SENYAWA BIO-ORGANIK
LEMAK DAN PROTEIN
I. Tujuan Percobaan
1.1 Mampu menjelaskan sifat umum dan sifat khusus lemak dan protein
1.2 Mampu melakukan analisis kualitatif lemak dan protein dalam suatu sampel
Kelarutan
Noda Lemak
Uji Ikatan Rangkap pada Larutan Tak Jenuh: Melunturkan warna aquabromata
Uji Ikatan Rangkap pada Larutan Tak Jenuh: Melunturkan warna larutan KMnO4
2.2 PROTEIN
Uji Biuret
Uji Ninhidrin
III. Pembahasan
3.1 Lemak
3.1.1 Sifat Fisik Lemak
3.1.1.1 Kekentalan dan Bau
Pada uji ini bahan yang digunakan adalah minyak kelapa, minyak zaitun,
minyak ikan dan Asam Stearat . Minyak goreng adalah minyak yang dihasilkan dari
buah kelapa, yang digunakan untuk minyak makanan. Minyak goreng berwarna
kekuning-kuningan, kental, dan baunya tidak setengik minyak zaitun. Minyak zaitun
berwarna kuning pucat, tidak sekental minyak zaitun, mengandung olein dan palmitin,
banyak digunakan untuk bahan pembuat sabun, dan baunya agak tengik dan
menyengat. Ketengikan pada kebanyakan lemak atau minyak menunjukkan bahwa
kebanyakan golongan trigliserida tersebut telah teroksidasi oleh oksigen dalam udara
bebas.
Hal-hal yang mempengaruhi ketengikan ini adalah proses penyimpanan bahan
uji yang cukup lama dan kurang tertutup, sehingga berinteraksi dengan udara bebas yang
menyebabkannya menjadi tengik. Bau tengik ini disebabkan oleh reaksi oksidasi. Reaksi
oksidasi yaitu penarikan oleh radikal peroksida untuk membentuk hidrogen peroksida
yang stabil dimana terurai menjadi asam keton dan hidroksi keton. Kekentalan
berhubungan dengan rantai karbon (minyak goreng memiliki rantai karbon lebih panjang
daripada minyak zaitun).
(Wirahadikusumah, 1985)
3.1.1.2 Kelarutan
Pada uji ini kita membandingkan antara, minyak zaitun dan minyak goreng
yang dicampur dengan aquades dan yang dicampur dengan metilen klorida dengan
prinsip like disolve like, artinya senyawa polar akan larut dalam senyawa polar dan
senyawa nonpolar akan larut dalam senyawa nonpolar. Dari percobaan tersebut,
minyak zaitun dan minyak goreng mendapatkan hasil yang sama yaitu pada
percampuran kedua minyak tersebut dengan aquades tidak larut, ini disebabkan sifat
kedua larutan tersebut berbeda dengan aquades. Aquades bersifat polar sedangkan
minyak zaitun dan minyak kelapa nonpolar. Pada pencampurannya kedua minyak itu
berada di atas aquades, ini disebabkan oleh massa jenis zat yang dimiliki kedua minyak
tersebut lebih sedikit atau di bawah massa aquades yang massa jenisnya 1 g/cm. Gelatin
merupakan senyawa protein yang bersifat polar dan larut dalam aquades. Tetapi gelatin
tidak larut dalam pelarut metilen klorida. Sedangkan pencampuran minyak zaitun dan
minyak goreng masing-masing dengan metilen klorida mendapatkan hasil yang sama
yaitu larut dalam metilen klorida. Hal ini disebabkan sifat kedua larutan tersebut sama.
Metilen klorida, minyak zaitun dan minyak goreng sama-sama bersifat nonpolar.
3.1.1.3 Noda lemak / Spot tes
Uji ini menggunakan tabung reaksi dengan menambahkan lemak (minyak
goreng,minyak zaitun,minyak ikan ) dengan eter. Fungsi dari eter tersebut adalah untuk
melarutkan lemak. Selanjutnya larutan lemak tersebut diteteskan pada kertas saring dan
noda lemak tersebut sukar hilang. Lemak dapat menempel pada kertas saring dan sulit
untuk dihilangkan karena mempunyai pori pori yang lebih besar dari kertas saring
sehingga sulit menembus kertas saring. Selain itu, molekul yang besar pada lemak
menyebabkan titik didih lemak yang tinggi sehingga sukar menguap dan menyebabkan
noda lemak sukar hilang.
