Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK JALANAN

Ns. Hj. Dwi Heppy Rochmawati, M.Kep,Sp.Kep.J

NAMA : ZULFA FITRIYAH

KELAS : C

NIM : 30902000236

PROGAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala karunia-
Nya. Sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah ini saya susun
untuk memenuhi tugas Keperawatan Kesehatan Jiwa II dengan judul : “Asuhan Keperawatan
Pada Anak Jalanan”.

Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan. Saya menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun
guna perbaikan semoga makalah yang saya susun ini berguna bagi pembaca.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi saya sendiri bahkan maupun
orang yang membacanya sebelumnya saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata
yang kurang berkenan dan saya memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan
di masa depan.

Demak, 21 Februari 2022

Zulfa Fitriyah

Page ii
DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN. ................................................................................................ 1

1.1 LATAR BELAKANG. ................................................................................................ 1

1.2 RUMUSAN MASALAH............................................................................................. 2

1.3 TUJUAN. ..................................................................................................................... 2

BAB 2 PEMBAHASAN. ................................................................................................... 3

2.1 PEMBAHASAN. ......................................................................................................... 3

2.2 TANDA & GEJALA. .................................................................................................. 3

2.3 ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK JALANAN.. ...................................... 4

2.4 DIAGNOSA. ................................................................................................................ 5

2.5 INTERVENSI KEPERAWATAN. ............................................................................ 5

2.6 UPAYA DAN PERLINDUNGAN HAK ASASI ANAK JALANAN DALAM


BIDANG PENDIDIKAN. ................................................................................................. 9

2.7 BAGAIMANA STRATEGI BERTAHAN HIDUP ANAK JALANAN. ................ 11

BAB 3 KESIMPULAN DAN SARAN. ............................................................................ 16

DAFTAR PUSTAKA. ....................................................................................................... 19

Page iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

(Departemen Sosial Republik Indonesia, 1995) mendefinisikan anak jalanan sebagai


anak yang menghabiskan sebagian besar waktunya untuk melakukan kegiatan hidup sehari-
hari dijalanan baik untuk mencari nafkah atau berkeliaran dijalan dan tempat-tempat umum
lainnya. Menurut UNICEF anak jalanan adalah anak-anak berumur 16 tahun, melepaskan diri
dari keluarga, sekolah dan lingkungan masyarakat terdekatnya dan larut dalam kehidupan
yang berpindah-pindah di jalan raya.

Anak jalanan adalah anak-anak yang menghabiskan sebagian waktunya untuk bekerja
di jalanan kawasan urban. Sedangkan menurut Departemen Sosial RI, anak jalanan
merupakan anak yang berusia di bawah 18 tahun dan berada di jalan lebih dari 6 jam sehari
dalam 6 hari dalam semingguAnak jalanan ini setiap tahunnya selalu mengalami peningkatan.
Peningkatan ini merupakan salah satu akibat dari krisis moneter pada tahun 1997 di
Indonesia. Akibat dari krisis ini banyak sekali permasalahan yang muncul baik di bidang
perekonomian, sosial, dan kesehatan.

Dalam keadaan seperti ini, sangatlah besar kemungkinan bagi anak untuk terjerumus
kejalanan. Perekonomian yang kacau akibat krisis moneter menyebabkan terjadi pemutusan
hubungan kerja dimana- mana. Hingga pada akhirnya anak- anak pun sampaidiperkerjakan
oleh orang tuanya untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Mereka yang seharusnya
bermain dan belajar telah ikut menanggung beban keluarga. Pada akhirnya mereka menjadi
penghuni tetap jalanan yang menghabiskan waktunya untuk bekerja dan menggantungkan
hidup di jalanan sehingga mereka menjadi anak jalanan.Jumlah anak jalanan terus bertambah
setiap tahunnya. Lembaga Perlindungan Anak mencatat pada tahun 2003 terdapat 20.665
anak jalanan di Jawa Barat dan 4.626 diantaranya berada di kotamadya Bandung.

