Anda di halaman 1dari 43

SIFAT DAN STRUKTUR

SENYAWA IONIK
Ikatan Ion
• Teori ikatan ion muncul berdasarkan fakta yang diperoleh pada
eksperimen
• Berzelius mengajukan teori dualistik :
Dalam senyawanya, atom-atom mempunyai kutub-kutub yang
berlawanan tandanya sebagai akibat kelebihan muatan listrik positif dan
negatif
• Kossel (1916) mengemukakan bahwa :
Atom unsur yang sangat elektropositif dapat melepaskan 1 atau 2
electron yang terdapat pada kulit terluarnya, sedangkan atom unsur yang
sangat elektronegatif dapat menerima 1 atau 2 electron yang dilepaskan
oleh atom unsur yang elektropositif. Ikatan ion akan terbentuk dengan
mudah apabila atom-atom yang bersangkutan mudah membentuk ion
• Ikatan ion merupakan ikatan kimia yang
terbentuk bila salah satu atom yang
bergabung melepaskan satu atau lebih
electron membentuk suatu ion positif,
selanjutnya electron tersebut ditangkap oleh
atom yang lain sehingga terbentuk ion negatif.
Antara ion positif dan ion negatif yang
terbentuk terjadi gaya tarik elektrostatik
Na(g) → Na+ (g) + e HIE = +495,8 kJ mol-1
Cl(g) + e → Cl- (g) HEA = -349,0 kJ mol-1
----------------------------------------------------------------------------------- +
Na(g) + Cl(g) → Na+(g) + Cl-(g) H = +146,8 kJ mol-1

Pembentukan kation : Na(g) → Na + (g) + e HIE = +495,8 kJ mol-1


Pembentukan anion : Cl(g) + e → Cl - (g) HEA = -349,0 kJ mol-1
Pemb. Pasangan ion : Na+(g)+ Cl- g) → NaCl(g) Hip = -552,0 kJ mol-1
------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Na(g) + Cl(g) → NaCl(g) H = -405,2 kJ mol-1

Tahap-tahap pembentukan senyawa ionik dapat


diterangkan berdasarkan daur Born-Haber
• Langmuir : senyawa yang terbentuk karena adanya
serah terima electron pada atom-atom pembentuknya
disebut senyawa elektrovalen atau senyawa ion dan
ikatan pada senyawa tersebut disebut ikatan
elektrovalen atau ikatan ion

• Sifat senyawa ionik :


– Memiliki daya hantar listrik yang rendah dalam keadaan padat,
tetapi cukup tinggi dalam keadaan lebur atau dalam keadaan
terlarut dalam pelarut polar
– Senyawa ionik cenderung memiliki titik lebur dan titik didih
yang tinggi
– Senyawa ionik mudah larut dalam pelarut polar yang
mempunyai tetapan dielektrik (0) yang tinggi
– Senyawa ionik pada umumnya keras, tetapi rapuh
Syarat terbentuknya senyawa ionik :
Ada tiga persyaratan terbentuknya senyawa ionik :

1. Energi ionisasi untuk membentuk kation


2. Afinitas electron dalam pembentukan anion
3. Energi kisi pada pembentukan kisi kristal dari kation-
kation dan anion-anion adalah menguntungkan secara
energetik
• Pembentukan senyawa ionik menguntungkan secara
energetik apabila :
(1) Senyawa ionik yang terbentuk memiliki energi
potensial yang lebih rendah daripada atom-atom
pembentuknya, misalnya :
Na(s) + ½Cl2(g) → NaCl(s) Hf = -410,9 kJ/mol
Ca(s) + ½O2(g) → CaO(s) Hf = -635,09 kJ/mol
(2) Struktur yang diadopsi oleh senyawa ionik yang
terbentuk merupakan struktur yang memiliki energi
potensial yang terendah, yaitu struktur dengan
kestabilan termodinamika terbesar, misalnya
struktur kristal NaCl adalah FCC bukan BCC atau
heksagonal
Senyawa ionik dapat terbentuk antara :
• Logam-logam gol 1, gol 2, sebagian gol 13 (IIIA)
dan beberapa logam transisi yang biloksnya
rendah dengan unsur-unsur non logam gol 17,
gol 16 dan nitrogen.
• Senyawa ionik biner terbentuk apabila
perbedaan keelektronegatifan antara atom
logam dengan non logam ≥ 1,7
Jari-Jari Ion

