Anda di halaman 1dari 29

KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK, BERMAIN, PENCEGAHAN

KECELAKAAN DAN ANTICIPATORY GUIDANCE

MAKALAH

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak


Dosen Pengampu : Hj. Iyam Mariam S.Sos.,S.Kep.,Ners.,M.Si.,M.Kep

Disusun Oleh :

Ade Wirahmat : C1AB23052


Ai Susi Salsiah : C1AB23055
Ridwan Firdaus : C1AB23138
Ulung Rubito : C1AB23161
Yayu Yulia Hamidah : C1AB23166

PROGRAM STUDI ALIH JENJANG S1 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU

KESEHATAN SUKABUMI KOTA SUKABUMI

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena telah

memberikan kesempatan pada kelompok untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan

hidayah-Nya lah kelompok dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Konsep Tumbuh

Kembang Anak, Bermain, Pencegahan Kecelakaan dan Anticipatory Guidance” tepat waktu.

Makalah “Konsep Tumbuh Kembang Anak, Bermain, Pencegahan Kecelakaan dan

Anticipatory Guidance” ini disusun guna memenuhi salah satu tugas mata kuliah

Keperawatan Anak. Selain itu, penulis juga berharap agar makalah ini dapat menambah

wawasan bagi pembaca tentang Konsep Tumbuh Kembang Anak, Bermain, Pencegahan

Kecelakaan dan Anticipatory Guidance. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan

menambah wawasan keilmuan bagi semua pihak yang membacanya.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak

sekali kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, maka dengan segala kerendahan hati

kami sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun sehingga

penyusunan makalah selanjutnya akan menjadi lebih baik.

Sukabumi, 12 September 2023

Kelompok 1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...............................................................................
B. Rumusan Masalah.........................................................................
C. Tujuan.............................................................................................

BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep Tumbuh Kembang Anak.................................................
1. Pengertian Tumbuh Kembang.....................................................
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang Anak....
3. Ciri-Ciri Tumbuh Kembang Anak..............................................
4. Tahap-Tahap Tumbuh Kembang Anak.......................................
5. Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak........................................
B. Konsep Bermain.............................................................................
1. Pengertian Bermain.....................................................................
2. Fungsi Bermain pada Anak.........................................................
3. Karakteristik Bermain.................................................................
4. Pedoman Keamanan Bermain.....................................................
5. Kecendrungan Sifat Anak............................................................
C. Konsep Pencegahan Kecelakaan..................................................
1. Pengertian Pencegahan Kecelakaan............................................
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Kecelakaan.......
3. Klasifikasi Tipe Kecelakaan........................................................
D. Konsep Anticipatory Guidance.....................................................
1. Pengertian Anticipatory Guidience.............................................
2. Tahap Usia Anticipatory Guidance.............................................
3. Pencegahan Kecelakaan Pada Anak............................................
4. Pendidikan Kesehatan Untuk Orang Tua....................................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.....................................................................................
B. Saran...............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan anak adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur
dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat
diramalkan, sebagai hasil dari pematangan. Dalam hal ini menyangkut adanya proses
diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ - organ dan sistem yang
berkembang sedemikian rupa, perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku
sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya.
Biasanya perkembangan anak diikuti oleh pertumbuhan sehingga lebih
optimal dan tergantung pada potensi biologik seseorang. Potensi tersebut
merupakan hasil interaksi berbagai faktor yang saling berkaitan, yaitu faktor
genetik, lingkungan, psikologi, sosial dan perilaku. Proses yang unik dan hasil akhir
yang berbeda-beda yang memberikan ciri tersendiri pada setiap anak.
Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah masa balita. Karena
pada masa ini pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan
perkembangan anak selanjutnya. Pada masa ini, perkembangan kemampuan
berbahasa, kreativitas, kesadaran sosial, kesadaran emosional serta inteligensia
berjalan sangat cepat. Perkembangan psiko - sosial sangat dipengaruhi oleh
lingkungan dan interaksi antara anak dengan orang tuanya. Perkembangan anak akan
optimal bila interaksi sosial yang dilakukan sesuai dengan kebutuhan anak pada setiap
tahap perkembangan.
Belajar melalui bermain merupakan satu teknik pengajaran dan pembelajaran
yang berkesan kepada anak usia dini. Bermain merupakan suatu kegiatan yang di-
lakukan oleh seseorang untuk memperoleh kesenangan tanpa mempertimbangkan
hasil akhir. Bermain juga dapat diartikan sebagai perantara pendekatan dalam
melaksanakan kegiatan pendidikan pada anak usia dini, dengan menggunakan
strategi, metode, materi atau bahan dan media yang menarik yang dengan mudah
diikuti oleh anak.
Beberapa ahli psikologi mengatakan bahwa bermain memiliki pengaruh yang
sangat besar dalam perkembangan jiwa anak. Seorang anak harus diberi kesempatan
untuk memilih kegiatan bermainnya sendiri dan menentukan bagaimana
melakukannya. Untuk itu, kegiatan bermain anak perlu mendapatkan perhatian
serius oleh para pendidik anak usia dini karena bermain memiliki peran penting
dalam perkembangan anak, seperti perkembangan fisik motorik, bahasa, intelektual,
moral, sosial, dan emosional.
Usia lahir sampai dengan memasuki usia sekolah merupakan masa- masa
keemasan, yang akan menentukan perkembangan anak selanjutnya. Masa ini
merupakan masa yang tepat untuk melestarikan dasar – dasar pengembangan
kemampuan fisik, bahasa, sosial, emosional, konsep diri, seni, moral dan nilai-nilai
agama. Potter and Perry (2005) menjelasakan bahwa pada dasarnya Ketika anak
berusia 3-6 tahun atau yang biasa disebut dengan usia prasekolah, anak akan
mengalami beberapa tahap perkembangan. Perkembangan tersebut meliputi
perkembangan motorik kasar, perkembangan motorik halus, perkembangan
sensoris, perkembangan kognitif dan perkembangan yang lainya. Pada
perkembangan motorik kasar anak dapat melakukan banyak hal baru seperti,
berjalan mundur, naik turun tangga, melompat dan memanjat, melempar bola
dengan cukup baik, melompati tali atau bermain lompat tali, berlari tanpa
kesulitan, mulai naik sepeda, dan bermain bersama - sama. Pada perkembangan
motorik halus hal-hal yang dapat kita lihat seperti, anak akan menggunakan
gunting, mengunting gambar sederhana, memukul kepala paku dengan palu,
mengikat tali sepatu, dapat menulis beberapa huruf alfabet, dapat memakai
garpu, dan mulai memakai pisau.
Rasa ingin tahu yang besar, banyak bergerak, serta kurangnya pengetahuan
anak usia prasekolah tentang bahaya yang dapat ditimbulkan merupakan faktor
yang menimbulkan resiko kecelakaan (Soetjiningsih, 1995., Schulte 1997). Pada
umumnya faktor-faktor yang berperan dalam terjadinya cedera atau kecelakaan
adalah faktor sosio-budaya, tingkat pendidikan seseorang atau masyarakat yang
kemudian menetukan tinggi rendahnya disiplin dan pengertian tentang berbagai
macam tatacara dan prosedur dalam pencegahan kecelakaan. Faktor tersebut
ditambah dengan minimnya sarana dan prasarana yang ada.
Kecelakaan pada anak sering dianggap sebagai suatu hal yang kebetulan
dan tidak dapat dicegah, namun sebenarnya factor – factor yang dapat
menyebabkan kecelakaan tersebut dapat dicegah.
Kehadiran anak bagi orang tua merupakan suatu tantangan sehubungan
dengan masalah dependensi atua ketergantungan, disiplin, meningkatkan mobilitas
dan keamanan bagi anak. Rang tua sering keliru dalam memberlakukan anak
karena ketidaktahuan mereka akan cara membimbing dan mengasuh yang benar.
Apabila hal ini terus berlanjut, maka pertumbuhan anak dapat terhambat.
Saat ini terjadi pergeseran peran orang tua, misalnya kedua orang tua lebih
banyak beraktifitas di luar rumah dan tingginya mobilitas di masyarakat. Untuk itu
diperlukan keseimbangan bagi model peran tradisional dalam pendidikan anak.
Orang tua pada masa sekarang memerlukan tenaga professional untuk memberikan
bimbingan guna merawat dan memelihara anak.
Sebagai bagian dari tenaga professional perawatan kesehatan, perawat
mempunyai peran yang cukup penting dalam membantu memberikan bimbingan dan
pengarahan pada orang tua, sehingga setiap fase dari kehidupan anak yang
kemungkinan mengalami trauma, seperti latihan buang air besar/kecil (toilet
training) dan ketakutan yang abstrak pada usia prasekolah dapat dibimbing secara
bijaksana.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka terdapat rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Konsep Tumbuh Kembang Anak
a. Apa pengertian tumbuh kembang?
b. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak?
c. Apa ciri-ciri tumbuh kembang anak?
d. Bagaimana tahap-tahap tumbuh kembang anak?
e. Bagaimana deteksi dini tumbuh kembang anak?
2. Konsep Bermain
a. Apa pengertian bermain?
b. Apa fungsi bermain?
c. Apa saja karakteristik bermain?
d. Apa pedoman keamanan bermain?
3. Konsep Pencegahan Kecelakaan
a. Apa pengertian pencegahan kecelakaan?
b. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kecelakaan?
c. Apa saja klasifikasi tipe kecelakaan?
4. Konsep Anticipatory Guidance
a. Apa pengertian Anticipatory guidience?
b. Tapa tahap usia anticipatory guidance?
c. Bagaimana pencegahan kecelakaan pada anak?
d. Bagaimana pendidikan kesehatan untuk orang tua?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penyusunan makalah ini
adalah sebagai berikut:
1. Konsep Tumbuh Kembang Anak
a. Untuk mengetahui pengertian tumbuh kembang.
b. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak.
c. Untuk mengetahui ciri-ciri tumbuh kembang anak.
d. Untuk mengetahui tahap-tahap tumbuh kembang anak.
e. Untuk mengetahui deteksi dini tumbuh kembang anak.
2. Konsep Bermain
a. Untuk mengetahui pengertian bermain.
b. Untuk mengetahui dan memahami fungsi bermain.
c. Untuk mengetahui karakteristik bermain.
d. Untuk mengetahui pedoman keamanan bermain.
3. Konsep Pencegahan Kecelakaan
a. Untuk mengetahui pengertian pencegahan kecelakaan.
b. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kecelakaan.
c. Untuk mengetahui klasifikasi atau tipe kecelakaan.
4. Konsep Anticipatory Guidance
a. Untuk mnegtahui pengertian Anticipatory guidience.
b. Untuk mengetahui dan memahami tahap usia anticipatory guidance.
c. Untuk mengetahui cara pencegahan kecelakaan pada anak.
d. Untuk mengetahui pendidikan kesehatan untuk orang tua.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Tumbuh Kembang Anak

1. Pengertian Tumbuh Kembang


Istilah tumbuh kembang sebenarnya mencakup dua peristiwa yang sifatnya
berbeda, tetapi saling berkaitan dan sulit dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan
perkembangan.
Pertumbuhan merupakan perubahan ukuran dan bentuk tubuh misalnya bertamb-
ahnya berat badan, bertambah tinggi badan, bertambah lingkaran kepala, bertam-
bah lingkar lengan dan perubahan tubuh lainnya. Petumbuhan dapat diamati
melalui penimbangan berat badan atau pengukuran tinggi badan anak.
Sedangkan perkembangan merupakan perubahan mental yang berlangsung
secara bertahap dalam waktu tertentu, dari kemampuan yang sederhana menjadi
kemampuan yang lebih sulit, misalnya kecerdasan, sikap dan tingkah
laku (Susanto, 2011).
Sebagian ahli berpendapat bahwa istilah perkembangan dan pertumbuhan
adalah sama, karena kuduanya sama – sama merupakan suatu proses perubahan
menuju kea rah tertentu, namun ada juga yang membedakan, walaupun
sebenarnya sulit untuk dipisahkan.
Menurut Craig (1985 dalam Soejiningsih, 2012) pertumbuhan adalah
peningkatan pada ukuran, fungsi dan kompleksitas fisik yang mengarah ke-
titik pematangan, terutama merunjuk pada perubahan fisik, seperti pertambahan
tinggi dan berat badan.
Menurut Sumanto (2011:19), perkembangan merupakan suatu perubahan
yang bersifat kualitatif yang menekankan pada segi fungsional.
Setiap individua nak akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan.
Perkembangan (development) merupakan proses atau tahapan pertumbuhan ke-
arah yang lebih maju yang bersifat psikis, sedangkan pertumbuhan (growth),
merupakan tahapan peningkatan sesuatu dalam hal jumlah, ukuran,
dan arti pentingnya. Pertumbuhan merupakan tahapan perkembangan (a stage
of development) yang besifat fisik.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang Anak


