Disusun Oleh :
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat rahmat dan hidayah–Nya kami dapat menyusun dan menyelesaikan
makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Sehat Jiwa Sepanjang
Rentang Kehidupan Pra Sekolah” ini dengan tepat pada waktu yang telah
ditentukan. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah
Keperawatan Jiwa yang diberikan oleh Ibu Dwi Ariani
Sulistyowati.,S.Kep.,Ns.,M.Kep.
Pada kesempatan ini, kami juga berterima kasih atas bimbingan dan
masukan dari semua pihak yang telah memberi kami bantuan wawasan untuk
dapat menyelesaikan makalah ini baik itu secara langsung maupun tidak langsung.
Kami menyadari isi makalah ini masih jauh dari kategori sempurna, baik
dari segi kalimat, isi maupun dalam penyusunan. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun dari dosen mata kuliah yang bersangkutan, sangat kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.........................................................................................1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................1
C. Tujuan .....................................................................................................1
BAB IVPENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................................18
B. Saran......................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................19
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan jiwa merupakan suatu kondisi mental sejahtera yang
memungkinkan hidup harmonis dan produktif yang utuh dari kualitas
hidup seseorang, dengan memperhatikan semua segi kehidupan manusia
dengan ciri menyadari sepenuhnya kemampuan dirinya, mampu
menghadapi stress kehidupan dengan wajar, mampu bekerja dengan
produktif dan memenuhi kebutuhan hidupnya, dapat berperan serta dalam
lingkungan hidup, menerima dengan baik apa yang ada pada dirinya dan
merasa nyaman dengan orang lain. (Keliat, 2011).
Menurut Keliat (2015), anak usia prasekolah memiliki potensi
yang cukup besar untuk segera berkembang, potensi tersebut akan terus
berkembang, jika anak terus dilatih untuk diberikan stimulasi. Banyak hal
yang dapat mempengaruhi perkembangan anak usia Pra Sekolah. Salah
satunya sikap pendidik anak dirumah (Ibu, Ayah, nenek, tente, dll) dan
lingkungan. Dimana menurut Keliat et al (2011) sikap pendidik dan
lingkungan suka melarang dan menyalahkan membuat anak kehilangan
inisiatif, sehingga anak akan mudah mengalami rasa bersalah jika
melakukan keselahan dan tidak kreatif, seperti malu untuk tampil, anak
takut salah melakukan sesuatu, anak membatasi aktivitasnya sehingga
anak terkesan malas dan tidak mempunyai insiatif yang baik.
Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa masa prasekolah
merupakan pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan
tahap perkembangan anak selanjutnya. Usia lima tahun pertama kehidupan
merupakan masa yang sangat peka terhadap lingkungan dan masa ini
berlangsung sangat pendek dan tidak dapat diulang lagi, sehingga masa
prasekolah disebut sebagai “masa keemasan” (golden period), “jendela
kesempatan” (window of opportunity) dan “masa kritis” (critical period).
Setiap kelainan/ penyimpangan sekecil apapun apabila tidak terdeteksi
1
apalagi tidak ditangani dengan baik akan mengurangi kualitas sumber
daya manusia kelak kemudian hari (Depkes, 2007).
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian pra sekolah?
2. Bagaimana karakteristik perkembangan masa pra sekolah?
3. Apa saja ciri-ciri masa pra sekolah?
4. Bagaimana konsep jiwa anak masa pra sekolah?
5. Bagaimana peran keluarga dalam stimulasi perkembangan anak pra
sekolah?
