Disusun Oleh:
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS PERSADA INDONESIA Y.A.I
TAHUN AKADEMIK 2018/2019
LEMBAR PENGESAHAN
Karya ilmuah berjudul “Karakteristik perilaku sosial pada Remaja ” telah di sahkan dan di setujui
pada :
Hari :
Tanggal :
Disetujui Oleh :
Dosen II
Dosen I
i
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Karakteristik perilaku sosial pada Remaja ini tepat pada
waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas bapal ZAINUN
MU`TADIN, S.Psi., M.Psi pada mata kuliah Aplikasi Komputer. Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada bapak ZAINUN MU`TADIN, S.Psi., M.Psi, selaku dosen
Aplikasi Komputer yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan
wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya
sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
ii
Kata Kata Mutiara
Jika memang pribadi seseorang memiliki kepribadian
Masing – masing , maka setiap kepribadian tersebut
Harus di arahkan agar bisa menjadi seseorang
Yang sangat berguna untuk masa depan bangsa
Dan untuk masa depan ia sendiri
iii
Daftar Isi
Lembar Pengesahan………………………………….……………………………ii
Kata Pengantar……………………………………………………………………iii
Kata Kata Mutiara………………………………………………………………...iv
Daftar Isi…………………………………………………………………………..v
Bab I Pendahuluan……………...…………………………………………………1
A. Latar Belakang………………………………………………………...1
B. Rumusan Masalah……………………………………………………..2
C. Tujuan Penelitian………………………………………………...……2
D. Manfaat Penelitian…………………………………………………….2
Bab II Pembahasan………………………………….……………………………..3
A. Perilaku Sosial.........……………………………………………….3
B. Konsep Remaja.........................…………………………………...11
C. Perilaku Siswa Sosial Pada SMP……………………...…………..19
D. Karakteristik Sosial Pada Remaja....................................................18
E. Penelitian – penelitian terdahulu......................................................20
Bab III Kesimpulan………………………………………………………………..23
Daftar Pustaka……………………………………………………………………..24
iv
v
BAB I
PENDAHULUAN
Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanak dan masa
dewasa, berlangsung antara usia 10 sampai 19 tahun. Masa remaja terdiri dari masa remaja
awal (10–14 tahun), masa remaja penengahan (14–17 tahun) dan masa remaja akhir (17–9
tahun), Pada masa remaja, banyak terjadi perubahan baik biologis psikologis maupun sosial.
Tetapi umumnya proses pematangan fisik terjadi lebih cepat dari proses pematangan
kejiwaan (psikososial) (Depkes,2002).
Orang-tua sering tidak mengetahui atau memahami perubahan yang terjadi sehingga
tidak menyadari bahwa anak mereka telah tumbuh menjadi seorang remaja, bukan lagi anak
yang selalu perlu dibantu. Orang-tua menjadi bingung menghadapi labilitas emosi dan
perilaku remaja, sehingga tidak jarang terjadi konflik diantara keduanya. (Depkes, 2002)
Kondisi seperti ini, bila tidak segera diatasi dapat berlanjut sampai dewasa dan dapat
berkembang ke arah yang lebih negatif. Antara lain dapat timbul masalah maupun gangguan
kejiwaan dari yang ringan sampai berat. Apabila pada kenyataannya perhatian masyarakat
lebih terfokus pada upaya meningkatkan kesehatan fisik semata, kurang memperhatikan
faktor non fisik (intelektual, mental emosional dan psikososial).
Faktor non–fisik yang berpengaruh pada remaja adalah lingkungan, yang meliputi
lingkungan keluarga, lingkungan sekolah serta lingkungan masyarakat sekitarnya. Oleh
1
karena itu orang tua atau orang yang berhubungan dengan remaja perlu mengetahui
ciri perkembangan jiwa remaja, pengaruh lingkungan terhadap perkembangan jiwa
remaja serta masalah maupun gangguan jiwa remaja. Pengetahuan tersebut dapat
membantu mendeteksi secara dini bila terjadi perubahan yang menjurus kepada hal
yang negatif (Depkes, 2002).
Rumusan Masalah
2
BAB II
A. Perilaku Sosial
1. Pengertian
Sebagai mahluk sosial, individu akan menampilkan perilaku tertentu antara lain
interaksi individu dengan lingkungan fisik maupun lingkungan sosialnya. Di dalam interaksi-
interaksi sosial tersebut, akan terjadi peristiwa saling mempengaruhi antara individu yang satu
dengan yang lain. Hasil dari peristiwa tersebut adalah perilaku sosial.