Pola tumbuh kembang secara normal antara anak yang satu dengan yang
lainnya pada akhirnya tidak selalu sama, karena dipengaruhi oleh interaksi banyak
faktor. Faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang dapat dikelompokkan
menjadi dua, yaitu :
a. Faktor Genetik
Faktor genetik akan mempengaruhi kecepatan pertumbuhan dan
kematangan tulang, serta saraf, sehingga merupakan modal dasar dalam
mencapai hasil akhir proses tumbuh kembang. Faktor genetik ini meliputi :
1) Berbagai faktor bawaan yang normal dan patologik.
2) Jenis kelamin.
3) Suku bangsa atau bangsa.
b. Faktor Lingkungan
1) Faktor Pranatal
a) Gizi pada waktu hamil, mekanis, toksin, endokrin, radiasi, infeksi,
stress, imunitas, anoksia embrio.
b) Mekanis, posisi janin yang abnormal dalam kandungan dapat
menyebabkan kelainan congenital, misalnya club foot.
c) Toksin/zat kimia, radiasi.
d) Kelainan endokrin.
e) Infeksi TORCH atau penyakit menular seksual.
f) Kelainan imunologi.
g) Psikologis ibu.
2) Faktor Postnatal
a) Faktor Lingkungan Biologis, meliputi : Ras, jenis kelamin, umur, gizi,
kepekaan terhadap penyakit, perawatan kesehatan, penyakit kronis, dan
hormone.
b) Faktor Lingkungan Fisik, meliputi : Cuaca, musim, sanitasi, keadaan
rumah.
c) Faktor Lingkungan Sosial, meliputi : Stimulasi, motivasi belajar, stress,
kelompok sebaya, hukuman yang wajar, cinta dan kasih sayang.
d) Faktor Lingkungan Keluarga dan Adat Istiadat, meliputi :
Pekerjaan, pendidikan ayah dan ibu, jumlah saudara, stabilitas rumah
tangga, kepribadian ayah atau ibu, agama, adat istiadat dan norma-norma.

3. Ciri-ciri Tumbuh Kembang Anak


Ciri-ciri pertumbuhan diantaranya ialah :
a. Perubahan ukuran
Perubahan ini terlihat jelas pada pertumbuhan fisik yang dengan
bertambahnya umur anak terjadi pula penambahan berat badan, tinggi
badan, lingkar kepala, dan lain – lain.
b. Perubahan proporsi
Selain bertambahnya ukuran - ukuran, tubuh juga memperlihatkan
perubahan proporsi. Tubuh anak memperlihatkan perbedaan proporsi bila
dibandingkan dengan tubuh orang dewasa. Pada bayi baru lahir titik pusat
terdapat kurang lebih setinggi umbilikus, sedangkan pada orang dewasa titik
pusat tubuh terdapat kurang lebih setinggi simpisis pubis. Perubahan proporsi
tubuh mulai usia kehamilan dua bulan sampai dewasa.
c. Hilangnya ciri-ciri lama
Selama proses pertumbuhan terdapat hal yang trejadi secara perlahan –
lahan, seperti menghilangnya kelnjar tomus, lepasnya gigi susu dengan
hilangnya refleks primitif.
d. Timbulnya ciri – ciri baru
Timbulnya ciri-ciri baru ini adalah akibat pematangan fungsi-fungsi organ.
Perubahan fisik yang penting selama pertumbuhan adalah munculnya gigi tetap
dan munculnya tanda-tanda seks sekunder seperti rambut pubis dan aksila,
tumbuhnya buah dada pada wanita dan lain – lain.

4. Tahap – Tahap Tumbuh Kembang Anak


Banyak “milestone” perkembangan anak yang penting dalam mengetahui
taraf perkembangan seorang anak. Yang dimaksud milestone perkembangan
adalah tingkat perkembangan yang harus dicapai anak pada usia tertentu
a. Milestone perkembangan
Adalah tingkat perkembangan yang harus dicapai anak pada umur tertentu.
Milestone ini terdiri dari :
1) Milestone motorik kasar
a) Lahir – usia 3 bulan :
Belajar mengangkat kepala, kepala bergerak dari kiri ke kanan atau
sebaliknya tergantung pada stimulasi.
b) Usia 3-4 bulan :
Menegakkan kepala 900 dan mengangkat dada, menoleh ke arah suara.
c) Usia 6-9 bulan :
Duduk tanpa dibantu, dapat tengkurap dan berbalik sendiri, merangkak
meraih benda atau mendekati seseorang
d) Usia 9-12 bulan :
Merangkak, berdiri sendiri tanpa dibantu, dapat berjalan dengan dituntun.
e) Usia 12-13 bulan :
Berjalan tanpa bantuan.
f) Usia 12-18 bulan :
Berjalan mengeksplorasi rumah dan sekelilingnya.
g) Usia 18-24 bulan:
Dapat naik turun tangga.
h) Usia 2-3 tahun :
Belajar melompat, memanjat, melompat dengan satu kaki dan mengayuh
sepeda roda tiga.
i) Usia 3-4 tahun:
Berjalan dengan jari-jari kaki.
j) Usia 4-5 tahun:
Melompat dan menari.

