KABUPATEN PASURUAN
Oleh :
Melly Nia
18010684016
2018B
2019
KATA PENGANTAR
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................iii
BAB I.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................2
C. Tujuan Penelitian...................................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................3
LANDASAN TEORI.........................................................................................................3
A. Pengertian Pemalu..................................................................................................3
B. Ciri-ciri Anak Pemalu............................................................................................4
C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Anak Pemalu..................................................6
D. Cara Menangani Anak Pemalu...............................................................................7
BAB III............................................................................................................................10
METODOLOGI PENELITIAN.......................................................................................10
A. Jenis Penelitian.....................................................................................................10
B. Subjek Penelitian..................................................................................................10
C. Lokasi dan Waktu Penelitian................................................................................10
D. Instrumen Pengumpulan Data..............................................................................10
BAB IV............................................................................................................................12
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN................................................................12
A. Hasil Penelitian....................................................................................................12
B. Pembahasan..........................................................................................................12
BAB V.............................................................................................................................15
PENUTUP.......................................................................................................................15
A. Simpulan..............................................................................................................15
B. Saran....................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................16
LAMPIRAN.....................................................................................................................17
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak Anak Usia Dini adalah anak yang berusia 0-6 tahun, dimana
anak berada pada tahap pertumbuhan dan perkembangan yang sangat penting.
Menurut Mursid (dalam Hasanah, 2016) Usia dini merupakan kesempatan
emas bagi anak untuk belajar, sehingga disebut usia emas (golden age). Pada
usia ini, anak memiliki kemampuan untuk belajar yang luar biasa. Beberapa
aspek perkembangan anak usia dini yang mencakup perkembangan motorik
anak, perkembangan sensorik anak, perkembangan kemampuan berbahasa
anak, perkembangan kemampuan sosial anak, perkembangan kemampuan
emosional anak, dan perkembangan kemampuan kognitif pada anak. Keenam
aspek perkembangan ini merupakan faktor-faktor penilaian terhadap tumbuh
kembang fisik dan otak anak yang dapat dilihat melalui berbagai aktivitas
yang dilakukan oleh anak daam kehidupan sehari-harinya.keenam aspek
tersebut juga saling berkaitan dan harus berjalan seimbang.
Jika salah satu dari aspek perkembangan anak usia dini ini mengalami
hambatan, maka akan mempengaruhi apek-aspek lainnya. Setiap anak
memiliki karakteristik perkembangan yang berbeda. Selama proses
perkembangannya, tidak menutup kemungkinan anak menghadapi berbagai
masalah yang akan menghambat proses perkembangan selanjutnya. Oleh
karena itu sangat penting bagi orangtua dan guru untuk memahami
permasalahan-permasalahan yang dialami oleh anak, agar dapat
meminimalisir dan mencegah kemunculan dan dampak permasalahan
tersebut. Selain itu orangtua juga dapat memberikan upaya bantuan yang
tepat.
1
2
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana permasalahan pemalu pada anak usia 3 tahun di keluarga Desa
Kedungringin Utara?
2. Bagaimana penanganan permasalahan pemalu pada anak usia dini?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mendeskripsikan permasalahan pemalu pada anak usia 3 tahun di
keluarga Desa Kedungringin Utara.
2. Untuk mendeskripsikan penanganan permasalahan pemalu pada anak usia
dini.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Pemalu
Menurut Prayitno (dalam Ningrum 2017:77) bahwa malu adalah
bentuk yang lebih ringan dari rasa takut yang ditandai oleh sikap
mengerutkan tubuh untuk menghindari kontak dengan orang lain yang belum
di kenal. Gejalanya adalah wajah yang memerah, bicara dengan gagap, suara
lemah, meremas-remas jari dan sembunyi serta mencari perlindungan. Sifat
pemalu adalah suatu sifat bawaan atau karakter yang diberi sejak lahir.
Menurut Swallow (dalam Supriyo 2008:32) mendefinisikan sifat pemalu
sebagai suatu keadaan dalam diri seseorang dimana orang tersebut sangat
peduli dengan penilaian orang lain terhadap dirinya dan merasa takut atau
cemas karena penilaian tersebut, sehingga cenderung untuk menarik diri.
Selain itu, menurut Derver (dalam Anggarani: 2017) Rasa malu adalah satu
kondisi kegelisahan, kecemasan, tidak menyenangkan dan terhambat,
disebabkan oleh kehadiran orang lain. Rasa malu juga dapat berupa
ketidaknyamanan dalam kehadiran orang lain, yanng timbul dari kesadaran
diri yang kuat.
