Anda di halaman 1dari 32

Anticipatory Guidance pada Prasekolah

Ns.Alfonsa Reni Oktavia,S.kep MKM

Di susun oleh :

kelompok 3

1. Ai Siti Masitoh (11181049)


2. Amalia Dzikrina Istighfara (11181050)
3. Anisa Nur Fajrianti (11181052)
4. Bayu Arya Yudha (11181055)
5. Dina Aulia Febriana (11181058)
6. Elly Prabawati Meilinda (11181060)
7. Indah Rosa Dewi (11181065)
8. Mikha Maylan (11181072)
9. Selvia Nur Rizki (11181081)

S1 KEPERAWATAN REGULER 11B

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERTAMEDIKA


Jl. Bintaro Raya, No. 10, Kebayoran Lama Utara - Jakarta Selatan
No.Telp : (021)7234122,7027184, Fax : (021) 7324126
Website : www.stikespertamedika@gmail.com
TAHUN AJARAN 2019/2020
Kata penghantar

Alhamdulilah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan


rahmat dan inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul

Terima kasih kami ucapkan kepada Ns.Alfonsa Reni Oktavia,S.kep MKM.


yang telah membantu kami baik secara moral maupun materi. Terima kasih juga
kami ucapkan kepada teman-teman seperjuangan yang telah mendukung kami
sehingga kami bisa menyelesaikan tugas ini tepat waktu.

Kami menyadari, bahwa makalah Anticipatory Guidance pada


Prasekolah yang kami buat ini masih jauh dari kata sempurna baik segi
penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karna itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca guna
menjadi acuan agar penulis bisa menjadi lebih baik lagi dimasa mendatang.

Semoga makalah Anticipatory Guidance pada Prasekolah ini bisa


menambah wawasan para pembaca dan bisa bermanfaat untuk perkembangan dan
peningkatan ilmu pengetahuan.

Jakarta, 23 Februari 2020

Kelompok 3

i
Daftar Isi

Kata penghantar.................................................................................................................i
Daftar Isi.............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................1
A. Latar belakang........................................................................................................1
B. Tujuan Umum........................................................................................................2
C. Tujuan Khusus.......................................................................................................2
D. Rumusan Masalah..................................................................................................3
BAB II ANALISA JURNAL....................................................................................................4
A. Jurnal utama...........................................................................................................4
B. Jurnal pendukung...................................................................................................5
C. Analisa PICO.........................................................................................................5
BAB III TINJAUAN TEORI...................................................................................................8
A. Anticipatory Guidance............................................................................................8
B. Perkembangan.....................................................................................................12
C. Perkembangan usia pra sekolah (3-6 Tahun).......................................................22
Bab IV Penutup...............................................................................................................27
A. Kesimpulan...........................................................................................................27
B. Saran....................................................................................................................27
Daftar Pustaka.................................................................................................................28

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Anticipatory guidance merupakan petunjuk yang perlu diketahui


terlebih dahulu agar orang tua dapat mengarahkan dan membimbing
anaknya secara bijaksana, sehingga anak dapat bertumbuh dan
berkembang secara normal. Kehadiran anak bagi orang tua merupakan
suatu tantangan sehubungan dengan masalah dependensi atau
ketergantungan, disiplin, meningkatkan mobilitas, dan keamanan bagi
anak. Dalam anticipatory guidance terdapat bimbingan untuk orangtua
yaitu toilet training, pencegahan sibling rivalry dan pencegahan cidera
pada anak. Anticipatory guidance yang artinya petunjuk-petunjuk yang
perlu diketahui terlebih dahulu agar orang tua dapat
mengarahkan dan membimbing anaknya secara bijaksana, sehingga
anak dapat bertumbuh dan berkembang secara normal. Memberitahukan
bimbingan kepada orang tua tentang tahapan perkembangan
sehingga orang tua sadar akan apa yang terjadi dan dapat
memenuhi kebutuhan sesuai dengan usia anak .Dengan
memberitahukan upaya ataupun aktivitas yang dapat dilakukan orang
tua dalam anticipatory guidance dapat mencegah anak dari kecelakaan
dan dari bahaya yang mengancamdapat dihindarkan

Sibling rivalry adalah kecemburuan, persaingan dan pertengkaran


antara saudara laki-laki dan saudara perempuan. Hal ini terjadi pada semua
orang tua yang mempunyai dua anak atau lebih (Lusa, 2011). Toilet
training pada anak merupakan suatu usaha untuk melatih anak agar
mampu mengontrol dalam melakukan buang air kecil atau buang air besar.
Toilet training secara umum dapat dilaksanakan pada setiap anak yang
sudah mulai memasuki fase kemandirian pada anak.

Kehadiran anak bagi orang tua merupakan suatu tantangan


sehubungan dengan masalah dependensi/ketergantungan, disiplin,
2

meningkatkan mobilitas dan keamanan bagi anak. Rang tua sering keliru
dalam memberlakukan anak karena ketidaktahuan mereka akan cara
membimbing dan mengasuh yang benar. Apabila hal ini terus berlanjut,
maka pertumbuhan anak dapat terhambat. Saat ini terjadi pergeseran peran
orang tua, misalnya kedua orang tua lebih banyak beraktifitas di luar
rumah dan tingginya mobilitas di masyarakat. Untuk itu diperlukan
keseimbangan bagi model peran tradisional dalam pendidikan anak. Orang
tua pada masa sekarang memerlukan tenaga professional untuk
memberikan bimbingan guna merawat dan memelihara anak.

Sebagai bagian dari tenaga professional perawatan kesehatan,


perawat mempunyai peran yang cukup penting dalam membantu
memberikan bimbingan dan pengarahan pada orang tua, sehingga setiap
fase dari kehidupan anak yang kemungkinan mengalami trauma, seperti
latihan buang air besar/kecil (toilet training) dan ketakutan yang abstrak
pada usia prasekolah dapat dibimbing secara bijaksana.

B. Tujuan Umum

1. Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Anak I.