2) Milstone motorik halus


a) Lahir- 3 bulan:
Mengikuti obyek dengan matanya, menahan barang yang dipegangnya.
b) 3-6 bulan:
Menyentuhkan tangan satu ke tangan lainnya, belajar meraih benda dalam
dan di luar jangkauannya, menaruh benda di mulut.
c) 6-9 bulan:
Memindahkan benda dari satu tangan ke tangan lainnya, memegang
benda kecil dengan ibu jari dan jari telunjuk, bergembira dengan
melempar benda-benda.
d) 9- 12 bulan:
Ingin menyentuh apa saja dan memasukkan benda ke mulut.
e) 12-18 bulan:
Menyusun 2-3 balok atau kubus.
f) 18-24 bulan:
Menyusun 6 kubus, menunjuk mata dan hidung, belajar makan sendiri,
menggambar garis dikertas atau pasir.
g) 2-3 tahun:
Menggambar lingkaran, membuat jembatan dengan 3 balok.
h) 3-4 tahun:
Belajar berpakaian dan membuka pakaiannya sendiri, menggambar orang
hanya kepala dan badan.
i) 4-5 tahun:
Menggambar orang terdiri dari kepala,badan, dan lengan, mampu
menggambar segi empat dan segi tiga.
3) Milestone bahasa atau kognitif
a) Lahir usia 3bulan :
Mengoceh spontan atau bereaksi dengan mengoceh (cooing).
b) 3-6 bulan :
Tertawa dan menjerit gembira bila diajak bermain.
c) 6-9 bulan :
Mengeluarkan kata-kata tanpa arti (bubbling), da-da, ta-ta
d) 9- 12 bulan :
Menirukan suara, dapat mengulang bunyi yang didengarnya, belajar
menyatakan satu atau dua kata.
e) 12-18 bulan :
Mengatakan 5-10 kata.
f) 18-24 bulan:
Menyusun dua kata mebentuk kalimat, menguasai sekitar 50-200 kata.

g) 2-3 tahun:
Mampu menyusun kalimat lengkap, menggunakan kata-kata saya,
bertanya, mengerti kata-kata yang ditujukan kepadanya.
h) 3-4 tahun:
Mampu berbicara dengan baik, mampu menyebut namanya,jenis kelamin,
dan umur, banyak bertanya.
i) 4-5 tahun:
Pandai bicara, mampu menyebut hari-hari dalam seminggu, berminat/
tertarik pada kata baru dan artinya, mampu menghitung jari, memprotes
bila dilarang apa yang diinginkan, mendengar dan mengulang hal penting
dan cerita.
4) Milestone Sosial
a) 3-4 bulan:
Mampu menatap mata, tersenyum bila diajak bicara atau senyum, tertawa
dan menjerit gembira bila diajak bermain.
b) 6-9 bulan :
Mulai berpartisipasi dalam tepuk tangan.
c) 9-12 bulan :
Berpartisipasi dalam permainan.
d) 18-24 bulan:
Memperlihatkan minat kepada anak lain dan bermain dengan mereka.
e) 2-3 tahun:
Bermain bersama anak lain dan menyadari adanya lingkungan lain
diluar keluarganya.
f) 4-5 tahun:
Bermain bersama anak lain dan dapat mengikuti aturan permainan
5) Milestone Emosi
a) Lahir-3bulan :
Bereaksi terhadap suara atau bunyi.
b) 3-6 bulan:
Tersenyum melihat gambar atau mainan lucu, tertawa dan menjerit
gembira bila diajak bermain.
c) 6-9 bulan :
Mengenal anggota keluarga dan takut terhadap orang asing.
d) 9-12 bulan :
Memperlihatkan minat yang besar terhadap sekitarnya.
e) 12-18 bulan :
Memperlihatkan rasa cemburu dan bersaing.
f) 18-24 bulan :
Memperlihatkan minat yang besar terhadap apa yang dikerjakan orang
dewasa.
g) 3-4 tahun :
Menunjukkan rasa sayang terhadap saudaranya.

5. Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak


a. Deteksi Pertumbuhan dan Standar Normalnya
Menurut Nursalam (2005) parameter untuk pertumbuhan yang
sering digunakan dalam pedoman deteksi tumbuh kembang anak balita adalah :
1) Ukuran antropometri
a) Berat badan
b) Panjang badan
c) Lingkar kepala
d) Lingkar lengan atas
e) Lingkar dada
2) Keseluruhan fisik
Berkaitan dengan pertumbuhan, hal-hal yang dapat diamati dari
pemeriksaan fisik adalah :
a) Keseluruhan fisik
Dilihat bentuk tubuh, perbandingan kepala, tubuh dan anggota gerak,
ada tidaknya odema, anemia, dan ada tanda gangguan lainnya.
b) Jaringan otot
Dapat dilihat dengan cubitan tebal pada lengan atas, pantat, dan paha
untuk mengetahui lemak subcutan.
c) Jaringan lemak
Diperiksa dengan cubitan tipis pada kulit di bawah triceps dan
subskapular.
d) Rambut
Perlu diperiksa pertumbuhannya, tebal / tipisnya rambut, serta apakah
akar rambut mudah dicabut atau tidak.
e) Gigi geligi
Perlu diperhatikan kapan tanggal dan erupsi gigi susu atau gigi
permanen.
b. Deteksi Perkembangan dan Standar Normalnya
Terdapat empat aspek perkembangan anak balita, yaitu :
1) Kepribadian/tingkah laku social (personal social)
Yaitu aspek yang berhubungan dengan kemampuan untuk mandiri,
bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungan.
2) Motorik halus (fine motor adaptive)
Yaitu aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk
mengamati sesuatu dan melakukan gerakan yang melibatkan bagian-
bagian tubuh tertentu dan otot-otot kecil, memerlukan koordinasi yang
tepat, serta tidak memerlukan banyak tenaga, misalnya memasukkan
manik-manik ke dalam botol, menempel dan menggunting.
3) Motorik kasar (gross motor)
Yaitu aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh yang
melibatkan sebagian besar tubuh karena dilakukan oleh otot-otot yang
lebih besar sehingga memerlukan cukup tenaga, misalnya berjalan dan
berlari.
4) Bahasa (language)
Yaitu aspek yang berhubungan dengan kemampuan untuk memberikan
respon terhadap suara, mengikuti perintah dan berbicara secara spontan.
Pada masa bayi, kemampuan bahasa bersifat pasif, sehingga pernyataan
akan perasaan atau keinginan dilakukan melalui tangisan atau gerakan.
Semakin bertambahnya usia, anak akan menggunakan bahasa aktif, yaitu
dengan berbicara.
B. Konsep Bermain

1. Pengertian Bermain
Bermain adalah cerminan kemampuan fisik intelektual, emosional dan
sosial, dimana bermain merupakan media yang baik untuk belajar karena
dengan bermain, anak akan berkata - kata, belajar menyesuaikan diri dengan
lingkungans, melakukan apa yang dilakukan dan mengenal waktu, jarak, serta
suara (Wong, 2000). Bermain adalah cara alamiah bagi anak untuk
mengungkapkan konflik dalam dirinya yang tidak disadarinya (Miller dan
Keong, 1983). Bermain adalah kegiatan yang dilakukan sesuai dengan
keinginannya sendiri dan memperoleh kesenangan (Foster, 1989).
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa bermain adalah “Cara alamiah
bagi anak untuk mengungkapkan konflik dalam dirinya yang tidak disadari,
kegiatan ini tidak bisa dipisahkan dari kehidupan sehari-hari anak dan dalam
bermain anak secara kontinu mempraktikan proses hidup yang rumit dan penuh
stress, komunikasi dan pencapaian hubungan memuaskan dengan orang lain”.