Data dari Pusdatin Kementerian Sosial RI tahun 2008 diketahui populasi anak jalanan
diseluruh nusantara 232.000 orang dan 12.000 diantaranya berada diwilayah Jabotabek serta
8000 ada di Jakarta. Begitu pula di Semarang yang merupakan ibu kota provinsiJawa Tengah
jumlah anak jalanan pun semakin tahun mengalami peningkatan. Dari data pada tahun 2005
terdapat 335 anak Pada tahun 2007didapatkan data sebanyak 416 menurut yayasan Setara

Page 1
Semarang. Peningkatan ini semakin signifikan tiap tahunnya, bahkan berdasarkan majalah
Gemari edisi 106 tahun 2010, menyebutkan bahwa jumlah anak jalanan diSemarang
mencapai hampir 2000 anak. (Ernawati, 2012)

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian anak jalanan?
2. Apa etiologi anak jalanan?
3. Apa manifestasi klinik anak jalanan?
4. Apa penatalaksanaan anak jalanan?
5. Bagaimana faktor predisposisi dari askep pada anak jalanan?
6. Bagaimana faktor presipitasi dari askep pada anak jalanan?
7. Bagaimana sumber koping askep pada anak jalanan?
8. Apa tanda dan gejala dari askep pada anak jalanan?
9. Bagaimana mekanisme koping askep pada anak jalanan?
10. Bagaimana diagnose dan pohon masalah?
11. Intervensi keperawatan pada anak jalanan?
12. Bagaimana upaya dan perlindungan HAM dalam bidang pendidikan?
13. Bagaimana strategi bertahan hidup anak jalanan?

1.3 Tujuan
Untuk mengetahui tentang asuhan keperawatan pada anak jalanan serta
menyelesaikan point rumusan masalah.

Page 2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, sehat adalah dalam keadaan bugar dan
nyamanseluruh tubuh dan bagian-bagiannya. Bugar dan nyaman adalah relatif, karena
bersifat subjektif sesuai orang yang mendefinisikan dan merasakan.

Anak jalanan atau sering disingkat anjal adalah sebuah istilah umum yang mengacu
padaanak-anak yang mempunyai kegiatan ekonomi di jalanan, namun masih memiliki
hubungan dengan keluarganya. Menurut Departmen Sosial RI (1999), pengertian tentang
anak jalanan adalah anak-anak di bawah usia 18 tahun yang karena berbagai faktor, seperti
ekonomi, konflik keluarga hingga faktor budaya yang membuat mereka turun ke jalanan.

UNICEF memberikan batasan tentang anak jalanan, yaitu Street Child are those
whohave abandoned their homes, school and immediate communities before they are sixteen
years of age, and have drifted into a nomadic streat life. Berdasarkan hal tersebut, maka anak
jalanan adalah anak-anak berumur di bawah 16 tahun yang sudah melepaskan diri dari
keluarga, sekolah, dan lingkungan masyarakat terdekantnya, larut dalam kehidupan
berpindah-pindah di jalan raya.

Menurut UU no 23 tentang kesehatan jiwa menyebutkan penyebab munculnya anak


jalanan dan gelandangan psikotik adalah :

1. Keluarga tidak peduli


2. Keluarga malu
3. Keluarga tidak tahu
4. Obat tidak diberikan
5. Tersesat ataupun karena Urbanisasi.

2.2 TANDA & GEJALA

1. Orang dengan tubuh yang kotor sekali


2. Rambutnya seperti sapu ijuk

Page 3
3. Pakainnya compang-camping dengan membawa bungkusan besar yang berisi macam-
macam barang
4. Bertingkah laku aneh seperti tertawa sendiri
5. Sukar diajak berkomunikasi
6. Pribadi tidak stabil
7. Tidak memiliki kelompok.

2.3 ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK JALANAN

Pengkajian

a. Faktor Predisposisi
 Genetic
 Neurobiologis : penurunan volume otak dan perubahan sistem
neurotransmitter.
 Teori virus an infeksi.