Sejalan dengan hal di atas banyak pengertian perilaku sosial yang dikemukaan oleh
para ahli. Hurlock (1998: 250 ) mengemukakan bahwa perilaku sosial menunjukan
terdapatnya tingkah laku yang sesuai dengan tuntutan sosial atau kemampuan untuk menjadi
orang bermasyarakat.
Menurut Chaplin (Maryana, 2006: 19 ) bahwa perilaku sosial sebagai tingkah laku
yang dipengaruhi oleh hadirnya orang lain, tingkah laku kelompok, atau tingkah laku yang ada
Lebih jelasnya, Skinner (Sarlito, 2000: 17) menerangkan bahwa perilaku manusia
berkembang dan dipertahankan oleh anggota masyarakat yang memberi penguat pada individu
untuk berperilaku secara tertentu ( yang dikehendaki oleh masyarakat). Dengan demikian
maka tidak dapat dihindarkan bahwa perilaku sosial muncul pada situasi-situasi terjadinya
Selanjutnya Sobariah (2005: 21) mendifinisikan bahwa suatu perbuatan atau tingkah
laku yang ditampilkan oleh individu dalam situasi sosial dengan teman sebaya baik individual
maupun kelompok
3
Lain halnya dengan Husain Jusuf yang mengatakan bahwa perilaku sosial adalah
perilaku yang sudah merupakan satu pola yang relatif menetap yang diperlihatkan oleh
Dari beberapa pendapat tersebut, perilaku sosial dapat diartikan sebagai Segala tingkah
laku atau aktivitas yang ditampakkan oleh individu pada saat berinteraksi dengan lingkungan.
Dalam interaksi tersebut terdapat proses saling merespon, saling mempengaruhi, serta saling
Individu harus mampu menyesuaikan diri dengan beragam lingkungan baik lingkungan
Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Asrori (2004: 93) bahwa dalam
lingkungan sekolah anak belajar membina hubungan dengan teman-teman sekolahnya yang
datang dari berbagai ragam keluarga dengan warna sosial yang beragam. Oleh karena itu
sosialisasi yang dilakukan oleh siswa di sekolah akan tergantung dari kemampuan siswa
Dengan demikian perilaku sosial di sekolah dalam penelitian ini dapat di artikan
sebagai segala sesuatu bentuk tingkah laku atau aktifitas yang ditampakkan oleh anak pada
saat berinteraksi dengan teman sebaya baik secara individual maupun kelompok di lingkungan
sekolah.
Perilaku sosial seseorang dapat dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor tersebut
dibagi ke dalam dua kelompok yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor-faktor yang
4
a. Faktor internal
Faktor internal yaitu potensi yang memang sudah ada pada diri individu yang
Jusuf (Maryana, 2006: 19) menyebutkan faktor internal yang berpengaruh terhadap
perilaku sosial yaitu harga diri (self esteem) dan faktor kecerdasan (intelligence).
Harga diri (self esteem) yaitu sejauh mana individu memandang dan menghargai
sosialnya.
Hollander (Maryana, 2006: 20) mengemukakan bahwa harga diri merupakan hal yang
sangat penting dalam hubungan individu dengan individu lain serta untuk menyesuaikan diri
individu.
Menurut Krech (Maryana, 2006: 20) peningkatan derajat harga diri dapat membawa
seseorang kepada inisiatif sosial, sedangkan penurunan derajat harga diri dapat membawa
Di dalam beberapa studi yang dilakukan oleh para ahli, telah ditemukan bahwa orang
yang menilai baik terhadap diri sendiri, juga cenderung menilai baik terhadap diri orang lain.
Hal ini dapat disimpulkan bahwa orang yang menerima dirinya sendiri, juga menerima diri
orang lain, sebaliknya orang yang menolak dirinya sendiri cenderung menolak orang lain.
Faktor kecerdasan (intelligence) yaitu kemampuan secara kognitif yang dimiliki oleh
individu. Seseorang dapat berperilaku baik, bergaul secara efektif apabila ia memiliki
inteligensi tinggi, terutama inteligensi sosial. Seseorang yang memiliki inteligensi sosial dapat
bergaul secara baik dengan masyarakat. Ia mudah berkawan dan memahami hubungan
manusia. Melalui kemampuan ini individu mampu menangkap pesan-pesan dari suatu perilaku
serta mampu memahami perilaku sosial yang harus ditampakkan dalam melakukan hubungan
5
sosial.