2. Fungsi Bermain pada Anak


Anak bermain pada dasarnya agar ia memperoleh kesenangan, sehingga
tidak akan merasa jenuh. Bermain tidak sekedar mengisi waktu tetapi merupakan
kebutuhan anak seperti halnya makan, perawatan, dan cinta kasih. Fungsi
utama bermain adalah untuk merangsang perkembangan kesadaran diri,
perkembangan moral dan sebagai terapi (Soetjiningsih, 1995).
Sebelum memberikan berbagai jenis permainan pada anak, maka orang tua
seharusnya mengetahui maksud dan tujuan permainan pada anak yang akan
diberikan, agar diketahui perkembangan anak lebih lanjut, mengingat anak
memiliki berbagai masa dalam tumbuh kembang yang membutuhkan stimulasi
dalam mencapai puncaknya seperti masa kritis optimal dan sensitif.
Untuk lebih jelasnya, dibawah ini terdapat beberapa fungsi bermain pada
anak, diantaranya:
a. Membantu Perkembangan Sesnsorik dan Motorik
Fungsi bermain pada anak dapat dilakukan dengan melakukan
rangsangan pada sensorik dan motorik, melalui rangsangan ini aktifitas
anak dapat mengeksplorasikan alam sekitarnya sebagai contoh bayi dapat
dilakukan rangsangan taktil, audio dan visual. Melalui rangsangan ini
perkembangan sensorik dan motorik akan meningkat. Hal tersebut dapat
dicontohkan sejak lahir anak yang telah dikenalkan atau dirangsang
visualnya maka anak di kemudian hari kemampuan visualnya akan lebih
menonjol seperti lebih cepat mengenal sesuatu yang baru dilihatnya. Demikian
juga pendengaran, apabila sejak bayi dikenalkan atau dirangsang melalui
suara-suara maka daya pendengaran dikemudian hari anak lebih cepat
berkembang dibandingkan tidak ada stimulasi sejak dini.
b. Membantu Perkembangan Kognitif
Perkembangan kognitif dapat dirangsang melalui permainan. Hal ini
dapat terlihat pada saat anak bermain, maka anak akan mencoba
melakukan komunikasi dengan bahasa anak, mampu memahami obyek
permainan seperti dunia tempat tinggal, mampu membedakan khayalan dan
kenyataan, mampu belajar warnai, memahami bentuk ukuran dan berbagai
manfaat benda yang digunakan dalam permainan, sehingga fungsi bermain
pada model demikian akan meningkatkan perkembangan kognitif selanjutnya.
c. Meningkatkan Sosialisasi Anak
Proses sosialisasi dapat terjadi melalui permainan, sebagai contoh
dimana pada usia bayi anak akan merasakan kesenangan terhadap kehadiran
orang lain dan merasakan ada teman yang dunianya sama, pada usia toddler
anak sudah mencoba bermain dengan sesamanya dan ini sudah mulai
proses sosialisasi satu dengan yang lain, kemudian bermain peran seperti
bermain - main berpura-pura menjadi seorang guru, jadi seorang anak, menjadi
seorang bapak, menjadi seorang ibu dan lain-lain, kemudian pada usia
prasekolah sudah mulai menyadari akan keberadaan teman sebaya sehingga
harapan anak mampu melakukan sosialisasi dengan teman dan orang lain.
d. Meningkatkan Kreatifitas
Bermain juga dapat berfungsi dalam peningkatan kreatifitas, dimana
anak mulai belajar menciptakan sesuatu dari permainan yang ada dan
mampu memodifikasi objek yang akan digunakan dalam permainan sehingga
anak akan lebih kreatif melalui model permainan ini, seperti bermain
bongkar pasang , mobil-mobilan.
e. Meningkatkan Kesadaran Diri
Bermain pada anak akan memberikan kemampuan pada anak untuk
ekplorasi tubuh dan merasakan dirinya sadar dengan orang lain yang merupakan
bagian dari individu yang saling berhubungan, anak mau belajar mengatur
perilaku, membandingkan dengan perilaku orang lain.
f. Mempunyai Nilai Moral Pada Anak
Bermain juga dapat memberikan nilai moral tersendiri kepada anak, hal
ini dapat dijumpai anak sudah mampu belajar benar atau salah dari budaya di
rumah, di sekolah dan ketika berinteraksi dengan temannya, dan juga ada
beberapa permainan yang memiliki aturan-aturan yang harus dilakukan tidak
boleh dilanggar.

3. Karakteristik Bermain
Dalam bermain pada anak tidaklah sama dalam setiap usia tumbuh
kembang melainkan berbeda, hal ini dikarenakan setiap tahap usia tumbuh
kembang anak selalu mempunyai tugas-tugas perkembangan yang berbeda
sehingga dalam penggunaan alat selalu memperhatikan tugas masing-masing
umur tumbuh kembang. Adapun karakteristik dalam setiap tahap usia tumbuh
kembang anak :
a. Usia 0-1 tahun
Pada usia ini perkembangan anak mulai dapat dilatih dengan adanya
reflex, melatih kerja sama antara mata dan tangan, mata dan telinga
dalam berkoordinasi, melatih mencari objek yang ada tetapi tidak kelihatan,
melatih mengenal asal suara, kepekaan perabaan, keterampilan dengan gerakan
yang berulang, sehingga fungsi bermain pada usia ini sudah dapat
memperbaiki pertumbuhan dan perkembangan. Jenis permainan yang
dianjurkan pada usia ini antara lain yaitu, benda (permainan) aman yang
dapat dimasukkan kedalam mulut, gambar bentuk muka, boneka orang
dan binatang, alat permaianan yang dapat digoyang dan menimbulkan suara,
alat permaian berupa selimut, boneka, dan lai-lain.
b. Usia 1-2 tahun
Jenis permainan yang dapat digunakan pada usia ini pada dasarya
bertujuan untuk melatih anak melakukan gerakan mendorong atau menarik,
melatih melakukan imajinasi, melatih anak melakukan kegiatan sehari-hari
dan memperkenalkan beberapa bunyi dan mampu membedakannya.
Jenis permainan ini seperti semua alat permainan yang dapat didorong dan di
tarik, berupa alat rumah tangga, balok-balok, buku bergambar, kertas,
pensil berwarna, dan lain-lain.
c. Usia 3-6 tahun
Pada usia 3-6 tahun anak sudah mulai mampu
mengembangkan kreativitasnya dan sosialisasi sehingga sangat diperlukan
permainan yang dapat mengembangkan kemampuan menyamakan dan
membedakan, kemampuan berbahasa, mengembangkan kecerdasan,
menumbuhkan sportifitas, mengembangkan koordinasi motorik,
menegembangkan dan mengontrol emosi, motorik kasar dan halus,
memperkenalkan pengertian yang bersifat ilmu pengetahuan dan
memperkenalkan suasana kompetensi serta gotong royong. Sehingga jenis
permainan yang dapat dighunakamn pada anak usia ini seperti benda-benda
sekitar rumah, buku gambar, majalah anak- anak, alat gambar, kertas untuk
belajar melipat, gunting, dan air.