• Di dalam senyawa kristal ionik panjang ikatan


antara kation dan anion dapat diukur secara
difraksi sinar-X dan difraksi netron. Jari-jari ion
yang diperoleh disebut jari-jari ion efektif

r0 = r + + r -
r B-
r A+
r+ = jari-jari ion positif
Ion A+ Ion B- r- = jari-jari ion negatif

r AB = r A+ + r B-
• Pauling (1927) menetapkan jari-jari ion berdasarkan
anggapan bahwa ion-ion dengan susunan electron
yang sama, maka jari-jarinya berbanding terbalik
dengan muatan efektif dari ion-ion yang bersangkutan.
Muatan inti menentukan distribusi electron di luar inti,
termasuk jari-jari ion.
• Jari-jari ion yang digunakan sekarang diperoleh
dengan cara semi empiris yaitu mempergunakan jarak
antarion dari kristal senyawa alkil halida yang
diperoleh dari hasil penelitian.
• Ukuran jari-jari ion ditentukan oleh gaya tarik muatan
inti efektif terhadap electron pada kulit terluar ion tsb.
• Muatan inti efektif dihitung dengan rumus :
Zef = Z - s
Zef (Z* ) = muatan inti efektif
Z = muatan inti
s = tetapan penyaringan
(screening constant )
Hitung jlh proton, elektron, netron dan muatan inti dari :

 ,
Tetapan Penyaringan :

Tetapan penyaringan, s dihitung berdasarkan kaidah empiris yang


disusun oleh Slater
1. Orbital dikelompokkan menurut urutan : (1s)(2s 2p)(3s 3p)(3d)
(4s 4p)(4d)(4f)(5s 5p) dst
2. Untuk elektron dalam kelompok s dan p
a) Tidak ada penyaringan oleh elektron dari kelompok di luar
elektron yang diamati
b) Penyaringan sebesar 0,35 untuk setiap elektron dalam
kelompok yang diamati (kecuali untuk kelompok 1s
penyaringan 0,30)
c) Penyaringan sebesar 0,85 untuk setiap elektron dalam
kelompok dengan bilangan kuantum (n-1)
d) Penyaringan sebesar 1,00 untuk setiap elektron dalam
kelompok dengan bilangan kuantum (n-2) atau lebih
rendah atau lebih ke dalam
Tetapan Penyaringan ….

3. Untuk elektron dalam kelompok d dan f


a) Sda
b) Sda
c) Penyaringan sebesar 1,00 untuk setiap elektron yang
terletak lebih ke dalam

(1s)  0,30 1s
(2s 2p)  0,35 2s 2p
(3s 3p) (n-1) = 0,85
(3d) (n-2) = 1,00 3s 3p 3d
(4s 4p) 4s 4p 4d 4f
(4d)
(4f) 5s 5p 5d
(5s 5p) 6s 6p
dst
7s
Lihat TA Bohr
Ada antaraksi :
Antar elektr (1) dg elektr (2)
Antar elektr (1) dg inti e e e
Antar elektr (2) dg inti e e e
e e e e
e
e e
+ Jlh Maks.elektr.
e e K L M Setiap kulit adalah
e e 2 n2
e e e
e e
e e e
e e e

Kulit K (n=1) : 2 elektr  sub kulit s (1s2)


