MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Karakteristik Peserta Didik
yang dibina oleh Dr. M. Ramli, M.A.
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
terselesaikannya makalah kami yang berjudul “Perkembangan Sosial Emosional
Anak Sekolah Dasar” ini. Makalah disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Karakteristik Peserta Didik. Selain itu, dimaksudkan pula untuk menjelaskan pada
mahasiswa tentang sudut pandang idealis di dalam pendidikan.
Penyusunan makalah ini tak lepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan yang baik ini, tak lupa kami ucapkan
terima kasih kapada :
1.Dr. M. Ramli, M.A. sebagai dosen pengampu mata kuliah Karakteristik Peserta
Didik.
2.Serta berbagai pihak yang telah membantu terselesainya makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
sempurna, untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari berbagai pihak.
Demikian makalah ini kami susun, semoga
khususnya bagi mahasiswa Program Studi S2 Pendidikan Dasar, Pascasarjana
Universitas Negeri Malang.
Tim Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang..................................................................................................1
Rumusan Masalah........................................................................................... 2
Tujuan...............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
Perkembangan Sosial........................................................................................3
Perkembangan Emosional...............................................................................10
BAB III PENUTUP
Kesimpulan.....................................................................................................17
Saran................................................................................................................18
DAFTAR RUJUKAN....................................................................................19
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada dasarnya manusia tidak mampu hidup seorang diri tanpa bantuan yang
lain. Sejalan dengan bertambahnya umur manusia akan mengenal lingkungan
yang heterogen dan kompleks yang akan di bawa ke arah kehidupan bersama,
bermasyarakat atau kehidupan sosial. Dalam perkembangannya setiap oranng
akhirnya mengetahui bahwa manusia saling membantu dan di bantu, memberi dan
diberi. Perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan
sosial. Dapat juga diartikan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri
terhadap norma-norma kelompok, moral dan tradisi: meleburkan diri menjadi
suatu kesatuan dan saling berkomunikasi dan bekerja sama.
Selama masa kanak-kanak menengah dan akhir, kehidupan sosial dan
emosional anak-anak mengalami banyak perubahan. Mereka mengalami
transformasi dalam berelasi dengan orangtua dan kawan-kawan sebaya, dan
sekolah juga memperkaya kehidupan akademik mereka, di samping itu mereka
juga mengalami perkembangan yang penting dalam bidang konsepsi diri,
penalaran moral, dan perilaku moral. Berdasarkan orientasi tugas mereka yang
utama untuk dapat bekerja dan berinteraksi secara efektif dengan teman
sebayanya, karena siswa yang gagal dalam membangun hubungan yang positif
dengan temannya yang disebabkan penilaian diri dan pencapaian yang kurang di
sekolah. Sehingga dimungkinkan mereka akan menghadapi masalah di masa
depannya.
Disinilah peran guru dan orangtua untuk mengontrol perkembangan pribadi
dan ketrampilan sosialnya dalam rentang usia lima sampai delapan tahun.
Menurut penelitian menyatakan bahwa campur tangan orangtua dapat membantu
secara efektif perkembangan anak dalam keberhasilan hubungan sosial dengan
teman sebayanya. Orangtua tetap berperan penting dalam perkembangan mereka
1
2
dan gaya pengasuhan yanng otoritatif cenderung memberikan hasil positif bagi
anak-anak. Di masa kanak-kanak awal, relasi dengan kawan-kawan sebaya
mengambil peran signifikan sejalan dengan meluasnya dunia sosial anak-anak.
Bermain menjadi aspek spesial dalam kehidupan anak-anak dan sebagai konteks
yang penting bagi perkembangan kognitif dan sosio emosi.
Semakin meningkat pengalaman bersosial seorang anak, maka mereka juga
akan menyadari pentingnya mengendalikan dan menngelola emosi mereka agar
sesuai dengan standar sosial. Masa kanak-kanak pertengahan dan akhir, anak-anak
mengemabangkan pemahaman dan regulasi diri terhadap emosi. Berdasarkan teori
perkembangan sosial dan emosi, maka guru seyogyanya mempunyai kepedulian
untuk menciptakan suasana proses belajar mengajar yang menyenangkan atau
kondusif demi terciptanya proses belajar siswa secara efektif.
Manfaat lain yanng dapat diperoleh dengan memahami perkembangan
sosial anak adalah memberikan landasan Konseptual dalam menentukan alternatif
perlakuan pendidikan terhadap anak didik yang sesuai dengan perkembangannya ,
dengan demikian guru diharapkan bisa menjadi fasilitator perkembangan sosial
anak.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana perkembangan sosial pada anak sekolah dasar?