6
Sifat-sifat kepribadian sangat erat hubungannya dengan inteligensi sosial. Menurut
persahabatan dan tingkat kebebasan dari rasa cemburu semuanya merupakan faktor yang
yang sulit, menghadapi kesulitan dengan tenang, mengambil keputusan secara tepat dan cepat,
Inteligensi tinggi dari seorang siswa di kelas, akan menimbulkan kekaguman dari siswa
yang lainnya. Dengan demikian akan mudah baginya untuk menjadi pemimpin di dalam
berbagai kegiatan, oleh karena dalam kenyataan kepemimpinan yang intelejen itu diperlukan
Dari uraian di atas, jelaslah bahwa faktor harga diri dan inteligensi dapat
b. Faktor Eksternal
Faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari pengalaman atau lingkungan yang
berpengaruh terhadap perilaku sosial siswa antara lain faktor kelurga, sekolah, teman sebaya
1. Keluarga
Keluarga merupakan kelompok sosial yang pertama dalam kehidupan manusia, tempat
ia belajar dan menyatakan diri sebagai manusia sosial di dalam hubungan interaksi dengan
kelompoknya.
7
Hubungan dengan para anggota keluarga tidak semata-mata berupa hubungan dengan
orang tua, tetapi juga dengan saudara, nenek dan kakek akan mempengaruhi perilaku sosial
Posisi anak dalam keluarga, apakah yang paling tua, anak tengah, anak bungsu, atau
anak tunggal juga penting. Anak yang lebih tua, atau jarak umurnya dengan saudara-saudara
terlalu jauh, atau satu-satunya anak yang berjenis kelaminnya lain dari saudara-saudaranya
cenderung lebih banyak menyendiri ketika berada bersama anak- anak lain.
Perilaku sosial dan sikap anak mencerminkan perlakuan yang diterima di rumah. Anak
yang merasa ditolak oleh orang tuanya atau saudaranya mungkin menganut sikap kesyahidan
(attitude of martyrdom) di luar rumah dan membawa sikap ini sampai dewasa. Anak
semacam itu mungkin akan menyendiri dan menjadi introvert. Sebaliknya penerimaan dan
sikap orang tua yang penuh cinta kasih mendorong anak bersifat ekstrovert .
2. Sekolah
program bimbingan, pengajaran, dan latihan dalam rangka membantu siswa agar mampu
mandiri dan mampu mengembangkan potensinya, baik yang menyangkut aspek moral-
2001: 54) mengemukakan bahwa sekolah merupakan faktor penentu bagi perkembangan
kepribadian anak (siswa), baik dalam berfikir, bersikap maupun cara berperilaku. Sekolah
berperan sebagai substitusi keluarga, dan guru subtitusi orang tua. Ada beberapa alasan,
mengapa sekolah memainkan peranan yang berarti bagi perkembangan kepribadian anak
yaitu
(a) para siswa harus hadir di sekolah, (b) sekolah memberikan pengaruh kepada anak secara
dini,
8
seiring dengan perkembangannya ”konsep diri” nya, (c) anak-anak banyak menghabiskan
waktunya di sekolah daripada di tempat lain di luar rumah, (d) sekolah memberikan
kesempatan kepada siswa untuk sukses dan (e) sekolah memberikan kesempatan pertama
Menurut Havighurst (Yusuf, 2001: 55) sekolah mempunyai peranan atau tanggung
jawab penting dalam membantu para siswa mencapai tugas perkembangannya. Sehubungan
dengan hal ini, sekolah seyogianya berupaya menciptakan iklim yang kondusif, atau kondisi
Hal ini sejalan dengan pendapat Gerungan (1991: 194) yang mengemukakan:
”Peranan sekolah itu jauh lebih luas. Di dalamnya berlangsung beberapa bentuk dasar
dari kelangsungan”pendidikan” pada umumnya, yaitu pembentukan sikap-sikap dan
kebiasaan-kebiasaan yang wajar, perangsang dari potensi-potensi anak, perkembangan
dari kecakapan-kecakapan pada umumnya, belajar kerjasama dengan kawan
sekelompoknya, melaksanakan tuntutan-tuntutan dan contoh-contoh yang baik belajar
menahan diri demi kepentingan orang lain, memperoleh pengajaran...”.
