Disusun Oleh :
Kelompok 5
2022/2023
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah field trip dengan judul “ ”.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Program Studi Ilmu
Keperawatan Institut Teknologi dan Kesehatan Mahardika Cirebon. Selama proses
penyusunan makalah ini kami tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang berupa
bimbingan, saran dan petunjuk baik berupa moril, spiritual, maupun materi yang berharga
dalam mengatasi hambatan yang ditemukan. Oleh karena itu, sebagai rasa syukur dengan
kerendahan hati, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang
terhormat:
1. Ibu Ns. Dwiyanti Purbasari,. M.Kep telah memberikan bimbingan dan dorongan
dalam penyusunan makalah ini sekaligus sebagai dosen mata kuliah Keperawatan
Anak Sehat dan Sakit Akut.
2. Orang tua kami yang tercinta serta saudara dan keluarga besar kami yang telah
memberikan motivasi/dorongan dan semangat, baik berupa moral dan material
lainnya.
3. Sahabat-sahabat kami di ITEKes Mahardika, khususnya Program Studi Ilmu
Keperawatan yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Semoga Allah
SWT membalas kebaikan dari semua pihak yang telah berpartisipasi membantu kami
dalam menyusun laporan ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, untuk itu kami mengharapkan
kritik serta saran yang bersifat membangun untuk perbaikan penyusunan selanjutnya. Kami
berharap, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Aamiin...
Wassalamualaikum wr.wb
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB 1
PENDAHULUAN
2.1.1. Latar Belakang
Anak usia sekolah merujuk pada anak-anak yang berusia antara 6-12 tahun. Ini
adalah periode yang kadang-kadang disebut sebagai masa pertengahan atau masa
laten, di mana anak menghadapi tantangan-tantangan baru dalam hidup mereka. Pada
tahap ini, terjadi periode pra-remaja atau pra-pubertas yang menandai akhir dari masa
usia sekolah, sekitar usia 12 tahun, dan ditandai dengan dimulainya pubertas (Kozier,
Erb, Berman, & Snyder, 2011). Faktor-faktor risiko yang ada pada anak usia sekolah
dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan mereka. Keluarga memiliki
peran penting dalam mendukung keberhasilan proses tumbuh kembang yang dialami
oleh anak.
Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS), pada tahun ajaran 2022/2023
terdapat 44,19 juta murid di Indonesia. Jumlah ini mengalami penurunan sebesar
1,56% dibandingkan dengan periode tahun sebelumnya yang mencapai 44,88 juta
orang. Dari total tersebut, sebagian besar murid berada di jenjang Sekolah Dasar (SD)
dengan jumlah mencapai 24,08 juta orang.
Kemampuan dan perkembangan anak dapat tercermin dari sejauh mana anak
dapat mandiri dalam memenuhi kebutuhan dasarnya (Kozier, 2010). Untuk
mendorong kemandirian anak, dukungan dari keluarga sangat penting. Peran keluarga
merupakan faktor krusial yang tidak dapat dipisahkan dalam perawatan anak usia
sekolah. Anak usia sekolah sering kali kurang disiplin dalam menjalankan perawatan
diri, sehingga ketika kemampuan perawatan dirinya menurun, mereka membutuhkan
bantuan baik dari keluarga maupun tim kesehatan.
Laporan ini membahas tentang pertumbuhan dan perkembangan anak usia
sekolah di SDN Silih Asuh 2 Cirebon. bahasa dan sosioemosional peserta didik.
Selain itu laporan ini dibuat untuk mengetahui sejauh mana perkembangan proses
belajar siswa di SDN Silih Asuh 2. Kita bisa mengetahui apa saja yang mempengaruhi
perkembangan belajar siswa, karena perkembangan siswa dapat mempengaruhi proses
pembelajaran dan hasil belajar siswa. Dengan mengetahui apa yang mempengaruhi
perkembangan siswa, kita bisa mengetahui bagaimana interaksi guru dan siswa yang
baik dalam proses pembelajaran.
2.1.2. Rumusan Masalah
2.1.3. Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian ini dibedakan menjadi 2 tujuan yaitu, tujuan umum dan
tujuan khusus.
1. Tujuan umum
Tujuan umum untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Keperwatan Anak
2. Tujuan khusus
Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah untuk :
a. Mengetahui konsep anak sekolah
b. Mengetahui pertumbuhan anak sekolah di SDN Silih Asuh 2
c. Mengetahui perkembangan anak sekolah di SDN Silih Asuh 2
d. Mengetahui konsep bermain anak sekolah di SDN Silih suh 2
e. Mengetahui atraumatic care yang dilkukan oleh keluarga anak sekolah
di SDN Silih Asuh 2
f. Mengetahui anticipatory guidance yang dilakukan oleh keluargaa anak
sekolah di SDN Silih Asuh 2
g. Mengetahui imunisasi yang diberikan kepada anak usia sekolah di
SDN Silih Asuh 2
h. Mengetahui pemenuhan kebutuhan nutrisi pada anak sekolah di SDN
Silih Asuh 2
BAB II
KONSEP TEORI
Anak usia sekolah (school age) atau disebut juga sebagai masa inkubasi
merujuk pada rentang usia 6-12 tahun dalam tahap pendidikan. Pada periode ini,
anak-anak mulai mengembangkan kemampuan produktif, seperti menggunakan
logika, beradaptasi, dan bersosialisasi dengan lingkungan sekitar. Hal ini terlihat
melalui kegiatan pembentukan kelompok dengan teman sebaya dan penguasaan
kemampuan mengendalikan emosi. Mereka juga mampu bersaing dan
menyelesaikan tugas-tugas sederhana yang diberikan.