b. Faktor Presipitasi
 Biologis
 Sosial kultural
 Psikologis

c. Penilaian terhadap stressor

Respon Adaptif Respon maladaptif


- Berfikir logis - Pemikiran sesekali - Gangguan pemikiran
- Persepsi akurat - Terdistorsi - Waham/halusinasi
- Ilusi
- Emosi konsisten - Kesulitan pengolahan
- Reaksi emosi
dengan pengalaman berlebihan tidak - Emosi
- Perilaku sesuai bereaksi - Perilaku kacau dan
- Perilaku aneh
- Berhubungan sosial isolasi sosial
- Penarikan tidak
bisa berhubungan
sosial

d. Sumber Koping

Page 4
- Disonasi kognitif
- Pencapaian wawasan
- Kognitif yang konstan
- Bergerak menuju prestasi kerja

e. Mekanisme Koping
- Regresi ( berhubungan dengan masalah dalam proses informasi dan pengeluaran
sejumlah besar tenaga dalam upaya mengelola ansietas).
- Proyeksi (upaya untuk menjelaskan presepsi yang membingungkan dengan
menetapkan tanggung jawab kepada orang lain).
- Menarik diri
- Pengingkaran.

2.4 DIAGNOSA
1. Harga Diri Rendah
2. Resiko Perilaku Kekerasan/perilaku Kekerasan
3. Deficit Perawatan Diri

2.5 INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnose 1. Harga Diri Rendah

Tujuan Umum : klien tidak terjadi gangguan interaksi sosial, bisa berhubungan dengan
orang lain dan lingkungan.

Tujuan Khusus :

1. Klien dapat membina hubungan saling percaya.


Tindakan :
a. Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, perkanalan diri
b. Jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang
c. Buat kontrak yang jelas (waktu, tempat, dan topik pembicaraan)
d. Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya
e. Sediakan waktu untuk mendengarkan klien
f. Katakan kepada klien bahwa dirinya adalah seseorang yang berharga dan
bertanggung jawab serta mampu menolong dirinya sendiri

Page 5
2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.
Tindakan :
a. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
b. Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien
c. Utamakan memberi pujian yang realistis
d. Klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
3. Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan
Tindakan :
a. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
b. Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang ke rumah
4. Klien dapat menetapkan / merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang
dimiliki.
Tindakan :
a. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai
kemampuan
b. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien
c. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan
5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan
Tindakan :
a. Beri kesempatan mencoba kegiatan yang telah direncanakan
b. Beri pujian atas keberhasilan klien
c. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah
6. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada
Tindakan :
a. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien
b. Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat
c. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah
d. Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga

Diagnosa 2: Perilaku kekerasan

TujuanUmum : Klien terhindar dari mencederai diri, orang lain dan lingkungan.

Tujuan Khusus

1. Klien dapat membina hubungan salingpercaya.

Page 6
Tindakan:
a. Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, empati, sebut nama perawat dan
jelaskan tujuan interaksi.
b. Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai
c. Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak menantang.
2. Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.
Tindakan :
a. Beri kesempatan mengungkapkan perasaan.
b. Bantu klien mengungkapkan perasaan jengkel / kesal.
c. Dengarkan ungkapan rasa marah dan perasaan bermusuhan klien dengan sikap
tenang.
3. Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan.
Tindakan :
a. Anjurkan klien mengungkapkan yang dialami dan dirasakan saat jengkel/kesal
b. Observasi tanda perilaku kekerasan
c. Simpulkan bersama klien tanda-tanda jengkel/kesal yang dialami klien
4. Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
Tindakan :
a. Anjurkan mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
b. Bantu bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
c. Tanyakan “apakah dengan cara yang dilakukan masalahnya selesai?”
5. Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan
Tindakan :
a. Bicarakan akibat/kerugian dari cara yang dilakukan
b. Bersama klien menyimpulkan akibat dari cara yang digunakan
c. Tanyakan apakah ingin mempelajari cara baru yang sehat
6. Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam berespon terhadap kemarahan
Tindakan :
a. Beri pujian jika mengetahui cara lain yang sehat
b. Diskusikan cara lain yang sehat. Secara fisik : Tarik nafas dalam jika sedang
kesal, berolahraga, memukul bantal/Kasur
c. Secara verbal : katakana bahwa anda sedang marah atau kesal/tersinggung
d. Secara spiritual : berdoa, sembahyang, mohon kepada tuhan untuk diberi
kesabaran

