Anda di halaman 1dari 24

ASUHAN KEPERAWATAN SEHAT JIWA

SEPANJANG RENTANG KEHIDUPAN PRA SEKOLAH

Makalah Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Jiwa


yang Diampu oleh Dosen Dwi Ariani Sulistyowati,S.Kep.,Ns.,M.Kep

Disusun Oleh :

1. Liana Nur Fadhilah P27220020253


2. Maisye Nur Aisyah P27220020254
3. Mawaddah P27220020255
4. Mila Yuli Astutik P27220020256
5. Muhammad Adib Sya’bani P27220020257
6. Muhammad Ghulam Al Faris P27220020258
7. Mutia Khusna Fitriani P27220020259
8. Nadya Farinyna Siswandi P27220020260

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA
JURUSAN KEPERAWATAN
PROFESI-NERS
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat rahmat dan hidayah–Nya kami dapat menyusun dan menyelesaikan
makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Sehat Jiwa Sepanjang
Rentang Kehidupan Pra Sekolah” ini dengan tepat pada waktu yang telah
ditentukan. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah
Keperawatan Jiwa yang diberikan oleh Ibu Dwi Ariani
Sulistyowati.,S.Kep.,Ns.,M.Kep.
Pada kesempatan ini, kami juga berterima kasih atas bimbingan dan
masukan dari semua pihak yang telah memberi kami bantuan wawasan untuk
dapat menyelesaikan makalah ini baik itu secara langsung maupun tidak langsung.
Kami menyadari isi makalah ini masih jauh dari kategori sempurna, baik
dari segi kalimat, isi maupun dalam penyusunan. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun dari dosen mata kuliah yang bersangkutan, sangat kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Surakarta, 10 September 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.........................................................................................1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................1
C. Tujuan .....................................................................................................1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Pengertian Masa Pra Sekolah..................................................................3
B. Karakteristik Perkembangan pada Pra Sekolah.......................................4
C. Ciri-ciri Masa Pra Sekolah......................................................................9
D. Perkembangan Bahasa Masa Pra Sekolah.............................................11
E. Kaitannya Faktor Perkembangan Bayi dan Tugas-Tugas
PerkembanganBayi dalam Kehidupannya ............................................12

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN SEHAT JIWA PADA MASA PRA


SEKOLAH
A. Pengkajian.............................................................................................14
B. Diagnosa Keperawatan..........................................................................15
C. Asuhan Keperawatan.............................................................................15

BAB IVPENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................................18
B. Saran......................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................19

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan jiwa merupakan suatu kondisi mental sejahtera yang
memungkinkan hidup harmonis dan produktif yang utuh dari kualitas
hidup seseorang, dengan memperhatikan semua segi kehidupan manusia
dengan ciri menyadari sepenuhnya kemampuan dirinya, mampu
menghadapi stress kehidupan dengan wajar, mampu bekerja dengan
produktif dan memenuhi kebutuhan hidupnya, dapat berperan serta dalam
lingkungan hidup, menerima dengan baik apa yang ada pada dirinya dan
merasa nyaman dengan orang lain. (Keliat, 2011).
Menurut Keliat (2015), anak usia prasekolah memiliki potensi
yang cukup besar untuk segera berkembang, potensi tersebut akan terus
berkembang, jika anak terus dilatih untuk diberikan stimulasi. Banyak hal
yang dapat mempengaruhi perkembangan anak usia Pra Sekolah. Salah
satunya sikap pendidik anak dirumah (Ibu, Ayah, nenek, tente, dll) dan
lingkungan. Dimana menurut Keliat et al (2011) sikap pendidik dan
lingkungan suka melarang dan menyalahkan membuat anak kehilangan
inisiatif, sehingga anak akan mudah mengalami rasa bersalah jika
melakukan keselahan dan tidak kreatif, seperti malu untuk tampil, anak
takut salah melakukan sesuatu, anak membatasi aktivitasnya sehingga
anak terkesan malas dan tidak mempunyai insiatif yang baik.
Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa masa prasekolah
merupakan pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan
tahap perkembangan anak selanjutnya. Usia lima tahun pertama kehidupan
merupakan masa yang sangat peka terhadap lingkungan dan masa ini
berlangsung sangat pendek dan tidak dapat diulang lagi, sehingga masa
prasekolah disebut sebagai “masa keemasan” (golden period), “jendela
kesempatan” (window of opportunity) dan “masa kritis” (critical period).
Setiap kelainan/ penyimpangan sekecil apapun apabila tidak terdeteksi

1
apalagi tidak ditangani dengan baik akan mengurangi kualitas sumber
daya manusia kelak kemudian hari (Depkes, 2007).