6. Bagaimana asuhan keperawatan sehat jiwa pada pra sekolah?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian masa pra sekolah
2. Mengetahui karakteristik perkembangan masa pra sekolah
3. Mengetahui ciri-ciri masa pra sekolah
4. Mengetahui konsep jiwa anak masa pra sekolah
5. Mengetahui peran keluarga dalam stimulasi perkembangan anak pra
sekolah
6. Mengetahui asuhan keperawatan sehat jiwa pra sekolah
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
3
Potts dan Mandleco (2012) membangi perkembangan pra sekolah
menjadi 5 yaitu perkembangan fisik, psikoseksual, kognitif,
psikososial dan moral sebagai berikut :
a. PerkembanganFisik
4
c. PerkembanganKognitif
d. PerkembanganPsikososial
5
bersama teman, berbagi mainan dan bermain dengan aturan
sederhana. Pada usia 3 tahun, anak senang melewatkan waktu
bersama orang tua, cemburu atau sibling terhadap adiknya,
mampu mengerjakan pekerjaan rumah yang sederhana,
mempunyai cara penyelesaian masalah yang cenderung
regression, denial, projection, displacement, attack,
ratinalization dan sublimation. Pada usia 4 tahun, rasa sibling
semakin terlihat dengan munculnya rasa bersaing dengan
saudara, dan dapat berkembang menjadi perasaan frustasi
terhadap orang tua dan saudara, namun demikian anak mulai
mandiri dalam berpakaian dan makan, mudah bercerita terhadap
orang lain, dan mulai mengungkapkan rasa takut terhadap
hewan, kondisi gelap dan rasa sakit. Pada usia 5 tahun, anak
merasa nyaman bersama orang tua, senang beraktivitas dengan
keluarga, belajar menjalankan aturan, belajar bertanggungjawab,
dan mampu mengungkapkan secara verbal tentangperasaannya.
e. PerkembanganMoral
6
C. Ciri-Ciri Masa Pra Sekolah
Snowman (dalam Patmonodewo, 2008) mengemukakan ciri-ciri anak usia
prasekolah (3-6 tahun) yang biasanya berada di Taman Kanak-Kanak.
Ciri-ciri yang dikemukakan meliputi aspek fisik, sosial, emosi dan kognitif
anak.
1. Ciri fisik
Anak usia prasekolah umumnya sangat aktif. Mereka memiliki
penguasaan (kontrol) terhadap tubuhnya dan sangat suka melakukan
kegiatan yang dilakukan sendiri. Setelah melakukan berbagai kegiatan,
anak usia prasekolah membutuhkan istirahat yang cukup. Otot-otot
besar pada anak usia prasekolah lebih berkembang dari kontrol terhadap
jari dan tangan. Oleh karena itu, mereka biasanya belum terampil dalam
melakukan kegiatan yang agak rumit seperti mengikat tali sepatu. Anak
usia prasekolah juga sering mengalami kesulitan apabila harus
memfokuskan perhatiannya pada objek-objek yang kecil ukurannya.
Walaupun tubuh anak ini lentur, tetapi tengkorak kepala mereka masih
lunak. Selain itu, walaupun anak laki-laki lebih besar, akan tetapi anak
perempuan lebih terampil dalam tugas yang praktis.
2. Ciri sosial
Umumnya pada tahap ini mereka mempunyai satu atau dua sahabat,
tetapi sahabat ini cepat berganti. Kelompok bermainnya cenderung
kecil dan tidak terlalu terorganisir dengan baik. Anak yang lebih muda
sering kali bermain bersebelahan dengan anak yang lebih tua. Selain itu
permainan mereka juga bervariasi sesuai dengan kelas sosial dan
gender. Sering terjadi perselisihan tetapi kemudian berbaikan kembali.
Pada anak usia prasekolah juga sudah menyadari peran jenis kelamin.
3. Ciri emosional
7
Anak usia prasekolah cenderung mengekspresikan perasaan secara
bebas dan terbuka. Iri hati juga sering terjadi diantara mereka dan anak
usia prasekolah pada umumnya sering kali merebut perhatian guru.
4. Ciri kognitif
Anak usia prasekolah umumnya sudah terampil dalam berbahasa.
Kompetensi anak juga perlu dikembangkan melalui interaksi, minat,
kesempatan, memahami dan kasih sayang.
