Anda di halaman 1dari 61

MAKALAH LAPORAN

FIELD TRIP DENGAN SASARAN USIA ANAK SEKOLAH DASAR


DI SDN SILIH ASUH 2 KOTA CIREBON
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak

Dosen Pengampu : Ns. Dwiyanti Purbasari, M.Kep

Disusun Oleh :

Kelompok 5

1. Nabilah Firgy Nisa (221C0092)


2. Reno Cahyo (221C0093)
3. Nunung Nurjanah (221C0096)
4. Cica Handayani (221C0106)
5. Desi Mirnasari (221C0109)
6. Nurul Wahdiyah (221C0127)
7. Wina Anisa (221C0139)
8. Wulan Khoeriyyatun (221C0140)
9. Wulandari (221C0141)
10. Priska Maudina (221C0152)
11. Sekar Pangayune (221C0155)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN MAHARDIKA

2022/2023
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah field trip dengan judul “ ”.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Program Studi Ilmu
Keperawatan Institut Teknologi dan Kesehatan Mahardika Cirebon. Selama proses
penyusunan makalah ini kami tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang berupa
bimbingan, saran dan petunjuk baik berupa moril, spiritual, maupun materi yang berharga
dalam mengatasi hambatan yang ditemukan. Oleh karena itu, sebagai rasa syukur dengan
kerendahan hati, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang
terhormat:

1. Ibu Ns. Dwiyanti Purbasari,. M.Kep telah memberikan bimbingan dan dorongan
dalam penyusunan makalah ini sekaligus sebagai dosen mata kuliah Keperawatan
Anak Sehat dan Sakit Akut.
2. Orang tua kami yang tercinta serta saudara dan keluarga besar kami yang telah
memberikan motivasi/dorongan dan semangat, baik berupa moral dan material
lainnya.
3. Sahabat-sahabat kami di ITEKes Mahardika, khususnya Program Studi Ilmu
Keperawatan yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Semoga Allah
SWT membalas kebaikan dari semua pihak yang telah berpartisipasi membantu kami
dalam menyusun laporan ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, untuk itu kami mengharapkan
kritik serta saran yang bersifat membangun untuk perbaikan penyusunan selanjutnya. Kami
berharap, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Aamiin...

Wassalamualaikum wr.wb

Cirebon, 11 Juni 2023

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB 1
PENDAHULUAN
2.1.1. Latar Belakang

Anak usia sekolah merujuk pada anak-anak yang berusia antara 6-12 tahun. Ini
adalah periode yang kadang-kadang disebut sebagai masa pertengahan atau masa
laten, di mana anak menghadapi tantangan-tantangan baru dalam hidup mereka. Pada
tahap ini, terjadi periode pra-remaja atau pra-pubertas yang menandai akhir dari masa
usia sekolah, sekitar usia 12 tahun, dan ditandai dengan dimulainya pubertas (Kozier,
Erb, Berman, & Snyder, 2011). Faktor-faktor risiko yang ada pada anak usia sekolah
dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan mereka. Keluarga memiliki
peran penting dalam mendukung keberhasilan proses tumbuh kembang yang dialami
oleh anak.
Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS), pada tahun ajaran 2022/2023
terdapat 44,19 juta murid di Indonesia. Jumlah ini mengalami penurunan sebesar
1,56% dibandingkan dengan periode tahun sebelumnya yang mencapai 44,88 juta
orang. Dari total tersebut, sebagian besar murid berada di jenjang Sekolah Dasar (SD)
dengan jumlah mencapai 24,08 juta orang.
Kemampuan dan perkembangan anak dapat tercermin dari sejauh mana anak
dapat mandiri dalam memenuhi kebutuhan dasarnya (Kozier, 2010). Untuk
mendorong kemandirian anak, dukungan dari keluarga sangat penting. Peran keluarga
merupakan faktor krusial yang tidak dapat dipisahkan dalam perawatan anak usia
sekolah. Anak usia sekolah sering kali kurang disiplin dalam menjalankan perawatan
diri, sehingga ketika kemampuan perawatan dirinya menurun, mereka membutuhkan
bantuan baik dari keluarga maupun tim kesehatan.
Laporan ini membahas tentang pertumbuhan dan perkembangan anak usia
sekolah di SDN Silih Asuh 2 Cirebon. bahasa dan sosioemosional peserta didik.
Selain itu laporan ini dibuat untuk mengetahui sejauh mana perkembangan proses
belajar siswa di SDN Silih Asuh 2. Kita bisa mengetahui apa saja yang mempengaruhi
perkembangan belajar siswa, karena perkembangan siswa dapat mempengaruhi proses
pembelajaran dan hasil belajar siswa. Dengan mengetahui apa yang mempengaruhi
perkembangan siswa, kita bisa mengetahui bagaimana interaksi guru dan siswa yang
baik dalam proses pembelajaran.
2.1.2. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Konsep Anak Sekolah?


2. Bagaimana pertumbuhan anak usia sekolah di SDN Silih Asuh 2?
3. Bagaimana perkembangan anak sekolah di SDN Silih Asuh 2?
4. Bagaimana konsep bermain anak sekolah di SDN Silih suh 2?
5. Bagaimana atraumatic care yang dilkukan oleh keluarga anak sekolah di SDN
Silih Asuh 2?
6. Bagaimana anticipatory guidance yang dilakukan oleh keluargaa anak sekolah
di SDN Silih Asuh 2?
7. Apa saja imunisasi yang diberikan kepada anak usia sekolah di SDN Silih
Asuh 2?
8. Bagaimana pemenuhan kebutuhan nutrisi pada anak sekolah di SDN Silih
Asuh 2?

2.1.3. Tujuan

Adapun tujuan dari penelitian ini dibedakan menjadi 2 tujuan yaitu, tujuan umum dan
tujuan khusus.
1. Tujuan umum
Tujuan umum untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Keperwatan Anak
2. Tujuan khusus
Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah untuk :
a. Mengetahui konsep anak sekolah
b. Mengetahui pertumbuhan anak sekolah di SDN Silih Asuh 2
c. Mengetahui perkembangan anak sekolah di SDN Silih Asuh 2
d. Mengetahui konsep bermain anak sekolah di SDN Silih suh 2
e. Mengetahui atraumatic care yang dilkukan oleh keluarga anak sekolah
di SDN Silih Asuh 2
f. Mengetahui anticipatory guidance yang dilakukan oleh keluargaa anak
sekolah di SDN Silih Asuh 2
g. Mengetahui imunisasi yang diberikan kepada anak usia sekolah di
SDN Silih Asuh 2
h. Mengetahui pemenuhan kebutuhan nutrisi pada anak sekolah di SDN
Silih Asuh 2
BAB II
KONSEP TEORI

2. 1. Konsep Anak Sekolah

2.1.4. Definisi Anak Usia Sekolah

Anak usia sekolah (school age) atau disebut juga sebagai masa inkubasi
merujuk pada rentang usia 6-12 tahun dalam tahap pendidikan. Pada periode ini,
anak-anak mulai mengembangkan kemampuan produktif, seperti menggunakan
logika, beradaptasi, dan bersosialisasi dengan lingkungan sekitar. Hal ini terlihat
melalui kegiatan pembentukan kelompok dengan teman sebaya dan penguasaan
kemampuan mengendalikan emosi. Mereka juga mampu bersaing dan
menyelesaikan tugas-tugas sederhana yang diberikan.

2.1.5. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia Sekolah

Usia sekolah adalah periode di mana karakteristik fisik, sosial, dan psikologis
anak terus berkembang dan matang. Pada masa ini, anak-anak mulai bergerak
menuju berpikir abstrak dan mencari pengakuan dari teman sebaya, guru, dan
orang tua. Mereka juga cenderung menghargai kehadiran di sekolah dan
berpartisipasi aktif dalam kegiatan sekolah. Perawat memanfaatkan pengetahuan
tentang pertumbuhan dan perkembangan normal anak usia sekolah untuk
membantu mereka mengatasi gangguan dan perubahan yang terjadi selama periode
ini.
Terdapat beberapa teori yang mendukung pemahaman tentang pertumbuhan
dan perkembangan manusia. Teori-teori tersebut, seperti teori psikoseksual, teori
psikososial, teori perkembangan kognitif, dan teori perkembangan moral, dibangun
dan dikembangkan berdasarkan perspektif yang berbeda terhadap manusia dan
fokus pada aspek perkembangan tertentu.
1) Dalam teori perkembangan kognitif Piaget (1896-1980) perkembangan
anak dibagi menjadi empat tahap, yaitu Sensorimotor (usia 0-2 tahun), Pra-
Operasional (usia 2-7 tahun), Operasional Konkrit (usia 7-11 tahun), dan
Operasional Formal (usia di atas 12 tahun).
 Pada anak usia sekolah, terjadi tahap "operasional konkrit" di mana
anak menggunakan operasi logika dalam memecahkan masalah dan
menguasai penalaran induktif serta konsep konservasi.
 Selanjutnya, pada tahap "operasional formal" yang dimulai pada
usia 12 tahun ke atas, remaja mampu menggunakan operasi logis
secara abstrak. Mereka dapat memahami teori, membuat hipotesis,
dan memahami konsep-konsep abstrak seperti cinta dan keadilan.
2) Teori Psikososial (Erick Erikson)
Menurut Teori Perkembangan Psikososial Erikson, setiap individu
harus menyelesaikan tugas-tugas khusus sebelum dapat maju ke tahap
perkembangan berikutnya. Setiap tugas tersebut melibatkan konflik yang
bertentangan, dan kemahiran yang telah dikuasai akan diuji kembali dalam
situasi yang berbeda atau saat terjadi konflik.
Salah satu tahap perkembangan dalam teori ini adalah Industri vs.
Inferioritas (Industry vs. Inferiority), yang terjadi pada usia 6 hingga 11
tahun saat anak berada dalam masa sekolah. Pada tahap ini, anak-anak
memiliki dorongan untuk secara mandiri mempelajari keterampilan dan
menggunakan alat-alat yang menghasilkan sesuatu secara sosial. Mereka
belajar bekerja dan bermain dengan teman sebaya. Ketika mereka
mencapai prestasi dan menerima pengakuan, mereka merasakan
keberhasilan. Namun, jika anak tidak mendapatkan dukungan yang
memadai untuk mempelajari keterampilan baru atau jika keterampilan
yang dipelajari terlalu sulit, mereka dapat merasakan perasaan tidak cukup
atau rendah diri.
Pada tahap ini, anak-anak perlu mengalami pencapaian prestasi untuk
mengembangkan perasaan kompetensi. Erikson meyakini bahwa anak-
anak yang berhasil menyelesaikan tugas perkembangan pada tahap ini
akan memiliki kemampuan yang diperlukan untuk menghadapi tugas-tugas
dalam pekerjaan mereka ketika dewasa. Selama masa perawatan di rumah
sakit, anak-anak usia sekolah perlu memahami rutinitas dan berpartisipasi
seaktif mungkin dalam proses perawatan. Misalnya, beberapa anak
mungkin senang melibatkan diri dalam pencatatan asupan dan output
(nutrisi atau cairan) mereka.
 Tahap perkembangan menurut Teori Psikoseksual (Sigmund Freud,
1856-1939) pada anak usia sekolah adalah sebagai berikut:
a) Fase Latency (5-12 tahun) atau masa sekolah
Pada tahap ini, dorongan seksual dan kesenangan dari tahap
sebelumnya menjadi tidak aktif atau "tidur". Ini adalah periode
yang relatif tenang di mana aktivitas seksual tidak menonjol.
Meskipun demikian, anak masih terlibat dalam aktivitas erogenik
dengan teman sebaya yang memiliki jenis kelamin yang sama.
b) Tahap Genitalia (>12 tahun) atau pubertas-dewasa
Pada tahap ini, genitalia menjadi pusat tekanan dan kesenangan
seksual. Individu mulai mengalami perasaan cinta dan keterlibatan
emosional yang lebih mendalam dengan individu lain dalam motif-
motif altruistik atau tanpa egois. Produksi hormon seksual yang
meningkat pada masa pubertas merangsang perkembangan
hubungan heteroseksual.
3) Teori Perkembangan Moral (Kolhberg)