Menurut Handayani (dalam Ningrum 2017:78) bahwa anak yang
pemalu secara stimulus baru cepat membangkitkan amygada (struktur otak
atau inner brain structure yang mengontrol reaksi menghindar) dan
hubungannya cerebal cortex dan sistem syaraf simpatis, yang membuat tubuh
bersiap-siap untuk bertindak menghadapi ancaman. Gunarsih (dalam
Ningrum 2017:78) mengemukakan bahwa perasaan malu adalah rasa gelisah
yang dialami seseorang terhadap pandangan orang lain terhadap dirinya.
Banyak cara untuk mengenali atau mengidentifikasi anak pemalu. Mulanya
anak akan bersembunyi dibelakang teman atau hanya menunduk dengan
menghisap jempol jika mendapat giliran maju di depan kelas (Ningrum
2017:78-79).
Menurut kak Seto (dalam Ningrum 2017:79) bahwa anak pemalu yaitu
anak yang selalu menghindar dari keramaian dan tidak dapat secara aktif
3
4
malu yang wajar dan dapat diterima adalah saat bertemu dengan orang yang
baru dikenal, tampil di depan orang banyak dan pada situasi baru misalnya
sekolah baru atau pindah rumah.
Menurut Farida (2010), bahwa ciri-ciri anak pemalu yaitu:
a. Anak cenderung menghindari hubungan sosial dengan orang lain dan
lingkungan sekitar.
b. Bersikap segan, ragu-ragu dan tidak mudah melibatkan diri dengan
orang lain dan lingkungannya.
c. Anak yang pemalu tidak berani mengambil resiko, takut, dan ragu-
ragu.
Selain itu, menurut Dewi (dalam Ningrum 2017:81), ciri-ciri anak
pemalu sebagai berikut:
a. Kurang berani berbicara dengan guru dan teman lain. Anak yang
pemalu, selalu gugup dalam berkata-kata sehingga cenderung jadi
seorang pendiam dan kurang berbicara dengan orang lain yang
dikenalnya.
b. Sifat pemalu anak juga dapat dilihat dari keberaniannya mengadakan
kontak dengan orang lain. Anak pemalu selalu berusaha menghindari
bertatapan mata dengan lawan bicaranya. Saat berkomunikasi dengan
orang lain, anak tersebut memilih untuk menunduk atau mengalihkan
pandangan ke arah lain
c. Situasi di sekolah terkadang mengharuskan anak untuk melakukan
sesuatu yang diperintahkan gurunya, misalnya bernyanyi, bercerita,
atau mengucap syair. Anak yang pemalu cenderung besikap pasif atau
menolak perintah yang mengharuskan dia menjadi objek perhatian,
sehingga dia selalu menolak ketika mendapat giliran untuk tampil di
depan kelas.
d. Karena merasa diri banyak kekurangan seorang yang pemalu memilih
untuk melakukan aktifitas sendiri. Kecenderungan ini menyebabkan
dia selalu menolak ajakan orang lain untuk bergabung bersama.
6
e. Anak yang memiliki sifat pemalu, tidak suka bertutur panjang lebar
dalam berkomunikasi dengan orang lain, ia lebih suka berbicara
seperlunya saja.
Sifat pemalu dapat pula disebabkan oleh rasa kurang percaya diri
atau merasa dirinya sangat jauh dari kesempurnaan. Hal ini menyebabkan
dia takut untuk berterus terang atau terbuka dengan masalah yang
dihadapinya. Sehingga segala sesuatu yang menjadi beban pikirannya
seringkali disimpannya dalam hati, atau dipecahkannya sendiri.
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian kualitatif. Penelitian
kualitatif menurut Gunawan (2013) merupakan metode penelitian yang
berusaha memehami dan menafsirkan makna suatu peristiwa interaksi tingkah
laku manusia dalam situasi tertentu menurut perspektif peneliti sendiri. Yang
memiliki tujuan untuk memahami obyek yang diteliti secara mendalam.
B. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini yaitu Anak usia 3 tahun di desa
Kedungringin Utara, Kecamatan Beji, Kabupaten Pasuruan, yang bernama
Affaf Dzikra Fahma (Affaf).