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian pra sekolah?
2. Bagaimana karakteristik perkembangan masa pra sekolah?
3. Apa saja ciri-ciri masa pra sekolah?
4. Bagaimana konsep jiwa anak masa pra sekolah?
5. Bagaimana peran keluarga dalam stimulasi perkembangan anak pra
sekolah?
6. Bagaimana asuhan keperawatan sehat jiwa pada pra sekolah?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian masa pra sekolah
2. Mengetahui karakteristik perkembangan masa pra sekolah
3. Mengetahui ciri-ciri masa pra sekolah
4. Mengetahui konsep jiwa anak masa pra sekolah
5. Mengetahui peran keluarga dalam stimulasi perkembangan anak pra
sekolah
6. Mengetahui asuhan keperawatan sehat jiwa pra sekolah

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Anak Prasekolah


Anak usia prasekolah adalah fase perkembangan individu sekitar 2-6
tahun, ketika anak memiliki kesadaran tentang dirinya sebagai pria
atauwanita, dapat mengatur diri dalam buang air (toilet training),
danmengenal beberapa hal yang dianggap berbahaya (mencelakakan dirinya)
(Yusuf, 2011).Anak usia prasekolah adalah Batasan anak usia prasekolah
darisetelah kelahiran (0 tahun) hingga usia sekitar 6 tahun (Pratisti, 2008).
Anak prasekolah adalah anak yang berusia antara tiga setengahhingga
enam tahun, sebelum anak memulai pendidikan formal di sekolah(O’Hagan,
2006).Menurut Noorlaila (2010:22), dalam perkembangan ada beberapa
tahapan yaitu: 1) sejak lahir sampai usia 3 tahun, anak memiliki kepekaan
sensories dan daya pikir yang sudah mulai dapat “menyerap” pengalaman-
pengalaman melalui sensorinya, usia setengah tahun sampai kira-kira tiga
tahun, mulai memiliki kepekaan bahasa dan sangat tepat untuk
mengembangkan bahsanya, 2) masa usia 2-4 tahun, gerakan-gerakan otot
mulai dapat dikoordinasikan dengan baik, untuk berjalan maupun untuk
banyakbergerak yang semi rutin dan yang rutin, berminat pada benda-benda
kecil, dan mulai menyadari adanya urutan waktu (pagi, siang, sore, malam).
Anak prasekolah adalah anak yang masih dalam usia 3-6 tahun, mereka
biasanya sudah mampu mengikuti program prasekolah atau Taman Kanak–
kanak. Dalam perkembangan anak prasekolah sudah ada tahapan-tahapanya,
anak sudah siap belajar kususnya pada usia sekitar 4-6 tahun memiliki
kepekaan menulis dan memiliki kepekaan yang bagus untuk membaca.
Perkembangan kognitif anak masa prasekolah berbeda pada tahap
praoperasional.

B. Karakteristik Perkembangan Pada Masa Pra Sekolah

3
Potts dan Mandleco (2012) membangi perkembangan pra sekolah
menjadi 5 yaitu perkembangan fisik, psikoseksual, kognitif,
psikososial dan moral sebagai berikut :
a. PerkembanganFisik

Pada usia 3 tahun, pertumbuhan rata-rata berat badan 14,6 kg


dengan tinggi badan 95 cm, anak mampu mengontrol BAB dan
BAK malam hari, mampu berjalan, berlari, melompat dan
mengangkat satu kaki dalam beberapa detik, anak mampu
menumpuk 9-10 kubus, mampu membuat coretan lingkaran
namun belum mampu membuat garis. Pada umur 4 tahun,
pertumbuhan anak pra sekolah ditandai dengan rata-rata berat
badan 16,7 kg, tinggi badan 103 cm, mampu berdiri dengan satu
kaki, berjalan melingkar, jinjit, menangkap bola dengan 2
tangan, menggambar garis dengan 3 bagian dan memakai sepatu
dengan model sederhana. Pada usia 5 tahun pertumbuhan rata-
rata berat badan anak 18,7 kg, gigi sudah mulai keropos atau
geripis, mampu melompat tinggi, belajar berenang, menangkap
dan melempar bola, mampu berlari denganmengkoordinasikan
lengan dan tangan, menggunakan pensil secara baik,
menggunting dan menggambar orang dengan 6 bagian tubuh.
b. PerkembanganPsikoseksual

Pada usia 3 tahun, anak mampu mengenal jenis kelamin sendiri


dan orang lain dan mulai meniru peran dan sikap di lingkungan
sekitarnya. Pada usia 4 tahun, perkembangan seksual semakin
matang ditandai dengan kemampuan mengenal dan menjelaskan
perbedaan jenis kelamin, serta bermain peran sesuai dengan
jenis kelaminnya. Pada usia 5 tahun, anak mulai belajar
memahami peran dari setiap jenis kelamin dan dapat menerima
penjelasan tentang adanya kemungkinan kekerasan seksual pada
anak.