Namun, penting untuk dicatat bahwa teori perkembangan moral


Lawrence Kohlberg, ketika diterapkan dalam pendidikan dan pengembangan
karakter individu, telah menerima beberapa kritik. Beberapa kritikus
berpendapat bahwa teori tersebut mengabaikan konteks sosial dan budaya
dalam perkembangan moral individu. Selain itu, dikatakan bahwa teori
tersebut memberikan penekanan yang berlebihan pada individu dan gagal
mempertimbangkan kepentingan masyarakat atau kelompok secara memadai.

Teori perkembangan moral Lawrence Kohlberg dapat membantu


individu dalam meningkatkan moralitasnya dengan memberikan bimbingan
dalam memahami dan mengembangkan pemahaman moral yang lebih
kompleks. Kohlberg berpendapat bahwa setiap orang memiliki sistem moral
internal yang terdiri dari prinsip-prinsip moral yang mereka pilih dan gunakan
untuk membuat keputusan moral. Dengan memahami tingkat perkembangan
moral individu, mereka dapat menumbuhkan pemahaman moral yang lebih
luas dan komprehensif.
Menurut Kohlberg, ada enam tingkat perkembangan moral yang
berbeda, dikategorikan menjadi tiga tahap utama. Tahap pertama adalah
tingkat pra-konvensional, biasanya terjadi pada anak-anak dan remaja. Pada
level ini, individu cenderung mengambil keputusan berdasarkan konsekuensi
fisik dan keinginan pribadi. Tahap kedua adalah tingkat konvensional,
umumnya terlihat pada orang dewasa muda. Di sini, individu membuat
keputusan berdasarkan norma sosial dan harapan orang lain. Tahap ketiga
adalah tingkat pasca-konvensional, biasanya diamati pada orang dewasa yang
lebih tua. Pada tahap ini, individu cenderung mengambil keputusan
berdasarkan prinsip moral yang abstrak dan universal.

Dalam membantu individu untuk meningkatkan moralitas mereka,


teori ini dapat digunakan untuk memberikan pemahaman tentang perspektif
moral mereka saat ini dan bagaimana mereka dapat mengembangkannya lebih
jauh. Salah satu cara untuk meningkatkan pemahaman moral individu adalah
dengan menunjukkan konsekuensi dari berbagai tindakan moral dan
mendorong individu untuk mempertimbangkan dampak moral dari tindakan
mereka.

Selanjutnya, pendidikan moral dapat berfungsi sebagai alat yang


efektif dalam membantu individu meningkatkan moralitas mereka. Pendidikan
moral dapat mencakup pengajaran berbagai nilai moral dan memfasilitasi
diskusi tentang dilema moral yang kompleks. Dalam pembelajaran moral,
guru atau fasilitator dapat membantu siswa dalam memahami sudut pandang
moral mereka sendiri dan memberikan kesempatan untuk mempertimbangkan
perspektif alternatif.

2.1.6. Pertumbuhan Fisik


Pada rentang usia 6 hingga 12 tahun, anak mengalami pertumbuhan
rata-rata sekitar 6 hingga 7 cm per tahun, dengan peningkatan tinggi minimal
sebesar 30,48 cm. Diperkirakan berat badan juga meningkat sekitar 3 hingga
3,5 kg per tahun.
Anak laki-laki dan perempuan praremaja ingin tetap sejajar dengan
teman sebaya mereka, baik dari jenis kelamin yang sama maupun berbeda,
meskipun ada perbedaan dalam perubahan fisik dan fisiologis selama masa
sekolah. Perbedaan antara anak perempuan dan laki-laki menjadi lebih jelas
terlihat di akhir masa sekolah menengah dan dapat menjadi sumber masalah
emosional yang ekstrem.

 Perkembangan Psikososial
Selama periode ini, anak mengembangkan rasa harga diri mereka melalui berbagai
aktivitas di rumah, sekolah, dan komunitas, yang membantu membangun
keterampilan kognitif dan sosial mereka. Anak sangat tertarik untuk mempelajari
cara-cara baru dan bagaimana hal-hal berfungsi. Mencapai peningkatan dalam rasa
nilai diri dan tingkat kompetensi memberikan kepuasan kepada anak usia sekolah.
Orangtua, guru, pelatih, dan orang-orang yang merawat anak memiliki peran
penting dalam mengidentifikasi area keahlian dan membangun pengalaman
keberhasilan anak untuk meningkatkan perasaan penguasaan dan harga diri.

 Perkembangan Kognitif
Dalam pengembangan operasi konkret, anak mampu mengasimilasi dan
mengoordinasikan informasi tentang dunia mereka dari berbagai dimensi. Mereka
dapat melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain dan berpikir melalui tindakan,
mengantisipasi konsekuensinya, serta mempertimbangkan kemungkinan yang
mungkin terjadi. Anak juga dapat menggunakan pengalaman masa lalu yang
disimpan dalam ingatan untuk mengevaluasi dan menginterpretasikan situasi saat
ini. Pada usia sekolah, mereka juga mengembangkan kemampuan untuk
mengklasifikasikan atau mengelompokkan objek-objek dalam set yang berbeda
dan mengidentifikasi hubungan antara mereka.
 Perkembangan Moral dan Spiritual
Anak usia 7-10 tahun umumnya berusaha untuk mengikuti aturan
dengan tujuan menjadi orang yang "baik". Mereka ingin menjadi baik dalam
pandangan orang tua, teman, guru, dan juga dalam pandangan diri mereka
sendiri. Mereka melihat orang dewasa sebagai otoritas yang menentukan apa
yang benar dan salah. Menurut teori perkembangan moral Kohlberg, ini
merupakan tahap 3: konformitas interpersonal (anak baik, anak buruk).
Sementara itu, anak usia 10-12 tahun mengalami perkembangan ke
tahap 4: tahap "hukum dan peraturan". Pada tahap ini, anak mulai mampu
menilai baik atau buruknya suatu tindakan berdasarkan alasan di balik
tindakan tersebut, bukan hanya berdasarkan konsekuensi yang mungkin
terjadi. Perilaku anak usia sekolah yang lebih tua dipengaruhi oleh keinginan
mereka untuk bekerja sama dan rasa penghargaan terhadap orang lain. Hal ini
memicu perkembangan kemampuan sosial anak usia sekolah.
 Perkembangan Keterampilan Motorik
Selama masa usia sekolah, keterampilan motorik kasar dan halus terus
mengalami perkembangan dan penyempurnaan. Kemampuan motorik halus
semakin halus dan meningkatkan kecepatan serta akurasinya. Untuk
mengevaluasi keterampilan motorik anak usia sekolah, pertanyaan dapat
diajukan tentang partisipasi mereka dalam olahraga dan kegiatan di luar
sekolah, keanggotaan dalam band, kemampuan membangun model, dan
keterampilan menulis.
 Perkembangan Sensorik
Selama awal masa usia sekolah, semua indera mengalami perkembangan yang
matang. Anak-anak usia sekolah umumnya memiliki ketajaman visual yang
baik (Jarvis, 2008). Pada usia sekitar 7 tahun, kontrol muskular mata,
penglihatan perifer, dan kemampuan membedakan warna telah berkembang
dengan baik. Penglihatan yang baik memiliki peran penting dalam
perkembangan fisik dan pendidikan anak usia sekolah. Melalui program
skrining penglihatan yang dilakukan oleh perawat sekolah, masalah penglihatan
dapat diidentifikasi dan rujukan yang tepat dapat diberikan jika diperlukan.
Beberapa masalah umum yang sering teridentifikasi adalah ambliopia (mata
malas), kesalahan refraksi yang tidak dikoreksi, defek mata lainnya, dan
strabismus (mata juling).
 Perkembangan Komunikasi dan Bahasa
Selama masa usia sekolah, anak-anak mengalami peningkatan dalam kosakata
dan pemahaman bahasa. Mereka menggunakan kata-kata yang lebih spesifik
secara budaya, terutama pada anak-anak bilingual yang berkomunikasi dalam
bahasa Inggris di sekolah dan bahasa kedua di rumah. Melalui pembelajaran
membaca, anak usia sekolah mengembangkan keterampilan bahasa mereka.
Keterampilan membaca berkembang seiring dengan peningkatan eksposur
terhadap bahan bacaan. Selama periode ini, anak-anak usia sekolah mulai
menggunakan bentuk tata bahasa yang lebih kompleks, termasuk penggunaan
kata jamak dan kata benda.
 Perkembangan Emosional dan Sosial
Pola sifat tempera mental yang diidentifikasi di masa bayi dapat tersme
mengaruhi perilaku anak usias ekolah. Menganalisi ssituasi masa lalu dapat
memberikan petunjuk tentang cara seorang anak dapat bereaksi terhadap
situasi yang baru atau berbeda. Anak dapat bereaksi secara berbeda dari waktu
kewaktu karena pengalaman dan kemampuan mereka. Harga diri adalah
pandangan anak tentang nilai individual mereka. Pandangan ini dipengaruhi
oleh umpan baik dari keluarga, guru, dan figure otoritas lain.