Page 7
7. Klien dapat mengidentifikasi cara mengontrol perilaku kekerasan
Tindakan :
a. Bantu memilih cara yang paling tepat
b. Bantu mengidentifikasi manfaat cara yang telah dipilih
c. Bantu mensimulasikan cara yang telah dipilih
d. Beri reinforcement positif atas keberhasilan yang dicapai dalam simulasi
e. Anjurkan menggunakan cara yang telah dipilih saat jengkel/marah
8. Klien mendapat dukungan keluarga
Tindakan :
a. Beri pendidikan kesehatan tentang cara merawat klien melalui pertemuan keluarga
b. Beri reinforcement positis atas keterlibatan keluarga
9. Klien dapat menggunakan obat dengan benar (sesuai progam)
Tindakan :
a. Diskusikan dengan klien tentang obat (nama, dosis, frekuensi, efek dan efek
samping)
b. Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (nama klien, obat, dosis,
cara dan waktu )
c. Anjurkan untuk membicarakan efek dan efek samping obat yang dirasakan.

Diagnose 3 : Defisit Perawat Diri : kebersihan diri, berdandan, makan, BAB/BAK

Tujuan Umum : pasien tidak mengalami defisit perawatan diri kebersihan diri, berdandan,
makan, BAB/BAK.

Tujuan Khusus :

 Pasien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri


 Pasien mampu melakukan berhias/berdandan secara baik
 Pasien mampu melakukan makan dengan baik
 Pasien mampu melakukan BAB/BAK secara mandiri

Intervensi

1. Melatih pasien cara-cara perawatan kebersihan diri


a. Menjelaskan pentingnya menjaga kebersihan diri
b. Menjelaskan alat-alat untuk menjaga kebersihan diri

Page 8
c. Menjelaskan cara-cara melakukan kebersihan diri
d. Melatih pasien mempraktekkan cara menjaga kebersihan diri

2. Melatih pasien berdandan/berhias


a. Untuk pasien laki-laki latihan meliputi :
 Berpakaian
 Menyisir rambut
 Bercukur
b. Untuk pasien wanita, latihannya meliputi :
 Berpakaian
 Menyisir rambut
 Berhias
3. Melatih pasien makan secara mandiri
a. Menjelaskan cara mempersiapkan makan
b. Menjelaskan cara makan yang tertib
c. Menjelaskan cara merapihkan peralatan makan setelah makan
d. Praktek makan sesuai dengan tahapan makan yang baik
4. Mengajarkan pasien melakukan BAB/BAK secara mandiri
a. Menjelaskan tempat BAB/BAK yang sesuai
b. Menjelaskan cara membersihkan diri setelah BAB dan BAK
c. Menjelaskan cara membersihkan tempat BAB dan BAK

2.6 UPAYA DAN PERLINDUNGAN HAK ASASI ANAK JALANAN DALAM


BIDANG PENDIDIKAN
a. Untuk memenuhi kebutuhan belajar dasar semua orang memerlukan lebih dari
sekedar komitmen ulang terhadap pendidikan dasar sambal membangun hal-hal yang
terbaik dalam praktek-praktek yang sekarang ada
b. Universalisasi akses dan mempromosikan kesetaraan pendidikan dasar harus
diberikan untuk semua anak, remaja dan dewasa
c. Memfokuskan pada pemberian kesempatan belajar dalam rangka pengembangan
pengetahuan, ketrampilan dan nilai-nilai yang berguna
d. Memperluas sarana dan cakupan pendidikan dasar termasuk belajar yang dimulai saat
lahir;

Page 9
e. Sistem antaran yang utama untuk pendidikan dasar bagi anak-anak di luar keluarga
adalah sekolah dasar;
f. Meningkatkan lingkungan belajar secara terpadu. Oleh karena itu, masyarakat harus
menjamin bahwa semua pembelajar menerima nutrisi, layanan kesehatan dan
dukungan emosional dan fisik yang umum agar berpartisipasi aktif dalam dan
mendapat manfaatnya dari pendidikan mereka;
g. Memperkuat kemitraan otoritas pendidikan lokal, regional, dan nasional memiliki
kewajiban yang unik untuk memberikan pendidikan dasar untuk semua, tapi mereka
tidak dapat diharapkan untuk memenuhi persyaratan, sumber daya manusia, finansial
dan kelembagaan untuk tugas ini. Kemitraan yang baru dan direvitalisasi di semua
level akan diperlukan;
h. Mengembangkan konteks kebijakan yang mendukung sektor sosial, budaya dan
ekonomi yang diperlukan untuk merealisasikan penyediaan dan penggunaan
sepenuhnya pendidikan dasar demi perbaikan individu dan masyarakat;
i. Memobilisasi sumber daya manusia dan finansial yang ada dan baru, negeri, swasta
dan sukarela.
j. Memperkuat solidaritas Internasional dalam rangka memenuhi kebutuhan-kebutuhan
belajar dasar.