4. Pedoman Keamanan Bermain pada Anak


Menurut Soetjiningsih (1995), agar anak-anak dapat bermain dengan
maksimal, maka diperlukan hal-hal seperti:
a. Ekstra energy
Untuk bermain diperlukan energi ekstra. Anak-anak yang sakit kecil
kemungkinan untuk melakukan permainan.
b. Waktu
Anak harus mempunyai waktu yang cukup untuk bermain sehingga stimulus
yang diberikan dapat optimal.
c. Alat permainan
Untuk bermain alat permainan harus disesuaikan dengan usia dan tahap
perkembangan anak serta memiliki unsur edukatif bagi anak.
d. Ruang untuk bermain
Bermain dapat dilakukan di mana saja, di ruang tamu, halaman, bahkan di
tempat tidur.
e. Pengetahuan cara bermain
Dengan mengetahui cara bermain maka anak akan lebih terarah dan
pengetahuan anak akan lebih berkembang dalam menggunakan alat
permainan tersebut.

f. Teman bermain
Teman bermain diperlukan untuk mengembangkan sosialisasi anak dan
membantu anak dalam menghadapi perbedaan. Bila permainan dilakukan
bersama dengan orangtua, maka hubungan orangtua dan anak menjadi lebih
akrab.
5. Kecenderungan Sifat pada Anak
Dalam bermain kita mengenal beberapa sifat bermain pada anak,
diantaranya bersifat aktif dan bersifat pasif, sifat demikian akan memberikan jenis
permainan yang berbeda, dikatakan bermain aktif jika anak berperan secara
aktif dalam permainan, selalu memberikan rangsangan dan melaksanakannya
akan tetapi jika sifat bermain tersebut adalah pasif, maka anak akan memberikan
respons secara pasif terhadap permainan dan orang lingkungan yang
memberikan respons secara aktif. Melihat hal tersebut kita dapat mengenal
macam-macam dari permainan diantaranya:
a. Berdasarkan isinya
1) Bermain Afektif Sosial
Hal ini menunjukkan adanya perasaan senang dalam berhungan
dengan orang lain hal ini dapat dilakukan seperti orang tua memeluk
adanya sambil berbicara, bersandung kemudian anak memberikan respons
seperti tersenyum tertawa, bergembira, dan lain-lain. Sifat dari bermain ini
adalah orang lain yang berperan aktif dan anak hanya berespons terhadap
simulasi sehingga akan memberikan kesenangan dan kepuasan bagi anak.
2) Bermain Keterampilan
Bermain ini menggunakan objek yang dapat melatih
kemampuan keterampilan anak yang diharapkan mampu untuk berkreatif dan
terampil dalam sebagai hal. Sifat permainan ini adalah sifat aktif dimana
anak selalu ingin mencoba kemampuan dalam keterampilan tertentu seperti
bermain dalam bongkar pasang gambar, disni anak selalu dipacu untuk
selalu terampil dalam meletakkan gambar yang telahdi bongkar,
kemudian bermain latihan memakai baju dan lain-lain.
3) Bermain Menyelidiki
Macam bermain ini dengan memberikan sentuhan pada anak
untuk berperan dalam menyelidiki sesuatu atau memeriksa dari alat
permainan seperti mengocok untuk mengetahui isinya dan permainan ini
bersifat aktif pada anak dan dapat digunakan untuk mengembangkan
kemampuan kecerdasan pada anak. Sifat permainan tersebut harus selalu
diberikan stimulasi dari orang lain agar selalu bertambah dalam
kemampuan kecerdasan anak.
b. Berdasarkan jenis permainan
1) Permainan
Permainan ini dapat dilakukan secara sendiri atau bersama
temannya dengan menggunakan beberapa peraturan permainan seperti
permainan ular tangga. Sifatnya adalah aktif, anak akan memberikan respons
kepada temannya sesuai dengan jenis permaianan dan akan berfungsi
memberikan kesenangan yang dapat mengembangkan perkembangan emosi
pada anak.
2) Permainan yang hanya memperhatikan saja (unoccupied behaviour)
Pada saat tertentu, anak sering terlibat mondar-mandir,
tersenyum, tertawa, jinjit-jinjit, bungkuk-bungkuk, memainkan kursi, meja
atau apa saja yang ada di sekelilingnya. Anak melamun, sibuk dengan
bajunya atau benda lain. Jadi sebenarnya anak tidak memainkan alat
permainan tertentu dan situasi atau objek yang ada di sekelilingnya yang
digunakan sebagai alat permainan. Anak memusatkan perhatian pada
segala sesuatu yang menarik perhatiannya. Peran ini berbeda dibandingkan
dengan onlooker, dimana anak aktif mengamati aktivitas anak lain.
c. Berdasarkan karakteristik sosial
1) Solitary Play
Di mulai dari bayi bayi (toddler) dan merupakan jenis permainan
sendiri atau independent walaupun ada orang lain di sekitarnya. Hal ini
karena keterbatasan sosial, ketrampilan fisik dan kognitif. Sifatnya adalah
aktif akan tetapi bentuk stimulasi tambahan kurang, karena dilakukan
sendiri dalam perkembangan mental pada anak, kemudian dapat membantu
untuk menciptakan kemandirian pada anak.
2) Pararel Play
Bermain secara sendiri tetapi di tengah-tengah anak lain yang
sedang bermain akan tetapi tidak ikut dalam kegiatan orang lain. Sifat
dari bermain ini adalah anak aktif secara sendiri tetapi masih masih dalam
satu kelompok, dengan harapan kemampuan anak dalam menyelesaikan
tugas mandiri dalam kelompok tersebut terlatih dengan baik.
3) Associative Play
Permainan kelompok dengan tanpa tujuan kelompok. Yang mulai dari