10
11
A. Hasil Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui permasalahan anak dalam
keluarga Ibu Devi Irawati di Desa Kedungringin Utara, Kecamatan Beji,
Kabupaten Pasuruan.
Narasumber:
1. Nama : Ibu Devi Irawati
2. Status : Pegawai Swasta
B. Pembahasan
Dari hasil observasi yang telah dilakukan di keluarga Ibu Devi
Irawati, Desa Kedungringin Utara, Kecamatan Beji, Kabupaten Pasuruan,
permasalahan anak yang bernama Affaf yaitu permasalahan pemalu. Hal
tersebut dapat terlihat bagaimana respon Affaf ketika bertemu dengan orang
baru. Jika Affaf bertemu dengan orang baru atau orang yang tidak di kenal,
maka Affaf akan bersembunyi di belakang orang terdekatnya, baik ibu atau
ayahnya. Affaf akan salah tingkah ketika ada orang yang mendekatinya.
Selain respon Affaf ketika bertemu dengan orang baru, sifat pemalu
yang terlihat dari Affaf yaitu saat observasi berlangsung, Affaf selalu
menghindari kontak mata ketika ditanya nama, ketika diajak bermain, dan
ketika diajak foto bersama. Affaf juga tidak mau melakukan apa-apa, bahkan
sempat mengamuk karena Ibunya mengajak foto bersama dengan orang yang
tidak dikenalnya. Hal tersebut Affaf lakukan mungkin untuk menghilangkan
kecemasannya, sebab ia takut dan tidak terbiasa berkomunikasi dengan orang
lain selain keluarganya. Affaf juga tidak banyak bicara, padahal orangtuanya
bercerita biasanya Affaf sangat aktif ketika berada di rumah dengan
keluarganya.
Seperti yang diceritakan oleh narasumber (Ibu Devi) bahwa sifat
pemalu yang dimiliki Affaf memang sudah terlihat, hal tersebut dikarenakan
Affaf lebih sering menghabiskan waktu dengan neneknya, karena Ibu dan
Ayahnya Affaf bekerja, dan Affaf di asuh oleh neneknya. Bu Devi menyadari
12
13
bahwa cara nenek Affaf (Ibu Sulami) mengasuh yang membuat Affaf
memiliki sifat pemalu seperti sekarang ini. Ibu Sulami yang sudah cukup
berumur lebih sering mengajak Affaf untuk bermain di dalam rumah saja
bersama sepupu-sepupu Affaf, karena Bu Sulami tidak hanya mengasuh Affaf
saja. Ia juga mengasuh anak lain, yang bernama Bima.
Sifat pemalu yang dimiliki Affaf hanya ditunjukkan ketika dengan
orang yang tidak di kenal saja. Pada observasi hari kedua, terlihat Affaf
sangat ceria ketika bermain dengan sepupunya, akan tetapi, Affaf akan
murung dan lebih memilih untuk bermain sendiri daripada bermain dengan
orang lain yang tidak dikenalnya. Karena hal tersebut, Bu Devi ingin sekali
untuk mengasuh Affaf sendiri, akan tetapi nenek Affaf (Bu Sulami) selalu
menuntut Bu Devi untuk bekerja saja, melihat usianya yang masih muda
sekaligus sarjana. Hal tersebut membuat Bu Devi tidak dapat melakukan apa-
apa selain menuruti orangtua. Namun, Bu Devi mengimbangi hal tersebut
dengan cara selalu mengajak Affaf untuk pergi bermain ke Taman Bermain
setiap hari Minggu.
Kondisi lingkungan kelurga terutama neneknya Affaf (Ibu Sulami)
yang selalu memanjakan dan tidak pernah mengajak Affaf untuk
bersosialisasi dengan orang lain atau anak-anak lain yang menyebabkan Affaf
memiliki sifat pemalu. Namun, sifat pemalu yang dimiliki anak usia dini
sangatlah wajar. Anak usia dini jika tidak dibiasakan untuk berkomunikasi
dengan orang lain akan memiliki sifat pemalu bahkan dapat mengakibatkan
demam panggung nantinya, yang lebih parah juga anak dapat menjadi korban
bullying ketika tidak memiliki teman dan tidak dapat bersosialisasi dengan
baik.
Melihat kondisi tersebut, maka penangan yang dapat dilakukan oleh
orangtua maupun neneknya yaitu dengan mengajak Affaf untuk bermain di
luar rumah berkunjung ke umah tetangga-tetangga agar Affaf dapat
bersosialisasi dengan baik, meskipun tidak dapat dilakukan hanya sekali saja.