Page 10
2.7 BAGAIMANA STRATEGI BERTAHAN HIDUP ANAK JALANAN
Cara kerja sebagai besar responden adalah berdua, karena mereka menilai jika
berdua lebih percaya diri, tidak bosan, dan tidak terlalu lelah. Rata-rata responden
bekerja kurang dari enam jam setiap harinya.
Lokasi kerja biasanya adalah diangkot dan rute lokasi kerja sama setiap
harinya. Akan tetapi menurut wawancara dengan beberapa responden, anak usia 16
sampai 18 tahun lebih sering bekerja di bus karena penghasilan yang diperoleh lebih
besar, ada juga beberapa dari mereka ada juga dari mereka yang mengamen sampai ke
luar kota. Sebagai besar responden menggunakan alat atau media dalam bekerja
seperti kecrekan, gitar, ukulele, bongo, dan menggunakan bungkus permen sebagai
kolekan.

Gambar 1. Jumlah responden berdasarkan cara kerja dan jam kerja

Gambar 2. Jumlah responden berdasarkan lokasi kerja

Berdasarkan pola kerja anak jalanan, dapat dikelompokkan menjadi tiga bentuk strategi
bertahan hidup anak jalanan yaitu :

Page 11
Matriks 1. Bentuk Strategi Bertahan Hidup Anak Jalanan.

Strategi Bertahan Strategi Bertahan Strategi Bertahan


Pola Kerja
Hidup Kompleks Hidup Sedang Hidup Sederhana
1. Cara kerja Sendiri/ berdua/ Sendiri/ berdua/ Sendiri/ berdua/
kelompok kelompok kelompok
2. Jam kerja > 8 jam per hari 6-8 jam per hari < 6 jam per hari
3. Lokasi kerja Lokasi kerja di angkot, Lokasi kerja di angkot, Lokasi kerja di angkot
bus dalam maupun antar bus dalam kota, rute dan rute lokasi kerja sama
kota dan rute lokasi lokasi kerja sama setiap setiap hari
kerja hari.
tidak sama setiap hari
4. Alat atau Gitar, bongo, Ukulele, bongo, dan Kecrekan, tidak
media yang ukulele, dan memiliki “kolekan” menggunakan alat
digunakan memiliki “kolekan” dan memiliki
“kolekan”

Karakteristik dan Bentuk-bentuk Strategi Bertahan Hidup Anak Jalanan Bentuk Strategi
Bertahan Hidup Anak Jalanan Berdasarkan Karakteristik Anak Jalanan Usia

Gambar 3. Jumlah Responden Berdasarkan Usia dan Tipe Strategi Bertahan Hidup

Berdasarkan gambar di atas, menunjukkan Rata-rata tipe strategi bertahan hidup anak jalanan
termasuk ke dalam bentuk sedang pada usia 13 sampai 15 tahun (64,29 persen) dan kompleks
pada usia 16 sampai 18 tahun (66,67 persen). Strategi bertahan hidup sedang lebih banyak
pada usia 13 sampai 15 tahun, karena anak-anak pada usia tersebut masih senang bermain
dengan teman-teman sebayanya dan belum berorientasi pada pencarian nafkah.

Responden usia 16 sampai 18 tahun dengan bentuk strategi bertahan hidup kompleks
memiliki persentase terbesar, karena anak-anak pada usia ini cenderung lebih bisa membawa
diri dengan lingkungan kerja (beradaptasi) dan lebih mudah bergaul dengan orang lain. Hal

Page 12
ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara usia dengan bentuk strategi bertahan hidup
anak jalanan.