2. 2. Atraumatic Care

Atraumatic care, juga dikenal sebagai asuhan non-traumatik, merujuk pada


penyediaan perawatan terapeutik dalam lingkungan pelayanan kesehatan oleh seorang
individu (pengasuh) melalui penggunaan intervensi yang mengurangi atau
menghilangkan stres psikologis dan fisik yang dialami oleh anak-anak dan keluarga
mereka. Tujuan dari asuhan atraumatik adalah memastikan bahwa perawatan yang
diberikan tidak menyebabkan trauma pada anak dan keluarganya. Jenis perawatan ini
menekankan pencegahan trauma sebagai bagian integral dari keperawatan anak.
Atraumatic care, sebagai bentuk perawatan terapeutik, dapat diberikan kepada anak-
anak dan keluarga dengan mengurangi dampak psikologis dari prosedur keperawatan
yang dilakukan. Untuk mencapai perawatan ini, perawat dapat mengikuti beberapa
prinsip, antara lain.
 Mengurangi atau mencegah dampak pemisahan dari keluarga.
Pemisahan dari keluarga dapat menyebabkan gangguan psikologis pada anak, seperti
kecemasan, ketakutan, dan kurangnya kasih sayang. Gangguan ini dapat menghambat
proses penyembuhan anak dan mengganggu pertumbuhan dan perkembangan mereka.
 Meningkatkan kemampuan orang tua dalam mengontrol perawatan anak.
Dengan meningkatkan kontrol orang tua, diharapkan anak menjadi lebih mandiri dalam
kehidupan sehari-hari. Anak akan menjadi lebih berhati-hati dalam melakukan aktivitas
dan orang tua akan diberikan pendidikan tentang kemampuan dan keterampilan dalam
mengawasi perawatan anak.
 Mencegah dan mengurangi cedera (injury) dan nyeri (dampak psikologis).
Mengurangi rasa nyeri merupakan hal penting dalam perawatan anak. Meskipun rasa
nyeri tidak selalu dapat dihilangkan sepenuhnya, namun dapat dikurangi melalui
berbagai teknik seperti distraksi, relaksasi, dan imajinasi. Jika tindakan pencegahan
tidak dilakukan, cedera dan nyeri dapat berlanjut dan mengganggu pertumbuhan dan
perkembangan anak.
 Menghindari kekerasan pada anak.
Kekerasan pada anak dapat menyebabkan gangguan psikologis yang signifikan dalam
kehidupan mereka. Jika kekerasan terjadi pada saat anak sedang dalam proses
pertumbuhan dan perkembangan, hal tersebut dapat menghambat kematangan mereka.
Oleh karena itu, segala bentuk kekerasan pada anak sangat tidak dianjurkan karena
memperburuk kondisi anak.
 Memodifikasi lingkungan.
Dengan memodifikasi lingkungan fisik yang disesuaikan dengan kebutuhan
anak, dapat meningkatkan kebahagiaan, rasa aman, dan kenyamanan bagi anak. Hal ini
memastikan bahwa anak-anak dapat tumbuh dan merasa nyaman dalam lingkungan
mereka.
Tujuan utama dari perawatan atraumatik adalah untuk "pertama, tidak
menyakiti" anak dan mencapai tujuan ini dengan cara mencegah atau mengurangi
pemisahan anak dari keluarganya, meningkatkan kontrol emosi, dan mencegah atau
mengurangi rasa nyeri dan cedera pada tubuh. Beberapa contoh penerapan perawatan
atraumatik meliputi membangun hubungan antara anak dan orang tua selama masa
perawatan di rumah sakit, mempersiapkan anak sebelum menjalani terapi atau prosedur
yang tidak dikenalnya, mengelola rasa sakit, memberikan privasi kepada anak,
memberikan kesempatan bermain untuk mengungkapkan ketakutan dan kemarahan,
menyediakan pilihan bagi anak-anak, dan menghormati perbedaan budaya.

2. 3. Anticiapatory Guidance

Anticipatory guidance diberikan oleh penyedia layanan kesehatan untuk


membantu orang tua atau wali dalam memahami pertumbuhan dan perkembangan yang
diharapkan dari anak-anak mereka. Anticipatory guidance untuk anak usia sekolah (6-
12 tahun) menurut American Academy of Pediatrics and The Center for Disease
Control and Prevention:
1. Aktivitas fisik: Dorong setidaknya 60 menit aktivitas fisik sedang hingga berat
setiap hari. Terlibat dalam aktivitas seperti bersepeda, berenang, berlari, atau
berolahraga untuk mendorong pertumbuhan, perkembangan, dan kebugaran yang
sehat secara keseluruhan.
2. Makan sehat: Tekankan pentingnya diet seimbang yang mencakup buah-buahan,
sayuran, biji-bijian, protein tanpa lemak, dan produk susu rendah lemak. Batasi
minuman manis dan makanan ringan olahan. Dorong makan keluarga dan libatkan
anak-anak dalam perencanaan dan persiapan makan.
3. Perawatan gigi: Dorong pemeriksaan gigi secara teratur dan menyikat gigi dan
membersihkan gigi setiap hari. Ajari anak praktik kebersihan mulut yang benar,
termasuk penggunaan pasta gigi berfluoride dan membatasi makanan dan minuman
manis yang dapat menyebabkan kerusakan gigi.
4. Tidur: Tekankan pentingnya rutinitas tidur yang konsisten dan durasi tidur yang
memadai. Anak-anak berusia 6-12 tahun harus tidur 9-12 jam per malam untuk
mendukung pertumbuhan, pembelajaran, dan kesejahteraan secara keseluruhan.
5. Keselamatan: Perkuat pentingnya langkah-langkah keselamatan seperti
mengenakan helm saat bersepeda atau berseluncur, menggunakan sabuk pengaman
di kendaraan, dan mempraktikkan keselamatan di air. Ajari anak-anak tentang
bahaya orang asing, keselamatan jalan, dan cara menanggapi keadaan darurat.
6. Perkembangan sosial-emosional: Mendorong perkembangan hubungan yang sehat
dan kesejahteraan emosional. Kembangkan komunikasi terbuka, ajarkan
keterampilan memecahkan masalah, dan tingkatkan empati dan rasa hormat kepada
orang lain. Pantau tanda-tanda intimidasi atau tekanan emosional dan berikan
dukungan jika diperlukan.
7. Waktu layar: Tetapkan batas waktu layar dan dorong keseimbangan antara
aktivitas layar dan bentuk permainan lainnya, aktivitas fisik, dan interaksi sosial.
Bantu anak-anak memilih konten yang sesuai usia, mendidik, dan non-kekerasan.
8. Kinerja sekolah: Dukung keberhasilan akademik dengan menyediakan lingkungan
belajar yang kondusif, menetapkan rutinitas untuk pekerjaan rumah dan belajar,
serta menumbuhkan kecintaan untuk belajar. Berkomunikasi dengan guru dan
terlibat dalam pendidikan anak Anda.

2. 4. Imunisasi
Program imunisasi pada anak sekolah dikenal sebagai Program BIAS. Setelah
menerima imunisasi lengkap saat masih bayi, anak membutuhkan imunisasi tambahan
saat berada di usia sekolah dasar. Ini termasuk imunisasi campak dan DT untuk siswa
kelas 1, serta imunisasi Td untuk siswa kelas 2 dan 3. Pemberian imunisasi ini
dilakukan dalam acara Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS), khususnya imunisasi
campak.
Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) diadakan dua kali setahun secara
serentak di seluruh kota di Indonesia. Pada acara BIAS ini, hanya tiga jenis imunisasi
wajib yang akan diberikan kembali, yaitu:
a. Imunisasi Campak
Sebanyak 28,3%-nya anak berusia 5-7 tahun masih terkena campak meski sudah
mendapatkan vaksinasi sewaktu bayi. Atas dasar ini. Ikatan Dokter Anak Indonesia
(IDAI) membuat rekomendasi imunisasi ulang pada anak kelas 1 di seluruh Sekolah
Dasar (SD). Bila seorang anak terkena campak dan tidak memiliki kekebalan dari
imunisasi, maka akan terjadi komplikasi berupa; infeksi paru (pneumonia) dan radang
otak (ensefalitis). Kedua kondisi ini dapat mengancam nyawa sang anak.
b. Imunisasi Difteri Tetanus (DT)
Bersamaan dengan campak, imunisasi DT juga turut diberikan ulang pada anak
sekolah kelas 1 SD. Selanjutnya, mengingat masih dijumpainya kasus difteri pada umur
>10 tahun, imunisasi DT dapat diberikan lagi saat anak berusia 12 tahun. Imunisasi DT
sangat penting karena bakteri Corynebacterium diphtheria penyebab difteri akan
menginfeksi saluran napas dan dapat mengakibatkan gagal napas pada anak- anak yang
tidak terlindungi imunisasi.
c. Imunisasi Tetanus
Imunisasi tetanus direkomendasikan untuk diberikan ulang pada anak sekolah
kelas 2 dan 3 SD. Sebab imunisasi tetanus yang didapatkan ketika berusia 18-24 bulan
hanya akan memberikan perlindungan hingga sang anak berusia 6-7 tahun saja atau saat
ia duduk di bangku kelas 2 SD. Pemberian ulang imunisasi tetanus ini akan
memperpanjang kekebalan tubuh anak hingga 10 tahun ke depan. Ketika diberikan
kembali setahun berikutnya yaitu saat anak duduk di kelas 3 SD-kekebalannya akan
bertambah lama hingga 20 tahun kemudian.

2. 5. Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi Anak Usia Sekolah

Kebutuhan nutrisi pada anak sekolah perlu diperhatikan. Anak pada usia sekolah
memiliki kebutuhan gizi yang lebih tinggi dibandingkan dengan usia sebelumnya. Pada tahap
ini, anak mulai mengenal lingkungan baru, termasuk lingkungan sekolah yang memengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan mereka. Penting bagi anak untuk mendapatkan nutrisi yang
cukup agar dapat aktif dalam berbagai kegiatan dan tidak mudah jatuh sakit. Saat anak
memasuki usia sekolah, mereka akan berinteraksi dengan teman sebaya dan seringkali
bermain bersama, yang juga dapat mempengaruhi kebiasaan makan mereka.

Pertumbuhan fisik anak pada fase ini tidak mengalami perubahan yang signifikan,
sehingga kebutuhan kalori anak sekolah sekitar 85 kalori per kilogram berat badan. Anak juga
sudah memiliki kemampuan yang baik dalam menggunakan peralatan makan. Mereka dapat
diperkenalkan dengan tata cara makan yang benar, seperti mencuci tangan sebelum makan,
menggunakan tangan kanan, makan dalam posisi duduk, dan tidak mengisi mulut secara
berlebihan. Anak mulai memiliki kemampuan memilih makanan yang disukai dan
menentukan pilihan makanannya. Namun, banyak anak yang mulai tertarik pada makanan
jajanan, yang dapat mempengaruhi nafsu makan mereka. Oleh karena itu, penting bagi
orangtua untuk mengawasi jenis makanan yang dikonsumsi anak dan membiasakan mereka
dengan pola makan yang sehat.