Namun jika Affaf masih belum berani untuk berbicara, mulailah mengajak
anak untuk bermain role-playing, seperti bermain peran antara dokter dengan
pasien, atau pembeli dengan penjual. Permainan tersebut juga sekaligus dapat
14
PENUTUP
A. Simpulan
Permasalahan anak usia dini di keluarga Desa Kedungringin Utara,
Kecamatan Beji, Kabupaten Pasuruan yaitu keluarga Ibu Devi permasalahan
anaknya memiliki sifat pemalu. Hal tersebut terlihat dari bagaimana respon
anak ketika bertemu dengan orang-orang baru yang tidak dikenalnya. Hal
tersebut terjadi karena sang anak lebih sering menghabiskan waktu bersama
neneknya daripada bersama orangtuanya. Sedangkan neneknya hanya
mengajak anak untk bermain di dalam rumah saja dengan sepupu-sepupunya.
Sifat pemalu yang dimiliki anak di Desa Kedungringin Utara,
Kecamatan Beji, Kabupaten Pasuruan ini memang masih dalam batas wajar
karena sang anak masih berumur 3 tahun, akan tetapi orangtuanya selalu
memikirkan cara agar anaknya lebih percaya diri dan bisa bersosialisasi
dengan orang lain, tidak hanya orang yang dikenalnya saja. Hal tersebut
dilakukan dengan mengajak anak untuk pergi di Taman Bermain setiap hari
Minggu.
B. Saran
Sebaiknya untuk para orangtua lebih memahami sifat yang dimiliki
oleh anak, dan dapat menghabiskan waktu lebih banyak dengan anak. Karena
jika anak memiliki waktu lebih banyak dengan orang lain atau pengasuhnya,
maka anak akan mengikuti pola pengasuhan yang diberikan untuknya.
Orangtua yang lebih peduli dengan anak, maka lebih meminimalisir
permasalahan yang dimiliki oleh anak, seperti halnya permasalahan pemalu di
Desa Kedungringin Utara, Kecamatan Beji, Kabupaten Pasuruan ini.
15
DAFTAR PUSTAKA
Anggarani, Y. 2017. Hubungan Fungsi Afektif Keluarga dengan Perilaku
Kenakalan Remaja di SMK Cendana Padang Panjang Tahun 2016. Menara
Ilmu. Volume 11, No 76. Hal 155 (online). Dari
https://junal.umsb.ac.id/index.php/menarailmu/article/view/292 diakses
pada 11 November 2019.
Gunawan, Imam. 2013. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Bumi Aksara
(online) dari https://fip.um.ac.id/wp-content/uploads/2015/12/3_Metpen-
Kualtatif.pdf diakses pada 13 November 2019.
Izzaty, Rita Eka. 2005. Mengenali Permasalahan Perkembangan Anak Usia TK.
Jakarta. Depdiknas Dikti Dirjen Pembinaan Pendidikan Tenaga
Kependidikan dan Ketenagaan perguruan Tinggi, (Online). Dari
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/lain-lain/dr-rita-eka-izzaty-spsi-
msi/buku%20ajar-final.pdf. Diakses pada 13 November 2019.
16
LAMPIRAN
17
Affaf terlihat ceria dan
tidak malu jika bertemu
dengan orang yang sudah
di kenal.
18
Lampiran Wawancara
Nama :..................................................
Status :..................................................
No Pernyataan Pilihan
.
SL SR J TP
R
1 Orangtua membatasi jam bermain anak.
2 Orangtua memperhatikan setiap perkembangan
yang terjadi pada anak.
3 Orangtua jarang memperhatikan keinginan anak.
4 Orangtua menghukum atau marah pada anak
ketika ia melakukan kesalahan.
5 Orangtua memperbolehkan anak bermain namun
tatap dalam pengawasan.
6 Orangtua memberi pujian ketika anak berbuat
baik.
7 Orangtua selalu memotivasi semua kegiatan
anak.
8 Orangtua memperbolehkan anak bermain
dengan teman-temannya.
9 Orangtua selalu menuruti kemauan anak.
10 Orangtua selalu mengajak anak untuk main di
rumah saja.
Keterangan. :
a. Selalu (SL)
b. Sering (SR)
c. Jarang (JR)
d. Tidak Pernah (TP)
19