Usia sekolah adalah periode di mana karakteristik fisik, sosial, dan psikologis
anak terus berkembang dan matang. Pada masa ini, anak-anak mulai bergerak
menuju berpikir abstrak dan mencari pengakuan dari teman sebaya, guru, dan
orang tua. Mereka juga cenderung menghargai kehadiran di sekolah dan
berpartisipasi aktif dalam kegiatan sekolah. Perawat memanfaatkan pengetahuan
tentang pertumbuhan dan perkembangan normal anak usia sekolah untuk
membantu mereka mengatasi gangguan dan perubahan yang terjadi selama periode
ini.
Terdapat beberapa teori yang mendukung pemahaman tentang pertumbuhan
dan perkembangan manusia. Teori-teori tersebut, seperti teori psikoseksual, teori
psikososial, teori perkembangan kognitif, dan teori perkembangan moral, dibangun
dan dikembangkan berdasarkan perspektif yang berbeda terhadap manusia dan
fokus pada aspek perkembangan tertentu.
1) Dalam teori perkembangan kognitif Piaget (1896-1980) perkembangan
anak dibagi menjadi empat tahap, yaitu Sensorimotor (usia 0-2 tahun), Pra-
Operasional (usia 2-7 tahun), Operasional Konkrit (usia 7-11 tahun), dan
Operasional Formal (usia di atas 12 tahun).
Pada anak usia sekolah, terjadi tahap "operasional konkrit" di mana
anak menggunakan operasi logika dalam memecahkan masalah dan
menguasai penalaran induktif serta konsep konservasi.
Selanjutnya, pada tahap "operasional formal" yang dimulai pada
usia 12 tahun ke atas, remaja mampu menggunakan operasi logis
secara abstrak. Mereka dapat memahami teori, membuat hipotesis,
dan memahami konsep-konsep abstrak seperti cinta dan keadilan.
2) Teori Psikososial (Erick Erikson)
Menurut Teori Perkembangan Psikososial Erikson, setiap individu
harus menyelesaikan tugas-tugas khusus sebelum dapat maju ke tahap
perkembangan berikutnya. Setiap tugas tersebut melibatkan konflik yang
bertentangan, dan kemahiran yang telah dikuasai akan diuji kembali dalam
situasi yang berbeda atau saat terjadi konflik.
Salah satu tahap perkembangan dalam teori ini adalah Industri vs.
Inferioritas (Industry vs. Inferiority), yang terjadi pada usia 6 hingga 11
tahun saat anak berada dalam masa sekolah. Pada tahap ini, anak-anak
memiliki dorongan untuk secara mandiri mempelajari keterampilan dan
menggunakan alat-alat yang menghasilkan sesuatu secara sosial. Mereka
belajar bekerja dan bermain dengan teman sebaya. Ketika mereka
mencapai prestasi dan menerima pengakuan, mereka merasakan
keberhasilan. Namun, jika anak tidak mendapatkan dukungan yang
memadai untuk mempelajari keterampilan baru atau jika keterampilan
yang dipelajari terlalu sulit, mereka dapat merasakan perasaan tidak cukup
atau rendah diri.
Pada tahap ini, anak-anak perlu mengalami pencapaian prestasi untuk
mengembangkan perasaan kompetensi. Erikson meyakini bahwa anak-
anak yang berhasil menyelesaikan tugas perkembangan pada tahap ini
akan memiliki kemampuan yang diperlukan untuk menghadapi tugas-tugas
dalam pekerjaan mereka ketika dewasa. Selama masa perawatan di rumah
sakit, anak-anak usia sekolah perlu memahami rutinitas dan berpartisipasi
seaktif mungkin dalam proses perawatan. Misalnya, beberapa anak
mungkin senang melibatkan diri dalam pencatatan asupan dan output
(nutrisi atau cairan) mereka.
Tahap perkembangan menurut Teori Psikoseksual (Sigmund Freud,
1856-1939) pada anak usia sekolah adalah sebagai berikut:
a) Fase Latency (5-12 tahun) atau masa sekolah
Pada tahap ini, dorongan seksual dan kesenangan dari tahap
sebelumnya menjadi tidak aktif atau "tidur". Ini adalah periode
yang relatif tenang di mana aktivitas seksual tidak menonjol.
Meskipun demikian, anak masih terlibat dalam aktivitas erogenik
dengan teman sebaya yang memiliki jenis kelamin yang sama.
b) Tahap Genitalia (>12 tahun) atau pubertas-dewasa
Pada tahap ini, genitalia menjadi pusat tekanan dan kesenangan
seksual. Individu mulai mengalami perasaan cinta dan keterlibatan
emosional yang lebih mendalam dengan individu lain dalam motif-
motif altruistik atau tanpa egois. Produksi hormon seksual yang
meningkat pada masa pubertas merangsang perkembangan
hubungan heteroseksual.
3) Teori Perkembangan Moral (Kolhberg)
Perkembangan Psikososial
Selama periode ini, anak mengembangkan rasa harga diri mereka melalui berbagai
aktivitas di rumah, sekolah, dan komunitas, yang membantu membangun
keterampilan kognitif dan sosial mereka. Anak sangat tertarik untuk mempelajari
cara-cara baru dan bagaimana hal-hal berfungsi. Mencapai peningkatan dalam rasa
nilai diri dan tingkat kompetensi memberikan kepuasan kepada anak usia sekolah.
Orangtua, guru, pelatih, dan orang-orang yang merawat anak memiliki peran
penting dalam mengidentifikasi area keahlian dan membangun pengalaman
keberhasilan anak untuk meningkatkan perasaan penguasaan dan harga diri.