Kulit L (n=2) : 8 elektr  sub kulit s p (2s2 2p6)
Kulit M (n=3) : 18 elektr  sub kulit s p d (3s2 3p6 3d10)
Misalnya :
• 11Na (Z=11) : (1s2)(2s2 2p6)(3s1 )
e
elektr yang dilepaskan berasal dari orbital 3s e e
maka :
S = (2 x 1) + (8 x 0,85) = 8,8 +
Z* = 11 – 8,8 = 2,2
e e e e
• 9F (Z=9) : (1s2)(2s2 2p5)
S = (2 x 0,85) + (6 x 0,35) = 1,7 + 2,1 = 3,8 e e
Z* = 9 – 3,8 = 5,2 e
Hitung muatan inti efektif Na+ dan F- .
Hitung pula r Na+ dan r F- e Na

e
e e
11Na : 9F: e
(1s2) x1 (1s2) x 0,85 F +
(2s2 2p6) x 0,85 (2s2 2p5) x 0,35 e e
(3s1) x 0
e e
e
Hitung muatan inti efektif Na+ dan F- . Hitung pula r Na+
dan r F- . No. Atom Na=11, F=9
0

Diketahui : r Na  r F  2,31 A
-
11 Na+ (Z=10) : (1s2)(2s2 2p6)(3s0 ) Na  Na+ + e
9 F-
(Z=10) : (1s2
)(2s 2
2p6
) F + e  F-

• Z*Na+ = 11 – {(2 x 0,85) + (7 x 0,35)} =11 - 4,15 = 6,85


• Z* F- = 9 – {(2 x 0,85) + (7 x 0,35)} = 9 - 4,15 = 4,85

0

Diketahui : r Na  r F  2,31 A
-

Tentukan : r Na+ dan r F-

 Diketahui
:
Tentukan :
(a) dan (c)
1 1
r :r  : 4 ,85
Na

F

6 ,85 4 ,85 x r   2 ,31  r 
6 ,85 F F
r :r  4 ,85 : 6 ,85
Na  F 4 ,85 r -  6 ,85( 2 ,31  r 
)
F F
4,85 4 ,85 r  6 ,85( 2 ,31 )  6 ,85 r
r xr - - - - - - - - (a) F -
F-
Na 
6 ,85 F
4 ,85 r -  6 ,85 r  6 ,85 x( 2 ,31 )
6,85 F F
-

r  xr  - - - - - - (b) ( 4 ,85  6 ,85 )r  6 ,85 x( 2 ,31 )


F 4 ,85 Na F

0 6 ,85 0

r r  2 ,31  r  x 2,31 
Na  F
F 4 ,85  6 ,85
r  2 ,31  r - - - - - - (c) 0
Na

F

 1,35 
r -  2 ,31  r 
- - - - - - (d) Dengan cara yang sama :
F Na
4 ,85 0
r   x 2,31 
Na 4 ,85  6 ,85
r 0,96  0,96 
0
Na 
  0 ,71
r 
1,35
F
  Muatan-muatan “efektif” dapat dihitung dengan memakai tetapan
penyaringan (screening constant) secara empiris yang
dikembangkan oleh Slater.
 Menurut aturan Slater, suatu elektron pada kulit utama kedua
dilindungi oleh sekalian elektron sedemikian, sehingga ia
merasakan pengaruh muatan inti sebesar 4,15 satuan lebih kecil
daripada yang sebenarnya.
 Misalnya : Hitung rNa+ dan rF- , diketahui jarak antar ion dalam NaF
adalah 2,31 A. (No. Atom Na=11, F=9)
Jawab :
Z*Na+ = 11 – 4,15 = 6,85
Z*F- = 9 – 4,15 = 4,85

rNa+ + rF- = 2,31 A


Penyelesaian pers. Menghasilkan rNa+ = 0,96 A dan rF- = 1,35 A
Tetapan Penyaringan menurut Clementi dan Raimondi :

S1s = 0,3(N1s-1) + 0,0072(N2s+N2p) + 0,0158(N3s, p, d+ N4s, p)


