Anda di halaman 1dari 14

Tugas keperawatan keperawatan jiwa II

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK JALANAN

Di susun

Kelompok 5 :

1. Renalda Rengkung 6. Sri Angggun W. Umar

2. Rifaldi Hedriansyah Tamara 7. Sri Rahayu Hanafi

3. Safitrah A. Ayuba 8. Sriyanti A. Langgosa

4. Saurina Kasim 9. Teguh Ar Razzaq Isa

5. Siti Nur Annisa Punuh 10. Treziani Nurfadila Sopyan

PROGRAMSTUDIILMUKEPERAWATAN

FAKULTASILMUKESEHATAN

UNIVERSITASMUHAMMADIYAH GORONTALO

TAHUN 2020.

1
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan Asuhan Keperawatan Jiwa
Pada Anak Jalanan untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa II.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.Untuk itu kami menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah
ini.Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan
baik dari segi materi dalam susunan kalimat maupun tata bahasanya.

Dalam penyusunan karya makalah ini kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi kepada pembaca umumnya.Apabila terdapat kekurangan dalam penulisan makalah ini,
kami mohon maaf dan kami harapkan kritikan dari Anda untuk membangun kembali karya
ini menjadi sempurna.

Gorontalo, November 2020

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………. 2

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………… 3

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………… 4

1.1 Latar belakang ……………………………………………………………... 4

1.2 Tujuan penulisan…………………………………………………………… 4

BAB II TINJAUAN TEORI………………………………………………………….. 5

2.1 Definisi Anak Jalanan……………………………………………………… 5

2.2 Faktor Resiko Untuk Anak Jalanan……………………………………….... 5

2.3 Populasi Khusus pada Anak Jalanan……………………………………….. 7

2.4 Kejahatan dan Kebencian pada Anak Jalanan……………………………… 8

2.6 ASKEP Umum Anak Jalanan………………………………………………. 9

BAB III PEMBAHASAN……………………………………………………………… 11

3.1 Jurnal Konsep diri anak jalanan pada usia remaja…………………………. 11

BAB IV PENUTUP…………………………………………………………………….. 12

4.1 Kesipulan……………………………………………………………………. 12

4.2 Saran………………………………………………………………………… 12

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………... 13

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Jumlah anak jalanan terus bertambah setiap tahunya. Lembaga perlindungan


anak mencatat pada tahun 2003 terdapat 20.665 anak jalanan dijawa barat dan 4.626
diantaranya berada dikota madia bandung. Anak jalanan adalah anak-anak yang
menghabiskan sebagian waktunya untuk bekerja dijalan dikawasan kota. Sedangkan
menurut departemen sosial RI, anka jalanan merupakan anak yang berusia dibawah 18
tahun dan berada dijalan lebih dari 6 jam sehari dalam 6 hari dalam seminggu. Anak
jalanan ini setiap tahunnya selalu mengalami peningkatan.Peningkatan ini merupakan
salah satu akibat dari krisis moniter pada tahun 1997 di Indonesia. Akibat dari krisis ini
banyak sekali permasalahan yang muncul baik dibidang perekonomian, sosial, dan
kesehatan.

Dalam keadaan seperti ini, sangat lah besar kemungkinan bagi anak untuk
terjerumus kejalanan.Perekonomian yang kacau akibat krisi moneter menyebabkan
terjadi pemutusan hubungan kerja dimana-mana.Hingga pada akhirnya anak-anak pun
sampai dipekerjakan oleh orang tuanya untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Pada
akhirnya mereka menjadi penghuni tetap jalanan yang menghabiskan waktunya untuk
bekerja dan menggantungkan hidup dijalanan sehingga mereka menjadi anak jalanan.