Selain itu responden usia 16 sampai 18 tahun, memiliki strategi ketika mengamen agar
mendapatkan penghasilan yan lebih besar. Pertama, sebelum dan sesudah ngamen “MC”
(pembukaan dan penutup) terlebih dahulu dengan tujuan agar lebih sopan dan penumpang
memiliki persepsi yang baik pada pengamen, selain itu juga agar diizinkan mengamen oleh
supir angkot. Kedua, pilihan lagu disesuaikan dengan segmentasi penumpang. Apabila
sebagian besar penumpang anak muda maka pilihan lagu yang akan dibawakan adalah lagu
dari band-band yang sedang in atau digemari oleh anak muda saat itu dan apabila mayoritas
penumpang orang tua maka pilihan lagu yang akan dibawakan adalah lagu-lagu kenangan
atau lagu religi, sehingga dengan begitu penumpang bisa menikmati lagu yang dibawakan
dan uang yang diperoleh bisa lebih besar.

Berbeda dengan anak di bawah 16 tahun, jika mengamen mereka tidak memikirkan
segmentasi penumpang untuk pilihan lagu yang akan dibawakan. Pilihan lagu yang
dibawakan pun kurang bervariasi dan terkadang ketika menyanyi nada-nada lagu yang
dibawakan kurang pas.

Jenis Kelamin

Gambar 4. Jumlah Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dan Tipe Strategi Bertahan Hidup

Page 13
Strategi bertahan hidup bentuk sedang untuk responden laki-laki memiliki persentase terbesar
yaitu 78,57 persen dan seluruh responden perempuan juga tergolong pada strategi bertahan
hidup bentuk sedang. Bagi responden perempuan, mereka digolongkan pada bentuk ini
karena rata-rata jam kerja mereka antara 6 sampai 8 jam per hari. Hal ini juga karena orang
tua mereka tidak mengizinkan jika mereka bekerja sampai malam hari dan anak perempuan
lebih rentan mengalami kasus kejahatan di malam hari. Selain itu, anak perempuan merasa
malu untuk bekerja di jalanan lagi sehingga mereka memilih berhenti dan ada juga dari
mereka yang bekerja di pabrik.

Tingkat Pendidikan

Responden yang tergolong bentuk strategi bertahan hidup sedang sebagian besar
berpendidikan sebatas SD (50,00 persen), sedangkan responden yang tergolong bentuk
strategi bertahan hidup kompleks sebagian besar berpendidikan sampai SMP (55,56 persen)
walaupun ada juga responden pada bentuk strategi ini yang berpendidikan hanya sebatas SD
(44,44 persen). Hal ini jelas menunjukkan terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dan
bentuk strategi bertahan hidup anak jalanan. Selain itu kemauan, peluang, dan kreativitas
responden dalam mempertahankan hidup juga menentukkan bentuk strategi bertahan hidup
yang mereka jalani.

Gambar 5. Jumlah Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan dan Tipe Strategi Bertahan
Hidup.

Page 14
Jenis Pekerjaan

Sebagian besar responden yang berada pada bentuk strategi bertahan hidup kompleks dan
sedang adalah pengamen karena memang rata-rata jenis pekerjaan yang dijalani oleh
responden dalam penelitian ini adalah sebagai pengamen. Hal ini menunjukkan bahwa jenis
pekerjaan tidak berpengaruh terhadap bentuk strategi bertahan hidup anak jalanan.

Gambar 6. Jumlah Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan dan Tipe Strategi Beertahan Hidup

Bentuk Strategi Bertahan Hidup Anak Jalanan Berdasarkan Alasan Anak Turun ke
Jalan

Sebagian besar anak yang turun ke jalan karena kesulitan ekonomi memiliki bentuk strategi
bertahan hidup kompleks dan sedang. Pada responden yang turun ke jalan karena kesulitan
ekonomi namun bentuk strategi bertahan hidup sederhana karena mereka cenderung malas
untuk bekerja. Bagi responden yang turun ke jalan karena

tambahan uang saku dan rekreasi memiliki bentuk strategi bertahan hidup sedang dan
sederhana. Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara alasan anak turun ke
jalan dengan bentuk strategi bertahan hidup yang mereka jalani.