S2s = 1,7208 + 0,3601(N2s-1 + N2p) + 0,2062(N3s, p, d+ N4s, p)
S2p = 2,5787 + 0,3326(N2p-1) – 0,0773(N3s) – 0,0161(N3p+ N4s) –
0,0048(N3d) + 0,0085(N4p)
S3s = 8,4927 + 0,2501(N3s-1 + N3p) + 0,0778(N4s) + 0,3382(N3d) +
0,1978(N4p)
S3p = 9,3345 + 0,3803(N3p-1) + 0,0526(N4s) + 0,3289(N3d) + 0,1558(N4p)
S3d = 13,5894 + 0,2693(N3d-1) – 0,1065(N4p)
S4s = 15,505 + 0,0971(N4s-1) + 0,8433(N3d) + 0,0687(N4p)
S4p = 24,7782 + 0,2905(N4p-1)
Contoh :

1) Hitung muatan inti efektif 7N (7N : 1s2 2s2 2p3)


S2p = 2,5787 + 0,3326(3-1) – 0
= 2,5787 + 0,6652
= 3,2439

Z* = 7 – 3,2439
= 3,7561  3,7560

2) Hitung muatan inti efektif 30Zn (30Zn : 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 3d10 4s2)
S4s = 15,505 + 0,0971(2-1) + 0,8433(10) + 0,0687(0)
= 15,505 + 0,0971 + 8,433
= 24,0351

Z* = 30 – 24,0351
= 5,9649  5,965
a. Dalam satu gol. dalam tabel periodik, jari-jari ionnya
semakin besar dengan semakin naiknya massa
atom/no.atom
b. Ion-ion dengan susunan electron sama
(isoelektronik), jari-jarinya makin kecil dengan
bertambahnya muatan inti. Hal ini disebabkan oleh
karena gaya tarik terhadap electron yang semakin
besar
Contoh : O2- < F- < Na+ < Mg2+ < Al3+
S2- < Cl- < K+ < Ca2+ < Sc3+
Makin ke kanan dalam deret susunan berkala,
terlihat jari-jari ion makin kecil
c. Bila suatu unsur dapat membentuk dua macam atau
lebih ion positif, semakin besar muatan positif maka
semakin kecil jari-jarinya
Contoh : r Fe3+ (0,60) < r Fe2+ (0,75)
d. Untuk deret lantanida terjadi apa yang disebut
kontraksi lantan, artinya jari-jari ion semakin kecil dari
La – Lu. Hal ini disebabkan karena muatan inti terus
bertambah, sedangkan lintasan elektronnya tetap.
Pengisian electron terjadi pada sub lintasan 4f .
r Lu(0,93) < r Yb(0,95) < r Er (0,96) < …. < r La (1,15)
Faktor-faktor yang mempengaruhi jari-jari ion

Banyak faktor yang mempengaruhi besarnya jari-jari ion, diantaranya


adalah : Bilangan koordinasi dan muatan ion

a) Bilangan koordinasi :
Jari-jari kation dan juga anion bertambah besar dengan bertambahnya
bilangan koordinasi

Jari-jari ion Na+ dengan bil.koordinasi 4 s/d 12


Bil. Koord. 4 5 6 7 8 9 12
Jari-jari ion (pm) 113 114 116 126 132 138 153

Jari-jari ion O2- dengan bil.koordinasi 2 s/d 8


Bil. Koord. 2 3 4 6 8
Jari-jari ion (pm) 121 122 124 126 128
b) Muatan ion :
Bertambahnya muatan ion positif akan memperkecil jari-jari
ion (contoh : r Na+ > r Mg2+ > r Al3+ )
Bertambahnya muatan ion negatif akan memperbesar jari-jari
ion tersebut (contoh : r F- < r O2- < r N3-)

c) Gaya tarik antara electron pada kulit terluar


• Jari-jari ion dapat digunakan untuk menerangkan struktur atau
bentuk kristal ion.
• Kristal senyawa ionik terdiri atas kation-kation dan anion-anion yang
tersusun secara teratur dan berulang (periodik).
• Pola susunan yang teratur dan berulang dari ion-ion yang terdapat
dalam suatu kristal menghasilkan kisi kristal dengan bentuk tertentu.
• Di dalam kristal, banyaknya ion yang mengelilingi ion lain disebut
bilangan koordinasi
• Di dalam suatu kristal ionik :