2. Untuk mengetahui apa pengertian dari Anticipatory Guidance.
3. Untuk mengetahui apa saja tahapan Anticipatory Guidance.
4. Untuk mengetahui pencegahan Anticipatory Guidance.
5. Untuk mengetahui pendidikan kesehatan untuk orang tua.
6. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kecelakaan pada
anak.
7. Untuk mengetahui pencegahan kecelakaan yang dapat dilakukan oleh
keluarga kepada anak sesuai usianya. Dimulai dari bayi, balita,
prasekolah, masasekolah hingga remaja.

C. Tujuan Khusus

Agar mahasiswa dapat mengetahui tentang Ancipatory Guidance


dan asuhan keperawatan pada anak dengan ancipatory guidance serta
menambah wawasan serta pengetahuan dalam merawat pasien pada anak.
3

D. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari Anticipatory Guidance?


2. Apa saja aktivitas utama dalam Anticipatory Guidance?
3. Bagaimana bimbingan orang tua berdasarkan tahap tumbuh
kembang anak?
4. Bagaimana cara pencegahan terhadap kecelakaan pada anak?
BAB II
ANALISA JURNAL

A. Jurnal utama

1. Judul Jurnal : Parental role Relationship in the Anticipatory Guidance


of Sibling Rivalry and Emotional intellingence with Sibling Rivalry
occurrences in preschoolers (Hubungan Peran orang tua dalam
Anticipatory Guidance Sibling Rivalry dan Kecerdasan Emosional
dengan kejadian Sibling Rivalry pada anak usia Prasekolah)
2. Penelitian : Ulva Noviana, M.Kep
3. Populasi : Populasi pada penelitian ini adalah 40 anak dengan usia 4-6
tahun
4. Teknik sampling : Simple random Sampling
5. Desain Penelitian : Pada penelitian ini variable independent adalah
peran orang tua dalam Anticipatory Guidance dan kecerdasan
Emosional, variable dependent adalah kejadian sibling rivalry.
6. Instrument yang digunakan : Pengumpulan data diawali dengan cara
memberi lembar kuisoner pada responden, kemudian membacakan isi
kuesioner agar tidak ada kesalah pahaman.
7. Uji stastik : Spearman Rank
8. Hasil Penelitian : berdasarkan hasil dari tabulasi silang didapatkan
peran orang tua responden dengan persentase 0%, peran orang tua
dalam Anticipatory Guidance cukup dengan Sibling Rivalry sedang
sebanyak 7 responden dengan persentase 50%, peran orang tua dalam
Anticipatory Guidance kurang dengan Sibling Rivalry berat sebanyak
13 responden dengan persentase 56,5%, selain itu hasil penelitian
menunjukan bahwa peran orang tua dalam Anticipatory Guidance
Sibling Rivalry di TK Permata Hati Kabupaten Bangkalan adalah
sebagian besar sedang sebanyak 17 responden dengan persentase 46%.
Dari hasil penelitian diatas jelas bahwa semakin kurang peran orang
tua dalam Anticipatory Guidance Sibling Rivalry pada orang tua maka
5

semakin berat pula kejadian Sibling Rivalry pada anak usia prasekolah
4-6 tahun di TK Permata Hati Kabupaten Bangkala.

E. Jurnal pendukung

1. Judul : Hubungan Antara Sibling Rivarly dengan Kemampuan


Penyesuaian Sosial Anak Usia Pra Sekolah di Tk Ulil Albab
Mertoyudan
2. Peneliti : - Reni Mareta
- Robiul Fitri Masithoh
3. Hasilnya :
Hasil penelitian dari jurnal ini yaitu menunjukan bahwa mayoritas
responden mengalami sibling rivalry rendah 40% dan memiliki
kemampuan penyesuian sosial yang rendah sebesar 50%. Berdasarkan
hasil penilitian ini sekolah dapat memberikan perhatian lebih dalam
melakukan pendekatan konseling dalam membatu anak melakukan
penyesuaian sosial khususnya pada anak yang mengalami sibling
rivarly serta pendekatan langsung kepada orang tua anak untuk
mengurangi dan mengatasi sibling rivarly. Strategi pengasuhan
orangtua dalam mengatasi perilaku sibling rivarly anak usia dini yaitu
bagaiman cara orang tua mengarahkan persaingan yang sering terjadi
pada anak anak terutama anak usia 4-5 tahun membawa dampak positif
bagi keluarga. Oleh karena itu orang tua harus benar benar menyiapkan
sikap baik dari awal agar dapat membagi perahatian dan kasih
sayangnya kepada anak anak mereka secara menyeluruh dan tidak
berdampak sibling rivarly, maka semakin tinggi sibling rivarly maka
semakin rendah penyesuaian sosial pada anak usia prasekolah.

F. Analisa PICO

1. Problem: Persaingan antara adik-kakak sering terjadi di dalam


keluarga dan berdampak buruk bagi anak-anak seperti frustasi,
kepercayaan diri menurun, agresivitas tinggi, merasa rendah diri,
suka mencari perhatian, suka menyendiri, dan menangis tanpa
alasan pasti. Sibling rivalry terjadi karena anak merasa perhatian
6

orang tua padanya berkurang, sementara perhatian pada saudaranya


berlebih yang menimbulkan rasa iri dan persaingan antar
saudarapun terjadi. Sibling rivalry ini juga mempengaruhi tingkat
kecerdasan emosional anak.
2. Intervention: Peran orang tua dalam tindakan
bimbingan(anticipatory guidance) kepada anak mereka dalam
mengatasi persaingan antara adik-kakak(sibling rivalry).
3. Comparison: Ada tiga studi group yaitu orang tua yang
melaksanakan perannya dalam anticipatory guidance dengan baik,
cukup dan kurang. Tingkatan karakteristik anticipatory guidance
ini dibagikan dengan keterlibatan kakak dalam mengasuh adik dan
juga pengajaran yang diberikan dari orang tua. Disini mereka dikaji
dengan adanya sibling rivalry begitu juga dengan kecerdasan
emosional setiap anak tersebut.
4. Outcome: Berdasarkan hasil dari tabulasi silang didapatkan peran
orang tua dalam anticipatory guidance baik dengan sibling rivalry
rendah sebanyak 0 responden dengan persentase (0%), peran orang
tua dalam anticipatory guidance cukup dengan sibling rivalry
sedang sebanyak 7 responden dengan persentase 50%, peran orang
tua dalam anticipatory guidance kurang dengan sibling rivalry
berat sebanyak 13 responden dengan persentase 56,5%, selain itu
hasil penelitian menunjukkan bahwa peran orang tua dalam
anticipatory guidance sibling rivalry di TK Permata Hati
Kabupaten Bangkalan adalah sebagian besar kurang sebanyak 23
responden dengan persentase 62,2%. Sedangkan kejadian sibling
rivalry di TK Permata Hati Kabupaten Bangkalan adalah sebagian
besar sedang sebanyak 17 responden dengan persentase 46%. Dari
hasil penelitian diatas jelas bahwa semakin kurang peran orang tua
dalam anticipatory guidance sibling rivalry pada orang tua maka
semakin berat pula kejadian sibling rivalry pada pada anak usia
prasekolah 4-6 tahun di TK Permata Hati Kabupaten Bangkalan.
Berdasarkan hasil dari tabulasi silang didapatkan kecerdasan
7