Sekolah Menengah Pertama memiliki lingkup dan komleksitas yang berbeda dengan
Sekolah Dasar. Di Sekolah Menengah Pertama merupakan sekolah secara keseluruhan bukan
terbatas pada satu kelas dengan satu guru tetapi sebaliknya terdiri dari banyak guru dan
banyak mata pelajaran. Kelompok teman sebayapun yang asalnya homogen dan lingkupnya
terbatas menjadi kelompok teman sebaya yang lebih besar dan heterogen, dengan demikian
siswa memiliki kesempatan yang lebih luas untuk memilih teman sebaya yang sesuai dengan
dirinya dan semakin luas kesempatan untuk bersaing dalam bidang prestasi.
3 Teman Sebaya
9
Dalam pergaulannya dengan teman sebaya, anak dituntut untuk mampu mengikuti apa
yang menjadi aturan dalam kelompok sebayanya. Secara langsung atau tidak langsung anak
Agar anak dapat menyesuaikan diri dengan tuntutan sosialnya, diperlukan tiga proses
sosialisasi (Hurlock, 1997: 228) Ketiga proses sosialisasi tersebut adalah sebagai berikut.
a) Belajar berperilaku yang dapat diterima secara sosial (learning to behave in socially
approved ways) yang berarti bahwa dalam kelompok terdapat standar bagi para anggotanya.
Individu harus mengetahui perilaku yang diterima oleh anggota kelompoknya. Dalam
berkomunikasi misalnya, anak tidak hanya berkata-kata tapi anak dapat berkomunikasi
b) Belajar memainkan peran yang dapat diterima (playing approved social rules) yang berarti
bahwa setting kelompok memiliki kebiasaan yang telah ditentukan dan disepakati oleh
anggotanya.
c) Perkembangan sikap sosial (devolepment of social attitude) yang berarti anak dituntut untuk
bergaul dengan baik serta harus menyukai orang lain dan aktivitas sosialnya seperti sikap
positif dan atau negatif, perasaan suka dan atau tidak suka terhadap aktivitas sosial
4. Media massa
untuk memperoleh informasi dan komunikasi dengan cepat. Namun hal tersebut tidak hanya
mempunyai dampak positif tetapi juga berdampak negatif terhadap perkembangan pribadi -
sosial remaja.
10
Media massa berupa perangkat komunikasi seperti majalah, surat kabar, radio, televisi
dan sebagainya, mempunyai peranan dalam mengembangkan perilaku sosial anak. Salah satu
media massa yang sangat berpengaruh terhadap anak adalah televisi. Jika ternyata anak lebih
akrab dengan televisi, maka kepribadian yang terpencar dalam tingkah lakunya sangat
dipengaruhi oleh acara-acara televisi. Hal ini dikarenakan terjadinya proses peniruan atau
imitasi yang dilakukan oleh anak sangat dominan dalam kehidupan keseharian.
respon tertentu dalam bentuk perilaku. Hubungan antara siswa dengan kehidupan di sekolah
merupakan suatu keadaan yang perlu diperhatikan oleh para personil sekolah, karena
hubungan tersebut akan mempengaruhi perilaku sosial yang ditampilkan oleh siswa.
Johnson (Maryana 1984: 76) dalam menjelaskan interaksi, mengutip teori Simon yang
menyatakan bahwa satu perilaku kelompok (a group behavior) dapat ditandai oleh empat
variabel yaitu: intensitas interaksi, tingkat persahabatan, jumlah kegiatan yang dilakukan, dan
Sedangkan menurut Lindgren ( Jusuf, 1984: 75) mengemukakan bahwa perilaku sosial
anak tercermin di dalam sikap dan perasaan yang dapat membawanya kepada tindakan
interpersonal yang lebih lanjut. Peristiwa interpersonal dapat dipelajari dari bermacam-macam
agresi, kasih sayang, dan penghindaran (avoidance). Peristiwa interpersonal dapat pula
dipelajari dari proses komunikasi dan dari segi kerjasama atau persaingan.