– Banyaknya anion yang mengelilingi kation dengan jarak yang


sama merupakan bilangan koordinasi dari kation
– Banyaknya kation yang mengelilingi anion dengan jarak yang
sama merupakan bilangan koordinasi dari anion
• Ada beberapa macam kisi kristal senyawa
ionik , diantaranya yang terpenting adalah kisi
kristal :
 Natrium klorida (NaCl)
 Sesium klorida (CsCl)
 Zink sulfida (ZnS)
 Fluorit (CaF2)
 Rutil (TiO2)

Struktur kristal ion ditentukan oleh :


1. Ukuran relatif dari ion positif dan ion negatif
2. Muatan struktur kristal secara keseluruhan harus netral
NaCl CsCl
Natrium klorida Sesium klorida

ZnS
ZnS (Zink blende)
(wurtzit)

CaF2 TiO2
Flourit Rutil
Natrium klorida, NaCl
• Kisi kristalnya adalah kubus berpusat muka (face centered
cubic) dengan panjang sisi sel satuan a = 564,02 pm
• Kristal NaCl terdiri atas kisi kubus berpusat muka dari ion-ion
Na+ dan kisi kubus berpusat muka dari ion-ion Cl - yang saling
menembus.
• Ion Na+ dikelilingi oleh 6 ion Cl- seharga dengan geometri
oktahedral. Sebaliknya, ion Cl- dikelilingi oleh 6 ion Na+
seharga juga dengan geometri oktahedral.
• Bilangan koordinasi ion Na+ dan ion Cl- dalam kisi kristal NaCl
adalah 6
• Beberapa senyawa dengan struktur NaCl :
Beberapa senyawa dengan struktur NaCl :
MgO FeO BaS CaTe LiI NaH RbCl TiC
CaO NiO -MnS SrTe LiH KF RbBr UC
KCl
SrO CdO MgSe BaSe NaF RbI LaN
KBr
BaO MgS CaSe LiF NaCl AgF ScN
KI
TiO CaS SrSe LiCl NaBr AgCl TiN
RbF
MnO SrS BaSe LiBr NaI AgBr UN
Sesium klorida, CsCl
• Kisi kristalnya adalah kubus sederhana atau kubus
primitif, karena ion yang terdapat pada pusat kubus
berbeda dengan ion-ion yang terdapat di pojok-pojok
kubus. Panjang sisi sel satuannya adalah a = 412,3 pm
• Ion Cs+ dikelilingi oleh 8 ion Cl- seharga dengan geometri
kubus sederhana, dan sebaliknya ion Cl- dikelilingi oleh
8 ion Cs+ seharga dengan geometri kubus sederhana.
• Bilangan koordinasi ion Cs+ dan ion Cl- dalam kisi kristal
CsCl adalah 8.
• Beberapa senyawa dengan struktur sesium klorida :
Beberapa senyawa dengan struktur sesium klorida :

CsCl CsCN TlCl


CsBr NH4Cl TlBr
CsI NH4Br TlI
Zink Sulfida, ZnS
(Wurtzit dan Zink blende)

• Zink sulfida mengkristal dalam dua kisi krsital yaitu


heksagonal dengan panjang sisi sel satuan a = 381,1 pm
dan c = 623,4 pm untuk wurtzit dan kubus dengan
panjang sisi sel satuan a = 540,60 pm untuk zink blende
atau sfalerit.
• Ion Zn2+ dikelilingi oleh 4 ion S2- seharga dengan
geometri tetrahedral, ion S2- dikelilingi oleh 4 ion Zn2+
seharga dengan geometri yang sama.
• Bilangan koordinasi ion Zn2+ dan ion S2- yang terdapat
dalam kisi kristal ZnS adalah 4.
• Beberapa senyawa dengan struktur wurtzit :
Beberapa senyawa dengan struktur wurtzit :
ZnO ZnTe CdSe AgI InN
ZnS BeO MnS AlN TaN
ZnSe CdS MnSe GaN NH4F