2. Bagaimana perkembangan emosional pada anak sekolah dasar?
C. Tujuan
1. Mengetahui perkembangan sosial pada anak sekolah dasar?
2. Mengetahui perkembangan emosional pada anak sekolah dasar?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Perkembangan Sosial
1. Pengertian Perkembangan Sosial Pada Anak Sekolah Dasar
Samsu Yusuf (Budiamin dkk, 2000:132) menyatakan bahwa perkembangan
sosial merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan sosial. Perkembangan
sosial dapat pula diartikan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri
terhadap norma-norma kelompok, moral dan tradisi; meleburkan diri menjadi satu
kesatuan dan saling berkomunikasi dan kerja sama.
Pada awal manusia dilahirkan belum bersifat sosial, dalam artian belum
memiliki kemampuan dalam berinteraksi dengan orang lain. Kemampuan sosial
anak diperoleh dari berbagai kesempatan dan pengalaman bergaul dengan orang-
orang dilingkungannya.
Kebutuhan berinteraksi dengan orang lain telah dirasakan sejak usia enam
bulan, disaat itu mereka telah mampu mengenal manusia lain, terutama ibu dan
anggota keluarganya. Anak mulai mampu membedakan arti senyum dan perilaku
sosial lain, seperti marah (tidak senang mendengar suara keras) dan kasih sayang.
Sueann Robinson Ambron (Budiamin dkk, 2000:132) menyatakan
bahwa sosialisasi itu sebagai proses belajar yang membimbing anak ke arah
perkembangan kepribadian sosial sehingga dapat menjadi anggota masyarakat
yang bertanggung jawab dan efektif. Hubungan sosial mulai dari tingkat
sederhana dan terbatas, yang didasari oleh kebutuhan yang sederhana. Semakin
dewasa dan bertambah umur, kebutuhan manusia menjadi kompleks dan dengan
demikian tingkat hubungan sosial juga berkembang amat kompleks.
Dari kutipan diatas dapat dimengerti bahwa semakin bertambah usia anak
maka semakin kompleks perkembangan sosialnya, dalam arti mereka semakin
membutuhkan orang lain. Tidak dipungkiri lagi bahwa manusia adalah makhluk
sosial yang tidak akan mampu hidup sendiri, mereka butuh interaksi dengan
manusia lainnya, interaksi sosial merupakan kebutuhan kodrati yang dimiliki oleh
manusia.
3
4
sesuai dengan kehendak anak. Sikap orang tua terhadap anak seyogyanya tidak
memandang pertanda mereka anak yang nakal, keras kepala, tolol atau sebutan
negatif lainnya, sebaiknya orang tua mau memahami sebagai proses
perkembangan anak dari sikap “dependent” (ketergantungan) menuju kearah
“independent” (bersikap mandiri).
2) Agresi (agression)
Yaitu perilaku menyerang balik secara fisik (nonverbal) maupun kata-kata
(verbal). Agresi merupakan salah bentuk reaksi terhadap rasa frustasi (rasa
kecewa karena tidak terpenuhi kebutuhan atau keinginannya). Biasanya bentuk ini
diwujudkan dengan menyerang seperti ; mencubit, menggigit, menendang dan
lain sebagainya.
Sebaiknya orang tua berusaha mereduksi, mengurangi agresifitas anak
dengan cara mengalihkan perhatian atau keinginan anak. Jika orang tua
menghukum anak yang agresif maka egretifitas anak akan semakin memingkat.
3) Berselisih/bertengkar (quarreling)
Sikap ini terjadi jika anak merasa tersinggung atau terganggu oleh sikap
atau perilaku anak lain, sepert diganggu pada saat mengerjakan sesuatu atau
direbut mainannya.
4) Menggoda (teasing)
Menggoda merupakan bentuk lain dari sikap agresif, menggoda merupakan
serangan mental terhadap orang lain dalam bentuk verbal (kata-kata ejekan atau
cemoohan) yang menimbulkan marah pada orang yang digodanya.
5) Persaingan (Rivaly)
Yaitu keinginan untuk melebihi orang lain dan selalu didorong oleh orang
lain. Sikap persaingan mulai terlihat pada usia 4 tahun, yaitu persaingan untuk
prestice (merasa ingin menjadi lebih dari orang lain) dan pada usia 6 tahun,
semangat bersaing ini berkembang dengan baik.