4
c. PerkembanganKognitif

Karakteristik perkembangan kognitif anak pra sekolah adalah


berkembangnya pemikiran pra operasional yang ditandai dengan
pemikiran yang berpusat pada diri sendiri (egosentris), berpikir
nyata, memahami alasan dan berkhayal. Pada usia 3 tahun, anak
mulai belajar melihat dan meniru sesuatu di sekitarnya,
memahami konsep waktu, banyak bertanya tentang lingkungan,
takut pada sesuatu yang spesifik, berimajinasi dan belajar
mengenal warna dan angka. Pada usia 4 tahun, egosentris anak
mulai berkurang, perhatian terhadap lingkungan berkembang,
beranalogi dengan sifat yang berlawanan semisal panas dan
dingin, lebih memahami konsep waktu dan konsep ukuran atau
bentuk seperti panjang, pendek dan berat. Pada usia 5 tahun,
anak mulai belajar memahami peran dalam lingkungannya,
mengelompokkan benda sesuai dengan persamaannya.
Perkembangan bahasa pada usia 3 tahun ditandai dengan anak
mengerti nama, umur, membuat kalimat dari 3-4 kata, banyak
bertanya, dan mempunyai kosakata + 900 kata. Sedangkan di
usia 4 tahun, perkembangan bahasa terlihat dari kemampuan
membuat kalimat panjang yang terdiri 4-5 kata, mengerti
minimal 1 warna dan mempunyai 1500 kosakata. Pada usia 5
tahun, perkembangan bahasa semakin meningkat dengan 2100
kosakata, mengenal minimal 4 warna, mengenal nama hari
dalam seminggu, nama bulan dan dapat mengikuti 3
perintahsekaligus.

d. PerkembanganPsikososial

Menurut Erikson (dalam Pott dan Mandleco, 2012),


karakteristik perkembangan psikososial anak pra sekolah adalah
rasa inisiatif vs rasa bersalah, dimana anak sangat energik dalam
bermain dan merasa puas dengan aktivitasnya. Anak mulai
belajar bermain dengan meniru sikap orang dewasa, bermain

5
bersama teman, berbagi mainan dan bermain dengan aturan
sederhana. Pada usia 3 tahun, anak senang melewatkan waktu
bersama orang tua, cemburu atau sibling terhadap adiknya,
mampu mengerjakan pekerjaan rumah yang sederhana,
mempunyai cara penyelesaian masalah yang cenderung
regression, denial, projection, displacement, attack,
ratinalization dan sublimation. Pada usia 4 tahun, rasa sibling
semakin terlihat dengan munculnya rasa bersaing dengan
saudara, dan dapat berkembang menjadi perasaan frustasi
terhadap orang tua dan saudara, namun demikian anak mulai
mandiri dalam berpakaian dan makan, mudah bercerita terhadap
orang lain, dan mulai mengungkapkan rasa takut terhadap
hewan, kondisi gelap dan rasa sakit. Pada usia 5 tahun, anak
merasa nyaman bersama orang tua, senang beraktivitas dengan
keluarga, belajar menjalankan aturan, belajar bertanggungjawab,
dan mampu mengungkapkan secara verbal tentangperasaannya.
e. PerkembanganMoral

Anak usia pra sekolah mulai belajar meminta maaf,


mengucapkan terima kasih dan mulai perhatian terhadap orang
lain. Spiritual anak pun mulai berkembang dengan meniru
kegiatan agama, sikap orang tua, dan belajar memahami konsep
Tuhan dalam bahasa anak.

Keliat, et al (2011) menjelaskan perkembangan inisiatif anak


pra sekolah antara lain mengkhayal, kreatif, berinisiatif bermain
dengan alat-alat di rumah, belajar ketrampilan fisik baru,
bermain bersama anak seusia, mudah berpisah dengan orang
tua, mengetahui salah dan benar, mengikuti aturan, mengenal
minimal 4 warna, merangkai kata menjadi kalimat, melakukan
pekerjaan rumah yang sederhana dan mengenal jeniskelamin.