Beberapa senyawa dengan struktur zink blende :

CuF -AgI CdSe -CdS HgSe


CuCl BeS -ZnS CdSe HgTe
-CuBr BeSe ZnSe CsTe AlP
-CuI BeTe ZnTe HgS GaP
Fluorit, CaF2

• Kisi kristalnya adalah kubus dengan panjang sisi sel satuan a =


546,26 pm
• Ion Ca2+ dikelilingi oleh 8 ion F- seharga dengan geometri
kubus, ion F- dikelilingi oleh 4 ion Ca2+ seharga dengan
geometri tetrahedral.
• Bilangan koordinasi ion Ca2+ adalah 8, sedangkan bilangan
koordinasi ion F- adalah 4.
• Beberapa senyawa dengan struktur fluorit :

CaF2 BaF2 HgF2 PbO2 ThO2 NpO2


SrF2 BaCl2 EuF2 CeO2 PaO2 PuO2
SrCl2 CdF2 -PbF2 PrO2 UO2 AmO2
Rutil, TiO2

• Kisi kristalnya adalah tetragonal primitif dengan panjang sisi


sel satuan a = 459,37 pm dan c = 295,81 pm.
• Ion Ti4+ dikelilingi oleh 6 ion O2- seharga dengan geometri
oktahedral, sedangkan ion O2- dikelilingi oleh 3 ion Ti4+ seharga
dengan geometri trigonal planar.
• Bilangan koordinasi ion Ti4+ adalah 6, sedangkan bilangan
koordinasi ion O2- adalah 3.
• Beberapa senyawa dengan struktur rutil :

TiO2 -MnO2 PbO2 WO2 MnF2


CrO2 MoO2 RuO2 CoF2 NiF2
GeO2 NbO2 SnO2 FeF2 PdF2
IrO2 OsO2 TaO2 MgF2 ZnF2
Rasio Radius (r+/r- )

• Bilangan koordinasi yang memungkinkan kristal ion


menjadi stabil sangat tergantung dari perbandingan ion
positif dan ion negatif, rA+/rB-

Batas rA+/rB_ untuk struktur segitiga planar


r B-
cos 30 
0

r A   r B-
B-
r B-
300
r B- r A  cos 30 0  r B- cos 30 0  r B-
rA +rB
+ -
r A+ + r B -
A+ r A  cos 30 0  r B- - r B- cos 30 0
B- B- r A  cos 30 0  r B- (1 - cos 30 0 )
rA  1 - cos 30 0 1 - 0,866
-
 0

Bilangan koordinasi 3 rB cos 30 0,866
rA  rB  0,866
-
 0,155 
  6,463
rB rA 0,134
Hubungan antara rasio radius dengan kemungkinan
struktur senyawa ionik
No. Struktur Bil. Koordinasi r+ /r- r- /r+
1. Linier 2 0 – 0,155 >6,452
2. Segitiga planar 3 0,155 – 0,225 4,444-6,452
3. Tetrahedral 4 0,225 – 0,414 2,415-4,444
4. Bujur sangkar 4 0,414 – 0,732 1,366-2,415
5. Oktahedral 6 0,414 – 0,732 1,366-2,415
6. Kubus 8 0,732 – 1,00 1,001-1,366
7. Struktur rapat 12 > 1,00 <1
(dodekahedral)
• Struktur CsCl : 1,0 < r- /r+ < 1,37
• Struktur NaCl : 1,37 < r- /r+ < 2,44
• Struktur ZnS : 2,44 < r- /r+ < 4,55

