OLEH
Dr. Imam Yuwono, M.Pd
Dewi Ekasari Kusumastuti, M.Pd
Welcomin
g Teacher
Kurikulu
m yang
fleksibel
Menekankan
kerjasama
daripada
persaingan
Welcoming School
Welcoming School
Welcoming teacher dapat dimaknai menjadi guru yang ramah. Guru yang
ramah bukan hanya berarti guru yang lemah lembut dan santun, akan tetapi
mempunyai arti yang lebih luas yaitu GURU YANG DAPAT MEMENUHI
KEBUTUHAN PESERTA DIDIK
Kebutuhan afektif anak antara lain kebutuhan akan rasa kasih sayang, harga
diri, penghargaan dan sebagainya
Hal-Hal yang bisa dilakukan untuk menjadi guru yang
berstatus “WELCOMING TEACHER”
Guru harus mengetahui kondisi fisik maupun psikis peserta didik, termasuk kesehatan, inteligensi anak, sifat/karakter anak, dan sebagainya
Guru yang dapat mengatasi jika ada anak yang dipermalukan oleh anak lain
Guru yang dapat menjalin hubungan baik dengan orangtua anak dan pihak-pihak lainnya .
Inti dari guru yang ramah adalah GURU
YANG SANGAT DINANTIKAN
KEHADIRANNYA OLEH SISWA. Jika
guru tidak hadir maka siswa merasa ada
sesuatu yang hilang
Jika Anda menjadi seorang guru kelak
Kepala sekolah memberitahu kepada siswa kelas III SD, bahwa guru
yang biasa mengajar (Ibu Siti Hamidah) tidak hadir karena sakit.
Kepala sekolah berkata: “Anak-anak, hari ini Ibu Siti Hamidah tidak
bisa hadir karena sakit.....” JIKA ANAK-ANAK BERSORAK
GEMBIRA, MAKA BISA SEBAGAI PERTANDA MUNGKIN BU SITI
HAMIDAH TIDAK DIHARAPKAN KEHADIRANNYA, JIKA ANAK-
ANAK MEMPERTANYAKAN KEHADIRANNYA DAN MERASA
KEHILANGAN, BISA DIJADIKAN PERTANDA BAHWA IBU SITI
HAMIDAH TERMASUK GURU YANG DIHARAPKAN
KEHADIRANNYA (GURU YANG RAMAH)
Menekankan
Kerjasama
Daripada
Persaingan
Apakah bisa motivasi belajar
dimunculkan dengan cara lain yang
lebih ramah?
Dalam ilmu sosial, manusia disebut sebagai makhluk sosial, maknanya bahwa
manusia ternyata tidak bisa hidup sendiri dan selalu memerlukan orang lain
Motivasi belajar siswa akan lebih langgeng dan bermakna jika didorong oleh sebuah
kebutuhan. Guru sebaiknya memotivasi belajar siswa dengan memunculkan bahwa
belajar sebagai sebuah kebutuhan
Kerjasama akan mendidik siswa menjadi manusia yang santun, berlatih empati,
mengasah kepedulian sosial, membuat saling melengkapi dan menerima, dan
membuat semua siswa tidak ada yang tidak berperan
Lanjutan ...
Jika seseorang mempunyai kelebihan, hidup akan bermakna jika saling berbagi
Jika manusia ada sesuatu yang kurang, tentu membutuhkan uluran/bantuan orang
lain
Kurikulum yang
Fleksibel
Kurikulum yang Fleksibel
Salah satu elemen pendidikan inklusif yaitu kurikulum yang fleksibel menjadi
sebuah persyaratan utama jika sekolah menjadi tempat untuk diterimanya
anak-anak bangsa ini untuk menempuh pendidikan “tanpa kecuali”. Isyarat ini
sebenarnya telah tercantum dalam UUD 1945. Fleksibilitas kurikulum
disesuaikan dengan kondisi anak, bukan anak yang harus menyesuaikan
terhadap kurikulum/sistem
Lanjutan...
Kurikulum yang Fleksibel
Misalnya: seseorang yang mempunyai bakat dan minat musik, maka anak
dibuatkan kurikulum yang dapat mengembangkan potensi musiknya. Masih
banyak potensi-potensi lainnya (tidak hanya bakat dan minat saja) seperti cara
belajar anak, fisik anak, dan sebagainya.
Modifikasi
Modifikasi
Konten/ Isi
Proses Kurikulum
Model Pengembangan
Kurikulum Pendidikan
Inklusif KURIKULUM
DUPLIKASI
●
● UNTUK ABK DISAMAKAN DENGAN
KURIKULUM UMUM.
KURIKULUM UMUM.
SUBSTITUSI
●
● BEBERAPA BAGIAN DARI KURIKULUM UMUM DITIADAKAN TETAPI
DIGANTI DENGAN SESUATU YANG KURANG LEBIH SETARA.
4. Evaluasi
3.
Proses/metod 1. Tujuan
e
2. Konten/isi
Lanjutan ...
Sebisa mungkin layanan individual tetap dilakukan di dalam kelas dimana teman-teman
lainnya belajar secara klasikal
Jika memang ada anak yang mengalami hambatan belajar dan hambatan belajarnya tersebut bisa
mengganggu anak-anak lainnya (misalnya ada anak autis sedang tantrum), maka diperkenankan
untuk sementara layanan individual dilakukan di luar kelasnya, yaitu dengan cara ditarik dari
kelasnya dan jika telah selesai maka anak tersebut dikembalikan ke kelasnya
Contoh Layanan Individual yang Dilakukan di
Kelas Reguler
Jika salah satu peserta didik ada yang tunanetra dan sedang belajar tentang peta, maka
anak-anak yang lain belajar dengan menggunakan peta gambar seperti biasanya maka
tunanetra belajar dengan menggunakan peta raba (peta timbul)
Di salah satu sekolah dasar (SD) penyelenggara pendidikan inklusif terdapat anak
tunagrahita. Guru sedang mengajar matematika sampai bilangan 100. Ternyata anak
tunagrahita tersebut sulit untuk diajari sampai angka 100, maka anak tunagrahita tersebut
diajari hanya sampai puluhan dan belajarnya tetap di kelas
Kolaboratif dalam pembelajaran di kelas
inklusif
Siswa cerdas istimewa
(Super)
Siswa kemampuan rata-rata
Anak berkemampuan
dibawah rata-rata (Under)
Bekerja kelompok,
demonstrasi dan
mendiskusikan bagian
tumbuhan
Apa yang diperoleh melalui kerja
kelompok berbagai komponen anak tadi?
1. Mendapatkan konsep bagian tumbuhan (Ki 3)
2. Siswa rata-rata terlatih untuk bekerjasama, tolong menolong (Ki2)
3. Anak cerdas terlatih untuk memberi (Ki2)
4. Anak under merasa dihargai/ di manusiakan (Ki 1)