11
Lebih lanjut yusuf (Maryana, 2006: 25) bentuk perilaku sosial siswa di sekolah dapat
dilihat berdasarkan tujuh dimensi, yaitu : (a) persahabatan, (b) kepemimpinan, (c) sikap
keterbukaan, (d) inisiatif sosial, (e) partisipasi dalam kegiatan kelompok, (f) tanggung jawab
B. Konsep Remaja
1. Pengertian
Remaja, dalam bahasa aslinya disebut adolescence, berasal dari bahasa Latin
Adolescere yang artinya ”tumbuh” atau ”tumbuh untuk mencapai kematangan”. Bangsa
primitif dan orang- orang purbakala memandang masa puber dan masa remaja tidak berbeda
dengan periode lain dalam rentang kehidupan. Anak dianggap sudah dewasa apabila sudah
Perkembangan lebih lanjut, istilah adolescence sesungguhnya memiliki arti yang lebih
luas, mencakup mental, emosional, sosial, dan fisik (Hurlock,1991). Pandangan Piaget
(Hurlock,1991: 206) mengatakan remaja adalah suatu usia dimana individu menjadi
terintegrasi ke dalam masyarakat dewasa, suatu usia di mana anak tidak merasa bahwa dirinya
berada di bawah tingkat orang yang lebih tua melainkan merasa sama, atau paling tidak
sejajar. Memasuki masyarakat dewasa ini mengandung banyak asfek afektif lebih atau kurang
Hall (Santrock, 2003: 10) mendefinisikan bahwa remaja adalah masa antara usia 12
sampai 23 tahun dan penuh dengan topan dan badai. Remaja sebagai masa goncangan yang
Lebih lanjut Erikson ( Syamsudin, 2003: 132) menafsirkan bawa masa remaja itu
sebagai suatu masa yang amat kritis yang mungkin dapat merupakan ”the best of time and the
worst of time”. Bila individu mampu menghadapi tuntutan yang dihadapi secara integratif, ia
12
akan menemukan identitasnya yang akan dibawanya menjelang masa dewasanya. Sebaliknya
kalau gagal, ia akan berada pada kritis identitas (identity crisis) yang berkepanjangan.
Masa remaja adalah suatu tahap perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa
dewasa yang ditandai oleh perubahan-perubahan fisik umum serta perkembangan kognitif dan
Harold Alberty (Syamsuddin, 2003: 130) menyatakan bahwa masa remaja secara
umum didefinisikan sebagai periode dalam perkembangan yang dijalani seseorang yang
terbentang sejak berakhirnya masa kanak-kanak sampai datangnya awal masa dewasanya.
Pendapat ini didukung dengan rentang masa remaja yang dikemukakan oleh Syamsudin
(1993: 130) yang menyatakan bahwa rentangan masa remaja itu berlangsung dari sekitar usia
Dengan demikian masa remaja merupakan masa yang dijalani individu yang dimulai
dari berakhirnya masa kanak-kanak sampai datangnya masa dewasa awal yang ditandai oleh
Tugas perkembangan masa remaja difokuskan pada upaya meninggalkan sikap dan
13
3. mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok yang berlainan jenis;
8. mengembangkan perilaku tanggung jawab sosial yang diperlukan untuk memasuki dunia
dewasa;
Senada dengan pendapat Hurlock, William Kay (Yusuf, 2001: 72) mengemukakan
2. mencapai kemandirian emosional dari orangtua atau figur-figur yang mempunyai otoritas;
teman sebaya atau orang lain, baik secara individual maupun kelompok;
6. memperkuat self-control (kemampuan mengendalikan diri) atas skala nilai, prinsip-prinsip atau
14
1. mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria maupun
wanita
5. mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang-orang dewasa lainnya
8. memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan untuk berperilaku
mengembangkan ideologi.
Masa remaja mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakan dengan masa sebelumnya
dan sesudahnya. Menurut Hurlock (1991: 207) mengemukakan bahwa ciri-ciri masa remaja
Kendatipun semua periode dalam rentang kehidupan adalah penting, namun kadar
kepentingannya berbeda-beda. Ada beberapa periode yang lebih penting daripada beberapa
periode lainnya, karena akibatnya yang langsung terhadap sikap dan perilaku, dan ada lagi
yang penting karena akibat jangka panjangnya. Pada periode remaja, baik akibat langsung
maupun akibat jangka panjang tetap penting. Ada periode yang penting karena akibat fisik dan
ada lagi karena akibat psikologis. Pada periode remaja kedua-duanya sama-sama penting.
15
Perkembangan fisik yang cepat dan penting disertai dengan cepatnya perkembangan
mental, yang cepat, terutama pada awal masa remaja. Semua perkembangan itu menimbulkan
perlunya penyesuaian mental dan perlunya membentuk sikap, nilai dan minat baru.