emosional tinggi dengan kejadian sibling rivalry rendah sebanyak 6


responden dengan persentase (54,5%), kecerdasan emosional anak
sedang dengan sibling rivalry sedang sebanyak 12 responden
dengan persentase (57%), kecerdasan emosional anak rendah
dengan sibling rivalry berat sebanyak 5 responden dengan
persentase (100%), selain itu hasil penelitian menunjukkan bahwa
kecerdasan emosional di TK Permata Hati Kabupaten Bangkalan
adalah lebih dari 50% kategori sedang sebanyak 12 responden
dengan persentase 57%. Sedangkan kejadian sibling rivalry di TK
Permata Hati Kabupaten Bangkalan terbanyak adalah kategori
sedang sebanyak 17 responden dengan persentase 46%. Dari hasil
penelitian diatas jelas bahwa semakin rendah kecerdasan emosional
pada anak maka semakin berat pula kejadian sibling rivalry pada
anak usia prasekolah 4-6 tahun di TK Permata Hati Kabupaten
Bangkalan.
BAB III
TINJAUAN TEORI

A. Anticipatory Guidance

1. Pengertian Anticipatory Guidance


Menurut Amalia (2017) Anticipatory guidance adalah petunjuk
yang perlu diketahui terlebih dahulu agar oran g tua dapat
mengarahkan dan membimbing anaknya secara bijaksana sehingga
anak dapat tumbuh dan berkembang secara normal.
Marlina (2018) menjelaskan bahwa bimbingan antisipasi atau
anticipatory guidance merupakan sebuah petunjuk bimbingan yang
penting dan perlu diberikan kepada orang tua untuk membantu
dalam mengatasi masalah-masalah yang mungkin terjadi pada setiap
fase pertumbuhan dan perkembangan anak.
2. Konsep Anticipatory Guidance
Usia anak-anak dapat mengalami trauma disetiap tahap
perkembangan mereka, misalnya ketakutan yang tidak jelas pada
anakanak usia prasekolah yang dapat menimbulkan dampak negatif
bagi perkembangan anak. Dalam upaya untuk memberikan
bimbingan dan arahan pada masalah masalah yang kemungkinan
timbul pada setiap fase pertumbuhan dan perkembangan anak, ada
petunjuk-petunjuk yang perlu dipahami oleh orang tua. Orang tua
dapat membantu untuk mengatasi masalah anak pada setiap fase
pertumbuhan dan perkembangannya dengan cara yang benar dan
wajar.
3. Pendampingan Anticipatory Guidance
Peran orang tua sangat penting karena pengasuhan mempunyai
peranan yang sangat besar dalam menentukan perkembangan anak
nanti kedepannya. Orang tua perlu memahami prinsip-prinsip
pengasuhan yang baik agar anak menjadi pribadi yang memiliki
perkembangan yang baik sesuai dengan harapan orang tua. Disini
peran perawat sangat penting untuk mendampingi orang tua dalam
9

menentukan pola pengasuhan yang baik. Perawat perlu


memperhatikan karakteristik keluarga dan tipe keluarga karena hal itu
akan banyak mempengaruhi keberhasilan dalam pemberian
anticipatory guidance oleh perawat.
Anak sebagai objek asuhan orang tua dan indikator yang utama
dalam menilai keberhasilan perawat memberikan anticipatory
guidance dalam keluarga merupakan fokus utama karena
keberhasilan dalam pendampingan akan di tunjukkan melalui
perubahan perkembangan menjadi ke arah yang lebih baik. Perawat
perlu memperhatikan karakteristik anak dan kemampuan anak saat ini
karena hal ini juga dapat menentukan perkembangan anak
kedepannya nanti. Selain keluarga dan anak yang menjadi dasar
dalam pemberian anticipatory guidance, lingkungan juga memiliki
pengaruh yang besar dalam keberhasilan perawat memberikan
anticipatory guidance dalam suatu keluarga. Lingkungan yang
kondusif dan mendukung anak menuju perkembangan yang optimal
akan sangat baik bagi perkembangan anak untuk kedepannya nanti.
Sebaliknya lingkungan yang cenderung kurang memberikan
pengasuhan atau role model yang baik akan sangat berbahaya dalam
perkembangan anak nanti terutama bagi anak-anak usia prasekolah.
4. Petunjuk Bimbingan pada Usia 3-5 Tahun
Pada masa ini, petunjuk bimbingan tetap diperlukan walaupun
kesulitannya lebih sedikit dibanding tahun sebelumnya. Jika
sebelumnya, pencegahan kecelakaan dipusatkan pada pengamanan
lingkungan terdekat dengan kurang menekankan alasan-alasannya
maka pada masa ini, adanya proteksi pagar dan penutup stop kontak
harus disertai penjelasan secara verbal dengan alasan yang tepat dan
dimengerti oleh anak.
Masuk sekolah menjelang lima tahun adalah bentuk perpisahan
dari rumah baik orang tua maupun anaknya, sehingga orang tua
mungkin
10

