. Penutup
VI.1. Kesimpulan
VI.1.1 Larutan Asam Amino dan Protein
Bertujuan untuk mempersiapkan sampel protein yang akan
diujikan pada percobaan selanjutnya sehingga sampel yang
digunakan akan lebih murni
VI.1.2 Uji Biuret
Bertujuan untuk mengetahui adanya ikatan peptide dalam sampel
dan terbukti pada susu encer dan putih telur terdapat ikatan peptide
yang ditandai perubahan menjadi warna ungu
VI.1.3 Uji Ninhidrin
Bertujuan untuk mengetahui keberadaan gugus alfa amino dalam
protein dan terbukti pada putih telur terdapat gugus amino
sedangkan pada susu encer tidak terbukti.
VI.1.4 Reaksi Presipitasi
Bertujuan untuk membuktikan bahwa protein dapat diendapkan
dengan alkaloid reagensia dan garam-garam logam berat dan
terbukti bahwa protein dapat diendapkan oleh beberapa reagen.
VI.1.5 Uji Xanthoprotein
Bertujuan untuk mengetahui keberadaan asam amino tirosin dan
triptofan dalam sampel dan terbukti bahwa putih telur mengandung
triptofan sedangkan susu mengandung tirosin.
VI.1.6 Uji Molish
Bertujuan untuk mendeteksi karbohidrat dalam sampel protein dan
terbukti bahwa susu encer dan putih telur tidak mengandung
karbohidrat yang ditandai dari perubahan warna menjadi merah
muda.
VI.1.7 Uji Hopkins Cole
Bertujuan untuk mengetahui keberadaan triptofan dalam sampel
protein dan terbukti bahwa putih telur dan susu encer memiliki
triptofan yang ditandai dari perubahan warna menjadi ungu.
VI.1.8 Uji Sulfida
Bertujuan untuk mengetahui keberadaan unsur dalam protein dan
terbukti bahwa putih telur memiliki kandungan sulfur yang
ditandai dari perubahan warna menjadi hitam.
VI.2. Saran
VI.2.1 Praktikan diharapkan teliti dalam menggunakan reagen
VI.2.2 Praktikan diharapkan berhati-hati saat melakukan penambahan
H2SO4 pekat
VI.2.3 Praktikan diharapkan mengikuti prosedur praktikum yang telah
diberikan untuk meminimalisir kesalahan
Daftar Pustaka
Agustina, S., & Kurniasih, Y. (2013). Pembuatan kitosan dari cangkang udang
dan aplikasinya sebagai adsorben untuk menurunkan kadar logam cu. Seminar
Nasional FMIPA UNDIKSHA III, 365–372.
Anonim. (2018). Modul Asam Amino, Peptida dan Protein. 15–35.
http://diploma.chemistry.uii.ac.id/wp-content/uploads/2018/01/2.-PROTEIN.pdf
Ergina, Nuryanti, S., & Pursitasari, I. D. (2014). Uji Kualitatif Senyawa Metabolit
Sekunder pada Daun Palado (Agave angustifolia) yang Diekstraksi dengan Pelarut
Air dan Etanol. Jurnal Akademika Kimia, 3(3), 165–172.
Fadlilah, I., Prasetya, A., & Mulyono, P. (2018). Recovery Ion Hg2+ dari Limbah
Cair Industri Penambangan Emas Rakyat dengan Metode Presipitasi Sulfida dan
Hidroksida. Jurnal Rekayasa Proses, 12(1), 23.
https://doi.org/10.22146/jrekpros.34496
Haryani, dkk. 2018. Pengembangan Modul Pembelajaran Kimia Terintegrasi
Kewirausahaan, Pendekatan Stem dan PBL. Jurnal Penelitian Pendidikan Kimia,
5(1), 56-64
Khafidzin, N. 2021. Uji Belerang. [Online]. Diakses dari
https://www.noorkhafidzin.com/2021/03/uji-belerang-pengertian-prisnip-
cara.html pada tanggal 19 September 2021 pukul 14.00 WIB
Lestari, N. K. L., Suardana, I. W., & Sukrama, I. D. M. (2019). Karakteristik
Fisikokimia dan Uji Aktivitas Antimikroba Bakteriosin dari Isolat Bakteri
Machin, A. (2012). POTENSI HIDROLISAT TEMPE SEBAGAI PENYEDAP
RASA MELALUI PEMANFAATAN EKSTRAK BUAH NANAS. 4(2).