Peralihan tidak berarti terputusnya dengan atau berubah dari apa yang telah terjadi
sebelummnya, melainkan lebih-lebih sebuah peralihan dari satu tahap perkembangan ke tahap
berikutnya. Artinya, apa yang telah terjadi sebelumnya akan meninggalkan bekasnya pada apa
yang terjadi sekarang dan yang akan datang. Bila anak-anak beralih dari masa kanak-kanak ke
masa dewasa, anak-anak harus ”meniggalkan segala sesuatu yang bersifat kekanak-kanakkan”
dan juga harus mempelajari pola perilaku dan sikap baru untuk menggantikan perilaku dan
Namun perlu disadari bahwa apa yang telah terjadi akan meninggalkan bekasnya dan
akan mempengaruhi pola perilaku dan sikap yang baru. Seperti dijelaskan oleh Osterrieth, ”
Stuktur psikis anak remaja berasal dari masa kanak-kanak, dan banyak ciri yang umumnya
dianggap sebagai khas masa remaja sudah ada pada akhir masa kanak-kanak” Perubahan fisik
yang terjadi selama tahun masa awal masa remaja mempengaruhi tingkat perilaku individu
Dalam setiap periode peralihan, status individu tidaklah jelas dan terdapat keraguan
akan peran yang harus dilakukan. Pada masa ini, remaja bukan lain seorang anak dan juga
Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku selama masa remaja sejajar dengan
tingkat perubahan fisik. Selama awal masa remaja, ketika perubahan fisik terjadi dengan pesat,
16
perubahan fisik terjadi dengan pesat, perubahan perilaku dan sikap juga berlangsung pesat.
Kalau perubahan fisik menurun maka perubahan sikap dan perilaku munurun juga.
Ada lima perubahan yang sama yang hampir bersifat universal. Pertama, meningginya
emosi, kedua perubahan tubuh, minat dan peran yang diharapkan oleh kelompok sosial untuk
dipesankan, ketiga remaja akan terasa ditimbuni masalah, sampai ia sendiri menyelesaikannya
menurut kepuasannya, keempat dengan berubahnya minat dan pola perilaku, maka nilai-nilai
juga berubah, dan kelima sebagian besar remaja bersikap ambivalen terhadap setiap
perubahan.
sering menjadi masalah yang sulit untuk diatasi baik oleh anak-laki-laki maupun oleh anak
perempuan. Terdapat dua alasan bagi kesulitan itu. Pertama masa kanak-kanak, masalah anak-
anak sebagian diselesaikan oleh orang tua dan guru, sehingga kebanyakan remaja tidak
berpengalaman dalam mengatasi masalah. Kedua, karena para remaja merasa mandiri
mereka yakini, banyak remaja akhirnya menemukan bahwa penyelesaian tidak selalu sesuai
Pada tahun-tahun awal masa remaja, penyesuaian diri dengan kelompok masih penting.
Lambat laun mereka mulai mendambakan identitas diri dan tidak puas lagi dengan menjadi
sama dengan teman-teman dalam segala hal seperti sebelumnya. Tetapi status remaja yang
mendua menimbulkan suatu dilema yang menyebabkan “krisis indentitas” atau masalah
17
Salah satu cara mencoba mengangkat diri sendiri sebagai individu dengan
menggunakan simbol dalam bentuk barang-barang yang mudah terlihat. Dengan cara ini
remaja menarik perhatian pada diri sendiri dan agar dipandang sebagai individu, sementara
pada saat yang sama ia mempertahankan identitas dirinya terhadap kelompok sebaya.
Anggapan bahwa remaja adalah anak-anak yang tidak rapi, tidak dapat dipercaya,
cenderung merusak dan berperilaku merusak, menyebabkan orang dewasa yang harus
membimbing dan mengawasi kehidupan remaja takut bertanggung jawab dan mengawasi
kehidupan remaja takut bertanggung jawab dan bersikap tidak simpatik terhadap perilaku
remaja.