perlu bantuan untuk adaptasi terhadap perubahan ini, terutama pada


ibu
yang tinggal dirumah/tidak bekerja. Anak mulai masuk taman
kanakkanak dan ibu mulai membutuhkan kegiatan-kegiatan di luar
keluarga, seperti keterlibatannya di masyarakat atau mengembangkan
karier. Bimbingan terhadap orang tua pada masa ini adalah sebagai
berikut:
a. Usia 3 Tahun
1) Menyiapkan orang tua untuk meningkatkan minat anak dalam
hubungan yang luas.
2) Menganjurkan orang tua untuk mendaftarkan anak ke taman
kanak-kanak.
3)Menekankan pentingnya batas-batas/tata cara/peraturan
peraturan.
4) Menyiapkan orang tua untuk mengantisipasi tingkah laku yang
berlebihan dalam hal ini akan menurunkan ketegangan (tension).
5) Menganjurkan orang tua untuk menawarkan kepada anaknya
alternatif-alternatif pilihan ketika anak dalam keadaan bimbang.
6) Memberi gambaran perubahan pada usia 3,5 tahun ketika anak
kurang koordinasi motorik dan emosional, menjadi tidak aman,
menunjukkan emosi yang ekstrim, dan perkembangan tingkah
laku seperti gagap.
7) Menyiapkan orang tua untuk mengekspestasi tuntutan-tuntutan
ekstra perhatian terhadap mereka sehingga refleksi dan emosi
tidak aman dan ketakutan kehilangan cinta.
8) Mengingatkan kepada orang tua bahwa keseimbangan pada
usia tiga tahun akan berubah ke tingkah laku agresif di luar batas
pada usia empat tahun.
9) Mengantisipasi selera makan menetap dengan lebih luas dalam
pemilihan makanan.
b. Usia 4 Tahun
11

1) Menyiapkan orang tua terhadap perilaku anak yang agresif


termasuk aktivitas motorik dan bahasa yang mengejutkan.
2) Menyiapkan orang tua menghadapi perlawanan anak terhadap
kekuasaan orang tua.
3) Kaji perasaan orang tua sehubungan dengan tingkah laku anak.
4) Menganjurkan beberapa macam istirahat dari pengasuh utama
seperti menempatkan anak pada taman kanak-kanak untuk
sebagian harinya.
5) Menyiapkan meningkatkan rasa ingin tahu seksual
6) Menekankan batas-batas yang realistis dari tingkah laku.
7) Mendiskusikan disiplin
8) Menyiapkan orang tua meningkatkan imajinasi usia empat
tahun yang memperturutkan kata hatinya dalam “tinggi
bicaranya” (bedakan dengan kebohongan) dan kemahiran anak
dalam permainan yang membutuhkan imajinasi.
9) Menyarankan pelajaran berenang.
10) Menjelaskan perasaan-perasaan Oedipus dan reaksi-
reaksinya. Anak laki-laki biasanya lebih dekat dengan ibunya
dan anak perempuan dekat dengan ayahnya. Oleh karena itu,
anak perlu dibiasakan tidur terpisah dengan orang tuanya.
11) Menyiapkan orang tua untuk mengantisipasi mimpi buruk
anak dan menganjurkan mereka jangan lupa untuk
membangunkan anak dari mimpi yang menakutkan.
c. Usia 5 Tahun
1) Memberikan pengertian bahwa usia lima tahun merupakan
periode
2) tenang dibanding masa sebelumnya.
3) Menyiapkan dan membantu anak-anak untuk memasuki
4) lingkungan sekolah.
5) Mengingatkan imunissasi yang lengkap sebelum masuk
sekolah (Nursalam, Susilaningrum, dan Utami, 2013).
12

G. Perkembangan

1. Pengertian
Aspek perkembangan sifatnya kualitatif, yaitu pertambahan
kematangan fungsi dari masing-masing bagian tubuh, yang diawali
dengan jantung bisa berdenyut memompa darah, kemampuan
bernapas sampai anak mempunyai kemampuan tengkurap, dudu,
berjalan, bicara, memungut benda-benda disekelilingnya, serta
kematangan emosi dan sosial anak. Tahap perkembangan awal akan
menentukan perkembangan selanjutnya. Perkembangan merupakan
interaksi kematangan susunan daraf pusat dengan organ yang
dipengaruhinya sehingga perkembangan ini berperan penting dalam
kehidupan manusia (Nursalam, Susilaningrum, dan Utami, 2013).
2. Ciri-Ciri Perkembangan
Perkembangan terjadi secara simultan dengan pertumbuhan.
Perkembangan merupakan hasil interaksi kematangan susunan saraf
pusat dengan organ yang dipengaruhinya, antara lain meliputi
perkembangan sisteem neuromuskuler, bicara, emosi dan sosial.
Ciri-ciri perkembangan menurut (Cahyaningsih, 2015) adalah:
a. Perkembangan melibatkan perubahan
b. Perkembangan awal menentukan pertumbuhan selanjutnya
c. Perkembangan mempunyai pola yang tetap
d. Perkembangan mempunyai tahap yang berurutan
e. Perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda
f. Perkembangan berkolerasi dengan pertumbuhan
3. Bidang perkembangan
Terdapat empat aspek perkembangan anak balita sebagai berikut:
a. Kepribadian/tingkah laku sosial (personal social), yaitu aspek
yang berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi,
dan berinteraksi dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi, dan
berinteraksi dengan lingkungan.
b. Motorik halus (fine motor adaptive), yaitu aspek yang
berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati
13

sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian


tubuh tertentu dan otot otot kecil, memerlukan koordinasi yang
cermat, serta tidak memerlukan banyak tenaga. Misalnya
memasukkan manik ke botol, menempel, menggunting.
c. Motorik kasar (gross motor), yaitu aspek yang berhubungan
dengan pergerakan dan sikap tubuh yang melibatkan sebagian
besar bagian tubuh karena dilakukan oleh otot-otot yang lebih
besar, sehingga memerlukan cukup tenaga. Misalnya, berjalan
dan berlari.
d. Bahasa (language) adalah aspek yang berhubungan dengan
kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara,
mengikuti perintah, dan berbicara spontan. Pada masa bayi,
kemampuan bahasa bersifat pasif sehingga bila menyatakan
perasaan atau keinginannya melalui tangisan dan gerakan.
Semakin bertambah usia, anak akan menggunakan bahasa aktif,
yaitu dengan bicara (Nursalam, Susilaningrum, dan Utami,
2013). Untuk menggambarkan dan menilai dengan akurat
kemajuan anak, dibutuhkan kerangka kerja perkembangan.
Dalam buku ini, kami memfokuskan pada enam area atau
bidang perkembangan utama; fisik, motorik, perseptual,
kognitif, berbicara dan berbahasa serta personal sosial (Allen,
2010).
a. Pertumbuhan dan perkembangan fisik
Bidang ini meliputi tugas utama pada fase bayi dan anak.
Pemahaman terhadap pola dan tahapan perkembangan fisik
sangatlah penting agar bisa menjadi orang tua, guru dan
pengasuh yang efektif. Pertumbuhan dan perkembangan yang
dekat, dan bukanlah tekanan atau perintah orang dewasa,
merupakan faktor yang memungkinkan terjadinya
pembelajaran dan perilaku baru. Tekanan dari orang dewasa
tidak dapat mempercepat proses ini, bahkan prosesnya akan
cenderung menjadi kontraproduktif. Bayi berumur 7 bulan
14

belum bias toilet training; otot spingternya belum cukup


berkembang untuk
mengatur pengendalian buang air kecil dan besar. Demikian
juga sebagian besar anak TK belum mampu menangkap dan
menendang bola dengan terampil; koordinasi seperti ini
belum memungkinkan bagi perkembangan fisik anak usia
lima atau enam tahun.
b. Perkembangan Motorik
Kemampuan anak untuk bergerak dan mengendalikan
bagian tubuhnya adalah fungsi utama dari bidang ini.
Perbaikan (refinement) dari perkembangan motorik
bergantung pada kematangan otak, input dan siste sensorik,
meningkatnya jumlah dan ukuran urat otot, system saraf yang
sehat dan kesempatan untuk berlatih. Pendekatan holistik ini
bertentangan dengan cara para ahli perkembangan pada
waktu dulu melihat proses keterampilan motorik muncul.
Mereka menjelaskan bahwa sebuah proses kematangan
murni, hampir seluruhnya diatur oleh perintah pada kode
genetika individu. Para psikolog masa kini menganggap
penjelasan semacam ini menyesatkan dan tidak lengkap.
Penelitian mereka menunjukkan bahwa ketika seorang anak
menunjukkan ketertarikan, contohnya, dalam menggunakan
sendok untuk makan sendiri, selalu ditunjang oleh koordinasi
tangan dan mata yang semakin baik (untuk mengarahkan
sendok ke mulut), motivasi (suka dan ingin makan yang ada
dipiring), dan dorongan untuk meniru apa yang orang lain
lakukan. Dengan kata lain lingkungan, yaitu pengalaman,
memainkan peran yang sangat penting dalam timbulnya
keterampilan motorik yang baru.
Kegiatan motorik dalam tahap awal fase bayi murni
bersifat refleksif dan hilang ketika kontrol sengaja anak
mulai berkembang. Jika refleks awal ini tidak muncul pada
15

waktu yang tepat dalam tahap perkembangan, hal ini bisa


menjadi indikasi adanya masalah saraf. Dalam kasus ini
evaluasi medis harus dilakukan. Tiga prinsip yang harus
mengatur perkembangan motorik:
1) Cephalocaudal: perkembangan tulang dan otot yang
dimulai dari kepala sampai jari kaki. Bayi pertama-tama
belajar untuk mengendalikan otot yang menunjang kepala
dan leher, lalu tubuh, dan kemudian segala hal yang
memungkinkannya menjangkau benda. Otot untuk
berjalan berkembang belakangan.
2) Proximodistal: perkembangan tulang dan otot yang
dimulai dengan meningkatnya pengendalian otot yang
paling dekat dengan bagian dekat tubuh, secara bertahap
bergerak ke bagian luar yang jauh dari titik tengah menuju
kebagian tangan dan kaki. Pengendalian dari kepala dan
leher dicapai sebelum anak dapat mengambil semua benda
dengan menggunakan ibu jari dan jari telunjuk (memungut
dengan menjepit atau jari berhadapan dengan ibu jari).
3) Perbaikan (refinement): perkembangan otot dari yang
umum menuju yang spesifik baik dari kegiatan motorik
kasar maupun motorik halus. Dalam perbaikan kegiatan
keterampilan motorik kasar, contohnya, anak berumur dua
tahun dapat berusaha melempar sebuah bola namun hanya
mencapai jarak pendek. Anak yang sama, dalam beberapa
tahun kedepan, dapat melemparkan bola ke suatu lubang
dengan cepat dan akurat. Sedangkan untuk keterampilan
motorik halus, bandingkan usaha anak berumur dibawah
tiga tahun untuk memakan sendiri dengan anak umur
delapan tahun yang termotivasi (apapun alasannya) untuk
menunjukkan tatakramanya dimeja makan.
c. Perkembangan perseptual
16

Perkembangan ini mengacu pada cara yang semakin


kompleksyang dilakukan seorang anak untumenggunakan
informasi yang di terima melalui panca indera: penglihatan,
penciuman, pendengaran, perabaan, pengecapan dan posisi
tubuh. Dapat diketahui bahwa presepsi adalah faktor
signifikan yang menentukan dan menyelaraskan fungsi dari
panca indera ini, secara terpisah atau gabungan. Proses
preseptual juga memampukan individu untuk fokus pada hal-
hal yang relevan pada suatu waktu dan menyaring hal-hal
yang tidak relevan. Dengan kata lain: Detail mana yang
penting? Perbedaan mana yang harus diperhatikan? Mana
yang harus diabaikan? Tiga aspek perkembangan perseptual
adalah sebagai
berikut:
1) Multi - indera: informasi biasanya diterima melalui lebih
dari satu alat indera pada saat yang bersamaan. Ketika
mendengarkan seorang pembicara, kita menggunakan
penglihatan (melihat ekspresi wajah dan gerak tubuh)
dan pendengaran (mendengarkan kata-katanya )
2) Pembiasaan (habituation) adalah kemampuan untuk
mengabaikan segala sesuatu selain hal yang penting pada
suatu situasi. Sebagai contoh: seorang anak yang tidak
menyadari percakapan dibelakangnya tetap memusatkan
perhatiannya pada buku.
3) Integrasi indera: proses ini merupakan terjemahan dari
informasi indera ke perilaku fungsional; anak usia lima
tahun melihat sebuah mobil datang dan dia
menunggunya sampai lewat.
d. Perkembangan kognitif
Perkembangan ini merupakan peluasan dari kemampuan
mental atau intelektual anak. Kognisi meliputi pengenalan,
pemrosesan, dan pengaturan informasi serta penggunaan
17