Anak usia 6 tahun Kebutuhan zat gizi makro

1. Energi: 1400 kkal


2. Protein: 25 gram (gr)
3. Lemak: 50 gr
4. Karbohidrat: 220 gr
5. Serat: 20 gr
6. Air: 1450 ml

Kebutuhan zat gizi mikro Vitamin :

1. Vitamin A: 450 mikrogram (mcg)


2. Vitamin D: 15 mcg
3. Vitamin E: 7 miligram (mg)
4. Vitamin K: 20 mcg
5. Vitamin B12: 1,5 mcg
6. Vitamin C: 45 mg

Mineral :
1. Kalsium: 1000 mg
2. Fosfor: 500 mg
3. Natrium: 900 mg
4. Kalium: 2700 mg
5. Besi: 10 mg
6. Iodium: 120 mcg
7. Seng: 5 mg

Kebutuhan gizi anak sekolah usia 7-9 tahun

Berdasarkan AKG dari Kementerian Kesehatan RI, berikut rincian kebutuhan gizi anak
sekolah usia 7-9 tahun yang terbagi menjadi mikro dan makro:

Kebutuhan zat gizi makro

1. Energi: 1650 kkal


2. Protein: 40 gram (gr)
3. Lemak: 55 gr
4. Karbohidrat: 250 gr
5. Serat: 23 gr
6. Air: 1650 ml

Kebutuhan zat gizi mikro

Vitamin

1. Vitamin A: 500 mikrogram (mcg)


2. Vitamin D: 15 mcg
3. Vitamin E: 8 miligram (mg)
4. Vitamin K: 25 mcg
5. Vitamin B12: 2,0 mcg
6. Vitamin C: 45 mg

Mineral

1. Kalsium: 1000 mg
2. Fosfor: 500 mg
3. Natrium: 1000 mg
4. Kalium: 3200 mg
5. Besi: 10 mg
6. Iodium: 120 mcg

2. 6. Bermain

Bermain memiliki peranan yang penting bagi anak-anak karena memberikan


mereka kesempatan untuk berlatih dan mengembangkan keterampilan serta ide-ide
mereka secara mandiri dan sesuai dengan kemampuan mereka. Aktivitas bermain sangat
bermanfaat dalam memahami perkembangan anak yang kompleks.
Menurut Piaget, bermain adalah kegiatan yang memberikan kesenangan kepada
seseorang, sering kali dilakukan secara berulang-ulang. Parten juga mengungkapkan
bahwa bermain merupakan aktivitas sosial yang menjanjikan, yang memungkinkan
anak-anak untuk bersenang-senang, mengeksplorasi, belajar, dan mengekspresikan
perasaan mereka. Melalui bermain, anak-anak dapat belajar tentang diri mereka sendiri
dan lingkungan sekitar mereka. Dockett berpendapat bahwa bermain adalah kebutuhan
yang harus dipenuhi, karena melalui bermain, pengetahuan anak bertambah dan dapat
mengoptimalkan perkembangan diri mereka. Bermain memiliki karakteristik khusus
yang membedakannya dari aktivitas bekerja dan belajar. Anak-anak sangat
membutuhkan bermain dan permainan untuk pertumbuhan dan perkembangan mereka.
Menurut Maria Sulanti (2011), bermain memiliki tujuan utama untuk
merangsang perkembangan sensorik-motorik, sosial, intelektual, kreativitas, moral,
kesadaran diri, dan sebagai bentuk terapi.

 Perkembangan sensorik-motorik
Bermain anak-anak secara aktif merupakan faktor utama dalam mengembangkan
kemampuan sensorik-motorik mereka. Melalui bermain yang aktif, penting untuk
memperkuat dan memajukan kemampuan sensorik-motorik pada bayi. Bagi anak-anak
usia toddler dan prasekolah, bermain dengan berbagai alat dapat memberikan manfaat
yang signifikan untuk perkembangan mereka. Selain itu, bermain juga berperan penting
dalam meningkatkan keterampilan motorik kasar dan halus pada anak-anak.

 Perkembangan sosial
Perkembangan sosial dapat diamati melalui kemampuan individu untuk
berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Melalui aktivitas bermain, anak-anak belajar
bagaimana memberi dan menerima dalam interaksi mereka. Saat bermain bersama orang
lain, anak-anak dapat mengembangkan hubungan sosial dan mempelajari cara
memecahkan masalah dalam konteks hubungan tersebut. Melalui bermain, anak-anak
belajar berinteraksi dengan teman-teman mereka, memahami bahasa yang digunakan,
dan memperoleh pemahaman mengenai nilai-nilai sosial yang berlaku dalam kelompok
mereka. Proses ini terutama terlihat pada anak-anak usia sekolah dan remaja. Namun,
bahkan pada anak-anak usia toddler, kehidupan sosial mereka dapat berada di luar
lingkungan keluarga mereka.

 Saat bermain, anak-anak secara aktif menjelajahi dan memanipulasi


lingkungan sekitar mereka, termasuk mengenali bentuk, warna, ukuran,
tekstur, dan objek yang dapat dibedakan. Melalui bermain, anak-anak juga
melatih keterampilan dalam memecahkan masalah. Sebagai contoh, ketika
seorang anak bermain dengan mobil mainan dan ban mobilnya lepas, anak
tersebut akan mencari cara untuk memperbaikinya, sehingga mereka belajar
bagaimana mengatasi masalah melalui eksplorasi mainan tersebut. Dalam
mencapai kemampuan ini, anak-anak akan menggunakan kemampuan berpikir
dan imajinasi mereka saat bermain. Semakin sering anak-anak mengexplore
hal ini, maka semakin berkembang kemampuan intelektual mereka.
 Dengan bermain, anak-anak dapat mengembangkan kreativitas mereka.
Kreativitas adalah kemampuan untuk menghasilkan ide-ide baru dan
mengwujudkannya dalam bentuk objek atau kegiatan. Saat bermain, anak-
anak belajar dan berusaha mewujudkan ide-ide kreatif mereka. Sebagai
contoh, ketika mereka menghancurkan dan merakit kembali mainan, hal
tersebut akan merangsang perkembangan kreativitas mereka.
 Melalui bermain, anak-anak dapat mengalami pertumbuhan moral. Mereka
belajar tentang konsep nilai-nilai yang baik dan buruk dari lingkungan sekitar
mereka, terutama dari orang tua dan guru. Saat bermain, anak-anak memiliki
kesempatan untuk menerapkan nilai-nilai ini, sehingga mereka dapat diterima
di lingkungan mereka dan belajar beradaptasi dengan aturan kelompok.
Aktivitas bermain juga membantu anak-anak mempelajari nilai-nilai moral
dan etika, mengembangkan pemahaman tentang apa yang benar dan salah,
serta belajar bertanggung jawab atas tindakan mereka.
 Bermain memungkinkan anak-anak mengembangkan kesadaran diri mereka.
Mereka belajar mengatur perilaku mereka sendiri dan mengenali kemampuan
mereka dengan membandingkannya dengan orang lain. Melalui bermain,
mereka mencoba peran baru dan mempelajari konsekuensi perilaku mereka
terhadap orang lain. Sebagai contoh, jika seorang anak mengambil mainan
temannya dan menyebabkan temannya menangis, anak tersebut akan belajar
mengembangkan perilaku yang lebih baik. Oleh karena itu, peran orang tua
sangat penting dalam menanamkan nilai-nilai moral dan etika kepada anak,
terutama dalam membantu mereka memahami dampak positif dan negatif dari
tindakan mereka terhadap orang lain.
 Sebagai terapi
Saat anak-anak menjalani perawatan di rumah sakit, mereka sering
menghadapi berbagai emosi yang tidak menyenangkan seperti takut, marah,
cemas, nyeri, dan sedih. Hospitalisasi dapat menimbulkan stres bagi mereka
karena situasi yang menegangkan di lingkungan rumah sakit. Oleh karena itu,
bermain dapat berfungsi sebagai bentuk terapi bagi anak-anak.

Melalui bermain, anak-anak dapat mengalami pembebasan dari stres dan


tekanan yang mereka rasakan. Bermain memungkinkan mereka untuk
mengalihkan perhatian dari rasa sakit melalui kegiatan yang menyenangkan
dan menghibur (distraksi), serta merasa lebih rileks dan gembira selama
bermain. Ini membantu mengurangi kecemasan dan ketegangan yang mereka
alami selama masa perawatan di rumah sakit. Bermain juga dapat memberikan
ruang bagi anak-anak untuk mengungkapkan emosi mereka secara kreatif dan
mengatasi pengalaman negatif yang mereka hadapi.

Dalam konteks rumah sakit, bermain sebagai bentuk terapi memberikan


kesempatan bagi anak-anak untuk mendapatkan dukungan emosional,
meningkatkan kualitas hidup mereka, dan mempercepat proses penyembuhan.
Aktivitas bermain yang disesuaikan dengan kondisi medis mereka juga dapat
membantu dalam rehabilitasi fisik, meningkatkan keterampilan motorik, dan
mempromosikan interaksi sosial dengan staf medis dan sesama pasien.
Dengan demikian, bermain sebagai bentuk terapi memiliki peran penting
dalam menjaga kesejahteraan dan perkembangan anak-anak yang sedang
menjalani perawatan medis.

BAB III
HASIL SURVEI
A. Pertumbuhan
Penelitian ini …………… dengan
Waktu pelaksanan kegiatan kunjungan (Field Trip) pertama pada hari Jumat, 26 Mei
2023, yang dimulai pada pukul 08.00 – selesai. Tempat pelaksanaan kegiatan Kunjungan
(Field Trip) dilaksanakan di SD Silih Asuh 2 Cirebon yang berada di Jalan Pancuran
No. 107. Dengan jumlah sampel field trip adalah 24 siswa/i, dari jumlah sampel tersebut
dilakukan nalisis dengan 7 aspek pengkajian yaitu pertumbuhan, perkembangan,
bermain, atraumatic care, anticipatory guidance, imunisasi dan kebutuhan nutrisi pada
anak sekolah. Kemudian kunjungan field trip kedua dilaksanakan pada hari Sabtu, 10
Juni 2023, yang dilaksanakan pada pukul 10.00 – s.d selesai. Dari hasil pengkajian
tersebut dapat digambarkan secara jelas sebagai berikut:

Hasil Distribusi Berdasarkan Aspek Pertumbuhan Anak sekolah

Gambar 1 Distribusi responden anak sekolah berdasarkan kebersihan rambut


Kebersihan Rambut
Sehat Tidak Sehat

100%

Gambar Distribusi responden anak sekolah berdasarkan kebersihan kulit


Kebersihan Kulit
Sehat Tidak Sehat

25%

75%

Gambar Distribusi responden anak sekolah berdasarkan kebersihan kuku


Kebersihan Kuku

29%

Sehat
Tidak Sehat

71%

Gambar Distribusi responden anak sekolah berdasarkan

B. Perkembangan
Kognitif
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN

C. Pertumbuhan

Kulit Kepala
Ya Tidak

100%

Table 1.1
tabel 1.1 dari hasil pemeriksaan kulit kepala di SDN SILIH ASUH II didapatkan hasil
masalah kulit kepala normal tidak ditemukan kulit kepala kotor ataupun penyakit yang ada di
kulit kepala.