6
C. Ciri-Ciri Masa Pra Sekolah
Snowman (dalam Patmonodewo, 2008) mengemukakan ciri-ciri anak usia
prasekolah (3-6 tahun) yang biasanya berada di Taman Kanak-Kanak.
Ciri-ciri yang dikemukakan meliputi aspek fisik, sosial, emosi dan kognitif
anak.
1. Ciri fisik
Anak usia prasekolah umumnya sangat aktif. Mereka memiliki
penguasaan (kontrol) terhadap tubuhnya dan sangat suka melakukan
kegiatan yang dilakukan sendiri. Setelah melakukan berbagai kegiatan,
anak usia prasekolah membutuhkan istirahat yang cukup. Otot-otot
besar pada anak usia prasekolah lebih berkembang dari kontrol terhadap
jari dan tangan. Oleh karena itu, mereka biasanya belum terampil dalam
melakukan kegiatan yang agak rumit seperti mengikat tali sepatu. Anak
usia prasekolah juga sering mengalami kesulitan apabila harus
memfokuskan perhatiannya pada objek-objek yang kecil ukurannya.
Walaupun tubuh anak ini lentur, tetapi tengkorak kepala mereka masih
lunak. Selain itu, walaupun anak laki-laki lebih besar, akan tetapi anak
perempuan lebih terampil dalam tugas yang praktis.
2. Ciri sosial
Umumnya pada tahap ini mereka mempunyai satu atau dua sahabat,
tetapi sahabat ini cepat berganti. Kelompok bermainnya cenderung
kecil dan tidak terlalu terorganisir dengan baik. Anak yang lebih muda
sering kali bermain bersebelahan dengan anak yang lebih tua. Selain itu
permainan mereka juga bervariasi sesuai dengan kelas sosial dan
gender. Sering terjadi perselisihan tetapi kemudian berbaikan kembali.
Pada anak usia prasekolah juga sudah menyadari peran jenis kelamin.

3. Ciri emosional

7
Anak usia prasekolah cenderung mengekspresikan perasaan secara
bebas dan terbuka. Iri hati juga sering terjadi diantara mereka dan anak
usia prasekolah pada umumnya sering kali merebut perhatian guru.
4. Ciri kognitif
Anak usia prasekolah umumnya sudah terampil dalam berbahasa.
Kompetensi anak juga perlu dikembangkan melalui interaksi, minat,
kesempatan, memahami dan kasih sayang.

D. Konsep Jiwa pada Anak Masa Pra Sekolah


Masa prasekolah merupakan periode kritis untuk efektivitas upaya – upaya
pencegahan dan penanganan tumbuh kembang anak. Berbagai jenis
perkembangan anak dengan berbagai derajatnya sering kali dapat terlihat pada
anak prasekolah. Oleh karena itu, orang tua perlu deteksi dini terhadap
gangguan pada anak untuk dapat segera memberikan rujukan kepada tenaga
professional seperti dokter tumbuh kembang anak, psikologi, ataupun perawat
untuk menangani masalah anak. Masalah perilaku pada anak pra sekolah
banyak terjadi karena tugas-tugas perkembangan pada suatu periode tertentu
tidak terpenuhi sehingga menimbulkan masalah anak. Mittman dalam Nakita
(1981; 2008) mengemukakan beberapa masalah umum yang terjadi pada anak
pada usia prasekolah:
1. Tidak patuh
Ada 3 bentuk ketidakpatuhan: melakukan instruksi tapi terpaksa, tidak
mau melakukan instruksi, atau sengaja melakukan yang bertolak belakang
dengan instruksi. Penyebab perilaku tidak patuh antara lain : pola
pengasuhan yang serba membolehkan atau terlalu disiplin, pola
pengasuhan yang tidak konsisten, orang tua yang mengalami stres,
ataupun anak terlalu pandai.
2. Tempertantrum
Tempertantrum merupakan kemarahan yang meledak-ledak yang berupa
hilangnya kontrol diri berbentuk menjerit-jerit, memaki, merusak barang,
dan berguling-guling di lantai. Anak yang lebih kecil biasanya muntah
atau mengompol, ada juga yang menyerang orang lain dengan menyepak