Anggapan di atas juga mempengaruhi konsep diri dan sikap remaja terhadap dirinya
sendiri dan adanya keyakinan bahwa orang dewasa mempunyai pandangan buruk tentang
remaja. Hal ini membuat peralihan ke masa dewasa menjadi sulit sehingga terjadi banyak
pertentangan dengan orang tua dan anak yang menghalangi anak untuk meminta bantuan
melihat dirinya dan orang lain sebagaimana yang ia inginkan dan bukan sebagaimana adanya,
terlebih dalam hal cita-cita. Cita-cita yang tidak realistik ini tidak hanya bagi dirinya sendiri
tetapi juga bagi keluarga dan teman-temannya. Hal ini menyebabkan meningginya emosi yang
merupakan ciri dari awal masa remaja. Semakin tidak realistis cita-citanya, semakin ia
menjadi marah. Remaja akan sakit hati dan kecewa apabila orang lain mengecewakannya atau
18
Menjelang berakhirnya masa remaja, pada umumnya baik anak laki-laki maupun
perempuan sering terganggu oleh idealisme yang berlebih bahwa mereka harus segera
Dengan semakin mendekatnya usia kematangan yang sah, para remaja menjadi gelisah
untuk meninggalkan streotip belasan tahun dan untuk memberikan kesan bahwa mereka sudah
hampir dewasa. Berpakaian dan bertindak seperti orang dewasa ternyata belumlah cukup.
Oleh karena itu remaja mulai memusatkan diri pada perilaku yang dihubungkan dengan status
dewasa, yaitu merokok, minum-minuman keras, menggunakan obat-obatan, dan terlibat dalam
perbuatan seks. Mereka menganggap bahwa perilaku ini akan memberikan citra yang mereka
inginkan.
Siswa Sekolah Menengah Pertama umumnya berada pada masa rentang usia 12-15
tahun. Kelas 7 berada pada usia sekitar 11- 13 tahun, kelas 8 berada pada usia sekitar 12-
14 tahun sedangkan kelas 9 berada pada usia sekitar 13- 15 tahun. Baik kelas 7, 8 dan kelas 9
di lihat dari rentang usia berada pada masa remaja awal yang ditandai dengan
berkembangnya kemampuan untuk menjalin hubungan sosial secara lebih luas. Hal ini sesuai
74) yakni:
19
4. memperoleh seperangkat nilai dan sistem etika sebagai petunjuk/pembimbing dalam tingkah
laku
Masa remaja ditandai dengan adanya berbagai perubahan, baik secara fisik maupun
psikis. Hal ini juga berpengaruh terhadap perilaku sosialnya. Keadaan fisik pada masa remaja
di pandang sebagai suatu hal yang penting, namun ketika keadaan fisik tidak sesuai dengan
harapannya (ketidaksesuaian antara body image dengan self picture) dapat menimbulkan rasa
tidak puas dan kurang percaya diri, hal ini akan berdampak pada perilaku sosialnya.
Masa remaja disebut pula sebagai masa social hunger (kehausan sosial), yang ditandai
dengan adanya keinginan untuk bergaul dan diterima di lingkungan kelompok sebayanya
(peer group). Penolakan dari peer group dapat menimbulkan frustasi dan menjadikan dia
sebagai isolated dan merasa rendah diri. Namun sebaliknya apabila remaja dapat diterima oleh
rekan sebayanya dan bahkan menjadi idola tentunya ia akan merasa bangga dan memiliki
Teman sebaya bagi remaja (siswa) mempunyai peran cukup penting bagi
dalam pengalamannya bergaul dengan teman sebaya, adalah : (a) social cognition, (b)
konformitas.
Pada masa remaja khususnya remaja awal akan ditandai adanya keinginan yang ambivalen, di
satu sisi adanya keinginan untuk melepaskan ketergantungan dan dapat menentukan
pilihannya sendiri, di satu sisi lain dia membutuhkan orang tua, terutama secara ekonomis.