6) Kerja sama (cooperation)
Yaitu sikap mau bekerja sama dengan orang lain. Anak yang berusia dua
atau tiga tahun belum berkembang sikap bekerja samanya, mereka masih kuat
sikap “self-centered”-nya. Mulai usia tiga tahun akhir atau empat tahun, anak
6
sudah mulai menampakan sikap kerja samanya. Pada usia enam atau tujuh tahun
sikap ini berkembang dengan baik.
7) Tingkah laku berkuasa (ascendant behavior)
Yaitu tingkah laku untuk menguasai situasi sosial, mendominasi atau
bersikap “business”. Wujud dari sikap ini adalah ; memaksa, meminta, menyuruh,
mengancam dan sebagainya.
8) Mementingkan diri sendiri (selffishness)
Yaitu sikap egosentris dalam memenuhi interest atau keinginannya. Anak
ingin selalu dipenuhi keinginannya dan apabila ditolak, maka dia protes dengan
menangis, menjerit atau marah-marah.
9) Simpati (Sympathy)
Yaitu sikap emosional yang mendorong individu untuk menaruh perhatian
terhadap orang lain mau mendekati atau bekerjasama dengan dirinya.
B. Perkembangan Emosional
1. Pengertian Perkembangan Emosional Pada Anak Sekolah Dasar
Kata emosi berasal dari bahasa latin, yaitu emovere, yang berarti bergerak
menjauh. Arti kata ini menyiratkan bahwa kecenderungan bertindak merupakan
hal mutlak dalam emosi. Menurut Daniel Goleman (2002 : 411) emosi merujuk
pada suatu perasaan dan pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis
dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Emosi pada dasarnya adalah
dorongan untuk bertindak. Biasanya emosi merupakan reaksi terhadap rangsangan
dari luar dan dalam diri individu. Sebagai contoh emosi gembira mendorong
perubahan suasana hati seseorang, sehingga secara fisiologi terlihat tertawa, emosi
sedih mendorong seseorang berperilaku menangis.
Emosi berkaitan dengan perubahan fisiologis dan berbagai pikiran. Jadi,
emosi merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia, karena
emosi dapat merupakan motivator perilaku dalam arti meningkatkan, tapi juga
dapat mengganggu perilaku intensional manusia. (Prawitasari,1995). Dalam
kehidupan sehari-hari, emosi sering diistilahkan juga dengan perasaan. Misalnya,
seorang siswa hari ini ia merasa senang karena dapat mengerjakan semua
pekerjaan rumah (PR) dengan baik. Siswa lain mengatakan bahwa ia takut
menghadapi ujian. Senang dan takut berkenaan dengan perasaan, kendati dengan
makna yang berbeda. Senang termasuk perasaan, sedangkan takut termasuk
emosi.
11
Perasaan menunjukkan suasana batin yang lebih tenang dan tertutup karena
tidak banyak melibatkan aspek fisik, sedangkan emosi menggambarkan suasana
batin yang dinamis dan terbuka karena melibatkan ekspresi fisik. Perasaan
(feeling) seperti halnya emosi merupakan suasana batin atau suasana hati yang
membentuk suatu kontinum atau garis yang merentang dari perasaan sangat
senang/sangat suka sampai tidak senang/tidak suka. Perasaan timbul karena
adanya rangsangan dari luar, bersifat subjektif dan temporer. Misalnya, sesuatu
yang dirasakan indah oleh seseorang pada waktu melihat suatu lukisan, mungkin
tidak indah baginya beberapa tahun yang lalu, dan tidak indah bagi orang lain.
Ada juga perasaan bersifat menetap menjadi suatu kebiasaan dan membentuk
adat-istiadat. Misalnya, orang Padang senang makan pedas, orang Sunda senang
makan sayur/lalap sambal.
Simpati dan empati merupakan bentuk perasaan yang cukup penting dalam
kehidupan bersosialisai dengan orang lain. Simpati adalah suatu kecenderungan
untuk senang atau tertarik kepada orang lain. Empati adalah suatu kondisi
perasaan jika seseorang berada dalam situasi orang lain. Biasanya kita rasakan
saat melihat film atau sinetron dramatis.
diubah tergantung dari keadaan atau situasi munculnya perilaku tersebut. Nuansa
emosi mereka juga makin beragam.
yang dapat diramalkan, yaitu anak-anak yang lebih muda merasa gembira dalam
bentuk yang lebih menyolok dari pada anak-anak yang lebih tua.
mudah dan cepat pada awal kehidupan karena anak kecil kurang menalar,
mengenal betapa tidak rasionalnya reaksi mereka.
e. Belajar dengan bimbingan dan pengawasan
Anak diajarkan cara bereaksi yang dapat diterima jika suatu emosi
terangsang. Dengan pelatihan, anak-anak dirangsang untuk bereaksi terhadap
rangsangan yang biasanya membangkitkan emosi yang menyenangkan dan
dicegah agar tidak bereaksi secara emosional terhadap rangsangan yang
membangkitkan emosi yang tidak menyenangkan (Fatimah, 2006).