Gambar 7. Jumlah Responden Berdasarkan Alasan Turun Ke Jalan dan Bentuk Strategi
Bertahan Hidup

Page 15
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil penelitian ini adalah :

1. Usia responden ternyata variatif. Responden usia 13 sampai 15 tahun dan 16 sampai 18
tahun memiliki persentase yang sama. Jenis kelamin dan jenis pekerjaan responden
cenderung homogen. Sebagian besar responden adalah laki-laki dengan jenis pekerjaan
sebagai pengamen. Jenis pendidikan responden pun homogen. Pendidikan rata-rata anak
jalanan hanya sebatas SD dan SMP. Alasan anak turun ke jalan bervariasi. Responden
turun ke jalan sebagian besar karena kesulitan ekonomi dan sebagian lagi untuk
tambahan uang saku dan rekreasi.
2. Permasalahan yang dihadapi oleh responden ternyata tidak menunjukkan adanya
pemaksaan kerja, akan tetapi gangguan kesehatan dan keselamatan jiwa, kekerasan baik
fisik maupun psikologis, dan kriminalitas yang terkait dengan kasus narkotika. Sebagian
besar anak jalanan tidak terlepas dari masalah narkotika dan minuman keras dengan
alasan ikut-ikutan teman. Selain itu juga terdapat masalah potensial lain yaitu perilaku
seks bebas. Pengaruh teman sebaya terlihat lebih besar pada gaya hidup anak jalanan.
3. Secara garis besar, pola kerja anak jalanan dapat dikategorikan menjadi tiga bentuk
strategi bertahan hidup yaitu strategi bertahan hidup kompleks, sedang, dan sederhana.
Sebagian besar responden tergolong dalam bentuk strategi bertahan hidup kompleks dan
sedang dengan jenis pekerjaan sebagai pengamen, sebagian besar laki-laki, bekerja rata-
rata sendiri dan berdua, jam kerja lebih dari enam jam per hari, dan lokasi kerja di angkot
dan bus. Selain itu, terdapat diantara mereka yang memiliki pekerjaan ganda dan
kelompok kerja. Ternyata bentuk-bentuk strategi bertahan hidup berbeda-beda dan
terdapat hubungan antara usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan alasan anak turun
ke jalan dengan bentuk strategi bertahan hidup yang mereka jalani. Pada usia yang relatif
muda (13-15 tahun) rata-rata bentuk strategi bertahan bertahan hidup yang dimiliki
adalah sedang, sedangkan pada usia yang lebih tua (16-18 tahun) rata-rata bentuk strategi
bertahan hidup yang dijalani adalah kompleks. Bentuk strategi bertahan hidup anak laki-
laki sebagian besar adalah kompleks dan sedang, sedangkan keseluruhan anak
perempauan memiliki bentuk strategi bertahan hidup sedang. Bentuk strategi bertahan
hidup kompleks pada responden dengan tingkat pendidikan SMP rata-rata memiliki