1.2 Tujuan penulisan

1. TujuanUmum: Untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa serta


mengetahui bagaimana bentuk keperawatan kesehatan jiwa di masyarakat.
2. TujuanKhusus: Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan jiwa di masyarakat
khususnya pada anak jalanan

4
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi anak jalanan


Pengeftian anak jalanan telah dikemukakan oleh para ahli .Salah
satunya oleh Utoya (dalam Munawir Yusuf dan Gunhardi, 2003:7
)menyebutkan bahwa anak jalanan adalah “anak yang waktunya sebagian besar
dihabiskan di jalan, mencari uang dan berkeliaran di jaan dan di tempat-tempat
umu lainnnya yang usianya 7 sampai 15 tahun’’. Pendapat serupa juga
diungkapkan oleh Soedijar (dalam Dwi Hastutik, 2005:15) bahwa “anak jalanan
adalah anak-anak berusia 7-15 tahun, bekerja dijalanan dan ditempat umum
lainnya yang dapat membahayakan keselamatan dirinya”.
Anak jalanan adalah anak yang berusia 5-18 tahun baik laki-laki
maupun perempuan yang menghabiskan sebagai waktunya untuk bekerja dijalan
kawana urban, memiliki komunikasi yang minimal atau sama sekali tidak
pernah berkomunikasi dengan keluarga dan kurang pengawasan, perlindungan,
dan bimbingan sehingga rawan terkena gangguan kesehatan dan psikologis.
Sedangkan menurut departemen sosial RI (2005:5), Anak jalanan
adalah anakyang menghabiskan sebagian besar waktunya untuk melakukan
kegiatan hidup sehari-hari dijalanan, baik untuk mencari nafkah atau
berkeliaraan di jalan dan ditempat umum lainnya. Anak jalanan merupakan anak
yang berusia dibawah 18 tahun dan berada dijalan lebih dari 6 jam sehari dalam
6 hari dalam seminggu .Akan tetapi, secara umum anak jalana terbentuk dari
dua kata yaitu anak dan jalanan. Anak mengacu pada usia yang hingga kini
masih beragam pendapatnya. Sedangkan jalanan mengacu pada tempat dimana
anak terseut beraktivitas.

2.2 Faktor Resiko Untuk Anak Jalanan


Factor penyebab anak jalanan
1) faktor inernal
Faktor internal yang menyebabkan terjadinya anak jalanan diantaranya
adalah:
a. Sifat malas dan tidak mau bekerja