usia toddler dan dilanjutkan sampai usia prasekolah dan merupakan
permainan dimana anak dalam kelompok dengan aktivitas yang sama
tetapi belum terorganisir secara formal.
4) Cooperative Play
Suatu permainan yang terorganisir dalam kelompok, ada tujuan
kelompok dan ada memimpin yang di mulai dari usia prasekolah.
Permainan ini dilakukan pada usia sekolah dan remaja.
5) Onlooker Play
Anak melihat atau mengobservasi permainan orang lain tetapi tidak
ikut bermain, walaupun anak dapat menanyakan permainan itu dan
biasanya dimulai pada usia toddler.
6) Therapeutic Play
Merupakan pedoman bagi tenaga tim kesehatan, khususnya
untuk memenuhi kebutuhan fisik dan psikososial anak selama
hospitalisasi. Dapat membantu mengurangi stres, memberikan instruksi dan
perbaikan kemampuan fisiologis (Vessey & Mohan, 1990 dikutip oleh
Supartini, 2004). Permainna dengan menggunakan alat – alat medik dapat
menurunkan kecemasan dan untuk mengajrkan perawatn diri pada anak –
anak.
Pengajaran dengan melalui permainan dan harus diawasi seperti
menggunakan boneka sebagai alat peraga untuk melakukan kegiatan
bermain seperti memperagakan dan melakukan gambar-gambar seperti
pasang gips, injeksi, memasang infus dan sebagainya.
C. Konsep Pencegahan Kecelakaan
1. Pengertian Pencegahan Kecelakaan
Pencegahan kecelakaan biasa dikatakan sebagai suatu tindakan untuk
menghindari perbuatan-perbuatan berbahaya yang bisa terjadi pada anak dan
memberinya pengertian tentang bahaya tanpa harus menakutnakutinya,
(Kartono, 2005).
Kecelakaan adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak terkehendaki,
namun menimbulkan nasib buruk (Heru 2002). Menurut The world health
Organization (WHO), kecelakaan adalah kejadian di luar kemampuan manusia
yang disebabkan oleh kekuatan jasmani maupun rohani. Pengertian lainnya
menurut Dorland (1994), kecelakaan adalah kejadian yang tidak diduga
sebelumnya khususnya yang bersifat merugikan. Yudistira (2001) mengatakan
bahwa kecelakaan merupakan kejadian yang tidak diharapkan, yang mengancam
keselamatan atau kesehatan seseorang.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kecelakaan pada Anak
Menurut Motticit Khasanah (2009) factor – factor yang dapat
mempengaruhi terjadinya kecelakaan pada anak dapat di kategorikan menjadi tiga
bagian yaitu :
a. Karakterisitik anak
Karakteristik ini merupakan hal yang sangat penting untuk mengetahui
insidensi, tipe dan resiko cidera yang dialami anak. Karakteristik anak
meliputi umur dan tingkat perkembangan, jenis kelamin, kemampuan kognitif,
afektif dan motorik serta tingkat aktivitas anak. Secara naluri anak mempunyai
rasa ingin tahu dan mereka akan belajar dari apa yang mereka lihat, sentuh,
dengar, cium dan mereka rasakan.
b. Karakteristik agen penyebab
Agen penyebab kecelakaan yang penting untuk diketahui adalah air, api,
mainan, tempat bermain dan bahan beracun. Menghindari kemungkinan
kecelakaan dapat dilakukan dengan melibatkan anak dengan memberikan
pemahaman terhadap agen penyebab dan bahaya yang bisa terjadi sehingga
anak mengerti dan dapat menghindarinya.
c. Karakteristik lingkungan
Lingkungan fisik dan sosiokultural dapat mempengaruhi terjadinya
kecelakaan pada anak. Lingkungan fisik meliputi lingkungan rumah dan
lingkungan luar rumah. Lingkungan sosiokultural meliputi pola asuh, respon
keluarga dan kepedulian dari pemerintah atau masyarakat sekitar.
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
keamanan anak prasekolah menurut Potter and Perry (2005) yaitu:
1) Gunakan mainan yang besar dan lunak tanpa mata, hidung atau mulut yang
terbuat dari plastik.
2) Gunakan besi penjaga jendela untuk semua jendela yang ada dirumah.
3) Gunakan kata-kata tidak dan jangan untuk menunjukkan bahwa benda atau
tindakan tersebut dapat meningkatkan resiko cedera pada anak.
4) Ajarkan anak berenang pada usia muda namun selalu dengan pengawasan.
5) Ajarkan anak menyebrang jalan dan berjalan ditempat parkir.
6) Ajarkan anak untuk tidak berbicara dan menerima pemberian dari orang
asing dan ajarkan untuk memberitahu orang tua atau oarang dewasa
yang bersamanya bila didekati orang asing.
7) Jangan biarkan anak berlari sambil makan permen atau es krim yang
bergagang dalam mulutnya.
8) Ingatkan anak untuk tidak memakan apapun yang mereka temukan dijalan
atau rumput.

3. Klasifikasi tipe kecelakaan


Menurut Wong (2009) pencegahan cedera atau kecelakaan
berdasarkan klasifikasi tipe kecelakaan yang biasa terjadi sebagai berikut:
a. Kendaraan bermotor
1) Gunakan restrain mobil yang tersedia atau gunakan sabuk pengaman
pangkuan.
2) Awasi anak saat bermain diluar.
3) Jangan biakan anak bermain di pinggir jalan atau belakang mobil yang
sedang parkir.
4) Awasi saat bermain sepeda roda tiga.
5) Kunci pagar dan pintu bila tidak bisa mengawasi anak secara langsung.
6) Ajarkanlah anak untuk mematuhi peraturan keamanan pejaan kaki.