informasi dengan tepat. Proses kognisi ini mencakup kegiatan


mental seperti menemukan, menginterpretasi, memilah,
mengelompokkan dan mengingat. Untuk anak yang usianya
lebih tua, proses kognisi ini berarti mengevaluasi gagasan,
menyatakan pendapat, memecahkan masalah, memahami
aturan dan konsep. berfikir kedepan, dan memvisualisasikan
kemungkinan atau konsekuensi. Perkembangan kognitif
adalah proses interaksi yang berlangsung antara anak dan
pandangan perseptualnya terhadap sebuah benda atau
kejadian disuatu lingkungan. Mungkin bisa kita katakan
bahwa tidak ada satupun dari perkembangan kognitif maupun
perseptual yang bisa berjalan tanpa bergantung satu sama lain.
Perkembangan kognisi dimulai dengan perilaku primitif atau
refleks yang menunjang pembelajaran dini dan pembelajaran
untuk bertahan hidup pada bayi yang baru saja lahir dalam
keadaan sehat. Contoh pembelajaran paling dini adalah:
ketika si ibu bermain bersama anaknya dengan menjulurkan
lidahnya beberapa kali, si bayi akan mulai menirukannya. Hal
ini dan perilaku dini lainnya membuat ahli psikolog
perkembangan merenungkan banyaknya persamaan yang
mencolok pada cara bayi dan anak belajar. Pada tahun 1950-
an, berdasarkan observasi terhadap persamaan yang dilakukan
berulang kali, psikolog Swedia Jean Piaget memformulasikan
empat tahap dalam perkembangan kognitif
1) Sensorimotor (kurang lebih dari lahir sampai usia dua
tahun): perilaku refleks memungkinan perilaku sengaja.
Contohnya: seorang anak melihat benda dan
menjangkaunya.
2) Praoprasional (kurang lebih dua sampai tujuh tahun): anak
mulai berfikir secara simbolis mengenai sesuatu dalam
lingkungan saat ini. Contohnya: anak usia tiga tahun
mengambil sebuah tongkat yang panjang dan
18

menganggapnya tongkat pancingan. Contoh ini Hubungan


juga menunjukkan aspek kedua tahap praoprasional,
muncul kemampuan berbicara, yang merupakan bentuk
lain penggunaan simbol.
3) Operasional konkret (mulai anatar lima sampai tujuh
tahun): anak masa kini berada dalam proses skema
internal yang sedang memahami dunia sekitar mereka.
Skema pemunculan ini istilah Piaget) mengarah kepada
pemahaman hal - hal seperti konsep ruang dan matematika
dasar
4) Operasional formal (mulai sekitar dua belas tahun dan
terus berkembang sampai awal dewasa) selama tahun-
tahun ini, remaja mengembangkan keterampilan berfikir
kompleks tidak hanya berkaitan dengan benda dan
pengalaman, tetapi juga pemikiran dan gagasan abstrak.
5) Keterampilan kognitif selalu tumpang tindih dengan
perkembangan perseptual dan keterlibatan motorik, dan
mulai awal tahun kedua akan tumpang tindih dengan
keterampilan yang lain yaitu berbicara dan berbahasa.
e. Perkembangan berbahasa
Bahasa sering didefinisikan sebagai sebuah system
simbol, secara lisan, dan dengan menggunakan gerak tubuh
(melambai, mengerutkan dahi, gemeter ketakutan), yang
memungkinkan kita untuk berkomunikasi satu sama lain.
Perkembangan bahasa yang normal bersifat teratur, bertahap
dan bergantung pada kematangan dan kesempatan belajar.
Tahun pertama kehidupan disebut fase pralinguistik atau
prabahasa. Anak benar - benar bergantung pada gerakkan
tubuh dan suara seperti menangis dan tertawa untuk
menyampaikan perasaan dan kebutuhannya. Fase ini diikuti
oleh fase linguistik atau bahasa pada tahun kedua, dimana
berbicara menjadi ciri utama untuk berkomunikasi. Diatas
19

tiga atau empat tahun, anak belajar menyusun kata - kata


untuk membentuk kalimat sederhana kemudian diikuti
kalimat gabungan yang masuk akal karena anak telah belajar
kontruksi tata bahasa yang tepat. Antara lima sampai tujuh
tahun, sebagian anak telah terampil menyampaikan
pemikiran dan gagasan mereka secara lisan. Banyak anak
dalam usia ini menguasai 14. 000 kata atau lebih, yang
mungkin dapat berkembang menjadi dua atau tiga kali lipat
selama fase anak menengah, tergantung pada lingkungan
berbahasa anak. Sebagian besar anak tampaknya dapat
memahami sejumlah konsep dan hubungan, jauh sebelum
mereka menemukan kata-kata untuk mendeskripsikannya.
Hal ini disebut sebagai bahasa reseptif, yang mendahulukan
bahasa ekspresif (kemampuan mengucapkan kata untuk
menggambarkan dan menjelaskan). Perkembangan berbicara
dan berbahasa berkaitan erat dengan perkembangan umur
kognitif, sosial, perseptual dan otot-otot sel otak anak.
Perkembangan bahasa dan aturan-aturan pemkaiannya juga
dipengaruhi oleh jenis bahasa yang anak dengar di rumah,
sekolah dan masyarakat.
f. Perkembangan personal dan sosial
Perkembangan ini adalah area yang luas yang
mencakup perasaan anak terhadap diri sendiri dan hubungan
mereka dengan orang lain. Hal ini mengacu pada perilaku
dan respon anak untuk bermain dan berkegiatan serta
kedekatan mereka dengan anggota keluarga, pengasuh, guru
dan teman-teman. Peran gander, kemandirian, moralitas,
kepercayaan, dan penerimaan terhadap peraturan merupakan
aspek dasar perkembangan personal dan sosial. Keluarga dan
nilai budayanya adalah pengaruh utama dalam membentuk
perkembangan sosial anak dan ciri kepribadian dasar. Dalam
menggambarkan perkembangan personal sosial, harus diingat
20

bahwa anak berkembang dengan kecepatan yang berbeda.