(Hart, 2003)
Molekul sabun terdiri dari rantai hidrokarbon dengan gugus -COO- pada
ujungnya yang memilki sifat hidrofob dan hidrofil. Molekul sabun mempunyai rantai
hidrogen CH3(CH2)16 yang bertindak sebagai ekor yang bersifat hidrofobik (tidak suka
air) yang larut dalam zat organik dan larut dalam zat-zat nonpolar, sedangkan COONa+
sebagai kepala yang bersifat hidrofilik (suka air) yang larut dalam air atau zat-zat polar.
Dari percobaan dihasilkan endapan dan muncul busa setelah dikocok. Hal ini
membuktikan bahwa hasil dari reaksi saponifikasi adalah sabun yang dibuktikan
adanya busa setelah ditambah air dan dikocok.
3.1.1.5 Uji Ikatan Rangkap lemak tak jenuh
3.1.1.5.1 Melunturkan warna aquabromata
Uji ini bertujuan untuk mengetahui adanya ikatan rangkap pada lemak yang
mengidentifikasikan bahwa lemak tersebut tidak jenuh. Uji ini menggunakan sampel
minyak goreng , sampel tersebut ditambahkan aquabromata. larutan tersebut dapat
melunturkan warna aquabromata. Setelah minyak goreng ditambahkan aquabromata,
warna larutan aquabromata yang berwarna kuning berubah menjadi putih. Proses
reaksi melunturnya warna aquabromata karena adanya reaksi adisi, ikatan rangkap
atom karbon pada lemak teputus, sebagai gantinya atom karbon pada lemak mengikat
atom hidrogen pada aquabromata sehingga warna aquabromata luntur. Reaksi
melunturnya aquabromata:
O
H
H2 C O C (CH 2) 7 C C (CH2) 5 CH 3
O H
H
HC O C (CH 2)7 C C (CH 2)5 CH 3 + Br2
O H
H
H 2C O C (CH 2)7 C C (CH 2)5 CH 3
H
O Br Br
(Sastrohamidjojo, 2005)
3.1.1.5.2 Melunturkan warna larutan KMnO4
Uji ini bertujuan untuk mengetahui adanya ikatan rangkap pada lemak yang
mengidentifikasikan bahwa lemak tersebut tidak jenuh. Uji ini menggunakan sampel
minyak goreng larutan tersebut ditambahkan larutan KMnO4. Setelah minyak goreng
ditambahkan larutan KMnO4, warna ungu pada KMnO4 luntur dan berubah menjadi
coklat. Sedangkan pada minyak zaitun yang ditambahkan larutan KMNO 4, warna
ungu pada larutan KMnO4 luntur dan berubah menjadi merah bata. Proses reaksi
melunturnya warna larutan KMnO4 karena adanya reaksi adisi, ikatan rangkap atom
karbon pada lemak teputus, sebagai gantinya atom karbon pada lemak mengikat atom
hidrogen pada KMnO4 sehingga menyebabkan warna KMnO4 luntur.
O OH OH
H 2C O C (CH2) 7 C C (CH2) 5 CH 3
O OH OH
HC O C (CH2)7 C C (CH2)5 CH3 + KOH + MnO3
O OH OH
H 2C O C (CH2)7 C C (CH2)5 CH3
(Sumardjo, 1997)
3.2 PROTEIN
3.2.2 Uji Biuret
Uji ini digunakan untuk menguji adanya ikatan peptida pada lemak. Ikatan
peptida merupakan suatu ikatan kovalen yang menggabungkan asam-asam amino
secara bersama-sama dalam protein. Strukturnya planar karena elektron-elektron
terdelokalisasi dalam pertalian amida, yang memberikan ikatan C-N.
(Arsyad, 2001)
Larutan sampel yang digunakan adalah putih telur, dan gelatin. Masing-masing
sampel ditambahkan larutan NaOH 40 % dan CuSO 4 0,5 %. Uji positif terbentuk,
apabila sampel yang di uji biuret menghasilkan warna ungu. Setelah ditambahkan
larutan NaOH dan CuSO4, tabung yang berisi larutan sampel putih telur berubah
menjadi larutan berwarna ungu dan menunjukkan hasil positif. Ini berate putih telur
mengandung protein. Sedangkan tabung yang berisi gelatin berubah menjadi larutan
berwarna biru yang menunjukkan hasil negatif. Ini berarti gelatin bukan termasuk
protein.