8
dan memukul. Tempertantrum sering terjadi pada anak usia prasekolah
terutama 2-4 tahun ketika anak pertama kali berusaha menunjukkan
negativisme dan kemandiriannya. Setelah lebih besar (5-12 tahun) anak
sudah bisa mengutarakan pikirannya secara verbal sehingga
tempertantrum akan berkurang. Penyebab tantrum karena reaksi instingtif
saat frustrasi, diserang atau keinginan tidak terpenuhi, meniru,
ketidakmampuan mengutarakan isi hati secara komunikatif.
3. Agresif: verbal atau fisik
Perilaku agresif adalah perilaku yang dapat menimbulkan luka pada diri
sendiri atau orang lain. Agresi bisa berupa agresi fisik seperti memukul,
menyepak, melempar, mendorong, meludahi, dan lain-lain. Agresi psikis
seperti memanggil nama dengan tidak hormat, mengejek, memerintah,
memberi label, bertengkar, dan mengancam. Anak yang agresif cenderung
impulsif, mudah marah, tidak matang, sukar menerima kritik dan mudah
frustrasi. Penyebabnya antara lain karena frustrasi datam kehidupan
sehari-hari atau karena pengaruh daya khayal anak. Anak yang sering
menonton film-film agresif cenderung lebih agresif daripada anak lain
pada umumnya.
4. Menarik diri
Anak yang menarik diri tidak mau terlihat dalam kontak sosial dengan
teman-temannya. Hal ini dapat dipengaruhi oleh masalah lain seperti
kesulitan bersekolah, gangguan kepribadian, dan masalah-masalah
emosional. Namun bisa juga terjadi anak-anak yang terlalu pandai atau
terlalu kreatif seringkali mengalami masalah ini. Cara berpikir yang
berbeda membuat teman-teman seusianya tidak dapat menerima mereka
sehingga ia terkucilkan. Anak-anak menarik diri disebabkan oleh rasa
takut terhadap orang lain, kurangnya keterampilan sosial seperti antri,
berbagi, menyumbangkan ide, atau orang tua yang tidak suka pada teman
sebayanya.

5. Impulsif

9
Anak yang impulsif bertindak secara spontan secara mendadak, memaksa,
dan tidak sengaja. Ia tidak memikirkan akibat dari tindakannya. Anak usia
prasekolah masih wajar jika menunjukkan beberapa perilaku impulsif
mengingat kematangan kognitif dan emosinya masih belum berkembang
sepenuhnya. Namun untuk kasus-kasus yang ekstrim, impulsivitas dapat
disebabkan oleh penyebab organik, kecemasan (karena
cemas tidak dapat berpikir rasional), dan pengaruh budaya atau
pengasuhan.
6. Terlalu aktif
Anak yang terlalu aktif biasanya masih bisa mengikuti kegiatan belajar,
namun pada saat tertentu ia menjadi sangat aktif dan jika ditelusuri
penyebabnya bisa dari faktor internal maupun eksternal. Faktor internal
seperti kondisi emosi, kejenuhan belajar, dan kebutuhan akan perhatian
anak. Sedangkan faktor eksternal karena manajemen kelas yang kurang
baik, pelajaran kurang menantang, ataupun karena karakteristik guru.
7. Kurang mampu berkonsentrasi
Beberapa anak kurang mampu berkonsentrasi. Anak yang kurang mampu
berkonsentrasi bisa karena mengalami Gangguan Pemusatan Perhatian
(attention deficit disorder), tetapi juga ada kemungkinan disebabkan oleh
faktor emosional ataupun terlalu banyak minat. Penyebab kurangnya
perhatian antara lain karena gangguan perkembangan syaraf, temperamen,
gangguan perseptual (penglihatan atau pendengaran), tidak dapat
membedakan antara figur dan latar belakang (misalnya tidak dapat
membedakan mana suara yang bising atau mana suara guru), tidak dapat
memahami keurutan seringkali bingung dan menjadi tampak seperti tidak
memperhatikan. Kecemasan dan rasa tidak aman, kurangnya kernatangan
emosi juga dapat menjadi penyebab kurangnya kemampuan untuk
memusatkan perhatian.
8. Suka melamun
Melamun merupakan kegiatan yang wajar pada anak-anak. Melamun
menjadi masalah ketika dilakukan pada saat yang tidak tepat. Jika anak
melamun sampai tidak dapat memperhatikan instruksi guru dan