Perkembangan Kognitif
Dalam pengembangan operasi konkret, anak mampu mengasimilasi dan
mengoordinasikan informasi tentang dunia mereka dari berbagai dimensi. Mereka
dapat melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain dan berpikir melalui tindakan,
mengantisipasi konsekuensinya, serta mempertimbangkan kemungkinan yang
mungkin terjadi. Anak juga dapat menggunakan pengalaman masa lalu yang
disimpan dalam ingatan untuk mengevaluasi dan menginterpretasikan situasi saat
ini. Pada usia sekolah, mereka juga mengembangkan kemampuan untuk
mengklasifikasikan atau mengelompokkan objek-objek dalam set yang berbeda
dan mengidentifikasi hubungan antara mereka.
Perkembangan Moral dan Spiritual
Anak usia 7-10 tahun umumnya berusaha untuk mengikuti aturan
dengan tujuan menjadi orang yang "baik". Mereka ingin menjadi baik dalam
pandangan orang tua, teman, guru, dan juga dalam pandangan diri mereka
sendiri. Mereka melihat orang dewasa sebagai otoritas yang menentukan apa
yang benar dan salah. Menurut teori perkembangan moral Kohlberg, ini
merupakan tahap 3: konformitas interpersonal (anak baik, anak buruk).
Sementara itu, anak usia 10-12 tahun mengalami perkembangan ke
tahap 4: tahap "hukum dan peraturan". Pada tahap ini, anak mulai mampu
menilai baik atau buruknya suatu tindakan berdasarkan alasan di balik
tindakan tersebut, bukan hanya berdasarkan konsekuensi yang mungkin
terjadi. Perilaku anak usia sekolah yang lebih tua dipengaruhi oleh keinginan
mereka untuk bekerja sama dan rasa penghargaan terhadap orang lain. Hal ini
memicu perkembangan kemampuan sosial anak usia sekolah.
Perkembangan Keterampilan Motorik
Selama masa usia sekolah, keterampilan motorik kasar dan halus terus
mengalami perkembangan dan penyempurnaan. Kemampuan motorik halus
semakin halus dan meningkatkan kecepatan serta akurasinya. Untuk
mengevaluasi keterampilan motorik anak usia sekolah, pertanyaan dapat
diajukan tentang partisipasi mereka dalam olahraga dan kegiatan di luar
sekolah, keanggotaan dalam band, kemampuan membangun model, dan
keterampilan menulis.
Perkembangan Sensorik
Selama awal masa usia sekolah, semua indera mengalami perkembangan yang
matang. Anak-anak usia sekolah umumnya memiliki ketajaman visual yang
baik (Jarvis, 2008). Pada usia sekitar 7 tahun, kontrol muskular mata,
penglihatan perifer, dan kemampuan membedakan warna telah berkembang
dengan baik. Penglihatan yang baik memiliki peran penting dalam
perkembangan fisik dan pendidikan anak usia sekolah. Melalui program
skrining penglihatan yang dilakukan oleh perawat sekolah, masalah penglihatan
dapat diidentifikasi dan rujukan yang tepat dapat diberikan jika diperlukan.
Beberapa masalah umum yang sering teridentifikasi adalah ambliopia (mata
malas), kesalahan refraksi yang tidak dikoreksi, defek mata lainnya, dan
strabismus (mata juling).
Perkembangan Komunikasi dan Bahasa
Selama masa usia sekolah, anak-anak mengalami peningkatan dalam kosakata
dan pemahaman bahasa. Mereka menggunakan kata-kata yang lebih spesifik
secara budaya, terutama pada anak-anak bilingual yang berkomunikasi dalam
bahasa Inggris di sekolah dan bahasa kedua di rumah. Melalui pembelajaran
membaca, anak usia sekolah mengembangkan keterampilan bahasa mereka.
Keterampilan membaca berkembang seiring dengan peningkatan eksposur
terhadap bahan bacaan. Selama periode ini, anak-anak usia sekolah mulai
menggunakan bentuk tata bahasa yang lebih kompleks, termasuk penggunaan
kata jamak dan kata benda.
Perkembangan Emosional dan Sosial
Pola sifat tempera mental yang diidentifikasi di masa bayi dapat tersme
mengaruhi perilaku anak usias ekolah. Menganalisi ssituasi masa lalu dapat
memberikan petunjuk tentang cara seorang anak dapat bereaksi terhadap
situasi yang baru atau berbeda. Anak dapat bereaksi secara berbeda dari waktu
kewaktu karena pengalaman dan kemampuan mereka. Harga diri adalah
pandangan anak tentang nilai individual mereka. Pandangan ini dipengaruhi
oleh umpan baik dari keluarga, guru, dan figure otoritas lain.
2. 2. Atraumatic Care
2. 3. Anticiapatory Guidance
2. 4. Imunisasi
Program imunisasi pada anak sekolah dikenal sebagai Program BIAS. Setelah
menerima imunisasi lengkap saat masih bayi, anak membutuhkan imunisasi tambahan
saat berada di usia sekolah dasar. Ini termasuk imunisasi campak dan DT untuk siswa
kelas 1, serta imunisasi Td untuk siswa kelas 2 dan 3. Pemberian imunisasi ini
dilakukan dalam acara Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS), khususnya imunisasi
campak.
Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) diadakan dua kali setahun secara
serentak di seluruh kota di Indonesia. Pada acara BIAS ini, hanya tiga jenis imunisasi
wajib yang akan diberikan kembali, yaitu:
a. Imunisasi Campak
Sebanyak 28,3%-nya anak berusia 5-7 tahun masih terkena campak meski sudah
mendapatkan vaksinasi sewaktu bayi. Atas dasar ini. Ikatan Dokter Anak Indonesia
(IDAI) membuat rekomendasi imunisasi ulang pada anak kelas 1 di seluruh Sekolah
Dasar (SD). Bila seorang anak terkena campak dan tidak memiliki kekebalan dari
imunisasi, maka akan terjadi komplikasi berupa; infeksi paru (pneumonia) dan radang
otak (ensefalitis). Kedua kondisi ini dapat mengancam nyawa sang anak.
b. Imunisasi Difteri Tetanus (DT)
Bersamaan dengan campak, imunisasi DT juga turut diberikan ulang pada anak
sekolah kelas 1 SD. Selanjutnya, mengingat masih dijumpainya kasus difteri pada umur
>10 tahun, imunisasi DT dapat diberikan lagi saat anak berusia 12 tahun. Imunisasi DT
sangat penting karena bakteri Corynebacterium diphtheria penyebab difteri akan
menginfeksi saluran napas dan dapat mengakibatkan gagal napas pada anak- anak yang
tidak terlindungi imunisasi.
c. Imunisasi Tetanus
Imunisasi tetanus direkomendasikan untuk diberikan ulang pada anak sekolah
kelas 2 dan 3 SD. Sebab imunisasi tetanus yang didapatkan ketika berusia 18-24 bulan
hanya akan memberikan perlindungan hingga sang anak berusia 6-7 tahun saja atau saat
ia duduk di bangku kelas 2 SD. Pemberian ulang imunisasi tetanus ini akan
memperpanjang kekebalan tubuh anak hingga 10 tahun ke depan. Ketika diberikan
kembali setahun berikutnya yaitu saat anak duduk di kelas 3 SD-kekebalannya akan
bertambah lama hingga 20 tahun kemudian.
Kebutuhan nutrisi pada anak sekolah perlu diperhatikan. Anak pada usia sekolah
memiliki kebutuhan gizi yang lebih tinggi dibandingkan dengan usia sebelumnya. Pada tahap
ini, anak mulai mengenal lingkungan baru, termasuk lingkungan sekolah yang memengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan mereka. Penting bagi anak untuk mendapatkan nutrisi yang
cukup agar dapat aktif dalam berbagai kegiatan dan tidak mudah jatuh sakit. Saat anak
memasuki usia sekolah, mereka akan berinteraksi dengan teman sebaya dan seringkali
bermain bersama, yang juga dapat mempengaruhi kebiasaan makan mereka.
Pertumbuhan fisik anak pada fase ini tidak mengalami perubahan yang signifikan,
sehingga kebutuhan kalori anak sekolah sekitar 85 kalori per kilogram berat badan. Anak juga
sudah memiliki kemampuan yang baik dalam menggunakan peralatan makan. Mereka dapat
diperkenalkan dengan tata cara makan yang benar, seperti mencuci tangan sebelum makan,
menggunakan tangan kanan, makan dalam posisi duduk, dan tidak mengisi mulut secara
berlebihan. Anak mulai memiliki kemampuan memilih makanan yang disukai dan
menentukan pilihan makanannya. Namun, banyak anak yang mulai tertarik pada makanan
jajanan, yang dapat mempengaruhi nafsu makan mereka. Oleh karena itu, penting bagi
orangtua untuk mengawasi jenis makanan yang dikonsumsi anak dan membiasakan mereka
dengan pola makan yang sehat.
Mineral :
1. Kalsium: 1000 mg
2. Fosfor: 500 mg
3. Natrium: 900 mg
4. Kalium: 2700 mg
5. Besi: 10 mg
6. Iodium: 120 mcg
7. Seng: 5 mg
Berdasarkan AKG dari Kementerian Kesehatan RI, berikut rincian kebutuhan gizi anak
sekolah usia 7-9 tahun yang terbagi menjadi mikro dan makro:
Vitamin
Mineral
1. Kalsium: 1000 mg
2. Fosfor: 500 mg
3. Natrium: 1000 mg
4. Kalium: 3200 mg
5. Besi: 10 mg
6. Iodium: 120 mcg
2. 6. Bermain
Perkembangan sensorik-motorik
Bermain anak-anak secara aktif merupakan faktor utama dalam mengembangkan
kemampuan sensorik-motorik mereka. Melalui bermain yang aktif, penting untuk
memperkuat dan memajukan kemampuan sensorik-motorik pada bayi. Bagi anak-anak
usia toddler dan prasekolah, bermain dengan berbagai alat dapat memberikan manfaat
yang signifikan untuk perkembangan mereka. Selain itu, bermain juga berperan penting
dalam meningkatkan keterampilan motorik kasar dan halus pada anak-anak.
Perkembangan sosial
Perkembangan sosial dapat diamati melalui kemampuan individu untuk
berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Melalui aktivitas bermain, anak-anak belajar
bagaimana memberi dan menerima dalam interaksi mereka. Saat bermain bersama orang
lain, anak-anak dapat mengembangkan hubungan sosial dan mempelajari cara
memecahkan masalah dalam konteks hubungan tersebut. Melalui bermain, anak-anak
belajar berinteraksi dengan teman-teman mereka, memahami bahasa yang digunakan,
dan memperoleh pemahaman mengenai nilai-nilai sosial yang berlaku dalam kelompok
mereka. Proses ini terutama terlihat pada anak-anak usia sekolah dan remaja. Namun,
bahkan pada anak-anak usia toddler, kehidupan sosial mereka dapat berada di luar
lingkungan keluarga mereka.