5
b. Adanya cacat-cacat yang bersifat biologis-psikologis. Cacat
keturunan yang bersifat bilogis yaitu kurang berfungsinya organ
tubuh untuk memproduksi atau organ genital yang menimpa
sesorang. Cacat psikologis adalah kurang berfungsinya mental dan
tingkah laku seseorang untuk bersosialisasi di masyarakat.
c. Tidak ada kegemaran, tidak memiliki hobi yang sehat seseorang
anak yang tidak memiliki hobbi yang sehat atau kegemaran yang
positif untuk megisi waktu luangnya maka dengan mudah
melakukan tindakan negatif.
d. Ketidakmampuan penyesuaian diri terhadap perubahan lingkugan
yang baik dan kreatif ketidak mampuan penyesuaian diri atau
adaptasi terhadap perubahan lingkungan yang baik dan kratif
menimbulkan tindakan moral atau tindakan yang mengarah pada
peruabahan yang negatif.
e. Impian kebebasan berbgai masalah yang dihadapi anak didalam
keluarga dapat menimbulkan pemberontakan didalam dirinya dan
berusaha mencari jalan keluar. Seorang anak merasa bosan dan
tersiksa dirumah karena setiap hari menyiksa kedua orang tuanya
bertengkar dan tidak memperhatikan mereka, pada akhirnya dia
memilih kejalanan karena ia merasa memiliki kebebasan dan
memiliki banyak kawan yang bisa menampung keluh kesahnya.
f. Ingin memiliki uang sendiri berbeda dengan faktor dorongan dari
orang tua, uang yang didapatkan anak biasanya digunakan untuk
keperluan sendiri. Meskipun anak memberikan sebagain uangnya
kepad orang tua mereka, ini lebih bersifat suka rela dan tidak
memiliki dampak buruk terhadap anak apabila tidak memberi
sbagian uangnya ke orang tua atau keluarganya.
2) Faktor eksternal
Fakor eksternal yang menyebabkan terjadinya anak jalan diantaranya
adalah:
a. Dorongan keluarga, keluarga dalam hal ini biasanya adlah ibu atau
kakak mereka, adalah pihak yang turut adil mendorong anak pergi
kejalanan. Biasanya dorongan dari keluarga dnegan cara mengajak
anak pergi kejalanan untuk membantu pekerjaan orang tuanya
6
(biasanya membantu mengemis) dan menyuruh anak untuk
melakukan kegiatan –kegiatan dijalanan yang menghasilkan uang.
b. Pengaruh teman pengaruh teman menjadi salah satu faktor yang
menyebabkan anak pergi kejalanan. Pengaruh teman menunjukan
dampak besar anak pergi kejalanan, terlebih bila dorongan pergi
kejalanan mendapatkan dukungan dari orang tua atau kelurga.
c. Kekerasan dalam keluarga tindakan kekerasan yang dilakkan oleh
anggota keluarga terhadap anak menjadi salah satu faktor yang
mendorong anak lari dari rumah dan pergi kejalanan.
2. 3 Populasi Khusus Anak Jalanan
Menurut Tjoemi s. Soemiarti ( 2004:197), anak jalanan merupakan bagian
kehidupan anak yang memiliki ciri-ciri khusus dan dapat dikelompokkan menjadi
tiga kelompok yaitu:
1) Kelompok High risk to be steet children yitu anak jalanan yang masih
tinggal dengan orang tua , beberapa jam di jalanan kembli kerumah.
2) Kelompok children on the street yatu mereka melakukan aktivitas ekonoi
dijalanan dari pagi hingga sore hari. Dorongan ke jalan disebabkan oleh
keharusan membantu orang tua atau untuk pemenuhan kebutuhan sendiri.
3) Kelomok childreen of the street yaitu mereka telah terputus dengan
keluarga bahkan tidak lagi mengetahui keberadaan keluarganya. Hidup
dijalanan selama 24 jam, menggunakan fasilitas mobilitas yang ada di
jalanan secara garis.
Pengelompokkan anak jalanan di atas menitik beratkan pada hubungan
anak jalanan dengan keuarganya dapatdibedakan ke dalam tiga kelompok
yaitu anak yang masih tinggal dengan orang tua, anak jalanan yang sudah
terputus dengan keluarganya.
Pendapat lain dikemukakan oleh Tata sudrajat (1996:154), pada umumnya ada tiga
tingkat yang menyebabkan munculnya fenomena anak jalanan yaitu:

1) Tingkat Mikro (immediate cause ) yaitu faktor-faktor yang berhubungan


dengan situasi anak dalam keluarga.
2) Tingkat miso ( underlying causes) yaitu faktor-faktor yang ada
dimasyarakat tempat anak dan keluarga berada.

7
3) Tingkat makro (basic causes) yaitu faktor-faktor yang berhubungan
dengan strukutur makro dari masyarakat seperti ekonomi, politik,
kebudayaan.