Perbedaan individu dalam latar belakang genetika dan
budaya, status kesehatan, faktor - faktor seperti pengalaman
dalam pengasuhan anak adalah penyebab keragaman ini.
Tidak ada dua anak yang benar mirip. baik dalam hal
perkembangan personal sosial atau perkembangan dibidang
lainnya.
4. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak
Menurut Abrori (2015) bahwa faktor yang mempengaruhi
tumbuh kembang anak adalah:
a. Herediter
1) Seks kecepatan pertumbuhan dan perkembangan pada
seorang anak wanita berbeda dengan anak laki-laki.
2) Ras anak keturunan bangsa eropa lebih tinggi dan besar
dibandingkan dengan anak keturunan bangsa Asia.
b. Lingkungan Lingkungan eksternal
1) Kebudayaan
2) Status sosial ekonomi
3) Nutrisi
4) Olahraga
5) Urutan anak dalam keluarga
Lingkungan intemala
1) Intelegensi pada umumnya anak mempunyai intelegensi
tinggi perckembangan lebih baik jika dibandingkan intelegensi
kurang
2) Hormon
3) Emosi
4) Pelayanan kesehatan.
Menurut Hidayat (2015), dalam proses pertumbuhan dan
perkembangan pada anak dipengaruhi oleh beberapa faktor,
diantaranya:
a. Faktor herediter
21

Merupakan faktor yang dapat diturunkan sebagai dasar


dalam mencapai tumbuh kembang anak. Yang termasuk
faktor herediter adalah bawaan, jenis kelamin, ras, suku
bangsa. Pada pertumbuhan dan perkembangan anak dengan
jenis kelamin laki - laki setelah lahir cenderung lebih cepat
atau tinggi pertumbuhan tinggi badan dan berat badan
dibandingkan dengan anak perempuan
b. Faktor lingkungan
Merupakan faktor yang berperan penting dalam
menentukan tercapai dan tidaknya potensi yang sudah
dimiliki. Yang termasuk faktor lingkungan meliputi:
1) Lingkungan pranatal Merupakan lingkungan dalam
kandungan, mulai konsepsi sampai lahir yang meliputi
gizi pada waktu ibu hamil, alkohol atau kebiasaan
merokok ibu hamil, insulin, zat kimia atau toksin seperti
penggunaan obat-obatan, dan lainnya yang berpengaruh
pada pertumbuhan janin. pertumbuhan jamin.
2) Lingkungan postnatal. Lingkungan setelah lahir juga
dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak seperti:
a) Budaya lingkungan.
Masyarakat dapat mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan anak dalam memahami atau
mempersepsikan pola hidup sahat
b) Status sosial ekonomi Anak dengan sosial ekonomi
tinggi, tentunya pemenuhan kebutuhan gizi sangat
cukup baik dibandingkan dengan anak dengan sosial
ekonominya rendah.
c) Nutrisi Nutrisi adalah salah satu komponen yang
penting dalam menunjang keberlangsungan proses
pertumbuhan dan perkembangan yang menjadi
kebutuhan untuk tumbuh dan berkembang selama
masa pertumbuhan, terdapat kebutuhan zat gizi yang
22

diperlukan seperti protein, karbohidrat, lemak,


mineral, vitamin, dan air.
d) Iklim atau cuaca. Pada masa musim tertentu,
kebutuhan gizi dapat mudah diperoleh. Saat musim
kemarau penyediaan air bersih atau sumber makanan
sangat kesulitan.
e) Olahraga atau latihan fisik Latihan dapat
meningkatkan stimulus perkembangan otot. Dalam
aspek sosial, anak dapat mudah melakukan interaksi
dengan temannya sesuai dengan jenis olahraganya.
f) Posisi anak dalam keluarga Pada anak pertama atau
tunggal, dalam aspek perkembangan secara umum
kemampuan intektual lebih cepat berkembang
karena sering berinteraksi dengan orang dewasa,
akan tetapi dalam perkembangan motoriknya kadang
terlambat karena tidak ada stimulus yang biasanya
dilakukan saudara kandungnya.
g) Status kesehatan Apabila anak dengan kondisi sehat
dan sejahtera maka percepatan untuk tumbuh
kembang sangat mudah, akan tetapi apabila kondisi
status kesehatan kurang maka akan terjadi
perlambatan
H. Perkembangan usia pra sekolah (3-6 Tahun)

1. Pekembangan Psikoseksual
Usia pra sekolah ini termasuk fase falik, genitalia menjadi area
yang menarik dan area tubuh yang sensitif. Disini mulai mempelajari
adanya perbedaan jenis kelamin perempuan dan jenis kelamin laki-
laki, dengan mengetahui adanya perbedaan alat kelamin, pada fase ini
anak sering meniru ibu dan ayahnya. Misalnya dengan pakaian
ayah/ibunya secara psikologis pada fase ini mulai berkembang
superego, yaitu anak mulai berkurang sifat egosentrinya.
2. Perkembangan Psikososial
23