Kulit
Ya Tidak

25%

75%

Table 1.2
Dari hasil tabel 1.2 didapatkan hasil pemeriksaan kulit SDN SILIH ASUH II 75% kulit
anak sd kelas 1-5 kulit bersih sehat dan yang ditemukan masalah kulit tidak sehat
sebesar 25%
Kelopak Mata
Ya Tidak

100%

Tabel 1.3

Dari tabel 1.3 didapatkan hasil pemeriksaan kelopak mata SDN SILIH ASUH II
dari anak kelas 1-5 100% sehat bersih dan tidak memiliki masalah Kesehatan.

Pupil

Ya
100%

Tabel 1.4

Dari tabel 1.4 didapatkan hasil pemeriksaan pupil SDN SILIH ASUH II dari anak
kelas 1-5 100% sehat bersih dan tidak memiliki masalah kesehatan

Kuku
29%

Ya
Tidak

71%

Tabel 1.5
Dari hasil tabel 1.5 didapatkan hasil pemeriksaan kulit SDN SILIH ASUH II 71%
kuku anak sd kelas 1-5 kulit bersih sehat dan yang ditemukan masalah kulit tidak
sehat sebesar 29%
Bola Mata

Ya
Tidak

100%

Tabel 1.6

Dari tabel 1.4 didapatkan hasil pemeriksaan pupil SDN SILIH ASUH II dari anak
kelas 1-5 100% sehat bersih dan tidak memiliki masalah kesehatan

Konjungtiva

Ya
Tidak

100%

Tabel 1.7
Dari tabel 1.4 didapatkan hasil pemeriksaan konjungtiva SDN SILIH ASUH II
dari anak kelas 1-5 100% sehat bersih dan tidak memiliki masalah kesehatan

Ketajaman

8%

92%

Ya Tidak

Tabel 1.8
Dari hasil tabel 1.8 didapatkan hasil pemeriksaan ketajaman mata SDN SILIH
ASUH II 92% kuku anak sd kelas 1-5 kulit bersih sehat dan yang ditemukan
masalah kulit tidak sehat sebesar 8%
D. Perkembangan
Kognitif

Kepuasan nillai
16%

Ya
Tidak

84%

Tabel 1.1
Dari hasil tabel 1.1 didapatkan hasil pemeriksaan kepuasan nilai pada siswa SDN
SILIH ASUH II dianataranya 84% nilai anak sd kelas 1-5 mendapatkan nilai yang
tinggi dan yang rendah ditemukan 16%

Kesulitan belajar
Ya Tidak

33%

67%

Tabel 1.2
Dari hasil tabel 1.2 didapatkan hasil pemeriksaan kesulitan belajar pada siswa
SDN SILIH ASUH II diantaranya 67% anak sd kelas 1-5 mengalami kesulitan
belajar dan 33% anak tidak mengalami kesulitan belajar
Kemudahan dalam memahami materi
Ya Tidak

8%

92%

Tabel 1.3
Dari hasil tabel 1.3 didapatkan hasil pemeriksaan kemudahan dalam memahami materi
pada siswa SDN SILIH ASUH II didapatkan hasil 92% anak sd kelas 1-5 mampu
memahami materi dan 8% anak tidak bisa memahami materi

Membantu dalam pengerjaan tugas sekolah di rumah

8%

Ya
Tidak

92%

Tabel 1.4

Dari hasil tabel 1.4 didapatkan hasil pemeriksaan membantu dalam penerjaan
tugas sekolah di rumah pada siswa SDN SILIH ASUH II didapatkan hasil 92%
anak sd kelas 1-5 mampu mampu membantu dalam pengerjaan tugas sekolah di
rumah dan 8% anak tidak bisa memahami materi

Keaktifan di kelas

42%

58%

Ya Tidak

Tabel 1.5
Dari hasil tabel 1.5 didapatkan hasil pemeriksaan keaktifan di kelas pada siswa
SDN SILIH ASUH II 42% anak sd kelas 1-5 mampu melakukan aktifitas di kelas
dan 58% anak tidak

Kehadiran sekolah dalam satu minggu

Ya Tidak

13%

88%

Tabel 1.6

Dari hasil tabel 1.6 didapatkan hasil pemeriksaan kehadiran sekolah dalam satu
minggu pada siswa SDN SILIH ASUH II 87% anak sd kelas 1-5 mampu hadir di
sekolah dalam satu minggu dan 13% anak tidak mampu hadir di sekolah dalam
satu minggu

Dapat membedakan angka dan huruf

Ya
Tidak

100%

Tabel 1.7

Dari hasil tabel 1.7 didapatkan hasil pemeriksaan dapat membedakan angka dan
huruf pada siswa SDN SILIH ASUH II 100% anak sd kelas 1-5 dapat
membedakan angka dan huruf dan 0% anak tidak dapat membedakan angka
dan huruf .
Bahasa
Penggunaan bahasa indonesia selama di sekolah

88%

13%

Ya Tidak

Tabel 1.8
Dari hasil tabel 1.8 didapatkan hasil pemeriksaan bahwa pada siswa/i SDN SILIH
ASUH sekitar 88 % anak SD kelas 1-5 menggunakan Bahasa Indonesia selama di
sekolah dan yang tidak menggunakan Bahasa Indomesia sekitar 13 %

Chart Title

79%

80%
70%
60%
50%
40%
21%
30%
20%
10%
0%
Ya Tidak

Chart Title

75%

80%
70%
60%
50%
25%
40%
30%
20%
10%
0%
Ya Tidak

Chart Title

83%

17%

Ya Tidak
Chart Title

54%

46%

Ya Tidak

Chart Title

75%

25%

Ya Tidak

Chart Title

100%
90%
80%
70%
60% 92%
50%
40%
30%
20%
8%
10%
0%
Ya Tidak

Chart Title

100%

0%
Ya Tidak

Sosio
Chart Title

71%
80%

70%

60%

50%

40% 29%

30%

20%

10%

0%
Ya Tidak
Kebiasaan membantu teman

8%
Tidak

92%
Ya

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%

Dari hasil tabel didapatkan hasil pemeriksaan bahwa siswa/i SDN 2 SILIH ASUH kelas
1 -5 sekitar 92 % anak-anak mempunyai kebiasaan membantu teman dan yang tidak
memiliki kebiasaan membantu teman sekitar 8%

Respon melerai saat teman bertengkar


Ya Tidak

8%

92%

Dari hasil tabel didapatkan hasil pemeriksaan bahwa siswa/i SDN 2 Silih Asuh kelas 1-5
sekitar 92% bahwa anak-anak memiliki respon melerai saat teman bertengkar 92% dan
yang tidak memiliki respon saat melerai temanya yang bertengkar 8%

Mempunyai teman di sekolah


4%

96%

Ya Tidak

.
Dari hasil tabel didapatkan hasil pemeriksaan bahwa siswa/i SDN 2 Silih Asuh 1-5
sekitar 96% bahwa anak-anak mempunyai teman di sekolah dan yang tidak memiliki
teman 4%
Me mp u n y a i te ma n d i r u m ah

71% 29%

Ya Ti d ak

Dari hasil tabel didapatkan hasil pemeriksaan bahwa siswa/i SDN 2 Silih Asuh 1-5
sekitar 71%
Sikap baik di kelas

0%
Tidak

100%
Ya

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%

Sikap baik di rumah


8%

92%

Ya Tidak

Kesadaran untuk meminta maaf

100%
90%
80%
70%
67% 33%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
Ya Tidak

E. Bermain
F. Atraumatic Care
G. Anticiptory Guaidance
H. Imunisasi
I. Nutrisi
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran
a. Bagi Profesi Perawat
Memberikan pelyanan Kesehatan kepada anak dengan mengutamakan
prinsip atraumatic care. Memotivasi keluarga yang memiliki anggoata anak
sekolah untuk lebih memperhatikan tumbuh kembangnya. Menjelaskan
kepada keluarga dan masyarakat bahwa keluarga menjadi peran penting
dalam upaya peningkatan kwalitas tumbuh kembang remaja dalam
pencapaian identitas diri.
b. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai metode belajar diharapkan institusi pendidikn Menyusun
program Kesehatan anak dan menjalin Kerjasama dengan pelayanan
Kesehatan terkait.
c. Bagi Mahasiswa
Diharapkan mahasiswa dapat mengembangkan dan memodifikasi lebih
baik dalam pengamatan pertumbuhan serta perkembangan anak di
masyarakat luas.
d. Bagi Masyarakat
Diharapkan keluarga dapat memantau pertumbuhan dan perkembangan
anak, sehingga segala spek terpenuhi.
Lampiran 2 Rekapitulasi Daftar Hadir II

No. Nama Jenis Kelamin Kelas


P/L
1. Arsifa Nedya Saputri P 1
2. Anisa Zahara P 1
3. Adeeva Avshen Meysha P 1
4. Aqillah Ramandinanuroman P 1
5. Afzal Zinan P 1
6. Aditya Rifki Hamizah L 1
7. Qinanti AK P 2
8. Adilah P 2
9. Maulana Malik Ibrahim L 2
10. Arjuna Wisesa Kurniawan L 2
11. Anindya Allea P 2
12. Elmira Vania Kirana P 2
13. Zendra Abiyu L 4
14. Mutiya Sari P 4
15. Atiqah Fairuz Jamine P 4
16. Albiyan Pradinegara L 4
17. Nafisah Zahipa Mulyana P 4
18. Atar Abdilah. P L 4
19. Zian Aulia P 5
20. Galang Syahputra L 5
21. Zaltan Zaller Amalah L 5
22. Ainun Bilqis P 5
23. Naurah Vania P 5
24. Reyna Nabila. N P 5
LAMPIRAN

Jadwal Kegiatan

Hari/ Tanggal Pukul Kegiatan


Jum’at, 26 Mei 2023 07.00 – 07.20 - kumpul di kampus
07.25 - berangkat
07.50 - sampai di SD Silih Asuh 2
08.00 – 08.15 - brefing
08.15 – 08.25 - masuk kelas dan perkenalan
08.25 – 08.40 - edukasi mencuci tangan 6 langkah
08.40 – 10.10 - Pengukuran tinggi badan
- Penimbangan berat badab
- Pengukiuran LILA
- Pengukuran lingkar kepala
- Tes pengelihatan menggunakan Snellen
test
- Pengecekan kebersihan mulut dan gigi
- Tes pendengaran menggunakan Garpu
Tala
- Pengisian kuesioner kognitif, Bahasa, dan
10.10 – 10.15 sosioemosional
10.15 – 10.30 - pembagian hadiah
10.30 – 10.35 - senam banana chacha
10.35 - edukasi cuci tangan
- selesai

Sabtu, 10 Juni 2023 08.30 – 08.40 - Kumpul di kampus


08.45 - Berangkat
09.10 - Sampai di SD Silih Asuh 2
09.15 – 09.25 - Perkenalan
09.25 – 09.50 - Wawancara orang tua
09.50 – 10.20 - Pemeriksaan tekanan darah
10.20 - Selesai

METODE
Observasi ini dilaksanakan di SD Silih Asuh 2 Cirebon pada kelas 1, 2, 4 dan 5 tahun
2023 yang berada Jl. Pancuran, Sukapura, Kec. Kejaksan, Kota Cirebon Prov. Jawa Barat.
Sekolah ini terletak di dalam perkotaan, kondisi sekolah ini termasuk dalam kategori
baik dalam segi fasilitas yang cukup memadai. Disana terdapat kantin sekolah, ruang
guru, lapangan dan UKS.