BAB III
HASIL SURVEI
A. Pertumbuhan
Penelitian ini …………… dengan
Waktu pelaksanan kegiatan kunjungan (Field Trip) pertama pada hari Jumat, 26 Mei
2023, yang dimulai pada pukul 08.00 – selesai. Tempat pelaksanaan kegiatan Kunjungan
(Field Trip) dilaksanakan di SD Silih Asuh 2 Cirebon yang berada di Jalan Pancuran
No. 107. Dengan jumlah sampel field trip adalah 24 siswa/i, dari jumlah sampel tersebut
dilakukan nalisis dengan 7 aspek pengkajian yaitu pertumbuhan, perkembangan,
bermain, atraumatic care, anticipatory guidance, imunisasi dan kebutuhan nutrisi pada
anak sekolah. Kemudian kunjungan field trip kedua dilaksanakan pada hari Sabtu, 10
Juni 2023, yang dilaksanakan pada pukul 10.00 – s.d selesai. Dari hasil pengkajian
tersebut dapat digambarkan secara jelas sebagai berikut:
100%
25%
75%
29%
Sehat
Tidak Sehat
71%
B. Perkembangan
Kognitif
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
C. Pertumbuhan
Kulit Kepala
Ya Tidak
100%
Table 1.1
tabel 1.1 dari hasil pemeriksaan kulit kepala di SDN SILIH ASUH II didapatkan hasil
masalah kulit kepala normal tidak ditemukan kulit kepala kotor ataupun penyakit yang ada di
kulit kepala.
Kulit
Ya Tidak
25%
75%
Table 1.2
Dari hasil tabel 1.2 didapatkan hasil pemeriksaan kulit SDN SILIH ASUH II 75% kulit
anak sd kelas 1-5 kulit bersih sehat dan yang ditemukan masalah kulit tidak sehat
sebesar 25%
Kelopak Mata
Ya Tidak
100%
Tabel 1.3
Dari tabel 1.3 didapatkan hasil pemeriksaan kelopak mata SDN SILIH ASUH II
dari anak kelas 1-5 100% sehat bersih dan tidak memiliki masalah Kesehatan.
Pupil
Ya
100%
Tabel 1.4
Dari tabel 1.4 didapatkan hasil pemeriksaan pupil SDN SILIH ASUH II dari anak
kelas 1-5 100% sehat bersih dan tidak memiliki masalah kesehatan
Kuku
29%
Ya
Tidak
71%
Tabel 1.5
Dari hasil tabel 1.5 didapatkan hasil pemeriksaan kulit SDN SILIH ASUH II 71%
kuku anak sd kelas 1-5 kulit bersih sehat dan yang ditemukan masalah kulit tidak
sehat sebesar 29%
Bola Mata
Ya
Tidak
100%
Tabel 1.6
Dari tabel 1.4 didapatkan hasil pemeriksaan pupil SDN SILIH ASUH II dari anak
kelas 1-5 100% sehat bersih dan tidak memiliki masalah kesehatan
Konjungtiva
Ya
Tidak
100%
Tabel 1.7
Dari tabel 1.4 didapatkan hasil pemeriksaan konjungtiva SDN SILIH ASUH II
dari anak kelas 1-5 100% sehat bersih dan tidak memiliki masalah kesehatan
Ketajaman
8%
92%
Ya Tidak
Tabel 1.8
Dari hasil tabel 1.8 didapatkan hasil pemeriksaan ketajaman mata SDN SILIH
ASUH II 92% kuku anak sd kelas 1-5 kulit bersih sehat dan yang ditemukan
masalah kulit tidak sehat sebesar 8%
D. Perkembangan
Kognitif
Kepuasan nillai
16%
Ya
Tidak
84%
Tabel 1.1
Dari hasil tabel 1.1 didapatkan hasil pemeriksaan kepuasan nilai pada siswa SDN
SILIH ASUH II dianataranya 84% nilai anak sd kelas 1-5 mendapatkan nilai yang
tinggi dan yang rendah ditemukan 16%
Kesulitan belajar
Ya Tidak
33%
67%
Tabel 1.2
Dari hasil tabel 1.2 didapatkan hasil pemeriksaan kesulitan belajar pada siswa
SDN SILIH ASUH II diantaranya 67% anak sd kelas 1-5 mengalami kesulitan
belajar dan 33% anak tidak mengalami kesulitan belajar
Kemudahan dalam memahami materi
Ya Tidak
8%
92%
Tabel 1.3
Dari hasil tabel 1.3 didapatkan hasil pemeriksaan kemudahan dalam memahami materi
pada siswa SDN SILIH ASUH II didapatkan hasil 92% anak sd kelas 1-5 mampu
memahami materi dan 8% anak tidak bisa memahami materi
8%
Ya
Tidak
92%
Tabel 1.4
Dari hasil tabel 1.4 didapatkan hasil pemeriksaan membantu dalam penerjaan
tugas sekolah di rumah pada siswa SDN SILIH ASUH II didapatkan hasil 92%
anak sd kelas 1-5 mampu mampu membantu dalam pengerjaan tugas sekolah di
rumah dan 8% anak tidak bisa memahami materi
Keaktifan di kelas
42%
58%
Ya Tidak
Tabel 1.5
Dari hasil tabel 1.5 didapatkan hasil pemeriksaan keaktifan di kelas pada siswa
SDN SILIH ASUH II 42% anak sd kelas 1-5 mampu melakukan aktifitas di kelas
dan 58% anak tidak
Ya Tidak
13%
88%
Tabel 1.6
Dari hasil tabel 1.6 didapatkan hasil pemeriksaan kehadiran sekolah dalam satu
minggu pada siswa SDN SILIH ASUH II 87% anak sd kelas 1-5 mampu hadir di
sekolah dalam satu minggu dan 13% anak tidak mampu hadir di sekolah dalam
satu minggu
Ya
Tidak
100%
Tabel 1.7
Dari hasil tabel 1.7 didapatkan hasil pemeriksaan dapat membedakan angka dan
huruf pada siswa SDN SILIH ASUH II 100% anak sd kelas 1-5 dapat
membedakan angka dan huruf dan 0% anak tidak dapat membedakan angka
dan huruf .