10
melaksanakan tugasnya maka melamun menjadi masalah. Kegiatan
melamun berlebihan dapat terjadi ketika realita kehidupan anak tidak
memuaskan sehingga lebih memilih berkhayal daripada memikirkan
kenyataannya.
9. Egois
Anak yang egois hanya peduli dengan dirinya sendiri, hanya berfokus
pada kesejahteraan dirinya sendiri tanpa peduli orang lain. Anak usia
prasekolah umumnya masih egosentris karena dunianya masih terpusat
pada dirinya sendiri, karena merasa dirinya dan dunia sekitarnya adalah
satu. Penyebab perilaku egois dapat dikarenakan berbagai ketakutan,
seperti takut dekat dengan orang lain, takut ditolak, dan takut perubahan.
Anak yang banyak merasakan ketakutan seringkali memandang berbagai
perubahan dalam hidupnya sebagai sesuatu yang mengancam dirinya. Ia
memandang segala sesuatu dari sudut pandangnya dan memahami sudut
pandang orang lain dianggap sebagai suatu perubahan yang menakutkan.
10. Terlalu tergantung
Perilaku ketergantungan meliputi mencari perhatian, kasih sayang ataun
bantuan dari orang lain secara berlebihan. Ciri-ciri terlalu tergantung
antara lain: sering merengek, menangis, sering menyela pembicaraan
orang tua, menuntut orang lain membantunya melakukan sesuatu padahal
sebenarnya ia bisa melakukannya, tidak punya inisiatif, lebih menunggu
bantuan orang dewasa, memerlukan kedekatan fisik, suka mencari
perhatian atau mengharapkan orang tua sering mengawasinya, berbicara
dengannya, melihat apa yang telah dibuatnya. Setelah usia 4 tahun jika
anak masih menangis ketika ditinggal ibunya berarti bahwa ia
menunjukkan perilaku ketergantungan. Penyebab perilaku ketergantungan
adalah adanya penguatan dari orangtua, rasa bersalah orang tua, pola
pengasuhan yang permisif, mencari perhatian orang tua, perasaan egois,
dan perasaan ditolak.

E. Peranan Keluarga dalam Stimulasi Perkembangan Anak Pra Sekolah

11
Briawan dan Herawati (2008), menjelaskan bahwa ibu mempunyai
peran sangat tinggi dalam memberikan stimulasi terhadap
perkembangan anak, sedangkan keterlibatan ayah dan anggota
keluarga lainnya masih rendah. Disebutkan pula bahwa stimulasi
yang diberikan keluarga pada anak usia 3-4 tahun adalah dengan
memberi kesempatan anak melompat dengan satu kaki, melatih
menggunting mengikuti gambar, melatih bersikap sopan santun,
dan melatih anak mengancingkan bajunya sendiri.

Saputro & Talan (2017) menjelaskan bahwa keluarga merupakan


tempat atau lingkungan pendidikan pertama serta utama bagi
seorang anak dimana perkembangan kepribadian mulai
berkembang, anak mulai dilatih melakukan penguasaan diri,
mengenal nilai-nilai dan peran sosial, sehingga ketika anak sudah
cukup umur untuk memasuki lingkungan di luar lingkungan
keluarganya, pondasi kepribadian anak sudah lebih terarah dan
terbentuk. Selain itu, dijelaskan pula bahwa peran keluarga dalam
perkembangan anak balita terbagi menjadi 4 (empat) yaitu :
a. PeranStimulus

Peran ini dilakukan semenjak anak dalam kandungan melalui


aktivitas sederhana, seperti membantu ketersediaan asupan
gizi, bernyanyi, mendoakan, dan mengajak bicara.
b. Peran Pengasuhan Anak

Peran ini dilakukan tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan


ekonomi tetapi juga menjalankan peran domestik dalam
merawat dan membesarkan anak.
c. Peran Pertumbuhan dan PerkembanganAnak

Peran ini dilakukan sejak anak masih dalam kandungan dimana


orang tua tidak pernah melewatkan setiap tahapan pertumbuhan
dan perkembangan anak dan berusaha menjadi teman yang
baik buat anak.

12
d. Peran Pendidikan bagiAnak
Keluarga atau orang tua mengajarkan kepada anak penguasaan diri, nilai
dan peran sosial, sehingga anak mempunyai pondasi atau dasar
kepribadian yang terarah ketika memasuki lingkungan sekunder atau
lingkungan di luar keluarganya