SD Silih Asuh 2 Cirebon memiliki ruang kelas cukup yaitu kelas I-VI. Di dalam kelas
banyak terdapat gambar hasil dari kreatifitas siswa, ada gantungan map yang berisi hasil
evaluasi siswa.

Tabel 1. Jadwal observasi penelitian tentang pertumbuhan dan perkembangan peserta


didik
No Hari/ Tanggal Pukul Kegiatan Kelas
1 Jum’at, 26 Mei 08.00 - 11.00 - Pengukuran tinggi Kelas 1, 2, 4 dan 5
2023 badan
- Penimbangan berat
badab
- Pengukiuran LILA
- Pengukuran lingkar
kepala
- Tes pengelihatan
menggunakan Snellen
test
- Pengecekan kebersihan
mulut dan gigi
- Tes pendengaran
menggunakan Garpu
Tala
- Pengisian kuesioner
kognitif, Bahasa, dan
sosioemosional
2 Sabtu. 10 Juni 2023 09.00 – 10.00 - Wawancara dengan Kelas 1, 2, 4 dan 5
orang tua murid
- Pengecekan tekanan
darah
Objek penelitan ini merupakan siswa dan siswi pada kelas 1, 2, 4, dan 5 di SD
Silih Asuh 2 Cirebon. Siswa dan siwi atau seluruh murid pada kelas 1, 2, 4, dan 5
memiliki perkembangan kognitif, Bahasa, dan sosioemosional yang berbeda-beda dari
setiap anak pada setiap kelas. Pada proses dan hasil belajarnya, setiap anak memiliki
tingkat pemahaman yang tentunya memiliki perbedaan, begitu pula dengan hasil dari
proses pembelajaran yang dilakukan. Pada proses belajar hampir semua murid tidak
mengalami kesulitan yang berarti, semua penjelasan dari guru dapat dipahami oleh
murid-muridnya.
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/ subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oeh penelitian untuk
dipelajari dan kemudin ditarik kesimpulan (Sugiyono: 2014: 80). Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas 1, 2, 4, dan 5 SD Silih Asuh 2 sejumah 4 yang
terdiri dari siswa, yaitu:
1. kelas 1 jumlah siswa 6 siswa
2. kelas 2 jumlah siswa 6 siswa
3. kelas 4 jumlah siswa 6 siswa
4. kelas 5 jumlah siswa 6 siswa
Instrumen yang digunakan adalah wawancara yang terdiri dari pertanyaan kepada
masing-masing orang tua dan siswa di kelas 1,2,4 dan 5.Teknik instrumen dalam
pengambian sampel penelitian ini menggunakan Kuesioner atau Angket yaitu instrumen
penelitian atau riset yang menggunakan pendekatan kuantitatif. Adapun sampel dalam
penelitian ini terdiri dari atas kelas 1, 2, 4, dan 5 dengan masing-masing sejumlah 6
siswa yang akan dijadikan sebagai kelas penelitian kami. Adapun angket dari
pertanyaan kami untuk guru dan siswa.

Table 2. Angket Pertanyaan Siswa


No Pertanyaan Ya Tidak
Koognitif
1. Apakah nilai yang kamu dapat selama ini sudah
memuaskan?
2. Apakah ada kesulitan saat kamu belajar?
3. Apakah materi yang disampaikan oleh guru mudah untuk
di fahami?
4. Apakah ada yang membantu kamu mengerjakan tugas
sekolah di rumah?
5. Apakah selama ini kamu selalu aktif di kelas saat
pembelajaran sedang berlangsung?
6. Apakah kamu rajin masuk sekolah dalam satu minggu?
7. Apakah kamu bisa membedakan angka dan huruf?
Bahasa
1. Apakah kamu menggunakan bahasa indonesia selama
pembelajaran berlangsung?
2. Apakah kamu menggunakan bahasa daerah selama
pembelajaran berlangsung? (Sunda, Jawa, dll)
3. Apakah di rumah kamu menggunakan bahasa daerah?
( Sunda, Jawa, dll)
4. Apakah di rumah kamu menggunakan bahasa indonesia?
5. Apakah semua teman kamu selalu menggunakan bahasa
daerah selama ada di sekolah? ( Sunda, Jawa, dll)
6. Apakah semua teman kamu selalu menggunakan bahasa
indonesia selama di sekolah?
7. Apakah selama mengajar guru selalu menggunakan
bahasa daerah? (Sunda, Jawa, dll)
8. Apakah selama mengajar guru selalu menggunakan
bahasa indonesia?
Sosioemosional
1. Apakah kamu sering bertengkar dengan temanmu?
2. Apakah kamu pernah membantu temanmu saat dalam
kesulitan?
3. Saat melihat temanmu bertengkar, apakah kamu
membantu melerai mereka?
4. Apakah kamu punya banyak teman di kelas?
5. Apakah kamu punya banyak teman di rumah?
6. Apakah kamu bersikap baik kepada teman di kelas?
7. Apakah kamu bersikap baik kepada teman di rumah?
8. Apakah kamu tidak akan meminta maaf ketika memiliki
permasalahan dengan teman?

Cara pengolahan instrument dilakukan dengan merencanakan aspek-aspek


yang harus tercantum sesuai dengan indikator kognitif, bahasa dan sosioemosional
sebagai penentu pembuatan instrumen. Dalam observasi ini isntrumen beruapa angket
pertanyaan dan observasi secara langsung. Hasil dari pengamatan dan angket pertanyaan
di olah dengan cara pendeskripsian.
HASIL DAN PEMBAHASAN

REGISTRASI KEGIATAN KESEHATAN ANAK USIA SEKOLAH


NAMA SEKOLAH: SDN SILIH ASUH 2
Hasil Penjaringan Kesehatan dan Pemeriksaan Berkala
Pemeriksaan Status Gizi Self Hygiene Pemeriksaan Mata
Tinggi Berat LI LK IMT Kulit Ku Ku Bola Kelo Konju Pupi Taja
No Nama Um Kls Jns bdn bdn LA (cm) (ket) kpl & lit ku mat pak ngtiva, l m
. r Klm (cm) (kg) (c rmbt a mat Sclera Pengl
(th (L/P) m) a & ihata
n) Kornea n
1. Arsifa Nedya Saputri 7 1 P 119 18 17 53 SK S S TS N N N N N
2. Anisa Zahara 7 1 P 132 33 23 51 N S S S N N N N N
3. Adeeva Avshen Meysha 7 1 P 140 40 24 56 N S S S N N N N
4. Aqillah Ramandinanuroman 6 1 P 126 21 18 51 SK S S TS N N N N N
5. Afzal Zinan 7 1 L 120 20 18 53 SK S S S N N N N
6. Aditya Rifki Hamizah 7 1 L 126 23 19 52 SK S TS S N N N N
7. Qinanti AK 8 2 P 137 42 25 57 N S S S N N N N N
8. Adilah 8 2 P 122 16 17 52 SK S S S N N N N N
9. Maulana Malik Ibrahim 8 2 L 135 43 26 54 N S S TS N N N N N
10. Arjuna Wisesa Kurniawan 9 2 L 129 22 18 53 SK S TS TS N N N N N
11. Anindya Allea 8 2 P 120 20 18 51 SK S S S N N N N N
12. Elmira Vania Kirana 8 2 P 117 18 17 54 SK S S S N N N N N
13. Zandra Abiyu 10 4 L 145 49 28 56 N S S S N N N N TN
14. Mutiya Sari 10 4 P 135 22 20 53 SK S S TS N N N N N
15. Atiqah Fairuz Jamine 10 4 P 146 39 22 55 N S S S N N N N TN
16. Albiyan Pradinegara 10 4 L 136 27 18 52 N S TS S N N N N N
17. Nafisah Zahipa Mulyana 10 4 P 149 39 22 55 K S S S N N N N TN
18. Atar Abdilah. P 9 4 L 137 40 24 53 N S TS TS N N N N N
19. Zian Aulia 11 5 P 156 34 19 57 SK S S S N N N N TN
20. Galang Syahputra 10 5 L 163 55 23 62 N S TS TS N N N N TN
21. Zaltan Zaller Amalah 11 5 L 134 21 16 50 SK S S S N N N N TN
22. Ainun Bilqis 11 5 P 135 29 20 54 SK S S S N N N N N
23. Naurah Vania 10 5 P 141 37 23 54 N S TS S N N N N N
24. Reyna Nabila. N 11 5 P 148,5 41 20 55,5 N S S S N N N N N
Hasil Penjaringan Kesehatan dan Pemeriksaan Berkala
Pemeriksaan Kes Gigi & Gusi Pemakaian Alat Pemeriksaan Kesehatan Jasmani
Pendengaran Bantu
N Teling Tajam Gigi Gigi Kar Gigi Gigi Gigi Pen Pende Kur
O a luar pende Berlu Koto ang Tera Sus Teta glih ngara si
ngaran bang r Gigi tur u p atan n roda
1. T T Y T T T 4 T T T
2. T T Y Y Y T 6 T T T
3. T T Y T T T 4 T T T
4. T T Y T T Y 1 T T T
5. T T T T T
6. T T T T T Y 2 T T T
7. T T T T Y Y T T T
8. T T Y T T T 0 T T T
9.
10. T T Y Y Y Y 0 T T T
11. T T Y T T Y 4 T T T
12. T T Y Y Y T 2 T T T
13. T T T Y T Y 2 T T T
14. T T Y T T Y 5 T T T
15. T T Y Y Y T T T T
16. T T T Y Y Y 4 T T T
17. T T T Y Y T T T T
18. T T Y Y Y Y T T T
19. T T Y T T T 2 T T T
20. T T T T T Y T T T
21. T T Y T T Y T T T
22. T T Y Y T Y T T T
23.
24.
Ku
U Jns Hasil Perkembangan Anak Sekolah
mr klm No. Pertanyaan
No. Nama (th Kl (L/ Kognitif (Y/T) Bahasa (Y/T) Sosialemosional (Y/T)
n) s P) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
1. Arsifa Nedya Saputri 7 1 P Y Y Y Y T Y Y Y T T Y T Y T Y T T T T Y Y Y Y
2. Anisa Zahara 7 1 P Y T Y T Y T Y Y Y T Y T Y T Y T T Y Y Y Y T Y
3. Adeeva Avshen Meysha 1 P Y T Y T Y Y Y Y T Y Y T Y T Y T Y Y Y Y Y Y Y
4. Aqillah 6 1 P Y T Y Y Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y Y Y T Y T Y
Ramandinanuroman
5. Afzal Zinan 1 L Y Y Y T Y Y Y Y T Y Y T Y T Y T Y Y Y T Y Y T
6. Aditya Rifki Hamizah 1 L Y Y Y Y T Y Y Y T T Y Y Y T T Y Y Y Y Y Y Y Y
7. Qinanti AK 8 2 P Y T Y Y T Y Y Y T T Y Y Y T Y T Y Y Y T Y Y Y
8. Adilah 8 2 P Y T Y Y Y T Y Y T T Y T Y T Y T Y Y Y Y Y Y Y
9. Maulana Malik Ibrahim 8 2 L Y Y Y Y T Y Y Y T T Y Y Y T Y Y Y Y Y T Y Y Y
10. Arjuna Wisesa Kurniawan 9 2 L Y Y Y T Y Y Y Y T T Y T Y T Y T Y Y Y Y Y Y Y
11. Anindya Allea 8 2 P Y Y Y Y Y Y Y Y T T Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y
12. Elmira Vania Kirana 8 2 P Y Y Y Y Y Y Y Y T T Y Y Y T Y T Y Y Y Y Y Y T
13. Zandra Abiyu 10 4 L T T Y T T Y Y T Y T Y Y T T Y T Y Y Y T Y Y T
14. Mutiya Sari 10 4 P Y Y Y Y T Y Y Y Y Y Y Y Y T Y Y Y Y Y Y Y Y Y
15. Atiqah Fairuz Jamine 10 4 P Y T Y Y T Y Y Y T Y Y T Y T Y Y Y Y Y Y Y Y Y
16. Albiyan Pradinegara 10 4 L Y Y T T T Y Y Y Y Y T Y T T Y T Y Y Y Y Y Y Y
17. Nafisah Zahipa Mulyana 10 4 P Y Y Y T T Y Y Y T T Y Y T T Y Y Y Y Y Y Y Y T
18. Atar Abdilah. P 9 4 L Y Y T Y T Y Y T T T Y Y T Y Y T Y Y Y Y Y Y Y
19. Zian Aulia 5 P Y Y Y T T Y Y Y T Y T T Y T Y T Y Y Y T Y Y T
20. Galang Syahputra 5 L T T Y Y Y Y Y Y T T Y T Y T Y T Y Y Y Y Y Y T
21. Zaltan Zaller Amalah 11 5 L Y Y Y T T Y Y Y T T Y Y T T Y T Y Y Y Y Y Y T
22. Ainun Bilqis 5 P T Y Y Y T Y Y Y T T T T T T Y Y Y Y Y Y Y Y Y
23. Naurah Vania 10 5 P Y Y Y Y Y Y Y Y T T Y T Y T Y T Y T Y Y Y Y T
24. Reyna Nabila. N 11 5 P Y Y Y T T Y Y Y T Y T T Y T Y T Y Y Y T Y Y T
ORTU