Bahasa
Penggunaan bahasa indonesia selama di sekolah
88%
13%
Ya Tidak
Tabel 1.8
Dari hasil tabel 1.8 didapatkan hasil pemeriksaan bahwa pada siswa/i SDN SILIH
ASUH sekitar 88 % anak SD kelas 1-5 menggunakan Bahasa Indonesia selama di
sekolah dan yang tidak menggunakan Bahasa Indomesia sekitar 13 %
Chart Title
79%
80%
70%
60%
50%
40%
21%
30%
20%
10%
0%
Ya Tidak
Chart Title
75%
80%
70%
60%
50%
25%
40%
30%
20%
10%
0%
Ya Tidak
Chart Title
83%
17%
Ya Tidak
Chart Title
54%
46%
Ya Tidak
Chart Title
75%
25%
Ya Tidak
Chart Title
100%
90%
80%
70%
60% 92%
50%
40%
30%
20%
8%
10%
0%
Ya Tidak
Chart Title
100%
0%
Ya Tidak
Sosio
Chart Title
71%
80%
70%
60%
50%
40% 29%
30%
20%
10%
0%
Ya Tidak
Kebiasaan membantu teman
8%
Tidak
92%
Ya
0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%
Dari hasil tabel didapatkan hasil pemeriksaan bahwa siswa/i SDN 2 SILIH ASUH kelas
1 -5 sekitar 92 % anak-anak mempunyai kebiasaan membantu teman dan yang tidak
memiliki kebiasaan membantu teman sekitar 8%
8%
92%
Dari hasil tabel didapatkan hasil pemeriksaan bahwa siswa/i SDN 2 Silih Asuh kelas 1-5
sekitar 92% bahwa anak-anak memiliki respon melerai saat teman bertengkar 92% dan
yang tidak memiliki respon saat melerai temanya yang bertengkar 8%
96%
Ya Tidak
.
Dari hasil tabel didapatkan hasil pemeriksaan bahwa siswa/i SDN 2 Silih Asuh 1-5
sekitar 96% bahwa anak-anak mempunyai teman di sekolah dan yang tidak memiliki
teman 4%
Me mp u n y a i te ma n d i r u m ah
71% 29%
Ya Ti d ak
Dari hasil tabel didapatkan hasil pemeriksaan bahwa siswa/i SDN 2 Silih Asuh 1-5
sekitar 71%
Sikap baik di kelas
0%
Tidak
100%
Ya
0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%
92%
Ya Tidak
100%
90%
80%
70%
67% 33%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
Ya Tidak
E. Bermain
F. Atraumatic Care
G. Anticiptory Guaidance
H. Imunisasi
I. Nutrisi
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
a. Bagi Profesi Perawat
Memberikan pelyanan Kesehatan kepada anak dengan mengutamakan
prinsip atraumatic care. Memotivasi keluarga yang memiliki anggoata anak
sekolah untuk lebih memperhatikan tumbuh kembangnya. Menjelaskan
kepada keluarga dan masyarakat bahwa keluarga menjadi peran penting
dalam upaya peningkatan kwalitas tumbuh kembang remaja dalam
pencapaian identitas diri.
b. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai metode belajar diharapkan institusi pendidikn Menyusun
program Kesehatan anak dan menjalin Kerjasama dengan pelayanan
Kesehatan terkait.
c. Bagi Mahasiswa
Diharapkan mahasiswa dapat mengembangkan dan memodifikasi lebih
baik dalam pengamatan pertumbuhan serta perkembangan anak di
masyarakat luas.
d. Bagi Masyarakat
Diharapkan keluarga dapat memantau pertumbuhan dan perkembangan
anak, sehingga segala spek terpenuhi.
Lampiran 2 Rekapitulasi Daftar Hadir II
Jadwal Kegiatan
METODE
Observasi ini dilaksanakan di SD Silih Asuh 2 Cirebon pada kelas 1, 2, 4 dan 5 tahun
2023 yang berada Jl. Pancuran, Sukapura, Kec. Kejaksan, Kota Cirebon Prov. Jawa Barat.
Sekolah ini terletak di dalam perkotaan, kondisi sekolah ini termasuk dalam kategori
baik dalam segi fasilitas yang cukup memadai. Disana terdapat kantin sekolah, ruang
guru, lapangan dan UKS.
SD Silih Asuh 2 Cirebon memiliki ruang kelas cukup yaitu kelas I-VI. Di dalam kelas
banyak terdapat gambar hasil dari kreatifitas siswa, ada gantungan map yang berisi hasil
evaluasi siswa.