8
dan memukul. Tempertantrum sering terjadi pada anak usia prasekolah
terutama 2-4 tahun ketika anak pertama kali berusaha menunjukkan
negativisme dan kemandiriannya. Setelah lebih besar (5-12 tahun) anak
sudah bisa mengutarakan pikirannya secara verbal sehingga
tempertantrum akan berkurang. Penyebab tantrum karena reaksi instingtif
saat frustrasi, diserang atau keinginan tidak terpenuhi, meniru,
ketidakmampuan mengutarakan isi hati secara komunikatif.
3. Agresif: verbal atau fisik
Perilaku agresif adalah perilaku yang dapat menimbulkan luka pada diri
sendiri atau orang lain. Agresi bisa berupa agresi fisik seperti memukul,
menyepak, melempar, mendorong, meludahi, dan lain-lain. Agresi psikis
seperti memanggil nama dengan tidak hormat, mengejek, memerintah,
memberi label, bertengkar, dan mengancam. Anak yang agresif cenderung
impulsif, mudah marah, tidak matang, sukar menerima kritik dan mudah
frustrasi. Penyebabnya antara lain karena frustrasi datam kehidupan
sehari-hari atau karena pengaruh daya khayal anak. Anak yang sering
menonton film-film agresif cenderung lebih agresif daripada anak lain
pada umumnya.
4. Menarik diri
Anak yang menarik diri tidak mau terlihat dalam kontak sosial dengan
teman-temannya. Hal ini dapat dipengaruhi oleh masalah lain seperti
kesulitan bersekolah, gangguan kepribadian, dan masalah-masalah
emosional. Namun bisa juga terjadi anak-anak yang terlalu pandai atau
terlalu kreatif seringkali mengalami masalah ini. Cara berpikir yang
berbeda membuat teman-teman seusianya tidak dapat menerima mereka
sehingga ia terkucilkan. Anak-anak menarik diri disebabkan oleh rasa
takut terhadap orang lain, kurangnya keterampilan sosial seperti antri,
berbagi, menyumbangkan ide, atau orang tua yang tidak suka pada teman
sebayanya.
5. Impulsif
9
Anak yang impulsif bertindak secara spontan secara mendadak, memaksa,
dan tidak sengaja. Ia tidak memikirkan akibat dari tindakannya. Anak usia
prasekolah masih wajar jika menunjukkan beberapa perilaku impulsif
mengingat kematangan kognitif dan emosinya masih belum berkembang
sepenuhnya. Namun untuk kasus-kasus yang ekstrim, impulsivitas dapat
disebabkan oleh penyebab organik, kecemasan (karena
cemas tidak dapat berpikir rasional), dan pengaruh budaya atau
pengasuhan.
6. Terlalu aktif
Anak yang terlalu aktif biasanya masih bisa mengikuti kegiatan belajar,
namun pada saat tertentu ia menjadi sangat aktif dan jika ditelusuri
penyebabnya bisa dari faktor internal maupun eksternal. Faktor internal
seperti kondisi emosi, kejenuhan belajar, dan kebutuhan akan perhatian
anak. Sedangkan faktor eksternal karena manajemen kelas yang kurang
baik, pelajaran kurang menantang, ataupun karena karakteristik guru.
7. Kurang mampu berkonsentrasi
Beberapa anak kurang mampu berkonsentrasi. Anak yang kurang mampu
berkonsentrasi bisa karena mengalami Gangguan Pemusatan Perhatian
(attention deficit disorder), tetapi juga ada kemungkinan disebabkan oleh
faktor emosional ataupun terlalu banyak minat. Penyebab kurangnya
perhatian antara lain karena gangguan perkembangan syaraf, temperamen,
gangguan perseptual (penglihatan atau pendengaran), tidak dapat
membedakan antara figur dan latar belakang (misalnya tidak dapat
membedakan mana suara yang bising atau mana suara guru), tidak dapat
memahami keurutan seringkali bingung dan menjadi tampak seperti tidak
memperhatikan. Kecemasan dan rasa tidak aman, kurangnya kernatangan
emosi juga dapat menjadi penyebab kurangnya kemampuan untuk
memusatkan perhatian.