Perkembangan inisiatif di peroleh dengan cara mengkaji


lingkungan melalui inderanya. Arah mengembangkan keinginan
dengan cara eksplorasi terhadap apa yang ada di kelilingnya. Hasil
akhir yang di peroleh adalah kemampuan untuk menghasilkan sesuatu
sebagai prestasi. Perasaan bersalah akan timbul pada anak apabila anak
tidak mampu berprestasi sehingga merasa tidak puas atas
perkembangan yang tidak tercapai
3. Sosialisasi
a. Hubungan dengan orang lain selain orang tua termasuk kakek,
nenek, saudara, dan guru-guru di sekolah.
b. Anak memerlukan interksi yang baik dengan teman yang sebaya
untuk membantu mengembangkan keterampilan sosial.
c. Tujuan utama anak usia pra sekolah adalah membantu
mengembangkan keterampilan sosial anak.
4. Bermain dan mainan
a. Permainan anak usia pra sekolah biasanya bersifat asosiatif,
interaktif, dan kooperatif
b. Anak usia pra sekolah memerlukan hubungan dengan teman.
c. Aktivitas harus meningkatkan pertumbuhan dan keterampilan
motorik seperti: melompat, berlari dan memanjat.
d. Permainan imitasi, imajinatif dan dramatis sangat dibutuhkan untuk
kepentingan pertumbuhan dan perkembangan anak usia 4 - 6 tahun
5. Parameter umum
a) Tinggi badan
1) Pertambahan tinggi rata - rata adalah: 6,25 - 7,5 cm/tahun
2) Tinggi rata - rata anak usia 4 tahun adalah 10,25 cm
b) Berat Badan
1) Pertambahan berat badan rata - rata 2,3 kg/tahun 2) Berat badan
rata- rata anak usia 4 tahun 6 ,8 kg.
6. Nutrisi
a. Kebutuhan Nutrisi
24

1) Kebutuhn nutrisi anak usia pra sekolah hampir sama dengan


toddler, meskipun kebutuhan kalori menurun sampai 90 kkal /
kg / hari.
2) Kebutuhan protein tetap 1, 2 g / kg / hari
3) Kebutuhan cairan adalah 100 ml / kg / hari, bergantung pada
tingkat aktivitas anak.
b. Pola dan Pilihan makanan
1) Anak prasekolah sangat membutuhkan sayuran, makanan
kombinasi dan hati (sebagai sumber Fe)
2) Makanan yang disukai seperti: sercal, daging, kentang, buah
buahan dan permen.
3) Anak usia 3 - 6 tahun tidak dapat diam selama makan dan dapat
menggunakan peralatan sendiri
4) Kebiasaan makan anak usia 5 tahun di pengaruhi oleh orang
lain.
7. Pola Tidur
a) Rata -rata anak usia pra sekolah tidur antara 11 - 13 jam sehari, dan
memerlukan tidur siang hari sampai umur 5 tahun
b) Masalah tidur yang umum terjadi antara lain: mimpi buruk teror di
malam hari.
8. Kesehatan Gigi
a) Seluruh gigi yang berjumlah 20 harus lengkap pada usia 3 tahun.
b) Perkembangan motorik halus, memungkinkan anak mampu
menggunakan sikat gigi dua kali sehari.
9. Eliminasi
a) Sebagian besar anak mampu melakukan toilet training dengan
mandiri pada akhir periode pra sekolah. Beberapa anak mungkin
masih ngompol
b) Anak berkemih rata - rata 500 - 1000 ml / hari
10. Perkembangan Motorik
25

a) Motorik kasar Anak usia pra sekolah dapat mengendarai sepeda


roda tiga, melalui tangga, melompat, berdiri satu kaki selama
beberapa menit
b) Motorik halus
1) Keterampilan motorik halus menunjukkan perkembangan utama
yang ditujukan dengan meningktnya kemampuan menggambar
2) Anak dapat membangun menara 9 atau 10 blok membuat
jembatan dari 3 blok, meniru bentuk lingkaran menggambar
tanda silang, pada usia 3 tahun.
3) Pada usia 4 tahun anak dapat mengikatkan sepatu, meniru
gambar bujur sangkar, menjiplak segilima, dan menambahkan 3
bagian dalam gambar manusia.
4) Pada usia 5 tahun dapat mengikat tali sepatu, menggunakan
gunting dengan baik.
11. Peran Keluarga dalam menerapkan disiplin pada anak
a. Peran keluarga dalam menerapkan disiplin pada anak usia 1 - 3
tahun.
1) Latih cara mengambil dan mengembalikan benda - benda
ketempatnya.
2) Memakai dan melepaskan pakaian
3) Gunting dan tempel gambar
4) Memasukan manik ke dalam botol
5) Adil terhadap semua anaknya
6) Ajarkan untuk bersosialisasi dengan yang lain
b. Peranan keluarga dalam menerapkan disiplin pada anak usia 3 - 6
tahun.
1) Menekankan pentingnya batas - batas tata cara dan peraturan
yang ada pada lingkungan
a) Belajar mandi mengeringkan tubuh
b) Tidur sesuai waktu
c) Bermain sesuatu tepat waktu
d) Makan dan tidur sesuai dengan waktu
26

2) Latihan anak untuk mengintegrasikan peran sosial dan tanggung


jawab
3) Latihan mengenal sopan santun
4) Belajar mengoreksi kesalahan orang lain
5) Belajar mengenal dan mematuhi peraturan
6) Belajar komunikasi dan interaksi
7) Ajarkan tata cara keagamaan (Cahyaningsih , 2016)
Bab IV
Penutup

A. Kesimpulan

Kecerdasan emosional sangat mempengaruhi kejadian Sibling


Rivalry yang terjadi pada anak usia prasekolah 4-6 tahun. Kecerdasan
emosional dengan kriteria rendah maka akan membesarkan peluang
seorang anak akan cemburu ketika memiliki adik baru karena kurangnya
pengertian yang diberikan oleh orang tua. Semakin rendah kecerdasan
emosi anak, maka semakin tinggi kejaidian Sibling Rivalry yang terjadi
pada anak.

I. Saran

Oarng tua harus memiliki peran orang tua dalam mendidik anak
dengan baik agar dapat belajar mengendalikan dorongannya untuk marah
dan tidak melakukan regulasi emosi merupakan salah satu aspek yang
penting dalam menumbuhkan kecerdasan emosi pada anak.
Daftar Pustaka

https://stikes-nhm.e-journal.id/NU/article/view/62

http://journal.ummgl.ac.id/index.php/urecol/article/view/1533

Anda mungkin juga menyukai