BAB III

13
ASUHAN KEPERAWATAN
SEHAT JIWA PADA PRA SEKOLAH

A. Pengkajian
1. Keluarga
a. Pengetahuan keluarga
b. Peran orang tua
2. Anak
a. Perkembangan fisik, yang perlu di kaji antara lain :
1) Berat badan anak, biasanya meningkat kira-kira 2.5 kg per tahun.
Berat badan rata-rata pada usia 5 tahun adalah kira-kira 21 Kg
terkait dengan nutrisi anak.
2) Pertumbuhan anak ( tinggi badan 2 – 3 inchi per tahun ).
3) Perkembangan motorik pada anak. Terjadi peningkatan koordinasi
otot besar dan halus, sehingga mereka dapat berlari dengan baik,
berjalan naik dan turun dengan mudah dan belajar untuk melompat.
4) Kebiasaan makan, tidur dan eliminasi anak.
b. Perkembangan kognitif, yang perlu dikaji antara lain :
1) Pengetahuan anak yang berhubungan dengan pengalaman konkret.
2) Perkembangan moral usia anak terkait dengan pemahaman tentang
perilaku yang disadari secara sosial benar atau salah.
3) Perkembangan bahasa anak ternasuk kosakata, yang
memungkinkan penggabungan berbagai personifikasi yang
berbeda.
c. Perkembangan psiko-sosial
1) Bagaimana hubungan anak dengan teman sebayanya.
2) Kaji permainan anak. Permainan anak prasekolah menjadi lebih
sosial, mereka berganti dari bermain paralel ke jenis asosiatif.
d. Persepsi kesehatan
Kita mengkaji persepsi kesehatan melaui keluarga, pola hidup
mereka, sensasi pada tubuh anak itu sendiri, dan kemampuan orang
tua untuk melakukan aktivitas sehari-hari yang biasanya membantu

14
anak-anak mengembangkan perilaku sehat mereka, berpakaian dan
makan.
B. Diagnosa Keperawatan
a. Kecemasan orang tua berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
memberi perawatan pada perubahan yang akan terjadi pada status
kesehatan anaknya.
b. Kesiapan peningkatan perkembangan pra sekolah
C. Asuhan Keperawatan

No. Diagnosa Tujuan Intervensi Rasionalisasi


Keperawatan

1. Kecemasan orang tua Tujuan umum: 1.   Anjurkan keluarga untuk1.   Dengan pengungkapan


berhubungan dengan Setelah dilakukan pengkajian mengungkapkan apa yang dirasakan
ketidakmampuan kecemasan keluarga dapat kecemasannya kepada perawat, dapat
keluarga memberikan berkurang mengurangi beban
perawatan pada Tujuan khusus: yang dirasakan.
perubahan yang akana.    Keluarga mampu mengenali
terjadi pada status masalah 2.   Anjurkan keluarga untuk2.   Mekanisme koping
kesehatan anaknya. b.   Keluarga mampu memutuskan tetap mempertahankan keluarga yang adekuat
tindakan yang tepat untuk mekanisme koping dapat mencegah
mengatasi kecemasan. keluarga dalam trauma yang berlebih
menghadapi masalah

3
 Anjurkan keluarga untuk3.   Dengan cara
mengurangi stresor yang mencegah dan tidak
menyebabkan kecemasan selalu memikirkan
masalah

4.   Anjurkan keluarga untuk4.   Pelayanan kesehatan


meminta bantuan dari merupakan salah
tenaga kesehatan dalam satubentuk sumber
upaya mengurangi daya yang ada di
masalah kesehatan masyarakat.

1.      

15
2 Kesiapan peningkatan Mempertahankan pemenuhan Kaji pemenuhan Mengetahui kebutuhan
perkembangan pra kebuthan fisik yang optimal kebutuhan fisik anak fisik yang diperlukan
sekolah oleh anak
Anjurkan pemberian Untuk mencegah anak
makanan gizi yang mengonsumsi
seimbang makanan yang banyak
mengandung bahan
pengawet dan
berbahaya

Kaji pemberian vitamin Memenuhi kebutuhan


dan imunisasi ulangan vitamin dan menjaga
(booster) daya tahan tubuh anak
Mengembangkan ketrampilan
motoric kasar dan halus Ajarkan kebersihan diri Menjaga agar kondisi
anak tetap bersih dan
sehat
Kaji kemampuan motorik Mengetahui tahapan
kasar dan halus anak motorik yang dialami
oleh anak

Fasilitasi anak untuk Membantu untuk


bermain yang mengembangkan
menggunakan motorik motoruk kasar pada
kasar (kejar-kejaran, anak
papan seluncur, sepeda,
sepak bola, tangkap bola,
dll)

Fasilitasi anak untuk Membantu


kegiatan dengan mengembangkan
menggunakan motorik motorik halus pada
halus (belajar anak
menggambar, menulis,
mewarnai, menyusun
balok, dll)

Mengembangkan ketrampilan Menciptakan lingkungan Agar anak merasa

16
berbahasa aman dan nyaman bagi nyaman dan aman
anak untuk bermain ketila bermain maupun
dirumah beraktifitas

Kaji ketrampilan bahasa Mengetahui sejauh


yang dikuasi anak mana kemampuan
bahasa anak
Berikan kesempatan anak Mengembangkan
bertanya dan bercerita kreativitas anak