Pada masa remaja juga ditandai dengan adanya keinginan untuk mencoba-coba dan menguji
kemampuan norma yang ada, jika tidak terbimbing, mungkin saja akan berkembang menjadi
20
21
D. KARAKTERISTIK SOSIAL PADA REJAMA
Masa remaja sering kali dikenal dengan masa mencari jati diri, ini terjadi karena masa
remaja merupakan masa peralihan antara masa kehidupan anak-anak dan masa kehidupan
orang dewasa. Ditinjau dari segi fisiknya, mereka bukan anak-anak lagi melainkan sudah
seperti orang dewasa, tetapi jika mereka diperlakukan sebagai orang dewasa, ternyata belum
dapat menunjukkan perilaku seperti orang dewasa. Oleh karena itu ada sejumlah perilaku
Lain halnya dengan pendapat ( Skripsi-tesis Com: 2008) yang mengemukakan bahwa
karakteristik perilaku sosial yang umum dimiliki remaja adalah sebagai berikut : (a) berusaha
untuk memisahkan diri dari orang tuanya, (b) berusaha ingin bergabung dengan teman-teman
sebayanya, (c) mempunyai keinginan untuk bebas dari kekuasaan, (d) tidak tergantung atau
melepaskan diri dari orangtua, (e) memiliki rasa ingin tahu serta mencari identitas dirinya, (f)
karakteristik perilaku sosial yang ditampakkan oleh remaja adalah sebagai berikut : (1) lebih
banyak menghabiskan waktu bersama teman sebaya, (2) kemampuan untuk memiliki dan
kelompok, (4) kurang membutuhkan (penolakan) pengawasan dari orang tua, (5) cenderung
bebas dalam mengekpresikan dan menampilkan diri, (6) membutuhkan penerimaan sosial
(masyarakat), (7) saling berbagi dengan teman sebaya mengenai keyakinan dan minat sosial.
22
E. Penelitian-penelitian Terdahulu
Berikut ini dikemukakan beberapa penelitian yang dianggap relevan dengan penelitian
1. Erma Maryana (2006) dalam skripsinya yang berjudul ”perilaku sosial siswa SD” dari hasil
penelitian ini menunjukan kemampuan berperilaku sosial yang sangat tinggi. Hal ini
diketahui dari indeks persentase yang menunjukan bahwa siswa yang memiliki perilaku
sosial katagori tinggi lebih banyak dibanding dengan siswa yang memiliki perilaku sosial
dalam katagori sedang dan rendah. Hal ini dikarenakan siswa SD berada pada masa usia
berkelompok. Dimana pada usia ini anak mulai memiliki kesanggupan untuk menyesuaiak
memperhatikan kepentingan orang lain). Minat anak terhadap kelompok sebaya sangat
tinggi.
2. Dian Sobariah (2005) dalam skripsinya ”Kecenderungan perilaku sosial siswa di sekolah
ditelaah dari pola asuh orang tua”. Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar siswa
berperilaku sosial memadai. Penelitian menunjukan adanya perbedaan perilaku sosial siswa
dilihat dari kecenderungan pola asuh orang tua yang demokratis, acuh tak acuh, dan otoriter.
Siswa yang meraskan pola asuh orangtuanya cenderung demokratis dan otoriter sebagian
besar berperilaku sosial memadai. Sedangkan siswa yang merasakan pola asuh orang tuanya
acuh tak acuh sebagian besar berperilaku sosial kurang memadai. Dengan demikian jelaslah
pola asuh orang tua sangat berpengaruh terhadap pembentukan perilaku sosial siswa.
3. Abdul Malik Sinaga (1986) dalam Tesisnya ”Keakraban hubungan ibu dan ayah serta tipe
sikap orang tua dihubungkan dengan perilaku anak di sekolah”. Hasil penelitian menunjukan
bahwa keakraban hubungan ibu dan ayah berderajat tinggi, berpengaruh positif dan memberi
23
corak terhadap perilaku harmonis yang ditampilkan anak dalam interaksi sosialnya di
sekolah. Sebaliknya keakraban hubungan ibu dan ayah yang berderajat rendah, sangat
sekolah, seperti perilaku ketergantungan, agresif, dan menyendiri. Hal ini tergambar
pada prosentase yang modusnya 39,46 % pada perilaku menyendiri dan 36,97% pada
menyendiri dan harmonis. Keakraban Hubungan ibu dan ayah yang berderajat tinggi,
dan dengan sikap orangtua yang demokratik serta menerima, pengaruhnya semakin
berarti bila dihubungkan dengan perilaku anak yang harmonis di sekolah. Hal ini
dinyatakan oleh prosentase yang menonjol dari lainnya, didapat 59,31 % pada
keakraban tinggi dan sikap orangtua yang demokratik, dan 53, 31 % pada keakraban
tinggi dan sikap menerima berpengaruh lebih tinggi pada perilaku anak yang harmonis.
Dengan demikian jelaslah bahwa keakraban hubungan ibu dan ayah serta tipe sikap
24
BAB III
KESIMPULAN
Orang Tua
25
DAFTAR PUSTAKA
http://a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_0608943_chapter2%282%29.pdf
26