Contoh
Struktur sesium klorida Struktur natrium klorida Struktur seng blende
Garam r- /r+ Garam r- /r+ Garam r- /r+
CsCl 1,1 NaCl 1,9 ZnS 2,1
CsBr 1,2 NaI 2,3 ZnSe 2,3
CsI 1,3 KCl 1,4 CuCl 1,9
TiCl 1,2 RbI 1,5 CuBr 2,0
Keterbatasan aturan perbandingan jari-jari :
1. Aturan perbandingan jari-jari diterapkan hanya pada pengemasan
bola keras yg diketahui ukurannya. Anion tidaklah keras karena
mudah dipolarisasi dan cenderung membentuk ikatan kovalen yg
arahnya sangat kuat dan tdk mengikuti aturan perbandingan jari-
jari
2. Beberapa anion tdk lagi menunjukkan sifat seperti bola (sphericity)
jika mereka merupakan gabungan dari atom-atom yg terikat secara
kovalen seperti CN-, NO2-, dan N3-
3. Beberapa garam mengkristal dlm dua modifikasi yg mempunyai
perbedaan bilangan koordinasi. Tolak menolak anion-anion yg
lebih besar dlm senyawa dgn bilangan koordinasi tinggi akan
meningkatkan jarak antar inti. Jejari ion bergantung pada bilangan
koordinasi ion dlm kisi. Dalam kasus dimana sebuah struktur
mempunyai angka banding di batas dua struktur maka jari-jari ion
menjadi tdk pasti jika mereka mengadopsi dua kisi
4. Garam-garam litium (jari-jari Li+ = 66 pm) seperti LiCl, LiBr dan
LiI semuanya mengkristal dlm kisi oktahedral, meskipun
semuanya mempunyai angka banding jejari Pauling di bawah
0,41 pm. Data jejari Cl- adalah 181 pm, Br- = 195 pm dan I- =216
pm memberikan angka banding jejari 0,36 utk LiCl, 0,34 utk LiBr
dan 0,305 utk LiI. Meskipun LiI dpt dianggap secara parsial
bersifat kovalen, nampaknya hal ini tdk bisa digeneralisasi utk
halida lainnya. Meskipun demikian, jika diangap bahwa tdk ada
ikatan yg 100% ionik, jadi setiap ikatan ionik memiliki karakter
kovalen, maka perkiraan jejari ionik akan terlalu rendah utk
kation hasil dari lepasnya elektron valensi dan terlalu tinggi utk
anion.
• Rasio radius memberikan pedoman yang berguna untuk meramalkan
struktur dari kristal ionik
• Namun, dalam beberapa hal, rasio radius memberikan hasil ramalan
yang tidak sesuai dengan struktur kristal ionik yang diperoleh dari
hasil eksperimen
• Hal ini disebabkan oleh adanya beberapa asumsi yang mendasari
konsep rasio radius :
1) Ikatan dalam senyawa dianggap 100% ionik
2) Jari-jari kation dan anion diketahui dengan pasti
3) Ion-ion dianggap sebagai bola-bola keras yang tidak elastis
4) Susunan yang stabil hanya diperoleh apabila kation dan anion saling
bersinggungan
5) Ion-ion selalu mengadopsi susunan dengan bilangan koordinasi tertinggi
• Namun, dalam beberapa hal, rasio radius memberikan hasil ramalan yang
tidak sesuai dengan struktur kristal ionik yang diperoleh dari hasil eksperimen
• Hal ini disebabkan oleh adanya beberapa asumsi yang mendasari konsep rasio
radius :
1) Ikatan dalam senyawa dianggap 100% ionik
2) Jari-jari kation dan anion diketahui dengan pasti
3) Ion-ion dianggap sebagai bola-bola keras yang tidak elastis
4) Susunan yang stabil hanya diperoleh apabila kation dan anion saling
bersinggungan
5) Ion-ion selalu mengadopsi susunan dengan bilangan koordinasi tertinggi
• Dalam kenyataan diperoleh fakta bahwa :
1. Tidak ada senyawa yang ikatannya 100% ionik
2. Jari-jari ion tidak dapat ditentukan dengan pasti karena adanya
sumbangan kovalen
3. Ion-ion bentuknya cenderung tidak sferik karena adanya efek polarisasi
4. Ion-ion bukan merupakan bola-bola keras

• Akibatnya, ramalan struktur senyawa ionik yang diperoleh berdasarkan harga


rasio radius hanya cocok sekitar 50%

Anda mungkin juga menyukai