Prayoga, H., Yulianti, Y., & Riyanto, A. (2018). Analisis Dinamika Molekul
Protein Lysozyme Putih Telur Dengan Model Potensial Lennard-Jones
Menggunakan Aplikasi Gromacs. Jurnal Teori Dan Aplikasi Fisika, 6(2), 239–
248. https://doi.org/10.23960/jtaf.v6i2.1849.
Purnama, R. C., Retnaningsih, A., & Aprianti, I. (2019). PERBANDINGAN
KADAR PROTEIN SUSU CAIR UHT FULL CREAM PADA PENYIMPANAN
SUHU KAMAR DAN SUHU LEMARI PENDINGIN DENGAN VARIASI LAMA
PENYIMPANAN DENGAN METODE KJELDHAL. 18(1), 212–214.
Riantini, F. E. (2014). Karakterisasi Komponen Bioaktif dan Uji Aktivitas Ekstrak
NaCl Biji Asam Jawa (Tamarindus indica L.) Terhadap Nitrat (NO3-)
[Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim]. In Central Library of
Maulana Malik Ibrahim State of Islamic University of Malang (Vol. 85, Issue 1).
https://doi.org/10.1016/j.bbapap.2013.06.007
Rosmawati, T. (2013). Lama perebusan terhadap kandungan protein pada kerang
darah (Anadara granosa). Jurnal Biology Science & Education, 2(2), 103–109.
Sanger, G., Damngilala, L. J., Montolalu, L. A., & Dotulong, V. (2018).
PROTEIN. Universitas Sam Ratulangi.
Sari, N. V., Susatyo, E. B., & Mahatmanti, F. W. (2018). Pengaruh pH terhadap
Adsorpsi Ion Cu2+ oleh Polifenol Kluwak (Pangium edule R.) dengan
Pembentukan Kompleks. Indonesian Journal of Chemical Science, 7(3), 221–227
Sudarmadji, S. 2010. Analisis Bahan Makanan dan Pertanian. Yogyakarta;
Yogyakarta Liberty.
Sumardjo. 1997.Petunjuk Praktikum Kimia Dasar I. Fakultas Kedokteran Umum :
Semarang.
Triyono. A. 2010. Mempelajari Pengaruh Penambahan Beberapa Asam pada
Proses Isolasi Protein terhadap Tepung Protein Isolat Kacang Hijau (Phaseolus
Radiatus L.). Seminar Rekayasa Kimia dan Proses.
Umah, N. R., Joko, T., & Dangiran, H. L. (2018). Efektivitas Dosis Ferri Klorida
(Fecl3) Dalam Menurunkan Kadar Chemical Oxygen Demand (Cod) Pada
Limbah Pabrik Tahu Di Tempelsari Kalikajar Wonosobo. Jurnal Kesehatan
Masyarakat (e-Journal), 6(6), 279–288.
Windriyati, Y. N., Murrukmihadi, M., & Junita*, N. R. (2019). AKTIVITAS
MUKOLITIK IN VITRO EKSTRAK ETANOLIK HERBA MENIRAN
(Phyllanthus niruri L) TERHADAP MUKOSA USUS SAPI. 3HQJDUXK
3HUEHGDDQ .RQVHQWUDVL (NVWUDN (WDQROLN, 3, 94–100.

Anda mungkin juga menyukai