U Jns
mr klm
No. Nama Orang Tua Nama Siswa (th Kl (L/ Gejala Masalah Hiperak Masalah Pr Total
n) s P) Emosi Perilaku tif (H) Teman Kesuli
onal (C) Sebaya tan
(E) (P)
(N/B/
AB)
1. Sunengsih Arsifa Nedya Saputri 7 1 P B N AB N N B
2. Anisa Zahara 7 1 P
3. Dinar Triyani Adeeva Avshen Meysha 1 P N N N AB N N
4. Aqillah 6 1 P
Ramandinanuroman
5. Afzal Zinan 1 L
6. Aditya Rifki Hamizah 1 L
7. Sundari Kinanti AK 8 2 P N AB N AB N N
8. Adilah 8 2 P
9. Wiwit Badriani Maulana Malik Ibrahim 8 2 L AB B AB AB N AB
10. Lindawati Arjuna Wisesa Kurniawan 9 2 L N N N AB N B
11. Anindya Allea 8 2 P
12. Elmira Vania Kirana 8 2 P
13. Eni Rahayu Zandra Abiyu 10 4 L B N N AB N N
14. Mutiya Sari 10 4 P
15. Atiqah Fairuz Jamine 10 4 P
16. Teti. S Albiyan Pradinegara 10 4 L N B N AB N B
17. Susilawati Nafisah Zahipa Mulyana 10 4 P AB B N AB N B
18. Atar Abdilah. P 9 4 L
19. Eti Rohaeti Zian Aulia 5 P N N N AB N N
20. Galang Syahputra 5 L
21. Zaltan Zaller Amalah 11 5 L
22. Ratna Murniasih Ainun Bilqis 5 P N N AB AB N B
23. Naurah Vania 10 5 P
24. Reyna Nabila. N 11 5 P
Kognitif
Jenis data yang kita olah berasal dari angket atau kuisioner yang dibagikan oleh
mahasiswa kepada siswa dan orang tua siswa, serta pengamatan di jadikan pedoman
untuk memproses sebagai hasil penelitian. Berdasarkan hasil pengamatan, wawancara
(bertanya langsung kepada orang tua siswa dan siswa).
Tabel 4. Populasi kelas 1, 2, 4 dan 5 SD Silih Asuh 2 Cirebon
Kelas
Jumlah Siswa Siswa laki-laki Siswa perempuan
1 6 2 4
2 6 2 4
4 6 3 3
5 6 2 4

1. Apakah nilai yang kamu dapat selama ini sudah memuaskan?


16

14

12

10
Laki-laki
8 Perempuan

0
Ya Tidak

Bahasa
Bahasa merupakan salah satu faktor mendasar yang membedakan manusia dengan
hewan. Bahasa sebagai anugrah dari sang pencipta memungkinkan individu dapat hidup
bersama dengan orang lain, membantu memecahkan masalah, dan memposisikan diri
sebagai makhluk yang berbudaya. Pada manusia, bahasa merupakan suatu sistem simbol
untuk berkomunikasi dengan orang lain, meliputi daya cipta dan sistem suara. Bahasa
digunakan manusia sebagai alat komunikasi. Sebagai alat komunikasi bahasa mencakup
dua hal, yakni isyarat bermakna dan bunyi. Di setiap daerah yang ada di Indonesia
memiliki bahasa daerah masing-masing yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
SDN Silih Asuh 2 terletak di Kota Cirebon, namun walaupun begitu, hal tersebut tidak
membuat proses KBM menggunakan Bahasa Cirebon. Pengajar di sekolah tersebut tetap
menggunakan Bahasa Indonesia, begitu pula dengan muridnya yang fasih berbahasa
Indonesia karena di rumah serta lingkungan sekolah menggunakan Bahasa Indonesia.
PERKEMBANGAN BAHASA ANAK USIA SEKOLAH (6-12 TAHUN)
DI SDN SILIH ASUH 2 CIREBON

Bahasa Indonesia Bahasa Cirebon Bahasa Sunda

Data yang membentuk diagram di gambar diambil dari pengamatan secara


langsung pada saat observasi dan juga informasi yang kami dapatkan dari siswa kelas 1,
2, 4 dan 5 di SDN Silih Asuh 2 Pada diagram diatas menunjukan presentase penggunaan
bahasa yang sering digunkan oleh murid kelas 1, 2, 4, dan 5 di SDN Silih Asuh 2 antara
lain yaitu bahasa daerah Cirebon dan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia ( %)
merupakan bahasa sehari- hari yang di gunakan oleh murid/peserta didik baik berbicara
di dalam kelas maupun di rumah dengan teman-temanya. Bahakan pada saat
pembelajaran berlangsung di dalam kelas guru selalu menggukan bahasa Indonesia pada
saat berbicara dengan murid, Bahasa Cirebon (%) dan Bahasa Sunda ( %) merupakan
bahasa yang kurang sering digunakan, penggunaan bahasa Cirebon dan Sunda di SDN
Silih Asuh 2 biasanya hanya digunakan pada saat murid berbicara dengan temannya.

Sosio-emosional
Kecerdasan sosio-emosional merupakan kemampuan indivdiu untuk memahami,
mengenali dan mengendalikan kondisi emosi dirinya danorang lain agar mampu
berinteraksidengan baik terhadap lingkungansosialnya. Atau bisa dikatakan sosio –
emosional merupakan penyesuain anak di tingat kepekaanya untuk memahami perasaan
ketia ia sedang berinteralsi dengan lingkungan sosialnya.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada siswa kelas 1,2,4 dan 5
melalui angket atau kuisioner dan juga pengamatan secara langsung. Kami mendapat
hasil yaitu perkembangan sosio-emosional anak di kelas 1,2,4 dan 5 pada kegiatan
belajar pada kelas dan diluar kelas pada saat bermain dengan teman sebayanya cukup
baik. Dimana setiap anak dapat berinteraksi dengan baik dan juga sering dijumpai
peserta didik membantu peserta didik yang lan. Baik saat kesulitan beljar dengan
menjelasn kembali materi yang tidak dapat dipahami oleh peserta didik lain, atau juga
membantu peserta didik lain (temanya) saat tidak memiliki alat tulis dengan cara
meminjaminya. Dalam keadaan saat proses KBM, hampir seluruh anak mengatakan
bahwa dirinya suka menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh guru dan hal tersebut
merupakan pertanda bahwa mereka cukup aktif di kelas saat KBM. Namun, ada pula
beberapa murid yang memilih tidak terlalu aktif saat proses KBM berlangsung karena
merasa malu.
BAB 3
PENUTUP
SIMPULAN
Perkembangan belajar merupakan berubahnya perilaku seseorang akibat
pengalaman yang dimana pengalaman tersebut merupkan hasil dari belajar. Yang dimna
pada prosesnya hasil belajar dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu 1) fator inten yang bersal
dari dalam diri siswa dan 2) faktor ekstern yang bersal dari luar diri siswa meliputi
lingkungan siswa belajar atu kelas dan juga sekolah (tempat peserta didik belajar),
lingkungan keluarga, lingkungan sosial, guru, pelaksanaan pembelajaran dan teman
sekolah. siswa kelas 1, 2, 4 dan 5 di SDN Silih Asuh 2 Pada diagram diatas menunjukan
presentase penggunaan bahasa yang sering digunkan oleh murid kelas 1, 2, 4, dan 5 di
SDN Silih Asuh 2 antara lain yaitu bahasa daerah Cirebon dan bahasa Indonesia.Hasil
wawancara yang dilakukan kepada siswa kelas 1,2,4 dan 5 melalui angket atau kuisioner
dan juga pengamatan secara langsung. Kami mendapat hasil yaitu perkembangan sosio-
emosional anak di kelas 1,2,4 dan 5 pada kegiatan belajar pada kelas dan diluar kelas
pada saat bermain dengan teman sebayanya cukup baik.
LAMPIRAN