b. Tenggelam
1) Awasi anak dengan ketat ketika berada dekat sumber air, termasuk ember.
2) Jaga pintu kamar mandi dan toilet agar tetap tertutup.
3) Pasang pagar di sekeliling kolam renang dan kunci gerbangnya.
4) Ajari berenang dan keamanan dalam air.
c. Luka Bakar
1) Putar pegangan teko kea rah belakang kompor.
2) Simpan korek api dan pematik api rokok di daerah yang terkunci atau tidak
dapat dijangkau.
3) Letakkan lilin dan obat nyamuk bakar yang menyala, makanan panas dan
rokok di luar jangkauan.
4) Tutup soket listrik dengan penutup plasik pengaman.
5) Letakkan kabel listrik secara tersembunyi dan tidak dapat dijangkau.
6) Jangan mengizinkan anak bermain dengan peralatan listrik, kabel, atau
korek api.
d. Keracunan
1) Letakkan semua bahan yang berpotensi beracun di luar jangkauan atau
didalam lemari terkunci.
2) Waspada terhadap memakan bahan makanan yang tidak bisa dikunyah,
seperti tanaman.
3) Letakkan kembali obat atau bahan beracun dengan segera, pasang penutup
obat bertakaran secara tepat.
4) Berikan obat sebagai obat, bukan sebagai permen.
5) Ajari anak untuk tidak bermain-main dalam wadah sampah.
6) Jangan melepas label dari wadah beracun.
7) Cari tahu nomor dan lokasi pusat pengendali racun terdekat.
e. Jatuh
1) Pasang jarring-jaring pada jendela, paku dengan aman, dan pasang terali
pelindung.
2) Pasang gerbang diatas dan bawah tangga.
3) Ganti karpet yang sudah robek atau sudah tidak aman.
4) Jaga pintu pagar tetap terkunci agar tidak bisa terbuka oleh anak.
5) Pasang karpet dibawah tempat tidur dan di kamar mandi.
6) Awasi tempat bermain, pilih tempat bermain denagn lantai dilapisi bahan
yang lembut dan aman.
7) Kenakan pakaian yang aman.
f. Tersedak atau sufokasi
1) Hindari potongan daging yang besar dan bulat.
2) Hindari buah yang ada bijinya, ikan berduri, buncis kering, permen keras,
permen karet, kacang, popcorn dan anggur.
3) Pilih mainan yang besar dan kuat tanpa tepi yang tajam atau bagian kecil
yang bias dilepas.
g. Kerusakan tubuh
1) Hindari benda tajam atau rucing seperti pisau, gunting atau tusuk gigi
terutama jika bejalan atau berlari.
2) Ajarkan tindakan kewaspadaan keamanan.
3) Simpan semua peralatan berbahaya, peralatan berkebun dalam tempat
yang terkunci.
4) Waspada terhadap bahaya dari binatang yang diawasi dan binatang
peliharaan.
5) Ajari nama, alamat, dan nomor telepon serta meminta bantuan dari orang
yang benar jika tersesat, pasang identifikasi pada anak.
6) Ajari tindakan keaman terhadap orang asing.
7) Jangan pergi bersama orang asing.
8) Selalu mendengarkan kekhawatiran anak mengenai perilaku orang lain.

D. Konsep Anticipatory Guidance


1. Pengertian Anticipatory Guidance
Anticipatory Guidance merupakan petunjuk-petunjuk yang perlu
diketahui terlebih dahulu agar orang tua dapat mengarahkan dan membimbing
anaknya secara bijaksana, sehingga anak dapat bertumbuh dan berkembang
secara normal. Pemberian bimbingan kepada orang tua untuk mengantisipasi hal-
hal yang terjadi pada setiap tingkat pertumbuhan dan perkembangan sesuai dengan
pertumbuhan dan perkembangan anak.
Memberitahukan/upaya bimbingan kepada orang tua tentang
tahapan perkembangan sehingga orang tua sadar akan apa yang terjadi dan
dapat memenuhi kebutuhan sesuai dengan usia anak.
2. Tahapan Usia Anticipatory Guidance
a. Anticipatory Guidance Pada Masa Bayi (0-12 Bulan)
1) Usia 6 (enam) bulan pertama
a) Memahami adanya proses penyesuaian antara orang tua dengan
bayinya, terutama pada ibu yang membutuhkan bimbingan/asuhan pada
masa setelah melahirkan.
b) Membantu orang tua untuk memahami bayinya sebagai individu yang
mempunyai kebutuhan dan untuk memahami bagaimana bayi
mengekspresikan apa yang diinginkan melalui tangisan.
c) Menentramkan orang tua bahwa bayinya tidak akan menjadi manja
dengan adanya perhatian yang penuh selama 4-6 bulan pertama.
d) Menganjurkan orang tua untuk membuat jadwal kebutuhan bayi dan
orang tuanya.
e) Membantu orang tua untuk memahami kebutuhan bayi terhadap
stimulasi lingkungan.
f) Menyokong kesenangan orang tua dalam melihat petumbuhan dan
perkembangan bayinya, yaitu dengan bersahabat dan mengamati
respon social anak misalnya dengan tertawa/tersenyum.
g) Menyiapkan orang tua untuk memenuhi kebutuhan rasa aman dan
kesehatan bagi bayi misalnya imunisasi.
h) Menyiapkan orang tua untuk mengenalkan dan memberikan makanan
padat.
2) Usia 6 (enam) bulan kedua
a) Menyiapkan orang tua akan danya ketakutan bayi terhadap orang yang
belum dikenal (stranger anxiety).
b) Menganjurkan orang tua untuk mengizinkan anaknya dekat dengan
ayah dan ibunya serta menghindarkan perpisahan yang terlalu lama
dengan anak tersebut.
c) Membimbing orang tua untuk mengetahui disiplin sehubungan dengan
semakin meningkatnya mobilitas (pergerakan si bayi).
d) Menganjurkan untuk mengguanakan suara yang negative dan kontak
mata daripada hukuman badan sebagai suatu disiplin. Apabila tidak
berhasil, gunakan 1 pukulan pada kaki atau tangannya.
e) Menganjurkan orang tua untuk memberikan lebih banyak perhatian
ketika bayinya berkelakuan baik dari pada ketika ia menangis.
f) Mengajrkan mengenai pencegahan kecelakaan karena ketrampilan
motorik dan rasa ingin tahu bayi meningkat.
g) Menganjurkan orang tua untuk meninggalkan bayinya beberapa saat
dengan pengganti ibu yang menyusui.
h) Mendiskusikan mengenai kesiapan untuk penyapihan.
i) Menggali perasaan orang tua sehubungan dengan pola tidur bayinya.

Anda mungkin juga menyukai