2.4 Kejahatan Dan Kebencian Terhadap Anak Jalanan


Jenis Gangguan Mental Yang Terkait dengan Kejahatan adalah:
1. Skizofrenia
Gangguan kejiwaan dan kondisi medis yang mempengaruhi fungsi otak,
fungsi normal kognitif, emosional dan tingkah laku manusia.gangguan jiwa
psikotik yang paling lazim, dengan ciri hilangnya perasaan afektif atau
respon emosional. Ciri-ciri :
a. penarikan diri dan realita sosial
b. sering kali diikuti dengan delusi: Mengembangkan pemikiran/ ide
yang tidak rasional ( keyakinan yang salah ) dan halusinasi.
c. halusinasi: mengalami fenomena seperti melihat atau mendengar
sesuatu yang sebenarnya tidak ada (persepsi yang muncul tanpa ada
rangsang panca indra)
d. memiliki teman imajiner
e. unpredictable: tertawa, grimaces, menangis, meraung-raung, marah
secara berlebihan (menyerang seseorang atau objk tertentu)
kemudian mendadak diam.
f. Bluntes effect: Menurunnya reaksi emosi
g. Alogia: Menurunnya percakapan, miskin kata-kata
h. Anhedonia: Berkurangnya kemampuan menikmati kesenangan
i. social and occupational dysfunction: Menurunnya motivasi untuk
bersosialisasi
j. bertingkah laku aneh: Sangat kekanak-kanakan, kotor, acak-acakan
k. diam seperti patung: ibarat seseorang yang berada dalam sikap tubuh
yang kaku dan menolak untuk digerakkan, atau bahkan melakukan
gerakan yang tidak bermanfaat.

8
2.6 ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK JALANAN (umum)
1. Pengkajian
a. data inti komunitas
1) riwayat/sejarah
2) nilai, keyakinan, dan agama
3) data demografi
4) vital statistic
b. data subsistem
1) lingkungan fisik
2) lingkungan kesehatan
3) data ekonomi
4) data komunikasi
5) data transportasi
6) data pendidikan
7) politik pemerintahan
8) keamanan
9) rekreasi
2. Diagnosa
- Defisit perawatan diri berhubungan dengan penurunan motivasi/minat ditandai
dengan minat melakukan perawatan diri kurang.
Intervensi Keperawatan
No Dx Standar Diagnosa Standar Luaran Standar Intervensi
Keperawatan Indonesia Keperawatan Indonesia Keperawatan Indonesia
(SDKI) (SLKI) (SIKI)

D.0109 Defisit perawatan diri Setelah dilakukan Dukungan perawatan


Pengertian tindakan keperawatan diri
Tidak mampu selama 3x 24 jam, defisit Observasi
melakukan atau perawatan diri meningkat - identifikasi kebiasaan
menyelesaikan aktivitas dengan criteria hasil : aktivitas perawatan diri
perawatan diri - kemampuan mandi sesuai usia
Gejala dan tanda mayor meningkat - monitor tingkat
Subjektif - minat melakukan kemandirian

9
1. menolak perawan diri - identifikasi kebutuhan alat
melakukan meningkat bantu kebersihan
perawatan diri - mempertahankan diri,berpakaian,berhias, dan
Objektif kebersihan diri makan.
1. tidak mampu meningkat Terapeutik
mandi/mengena - siapkan keperluan pribadi
kan (mis. parfum, sikat gigi, dan
pakaian/makan/ sabun mandi)
ke toilet/berhias - fasilitasi kemandirian,bantu
secara mandiri jika tidak mampu melakukan
2. minat perawatan diri
melakukan - jadwalkan rutinitas
perawatan diri perawatan diri
kurang Edukasi
Gejala dan Tanda minor - anjurkan perawatan diri
Subjektif secara konsisten sesuai
(tidak tersedia) kemampuan
Objektif
(tidak tersedia)
Evaluasi

S = setelah dilakukan intervensi anak-anak jalanan merasa senang dan lebih


mengerti
O = anak-anak jalanan mulai mengerti mengenai pentingnya kebersihan diri
A= implementasi yang telah dilakukan terjadi peningkatan pengetahuan pada anak
jalanan
P= perlu dilakukan intervensi lanjut dan pemantauan berkala.

10
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Jurnal Nasional

KONSEP DIRI ANAK JALANAN USIA REMAJA

Fenomena anak jalanan sebetulnya sudah berkembang lama, tetapi saat ini
semakin menjadi perhatian dunia, seiring dengan meningkatnya jumlah anak jalanan
di berbagai kota besar di dunia. Di Indonesia, saat ini diperkirakan terdapat 50.000
anak, bahkan mungkin lebih, yang menghabiskan waktu yang produktif di jalanan.