Reaksi uji biuret:
OH OH
COOH C C
O O O O
Cu
(Arsyad, 2001)
Reaksi yang terjadi pada ninhidrin dengan gugus asam amino primer:
C OH
H2 C
protein C COOH +
C OH
O O O
O
C C
H
protein CH CO 2 + NH 3 + C N C
C C
O O
warna ungu
(Hart, 2003)
OH
NO2 O 2N
O 2N
H H HOOH
protein C COOH + protein C C NO2 + H2O
NH 2 NH 2
O 2N
NO2
(Sumardjo, 1997)
Reaksi protein + asam trikloro asetat
O Cl
H H H
protein C COOH + Cl3C COOH protein C N C O C Cl + H2O
NH 2 COOH Cl
H
protein C COOH + PO4.12Mo3 prote
NH 2
(Sumardjo, 1997)
(Sumardjo, 1997)
H HOO
protein C COOH + PO4.12Mo3 protein C C PO47 12MoO3
NH NH2
(Sumardjo, 1997)
(Sumardjo, 1997)
CH2CHCO2OH
NH2
Feinilanalina
Pada percobaan ini bertujuan untuk mengetahui asam amino triptofan. Jika
terbentuk cincin berwarna violet di antara lapisan asam dan air, maka menunjukkan
adanya asam glioksilat di dalam asam asetat. Pereaksi Hopkins-Cole terdiri dari asam
glioksilat (CHOCOOH) dalam H2SO4. Triptofan diduga berkondensasi dengan aldehida
ini dan dengan asam pekat membentuk kompleks berwarna dari jenis asam 2, 3, 4, 5-
tetrahidro--karbolin-4-karboksilat. Test ini berhasil bila terdapat oksidator kuat seperti
nitrat dan klorat. Asam sulfat yang digunakan harus sangat murni yang berarti tidak
mengandung bahan-bahan yang bertindak sebagai oksidator. Fungsi penambahan asam
sulfat dan asam glioksilat agar triptofan berkondensasi dengan aldehid sehingga
membentuk cincin berwarna ungu.
Percobaan ini menggunakan sampel putih telur dan susu. Pada percobaan ini,
putih telur ditambah dengan asam glioksilat dan asam sulfat pekat menghasilkan
endapan putih yang mengendap di bagian tengah tabung, di bagian atas warna larutan
putih keruh, dan bagian paling bawah tabung berwarna bening. Sedangkan untuk susu
cair ditambahkan dengan asam glioksilat dan asam sulfat menghasilkan endapan putih
yang mengendap di bagian atas tabung reaksi sebanyak bagian dari tabung, dan
bagian bawah tabung reaksinya berwarna bening.
Hasil dari percobaan ini negatif untuk semua sampel. Kemungkinan disebabkan
oleh asam sulfat yang digunakan adalah asam sulfat yang sudah tidak murni yaitu yang
mengandung bahan-bahan yang bertindak sebagai oksidator.
H H H2SO4 H H
HC C N C C NH 2 HC C N C C NH 2
H
C
COOH
H2 NO NH 2 NH 2
NH2
(Fessenden, 1992)
so3
O2S
H
(Fessenden, 1992)
IV. Kesimpulan
4.1 Lemak mempunyai kekentalan dan bau yang khas.
4.2 Ketajaman bau dipengaruhi oleh jumlah ikatan rangkap pada rantainya
4.3 Sifat lemak adalah nonpolar, tidak larut dalam air.
4.4 Lemak jika dicampur dengan Kristal NaOH dan etanol akan membentuk sabun.
4.5 Lemak tak jenuh memiliki ikatan rangkap yang bisa dijadikan ikatan tanpa
rangkap dengan penambahan aquabromata. Pelunturan aquabromata karena
adanya reaksi adisi.
4.6 Uji biuret untuk mengetahui adanya ikatan peptida.
4.7 Uji ninhidrin untuk mengetahui adanya gugus asam amino.
4.8 Uji presipitasi digunakan untuk menunjukkan bahwa protein dapat diendapkan
dengan penambahan alkaloid dan logam berat.
4.9 Reaksi xanthoprotein untuk menunjukkan radikal fenil pada protein.
4.10 Uji mollish digunakan untuk mengetahui adanya mukoprotein (glycoprotein).
4.11 Uji hopkins cole digunakan untuk mengetahui adanya asam amino triptofan.
4.12 Uji sulfida digunakan untuk mengetahui adanya unsur sulfide pada protein.
V. Saran
5.1 Dalam melakukan pemanasan, tabung reaksi harus sedikit dicondongkan tetapi tidak
boleh diarahkan pada diri sendiri dan orang lain, cari tempat kosong agar tidak
membahayakan diri sendiri atau orang lain.
5.2 Dalam memasukkan larutan ke dalam tabung reaksi, perhatikan miniskus
(permukaan cekung dari zat cair).
5.3 Pada saat pemanasan larutan, tabung reaksi harus sambil digoyang-goyangkan.
5.4 Pada pengocokkan larutan, ibu jari berada di atas mulut tabung dan jari telunjuk
berada di leher tabung.
5.5 Dalam melakukan pengamatan, perhatikan baik-baik dengan teliti perubahan
yang terjadi agar tidak terjadi kesalahan dalam pengamatan.