3. Konflik – konflik dalam proses perkembangan
Setiap anak melalui berbagai konflik dalam menjalani fase-fase
perkembangan yang pada umumnya dapat dilalui dengan sukses. Namun jika anak
tidak dapat mengamati konflik-konflik tersebut, biasanya mengalami gangguan-
gangguan emosi.
4. Lingkungan keluarga
Salah satu fungsi keluarga adalah sosialisasi nilai keluarga mengenai
bagaimana anak bersikap dan berperilaku. Keluarga adalah lembaga yang pertama
kali mengajarkan individu (melalui contoh yang diberikan orang tua) bagaimana
individu mengeksplorasi emosinya. Keluarga merupakan lingkungan pertama dan
utama bagi perkembangan anak. Keluarga sangat berfungsi dalam menanamkan
dasar-dasar pengalaman emosi, karena disanalah pengalaman pertama didapatkan
oleh anak. Keluarga merupakan lembaga pertumbuhan dan belajar awal (learning
and growing) yang dapat mengantarkan anak menuju pertumbuhan dan belajar
selanjutnya.
Gaya pengasuhan keluarga akan sangat berpengaruh terhadap
perkembangan emosi anak. Apabila anak dikembangkan dalam lingkungan
keluarga yang emosinya positif, maka perkembangan emosi anak akan menjadi
positif. Akan tetapi, apabila kebiasaan orang tua dalam mengekspresikan
emosinya negatif seperti, melampiaskan kemarahan dengan sikap agresif, mudah
marah, kecewa dan pesimis dalam menghadapi masalah, maka perkembangan
emosi anak akan menjadi negatif (Syamsu, 2008).
16
A. Simpulan
Perkembangan sosial anak merupakan pencapaian kematangan dalam
hubungan sosial. Perkembangan sosial dapat pula diartikan sebagai proses belajar
untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral dan tradisi ;
meleburkan diri menjadi satu kesatuan dan saling berkomunikasi dan kerja sama.
Perkembangan sosial, dapat diartikan sebagai sekuence dari perubahan yang
berkesinambungan dalam perilaku individu untuk menjadi makhluk sosial yang
dewasa. Kemudian macam-macam perilaku social pada anak adalah
pembangkangan, agresi, berselisih, menggoda, persaingan, kerja sama, tingkah
laku berkuasa, mementingkan diri sendiri, dan simpati. Sedangkan factor yang
mempengaruhinya adalah keluarga, kematangan, pendidikan, status ekonomi dan
mental emosional intelegensi.
Perkembangan emosional anak merupakan dorongan untuk bertindak.
Biasanya emosi merupakan reaksi terhadap rangsangan dari luar dan dalam diri
individu. Sebagai contoh emosi gembira mendorong perubahan suasana hati
seseorang, sehingga secara fisiologi terlihat tertawa, emosi sedih mendorong
seseorang berperilaku menangis. Kemudian perkembangan emosional anak
adalah: Anak usia 7-8 tahun perkembangan emosi pada masa ini anak telah
menginternalisasikanrasa malu dan bangga. Anak usia 9-10 tahun anak dapat
mengatur ekspresi emosi. Pada usia 11-12 tahun, pengertian anak tentang baik-
buruk, tentang norma-norma aturan serta nilai-nilai yang berlaku di
lingkungannya menjadi bertambah dan juga lebih fleksibel, tidak sekaku saat di
usia kanak-kanak awal. Selanjutnya factor yang mempengaruhi perkembangan
emosional adalah a) Keadaan Anak, b) Faktor Belajar yang terdiri belajar dengan
coba-coba, belajar dengan meniru, belajar dengan mempersamakan diri, belajar
melalui pengondisian. c) Konflik dalam Perkembangan, 4) Lingkungan Keluarga.
17
18
B. Saran
Setelah memahami perkembangan sosial dan emosional di Sekolah Dasar
sebagai mahasiswa tentunya harus dapat membandingkan teori dari para pakar
sebagai sarana pembelajaran kita dan Pemahaman tentang implikasinya pada
pembelajaran SD dapat menjadi acuan bagi kita dalam mengajar dan berinteraksi
dengan siswa pada semua jenjang usia.
DAFTAR RUJUKAN
19