Menurut de Moura (2002), anak – anak jalanan dapat dibedakan menjadi dua
kelompok, yakni anak yang bekerja di jalanan dan anak yang hidup di jalanan.
Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan,
alasan anak bekerja adalah karena membantu pekerjaan orangtua (71%), dipaksa
membantu orangtua (6%), menambah biaya sekolah (15%), dan karena ingin hidup
bebas, untuk uang jajan, mendapatkan teman, dan lainnya (33%).

Secara umum, pendapat yang berkembang di masyarakat mengenai anak


jalanan adalah anak-anak yang berada di jalanan untuk mencari nafkah dan
menghabiskan waktu untuk bermain, tidak bersekolah, dan kadang kala ada pula yang
menambahkan bahwa anak-anak jalanan mengganggu ketertiban umum dan
melakukan tindak kriminal (Martini dan Agustian dalam Terloit 2001). Adanya
pandangan seperti ini akan berpengaruh terhadap terbentuknya konsep diri yang
negatif pada diri anak jalanan sendiri

11
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Anak jalanan adalah anak yang berusia 5-18 tahun baik laki-laki maupun
perempuan yang menghabiskan sebagai waktunya untuk bekerja dijalan kawana
urban, memiliki komunikasi yang minimal atau sama sekali tidak pernah
berkomunikasi dengan keluarga dan kurang pengawasan, perlindungan, dan
bimbingan sehingga rawan terkena gangguan kesehatan dan psikologis.
pada umumnya ada tiga tingkat yang menyebabkan munculnya fenomena
anak jalanan yaitu:
1) Tingkat Mikro (immediate cause ) yaitu faktor-faktor yang berhubungan
dengan situasi anak dalam keluarga.
2) Tingkat miso ( underlying causes) yaitu faktor-faktor yang ada
dimasyarakat tempat anak dan keluarga berada.
3) Tingkat makro (basic causes) yaitu faktor-faktor yang berhubungan
dengan strukutur makro dari masyarakat seperti ekonomi, politik,
kebudayaan.

4.2 Saran

a) Bagi Anak Jalanan Remaja Bagi anak jalanan usia remaja, penulis
menyarankan untuk dapat melihat kemampuan dan keterampilan diri agar
mampu mengembangkan orientasi masa depan yang sesuai dengan diri dan
kemampuan yang dimiliki. Selain itu penulis juga menyarankan, untuk
menjadikan 169 pengalaman masa lalu sebagai motivasi diri dalam
mengembangkan orientasi di masa depan. Hal ini merujuk pada hasil
penelitian yang menunjukkan bahwa kuatnya pengaruh pengalaman masa
lalu anak jalanan dalam penentuan tujuan masa depan
b) Bagi Masyarakat Bagi masyarakat, peneliti menyarankan untuk tidak
memarginalkan anak jalanan agar mereka tidak merasa menjadi sebagai
kalangan yang tidak diterima oleh masyarakat karena akan berpengaruh pada
konsep diri remaja menghadapi masa depan

12
DAFTAR PUSTAKA

Daryo,Agoes,2011,PsikologiPerkembangan,Bandung:PTRefikaAditama

Riyadi,S.2009.AsuhanKeperawatanJiwa.Jakarta:EGC

Utomo,T.2010.Mencegah dan Mengatasi krisis Anak Melalui Perkembangan Sikap Mental


Orang Tua. Jakarta:Grasindo

Kementerian Sosial RI. (2010). Anak Jalanan Korban Pelanggaran Hak Asasi
Manusia.Diakses dari http://www.pksa-kemensos.com/2010/02/09/anakjalanan-korban-
pelanggaran-hak-asasi-manusia/. Diakses 19 Februari 2012

Sugiyono,D.2010 Metodologi Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:Alfabeta

Sumantri,Sujati,2012.Psikologi Luar Biasa,Bandung:PT Refika

Sugiyanto,2009.AnalisisStatikaSosial,Malang:Bayumedia Publillsing

13
Dokumentasi

14

Anda mungkin juga menyukai