8. Suka melamun
Melamun merupakan kegiatan yang wajar pada anak-anak. Melamun
menjadi masalah ketika dilakukan pada saat yang tidak tepat. Jika anak
melamun sampai tidak dapat memperhatikan instruksi guru dan
10
melaksanakan tugasnya maka melamun menjadi masalah. Kegiatan
melamun berlebihan dapat terjadi ketika realita kehidupan anak tidak
memuaskan sehingga lebih memilih berkhayal daripada memikirkan
kenyataannya.
9. Egois
Anak yang egois hanya peduli dengan dirinya sendiri, hanya berfokus
pada kesejahteraan dirinya sendiri tanpa peduli orang lain. Anak usia
prasekolah umumnya masih egosentris karena dunianya masih terpusat
pada dirinya sendiri, karena merasa dirinya dan dunia sekitarnya adalah
satu. Penyebab perilaku egois dapat dikarenakan berbagai ketakutan,
seperti takut dekat dengan orang lain, takut ditolak, dan takut perubahan.
Anak yang banyak merasakan ketakutan seringkali memandang berbagai
perubahan dalam hidupnya sebagai sesuatu yang mengancam dirinya. Ia
memandang segala sesuatu dari sudut pandangnya dan memahami sudut
pandang orang lain dianggap sebagai suatu perubahan yang menakutkan.
10. Terlalu tergantung
Perilaku ketergantungan meliputi mencari perhatian, kasih sayang ataun
bantuan dari orang lain secara berlebihan. Ciri-ciri terlalu tergantung
antara lain: sering merengek, menangis, sering menyela pembicaraan
orang tua, menuntut orang lain membantunya melakukan sesuatu padahal
sebenarnya ia bisa melakukannya, tidak punya inisiatif, lebih menunggu
bantuan orang dewasa, memerlukan kedekatan fisik, suka mencari
perhatian atau mengharapkan orang tua sering mengawasinya, berbicara
dengannya, melihat apa yang telah dibuatnya. Setelah usia 4 tahun jika
anak masih menangis ketika ditinggal ibunya berarti bahwa ia
menunjukkan perilaku ketergantungan. Penyebab perilaku ketergantungan
adalah adanya penguatan dari orangtua, rasa bersalah orang tua, pola
pengasuhan yang permisif, mencari perhatian orang tua, perasaan egois,
dan perasaan ditolak.
11
Briawan dan Herawati (2008), menjelaskan bahwa ibu mempunyai
peran sangat tinggi dalam memberikan stimulasi terhadap
perkembangan anak, sedangkan keterlibatan ayah dan anggota
keluarga lainnya masih rendah. Disebutkan pula bahwa stimulasi
yang diberikan keluarga pada anak usia 3-4 tahun adalah dengan
memberi kesempatan anak melompat dengan satu kaki, melatih
menggunting mengikuti gambar, melatih bersikap sopan santun,
dan melatih anak mengancingkan bajunya sendiri.
12
d. Peran Pendidikan bagiAnak
Keluarga atau orang tua mengajarkan kepada anak penguasaan diri, nilai
dan peran sosial, sehingga anak mempunyai pondasi atau dasar
kepribadian yang terarah ketika memasuki lingkungan sekunder atau
lingkungan di luar keluarganya
BAB III
13
ASUHAN KEPERAWATAN
SEHAT JIWA PADA PRA SEKOLAH
A. Pengkajian
1. Keluarga
a. Pengetahuan keluarga
b. Peran orang tua
2. Anak
a. Perkembangan fisik, yang perlu di kaji antara lain :
1) Berat badan anak, biasanya meningkat kira-kira 2.5 kg per tahun.
Berat badan rata-rata pada usia 5 tahun adalah kira-kira 21 Kg
terkait dengan nutrisi anak.