Sering mengajak Meningkatkan


komunikasi kemampuan berbicara
pada anak
Mengembangkan ketrampilan Ajari anak belajar Meningkatkan
adaptasi psikososial membaca kemampuan anak
dalam membaca
Kaji ketrampilan adaptasi Mengetahui sejauh
psikososial anak mana anak mampu
beradaptasi
Berikan kesempatan anak Membantu
berteman dengan teman memperlancar
sebaya komunikasi anak
dengan teman
sebayanya
Berikan dorongan dan Meningkatkan
kesempatan ikut keberanian pada anak
perlombaan

Pembentukan identitas dan Latih anak berhubungan Agar anak memahami


peran sesuai jenis kelamin dengan orang lain yang cara berkomunikasi
lebih dewasa dengan orang dewasa

Kaji identitas dan peran Agar anak mengetahui


sesuai jenis kelamin perannya

Ajari mengenal bagian- Meningkatkan daya


bagian tubuh ingat pada anak

Ajari mengenal jenis Agar anak paham dan

17
kelamin sendiri dan mampu mrmbedakan
membedakan dengan jenis kelamin antara
jenis kelamin anak lain laki laki dan
perempuan

Berikan pakaian dan Membantu anak


mainan sesuai jenis menemukan identitas
kelamin diri

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

18
Anak usia prasekolah (3-6 tahun) memiliki potensi yang besar untuk
segera berkembang, potensi tersebut akan berkembang apabila diberikan
layanan berupa kesempatan melakukan kegiatan motorik yang dilatih atau
digunakan sesuai dengan perkembangan anak tersebut. Besar kecilnya
naluri bergerak bagi anak tidak selalu sama.

B. Saran
Sebagai calon generasi penerus bangsa, kualitas tumbuh kembang
anak perlu mendapat perhatian serius, karena perkembagan individu terjadi
secara simultan antara dimensi fisik, kognitif, psikososial, moral dan
spiritual. Pencapaian tugas perkembangan psikososial agar tidak terjadi
hambatan yang serius pada anak prasekolah, perlu diperhatikan factor
psikososial yang dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak.

DAFTAR PUSTAKA

19
Adriana, D. (2013). Tumbuh Kembang & Terapi Bermain Pada Anak. Jakarta:
Salemba Medika.
Briawan, D & Herawati, T. (2008). Peran Stimulasi Orangtua terhadap
Perkembangan Anak Balita Keluarga Miskin. Diperoleh dari
http://www.journal.ipb.ac.id›Home›Vol1,No1(2008)›Briawanpada tangga 9
september 2020.

Depkes RI. (2007). Profil Kesehatan 2007. Departemen Kesehatan RI.

Dewi, Rosmala. (2005). Berbagai Masalah Anak Taman Kanak-kanak. Jakarta:


Departemen Pendidikan Nasional.
Feist, J. & Gregory J. Fest. (2008). Theories of Personality (Edisi Keenam).
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Keliat, B.A & Pawirowiyono, A. (2015). Keperawatan Jiwa Terapi Aktivitas


Kelompok Edisi 2. Jakarta: EGC.

Keliat,B.A., dkk. 2011 Keperawatan Jiwa Komunitas: CMHN (Basic Course).


Jakarta: EGC.

Noorlaila, Iva. (2010). Panduan Lengkap Mengajar Paud. Yogyakarta: Pinus


Book Publisher.
O’Hagan, Kierain. (2006). Identifying Emotional and Psikological Abuse: A
Guide For Children Professionals.Open University Press: McGraw Hill
Education.
Potts & Mandleco. (2012). Pediatric Nursing: Caring for Children and Their
Families. 3rd ed. Clifton Park. New York.
Pratisti, D.W. (2008). Psikologi Anak Usia Dini. Jakarta: Indeks
Saputro, H & Talan, Y.O. (2017). Pengaruh Lingkungan Keluarga terhadap
Perkembangan Psikososial pada Anak Prasekolah. Journal of Nursing. Vol
1 No 1hal 1-8
Trihadi, D. (2009). Pengaruh Terapi Kelompok Teraupetik terhadap Kemampuan
Keluarga dalam Memberikan Stimulasi Perkembangan Dini Usia Kanak-
kanak di Kelurahan Bubulak Kota Bogor. Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia.

20
Wong, D.L. (2009). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Edisi 6. Jakarta: EGC

Yusuf, S. (2011). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Pt


Remaja Rodakarya.

21

Anda mungkin juga menyukai