1. FORMULIR PEMERIKSAAN FISIK


I. IDENTITAS ANAK USIA SEKOLAH
Nama :
Tanggal Lahir :
Umur :
Jenis Kelamin :
Nama Orang Tua :
Kelas :

II. PEMERIKSAAN FISIK


A. Pemeriksaan Status Gizi
Berat badan = cm
Tinggi badan = cm
LILA = cm
Lingkar Kepala = cm
Kategori status gizi
IMT (BB/TB) =
*Keterangan =
B. Self Hygine
Kulit kepala dan rambut =
Kulit =
Kuku =

III. PENGLIHATAN
Pemeriksaan Mata =
Bola mata =
Kelopak mata =
Konjungtiva, sclera, & kornea =
Pupil =
Tajam Penglihatan =

IV. PENDENGARAN
Telinga Luar = Sehat/Infeksi
Tajam Pendengaran = Normal/Ada Gangguan

V. KESEHATAN GIGI DAN GUSI


A. Gigi berlubang = Ya/Tidak
B. Gigi kotor = Ya/Tidak
C. Karang gigi = Ya/Tidak
D. Susunan gigi depan tidak teratur = Ya/Tidak
E. Gigi susu =
F. Gigi tetap =
VI. PEMAKAIAN ALAT BANTU
A. Penglihatan = Ya/Tidak
B. Pendengaran = Ya/Tidak
C. Kursi roda = Ya/Tidak

2. PEMERIKSAAN KESEHATAN DENGAN MENGGUNAKAN KUESIONER


I. RIWAYAT KESEHATAN ANAK
A. Alergi (sebutkan alerginya) = Ya/Tidak
B. Pernah mengalami cedera/trauma = Ya/Tidak
C. Riwayat pingsan = Ya/Tidak
D. Riwayat kelainan = Ya/Tidak

II. PERILAKU BERISIKO


A. Apakah kamu sarapan =Ya/Tidak
B. Apakah kkamu jajan di sekolah = Ya/Tidak
C. Apakah kamu beresiko meroko = Ya/Tidak
D. Apakah orang tua/keluarga ada yang meroko = Ya/Tidak
E. Apakah orang tua/keluarga di rumah ada yang minum beralkohol dan
NAPZA= Ya/Tidak

III. KESEHATAN REPRODUKSI ( UNTUK KELAS 5)


Kesehatan Reproduksi
a. Perempuan
1) Apakah kamu sudah mengalami menstruasi? = Ya/Tidak
2) Berapakah usia kamu saat menstruasi? = Ya/Tidak
3) Apakah menstruasi kamu teratur setiap bulan? = Ya/Tidak
4) Apakah pada saaat menstruasi disertai sakit perut hebat? = Ya/Tidak
5) Apakah kamu pernah mengalami keputihan? = Ya/Tidak
6) Apakah kamu pernah mengalami gatal-gatal di sekitar daerah kemaluan? =
Ya/Tidak
7) Apakah kamu pernah disentuh secara paksa pada bagian vital tubuhmu? =
Ya/Tidak
(alat kelamin/payudara/bokong)
b. Laki-laki
1) Apakah kamu pernah mimpi basah? = Ya/Tidak
2) Apakah kamu pernah mengalami kencing kental seperti susu/nanah? =
Ya/Tidak
3) Apakah kamu pernah mengalami gatal-gatal di sekitar kemaluan? =
Ya/Tidak
4) Apakah kamu pernah disentuh secara paksa pada bagian vital tubuhmu? =
Ya/Tidak
(alat kelamin/payudara/bokong)
3. KUESIONER PERKEMBANGAN ANAK SEKOLAH
Nama :
Kelas :
Jenis kelamin :
Usia :
Agama :

Petunjuk Pengisian
No Pertanyaan ya Tidak
Koognitif
1. Apakah nilai yang kamu dapat selama ini sudah
memuaskan?
2. Apakah ada kesulitan saat kamu belajar?
3. Apakah materi yang disampaikan oleh guru mudah untuk
di fahami?
4. Apakah ada yang membantu kamu mengerjakan tugas
sekolah di rumah?
5. Apakah selama ini kamu selalu aktif di kelas saat
pembelajaran sedang berlangsung?
6. Apakah kamu rajin masuk sekolah dalam satu minggu?
7. Apakah kamu bisa membedakan angka dan huruf?
Bahasa
1. Apakah kamu menggunakan bahasa indonesia selama
pembelajaran berlangsung?
2. Apakah kamu menggunakan bahasa daerah selama
pembelajaran berlangsung? (Sunda, Jawa, dll)
3. Apakah di rumah kamu menggunakan bahasa daerah?
( Sunda, Jawa, dll)
4. Apakah di rumah kamu menggunakan bahasa indonesia?
5. Apakah semua teman kamu selalu menggunakan bahasa
daerah selama ada di sekolah? ( Sunda, Jawa, dll)
6. Apakah semua teman kamu selalu menggunakan bahasa
indonesia selama di sekolah?
7. Apakah selama mengajar guru selalu menggunakan
bahasa daerah? (Sunda, Jawa, dll)
8. Apakah selama mengajar guru selalu menggunakan
bahasa indonesia?
Sosioemosional
1. Apakah kamu sering bertengkar dengan temanmu?
2. Apakah kamu pernah membantu temanmu saat dalam
kesulitan?
3. Saat melihat temanmu bertengkar, apakah kamu
membantu melerai mereka?
4. Apakah kamu punya banyak teman di kelas?
5. Apakah kamu punya banyak teman di rumah?
6. Apakah kamu bersikap baik kepada teman di kelas?
7. Apakah kamu bersikap baik kepada teman di rumah?
8. Apakah kamu tidak akan meminta maaf ketika memiliki
permasalahan dengan teman?
1. Kuesioner ini semata-mata keperluan akademis atau penelitian
2. Baca dan jawablah semua pertanyaan secara teliti dan jujur, kerahasiaan jawaban
dijaga
3. Beri tanda (V) pada pilihan yang telah disediakan dalam setiap pertanyaan
4. Berikut, adapun kriteria jawaban adalah sebagai berikut :
a. Ya
b. Tidak

4. KUESIONER ORANG TUA


I. IDENTITAS ORANG TUA
Nama =
Orang tua dari anak/kelas =
Alamat =

II. IMUNISASI
a. Campak (1 SD) =
b. Td (2 dan 5 SD) =
c. DT (1 SD) =
d. Imunisasi Tambahan =

III. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA


Sebutkan =

IV. KUESIONER KEKUATAN DAN KESULITAN PADA ANAK


Strength and Difficulties Questionnaire (SDQ) Usia 6 – 10 thn

Untuk setiap pernyataan, lingkari pada kotak kolom sesuai dengan pilihan
anda, sebagaimana yang terjadi pada diri anak usia sekolah dan remaja anda
selama enam bulan terakhir (semua harus dijawab !!)

Kode Skor Skor


No. Pertanyaan Anak
Tidak Agak Benar
Benar Benar

1 Dapat memperdulikan perasaan orang lain Pr 1 1 2


2 Gelisah, terlalu aktif, tidak dapat diam H 1 0 1 2
untuk waktu lama
3 Sering mengeluh sakit kepala, sakit perut E 1 0 1 2
atau sakit-sakit lainnya
4 Kalau mempunyai mainan, kesenangan, Pr 2 0 1 2
atau pensil, anak bersedia berbagi dengan
anak-anak lain
5 Sering sulit mengendalikan kemarahan C1 0 1 2
6 Cenderung menyendiri, lebih suka P 1 0 1 2
bermain seorang diri
7 Umumnya bertingkah laku baik, biasanya C 2 2 1 0
melakukan apa yang disuruh oleh orang
dewasa
8 Banyak kekhawatiran atau sering tampak E 2 0 1 2
khawatir
9 Suka menolong jika seseorang terluka, Pr 3 0 1 2
kecewa atau merasa sakit
10 Terus menerus bergerak dengan resah H2 0 1 2
atau menggeliat-geliat
11 Mempunyai satu atau lebih teman baik P2 2 1 0
12 Sering berkelahi dengan anak-anak lain C3 0 1 2
atau mengintimidasi mereka
13 Sering merasa tidak bahagia, sedih atau E3 0 1 2
menangis
14 Pada umumnya disukai oleh anak-anak P3 2 1 0
lain
15 Mudah teralih perhatiannya, tidak dapat H3 0 1 2
berkonsentrasi
16 Gugup atau sulit berpisah dengan E4 0 1 2
orangtua/pengasuhnya pada situasi baru,
mudah kehilangan rasa percaya diri
17 Bersikap baik terhadap anak-anak yang Pr 4 0 1 2

lebih muda
18 Sering berbohong atau berbuat curang C4 0 1 2

19 Diganggu, di permainkan, di intimidasi P4 0 1 2


atau di ancam oleh anak-anak lain
20 Sering menawarkan diri untuk membantu Pr 5 0 1 2
orang lain (orang tua, guru, anak-anak
lain)
21 Sebelum melakukan sesuatu ia berpikir H4 2 1 0
dahulu tentang akibatnya
22 Mencuri dari rumah, sekolah atau tempat C 5 0 1 2

lain
23 Lebih mudah berteman dengan orang P5 0 1 2
dewasa daripada dengan anak-anak lain
24 Banyak yang ditakuti, mudah menjadi E5 0 1 2

takut
25 Memiliki perhatian yang baik terhadap H5 2 1 0
apapun, mampu menyelesaikan tugas atau
pekerjaan rumah sampai selesai
* E = emotional; C = conduct problems; H = hyperactivity; P = peer problem, Pr =
prosocial

Kesehatan Mental
Diisi N : jika anak usia sekolah mendapatkan skor
Gejala Emosional Gangguan Emosional normal
1. (E) Diisi B : jika anak usia sekolah mendapatkan skor
Gangguan Emosional borderline
Diisi AB : jika anak usia sekolah mendapatkan skor
Gangguan Emosional abnormal
Diisi N : jika anak usia sekolah mendapatkan skor
Masalah Perilaku normal
Masalah Perilaku
2. Diisi B : jika anak usia sekolah mendapatkan skor
(C)
Masalah Perilaku borderline
Diisi AB : jika anak usia sekolah mendapatkan skor
Masalah Perilaku abnormal
Diisi N : jika anak usia sekolah mendapatkan skor
3. Hiperaktifitas normal
Hiperaktifitas (H)
Diisi B : jika anak usia sekolah mendapatkan skor
Hiperaktifitas borderline
Diisi AB : jika anak usia sekolah mendapatkan skor
Hiperaktifitas abnormal
Masalah Teman Diisi N : jika anak usia sekolah mendapatkan skor
Sebaya Hiperaktifitas normal
4. (P) Diisi B : jika anak usia sekolah mendapatkan skor
Hiperaktifitas borderline
Diisi AB : jika anak usia sekolah mendapatkan skor
Hiperaktifitas abnormal

5. Prososial (Pr) Diisi N : jika anak usia sekolah mendapatkan skor


Prososial normal
DOKUMENTASI ACARA

Anda mungkin juga menyukai