2) Pertumbuhan anak ( tinggi badan 2 – 3 inchi per tahun ).
3) Perkembangan motorik pada anak. Terjadi peningkatan koordinasi
otot besar dan halus, sehingga mereka dapat berlari dengan baik,
berjalan naik dan turun dengan mudah dan belajar untuk melompat.
4) Kebiasaan makan, tidur dan eliminasi anak.
b. Perkembangan kognitif, yang perlu dikaji antara lain :
1) Pengetahuan anak yang berhubungan dengan pengalaman konkret.
2) Perkembangan moral usia anak terkait dengan pemahaman tentang
perilaku yang disadari secara sosial benar atau salah.
3) Perkembangan bahasa anak ternasuk kosakata, yang
memungkinkan penggabungan berbagai personifikasi yang
berbeda.
c. Perkembangan psiko-sosial
1) Bagaimana hubungan anak dengan teman sebayanya.
2) Kaji permainan anak. Permainan anak prasekolah menjadi lebih
sosial, mereka berganti dari bermain paralel ke jenis asosiatif.
d. Persepsi kesehatan
Kita mengkaji persepsi kesehatan melaui keluarga, pola hidup
mereka, sensasi pada tubuh anak itu sendiri, dan kemampuan orang
tua untuk melakukan aktivitas sehari-hari yang biasanya membantu
14
anak-anak mengembangkan perilaku sehat mereka, berpakaian dan
makan.
B. Diagnosa Keperawatan
a. Kecemasan orang tua berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
memberi perawatan pada perubahan yang akan terjadi pada status
kesehatan anaknya.
b. Kesiapan peningkatan perkembangan pra sekolah
C. Asuhan Keperawatan
3
Anjurkan keluarga untuk3. Dengan cara
mengurangi stresor yang mencegah dan tidak
menyebabkan kecemasan selalu memikirkan
masalah
1.
15
2 Kesiapan peningkatan Mempertahankan pemenuhan Kaji pemenuhan Mengetahui kebutuhan
perkembangan pra kebuthan fisik yang optimal kebutuhan fisik anak fisik yang diperlukan
sekolah oleh anak
Anjurkan pemberian Untuk mencegah anak
makanan gizi yang mengonsumsi
seimbang makanan yang banyak
mengandung bahan
pengawet dan
berbahaya
16
berbahasa aman dan nyaman bagi nyaman dan aman
anak untuk bermain ketila bermain maupun
dirumah beraktifitas
17
kelamin sendiri dan mampu mrmbedakan
membedakan dengan jenis kelamin antara
jenis kelamin anak lain laki laki dan
perempuan
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
18
Anak usia prasekolah (3-6 tahun) memiliki potensi yang besar untuk
segera berkembang, potensi tersebut akan berkembang apabila diberikan
layanan berupa kesempatan melakukan kegiatan motorik yang dilatih atau
digunakan sesuai dengan perkembangan anak tersebut. Besar kecilnya
naluri bergerak bagi anak tidak selalu sama.
B. Saran
Sebagai calon generasi penerus bangsa, kualitas tumbuh kembang
anak perlu mendapat perhatian serius, karena perkembagan individu terjadi
secara simultan antara dimensi fisik, kognitif, psikososial, moral dan
spiritual. Pencapaian tugas perkembangan psikososial agar tidak terjadi
hambatan yang serius pada anak prasekolah, perlu diperhatikan factor
psikososial yang dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak.
DAFTAR PUSTAKA
19
Adriana, D. (2013). Tumbuh Kembang & Terapi Bermain Pada Anak. Jakarta:
Salemba Medika.
Briawan, D & Herawati, T. (2008). Peran Stimulasi Orangtua terhadap
Perkembangan Anak Balita Keluarga Miskin. Diperoleh dari
http://www.journal.ipb.ac.id›Home›Vol1,No1(2008)›Briawanpada tangga 9
september 2020.
20
Wong, D.L. (2009). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Edisi 6. Jakarta: EGC
21