U Jns
mr klm
No. Nama Orang Tua Nama Siswa (th Kl (L/ Gejala Masalah Hiperak Masalah Pr Total
n) s P) Emosi Perilaku tif (H) Teman Kesuli
onal (C) Sebaya tan
(E) (P)
(N/B/
AB)
1. Sunengsih Arsifa Nedya Saputri 7 1 P B N AB N N B
2. Anisa Zahara 7 1 P
3. Dinar Triyani Adeeva Avshen Meysha 1 P N N N AB N N
4. Aqillah 6 1 P
Ramandinanuroman
5. Afzal Zinan 1 L
6. Aditya Rifki Hamizah 1 L
7. Sundari Kinanti AK 8 2 P N AB N AB N N
8. Adilah 8 2 P
9. Wiwit Badriani Maulana Malik Ibrahim 8 2 L AB B AB AB N AB
10. Lindawati Arjuna Wisesa Kurniawan 9 2 L N N N AB N B
11. Anindya Allea 8 2 P
12. Elmira Vania Kirana 8 2 P
13. Eni Rahayu Zandra Abiyu 10 4 L B N N AB N N
14. Mutiya Sari 10 4 P
15. Atiqah Fairuz Jamine 10 4 P
16. Teti. S Albiyan Pradinegara 10 4 L N B N AB N B
17. Susilawati Nafisah Zahipa Mulyana 10 4 P AB B N AB N B
18. Atar Abdilah. P 9 4 L
19. Eti Rohaeti Zian Aulia 5 P N N N AB N N
20. Galang Syahputra 5 L
21. Zaltan Zaller Amalah 11 5 L
22. Ratna Murniasih Ainun Bilqis 5 P N N AB AB N B
23. Naurah Vania 10 5 P
24. Reyna Nabila. N 11 5 P
Kognitif
Jenis data yang kita olah berasal dari angket atau kuisioner yang dibagikan oleh
mahasiswa kepada siswa dan orang tua siswa, serta pengamatan di jadikan pedoman
untuk memproses sebagai hasil penelitian. Berdasarkan hasil pengamatan, wawancara
(bertanya langsung kepada orang tua siswa dan siswa).
Tabel 4. Populasi kelas 1, 2, 4 dan 5 SD Silih Asuh 2 Cirebon
Kelas
Jumlah Siswa Siswa laki-laki Siswa perempuan
1 6 2 4
2 6 2 4
4 6 3 3
5 6 2 4
14
12
10
Laki-laki
8 Perempuan
0
Ya Tidak
Bahasa
Bahasa merupakan salah satu faktor mendasar yang membedakan manusia dengan
hewan. Bahasa sebagai anugrah dari sang pencipta memungkinkan individu dapat hidup
bersama dengan orang lain, membantu memecahkan masalah, dan memposisikan diri
sebagai makhluk yang berbudaya. Pada manusia, bahasa merupakan suatu sistem simbol
untuk berkomunikasi dengan orang lain, meliputi daya cipta dan sistem suara. Bahasa
digunakan manusia sebagai alat komunikasi. Sebagai alat komunikasi bahasa mencakup
dua hal, yakni isyarat bermakna dan bunyi. Di setiap daerah yang ada di Indonesia
memiliki bahasa daerah masing-masing yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
SDN Silih Asuh 2 terletak di Kota Cirebon, namun walaupun begitu, hal tersebut tidak
membuat proses KBM menggunakan Bahasa Cirebon. Pengajar di sekolah tersebut tetap
menggunakan Bahasa Indonesia, begitu pula dengan muridnya yang fasih berbahasa
Indonesia karena di rumah serta lingkungan sekolah menggunakan Bahasa Indonesia.
PERKEMBANGAN BAHASA ANAK USIA SEKOLAH (6-12 TAHUN)
DI SDN SILIH ASUH 2 CIREBON
Sosio-emosional
Kecerdasan sosio-emosional merupakan kemampuan indivdiu untuk memahami,
mengenali dan mengendalikan kondisi emosi dirinya danorang lain agar mampu
berinteraksidengan baik terhadap lingkungansosialnya. Atau bisa dikatakan sosio –
emosional merupakan penyesuain anak di tingat kepekaanya untuk memahami perasaan
ketia ia sedang berinteralsi dengan lingkungan sosialnya.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada siswa kelas 1,2,4 dan 5
melalui angket atau kuisioner dan juga pengamatan secara langsung. Kami mendapat
hasil yaitu perkembangan sosio-emosional anak di kelas 1,2,4 dan 5 pada kegiatan
belajar pada kelas dan diluar kelas pada saat bermain dengan teman sebayanya cukup
baik. Dimana setiap anak dapat berinteraksi dengan baik dan juga sering dijumpai
peserta didik membantu peserta didik yang lan. Baik saat kesulitan beljar dengan
menjelasn kembali materi yang tidak dapat dipahami oleh peserta didik lain, atau juga
membantu peserta didik lain (temanya) saat tidak memiliki alat tulis dengan cara
meminjaminya. Dalam keadaan saat proses KBM, hampir seluruh anak mengatakan
bahwa dirinya suka menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh guru dan hal tersebut
merupakan pertanda bahwa mereka cukup aktif di kelas saat KBM. Namun, ada pula
beberapa murid yang memilih tidak terlalu aktif saat proses KBM berlangsung karena
merasa malu.
BAB 3
PENUTUP
SIMPULAN
Perkembangan belajar merupakan berubahnya perilaku seseorang akibat
pengalaman yang dimana pengalaman tersebut merupkan hasil dari belajar. Yang dimna
pada prosesnya hasil belajar dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu 1) fator inten yang bersal
dari dalam diri siswa dan 2) faktor ekstern yang bersal dari luar diri siswa meliputi
lingkungan siswa belajar atu kelas dan juga sekolah (tempat peserta didik belajar),
lingkungan keluarga, lingkungan sosial, guru, pelaksanaan pembelajaran dan teman
sekolah. siswa kelas 1, 2, 4 dan 5 di SDN Silih Asuh 2 Pada diagram diatas menunjukan
presentase penggunaan bahasa yang sering digunkan oleh murid kelas 1, 2, 4, dan 5 di
SDN Silih Asuh 2 antara lain yaitu bahasa daerah Cirebon dan bahasa Indonesia.Hasil
wawancara yang dilakukan kepada siswa kelas 1,2,4 dan 5 melalui angket atau kuisioner
dan juga pengamatan secara langsung. Kami mendapat hasil yaitu perkembangan sosio-
emosional anak di kelas 1,2,4 dan 5 pada kegiatan belajar pada kelas dan diluar kelas
pada saat bermain dengan teman sebayanya cukup baik.