Page 16
persentase yang lebih besar dibandingkan responden dengan tingkat pendidikan SD.
Responden yang turun ke jalan dengan alasan kesulitan ekonomi sebagian besar
memiliki bentuk strategi bertahan hidup kompleks, sedangkan responden dengan alasan
turun ke jalan untuk tambahan uang saku dan rekreasi sebagian besar berada pada bentuk
strategi bertahan hidup sedang dan sederhana.
4. Faktor ekonomi keluarga yang menyebabkan anak–anak ikut menanggung beban
keluarga, pendapatan orang tua yang kekurangan dalam memenuhi kebutuhan sehari–
hari membuat para anak mereka waktu bermain bahkan waktu sekolah dan belajarnya
untuk membantu orang tua mereka dengan cara turun kejalanan bekerja mencari menjual
koran, buruh angkat pasar, pengemis, berjualan dijalanan demi mencukupi kebutuhan
sehari–hari keluarga maupun kebutuhan pribadi anak–anak itu sendiri seperti: kebutuhan
sekolah, bermain, dan jajan setiap harinya.
5. Faktor ekonomi keluarga yang menyebabkan anak–anak ikut menanggung beban
keluarga, pendapatan orang tua yang kekurangan dalam memenuhi kebutuhan sehari–
hari membuat para anak mereka waktu bermain bahkan waktu sekolah dan belajarnya
untuk membantu orang tua mereka dengan cara turun kejalanan bekerja mencari menjual
koran, buruh angkat pasar, pengemis, berjualan dijalanan demi mencukupi kebutuhan
sehari–hari keluarga maupun kebutuhan pribadi anak–anak itu sendiri seperti: kebutuhan
sekolah, bermain, dan jajan setiap harinya.
6. Ternyata mereka melakukan pekerjaan yang penuh dengan resiko dan bahaya ini atas
dasar keinginan sendiri dan tanpa ada paksaan dari pihak manapun baik orang tua
maupun orang–orang yang berada disekitar kehidupan anak–anak jalanan tersebut, murni
atas kemauan mereka sendiri untuk membantu mencukupi kebutuhan sehari–hari
keluarga mereka dan membeli kebutuhan pribadi mereka masing– masing tanpa
membebani orang tua mereka lagi seperti kebutuhan sekolah, bermain dan jajan setiap
harinya.
7. Kehidupan mereka selama seharian dihabiskan di jalanan untuk bekerja mencari uang,
mulai dari pagi hari hingga sore hari dan ada pula yang dari sore hari hingga dinihari.
Jenis pekerjaan yang mereka lakukan dijalanan pun cukup bermacam–macam mulai dari
berjualan koran, pengamen, penjual asongan, pengemis, dan buruh angkut barang
pedagang serabutan di pasar. Penghasilan yang mereka dapatkan sebagian besar mereka
berikan kepada orang tua mereka dan sisanya sebagain kecil mereka tabung untuk
keperluan pribadi mereka sehingga mereka tidak membebani orang tua mereka lagi.

Page 17
8. Masa depan anak jalanan ini harus mendapatkan perhatian yang lebih dari pemerintah
kota balikpapan khususnya Dinas Sosial yang terkait dalam permasalahan anak jalanan
ini harus benar–benar fokus untuk memperhatikan dan memberikan program–program
yang menyangkut peningkatan mutu dan mengangkat anak jalanan dari keterputrukan
dan kesusahan hidup agar nantinya anak–anak tersebut tidak turun lagi kejalanan
kembali seperti semula.

Saran

Adapun saran yang diajukan sehubungan dengan penelitian mengenai Strategi Bertahan
Hidup Anak Jalanan adalah :

1. Pada penelitian selanjutnya mengenai topik yang sama disarankan untuk mengambil
jenis pekerjaan dan lokasi-lokasi penelitian yang berbeda yang belum pernah diteliti
sebelumnya seperti di pasar, stasiun kereta api, dan sebegainya untuk melihat
perbandingan pola kerja dan bentuk strategi seperti apa yang dijalankan oleh anak
jalanan. Apakah perbedaan lokasi penelitian menimbulkan perbedaan bentuk-bentuk
strategi bertahan hidup ataukah tidak.
2. Diperlukan pendekatan dan waktu yang lebih lama untuk mengenal secara lebih
mendalam mengenai kehidupan anak jalanan dan diperlukan juga pendekatan serta
wawancara dengan beberapa orang tua anak jalanan agar dapat mengetahui mengenai
kondisi dan latar belakang anak berada di jalanan. Hal yang akan muncul kemudian
adalah apakah tiap anak berasal dari kondisi sosial ekonomi yang sama dan apakah setiap
orang tua mengizinkan anak mereka berada di jalanan dan mencari nafkah baik untuk
diri sendiri maupun keluarga. Apakah anak turun ke jalan murni karena keinginan sendiri
atau karena adanya dorongan dari faktor lainnya.

Page 18
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/download/50154158/ANALISIS_FAKTOR-
FAKTOR_PENYEBAB_KEBERADAAN_ANAK_JALANAN_DI_KOTA_BALIKPAP
AN.pdf

https://id.scribd.com/document/427783227/Makalah-askep-anak-jalanan

http://www.jhp.ui.ac.id/index.php/home/article/viewFile/1668/1487

https://jurnal.ipb.ac.id/index.php/sodality/article/download/5865/4530/0

https://id.scribd.com/document/467882695/ASKEP-ANAK-JALANAN-KELOMPOK-6

Page 19

Anda mungkin juga menyukai