LAMPIRAN
III. PENGLIHATAN
Pemeriksaan Mata =
Bola mata =
Kelopak mata =
Konjungtiva, sclera, & kornea =
Pupil =
Tajam Penglihatan =
IV. PENDENGARAN
Telinga Luar = Sehat/Infeksi
Tajam Pendengaran = Normal/Ada Gangguan
Petunjuk Pengisian
No Pertanyaan ya Tidak
Koognitif
1. Apakah nilai yang kamu dapat selama ini sudah
memuaskan?
2. Apakah ada kesulitan saat kamu belajar?
3. Apakah materi yang disampaikan oleh guru mudah untuk
di fahami?
4. Apakah ada yang membantu kamu mengerjakan tugas
sekolah di rumah?
5. Apakah selama ini kamu selalu aktif di kelas saat
pembelajaran sedang berlangsung?
6. Apakah kamu rajin masuk sekolah dalam satu minggu?
7. Apakah kamu bisa membedakan angka dan huruf?
Bahasa
1. Apakah kamu menggunakan bahasa indonesia selama
pembelajaran berlangsung?
2. Apakah kamu menggunakan bahasa daerah selama
pembelajaran berlangsung? (Sunda, Jawa, dll)
3. Apakah di rumah kamu menggunakan bahasa daerah?
( Sunda, Jawa, dll)
4. Apakah di rumah kamu menggunakan bahasa indonesia?
5. Apakah semua teman kamu selalu menggunakan bahasa
daerah selama ada di sekolah? ( Sunda, Jawa, dll)
6. Apakah semua teman kamu selalu menggunakan bahasa
indonesia selama di sekolah?
7. Apakah selama mengajar guru selalu menggunakan
bahasa daerah? (Sunda, Jawa, dll)
8. Apakah selama mengajar guru selalu menggunakan
bahasa indonesia?
Sosioemosional
1. Apakah kamu sering bertengkar dengan temanmu?
2. Apakah kamu pernah membantu temanmu saat dalam
kesulitan?
3. Saat melihat temanmu bertengkar, apakah kamu
membantu melerai mereka?
4. Apakah kamu punya banyak teman di kelas?
5. Apakah kamu punya banyak teman di rumah?
6. Apakah kamu bersikap baik kepada teman di kelas?
7. Apakah kamu bersikap baik kepada teman di rumah?
8. Apakah kamu tidak akan meminta maaf ketika memiliki
permasalahan dengan teman?
1. Kuesioner ini semata-mata keperluan akademis atau penelitian
2. Baca dan jawablah semua pertanyaan secara teliti dan jujur, kerahasiaan jawaban
dijaga
3. Beri tanda (V) pada pilihan yang telah disediakan dalam setiap pertanyaan
4. Berikut, adapun kriteria jawaban adalah sebagai berikut :
a. Ya
b. Tidak
II. IMUNISASI
a. Campak (1 SD) =
b. Td (2 dan 5 SD) =
c. DT (1 SD) =
d. Imunisasi Tambahan =
Untuk setiap pernyataan, lingkari pada kotak kolom sesuai dengan pilihan
anda, sebagaimana yang terjadi pada diri anak usia sekolah dan remaja anda
selama enam bulan terakhir (semua harus dijawab !!)
lebih muda
18 Sering berbohong atau berbuat curang C4 0 1 2
lain
23 Lebih mudah berteman dengan orang P5 0 1 2
dewasa daripada dengan anak-anak lain
24 Banyak yang ditakuti, mudah menjadi E5 0 1 2
takut
25 Memiliki perhatian yang baik terhadap H5 2 1 0
apapun, mampu menyelesaikan tugas atau
pekerjaan rumah sampai selesai
* E = emotional; C = conduct problems; H = hyperactivity; P = peer problem, Pr =
prosocial
Kesehatan Mental
Diisi N : jika anak usia sekolah mendapatkan skor
Gejala Emosional Gangguan Emosional normal
1. (E) Diisi B : jika anak usia sekolah mendapatkan skor
Gangguan Emosional borderline
Diisi AB : jika anak usia sekolah mendapatkan skor
Gangguan Emosional abnormal
Diisi N : jika anak usia sekolah mendapatkan skor
Masalah Perilaku normal
Masalah Perilaku
2. Diisi B : jika anak usia sekolah mendapatkan skor
(C)
Masalah Perilaku borderline
Diisi AB : jika anak usia sekolah mendapatkan skor
Masalah Perilaku abnormal
Diisi N : jika anak usia sekolah mendapatkan skor
3. Hiperaktifitas normal
Hiperaktifitas (H)
Diisi B : jika anak usia sekolah mendapatkan skor
Hiperaktifitas borderline
Diisi AB : jika anak usia sekolah mendapatkan skor
Hiperaktifitas abnormal
Masalah Teman Diisi N : jika anak usia sekolah mendapatkan skor
Sebaya Hiperaktifitas normal
4. (P) Diisi B : jika anak usia sekolah mendapatkan skor
Hiperaktifitas borderline
Diisi AB : jika anak usia sekolah mendapatkan skor
Hiperaktifitas abnormal