Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

Konsep Dasar Perilaku Dan Perilaku Sosial

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bina Sosial Untuk Anak Dengan Gangguan
Emosi Dan Tingkah Laku

Dosen Pengampu : Neti Asmiati, M.Pd

Disusun oleh :

Kelompok 2

Ulfaeni Rahmawati 2287190005

Thusya Maulda R 2287190011

Ade Risnawati 2287190013

Dini Amelia 2287190026

Adzka Azzamulhaq 2287190035

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KHUSUS

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA


KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Konsep
dasar perlaku dan perilaku sosial”.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini ditujukan untuk memenuhi tugas yang
diberikan oleh Bu Neti Asmiati, M.Pd. pada Mata Kuliah bina Sosial untuk Anak dengan
Gangguan Emosi dan Tingkah Laku. Kami berharap semoga makalah yang telah disusun ini
dapat bermanfaat sebagai salah satu rujukan maupun sebagai pedoman bagi para pembaca.

Kami mengakui bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan di
dalamnya. Oleh sebab itu, dengan penuh kerendahan hati kami berharap para pembaca dapat
memberikan kritik dan saran agar untuk memperbaiki makalah ini.

Serang, 09 Maret 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI
BAB 1

BAB 2

BAB 3

BAB 4

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sejak dilahirkan manusia membutuhkan pergaulan dengan orang lain untuk memuhi
kebutuhan biologisnya. Pada perkembangan menuju kedewasaan, interaksi sosial diantara
manusia dapat merealisasikan kehidupannya secara individual. Hal ini dikarenakan jika
tidak ada timbal balik dari interaksi sosial maka manusia tidak dapat merealisasikan
potensi-potensinya sebagai sosok individu yang utuh sebagai hasil interaksi sosial.
Potensi-potensi itu pada awalnya dapat diketahui dari perilaku kesehariannya. Pada saat
bersosialisasi maka yang ditunjukkannya adalah perilaku sosial.
Perilaku manusia sangat dipengaruhi oleh segala aspek kehidupan yang ada di
sekitarmya, seperti aspek ekonomi, sosial, politik, budaya, bahkan juga faktor
lingkungan. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi juga sangat berpengaruh
terhadap kehidupan manusia dalam masyarakat. Aspek kehidupan yang ada akan
membentuk suatu sikap manusia dalam kehidupannya. Manusia akan menjadi orang baik
jika semua aspek kehidupan yang ada di sekitarnya mendukung untuk menjadi baik,
begitu pula sebaliknya. Banyaknya pengaruh yang tidak baik akan menyebabkan
munculnya akibat dalam masyarakat, salah satunya adalah munculnya kejahatan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latang belakang masalah, maka penyusun mengajukan rumusan masalah
dalam makalah ini, yaitu :
1. Apa definisi perilaku dan perilaku social?
2. Apa saja teori-teori perilaku dan perilaku social?
3. Apa saja factor-faktor yang mempengaruhi perkembangan perilaku dan perilaku
social?
4. Apa saja aspek-aspek bentuk perilaku dan perilaku social?
1.3 Tujuan Penulisan Makalah
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan dalam makah ini, yaitu sebagai
berikut :
1. Mengetahui definisi perilaku dan perilaku social
2. Mengetahui teori-teori perilaku dan perilaku sosial
1
Mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi perkembangan perilaku dan
perilaku social
3. Mengetahui aspek-aspek bentuk perilaku dan perilaku sosial
1.4 Manafaat Penulisan Makalah
Hasil dari makalah ini diharapkan mampu memberikan tambahan informasi untuk
teman-teman tentang konsep dasar perilaku dan perilaku social

2
BAB 2

KAJIAN TEORI
2.1 Anak Berkebutuhan Khusus
Menurut Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik
Indonesia 2013, anak berkebutuhan khusus adalah anak yang mengalami keterbatasan
atau keluarbiasaan baik fisik,, mental-intelektual, social, maupun emosional yang
berpengaruh secara signifikan dalam proses pertumbuhan atau perkembangannya
dibandingkan dengan anak-anak lain yang sesuai dengannya.
Effendi (2008) menjelaskan bahwa “Anak-anak luar biasa didefinisikan sebagai
anak-anak yang berbeda dari anak-anak biasa dalam hal ciri-ciri mental, kemampuan
sensorik, kemampuan komunikasi, tingkah laku social ataupun ciri-ciri fisik”.
Sedangkan Wardani, dkk (2009) mendefinisikan bahwa “anak luar biasa adalah
anak yang mempunyai sesuatu yang luar biasa yang secara signifikan membedakannya
dengan anak-anak seusia pada umumnya”. Jadi, melihat beberapa pendapat para ahli
diatas dapat disimpulkan bahwa anak berkebutuhan khusus adalah anak yang mengalami
keterbatasan atau berbeda dengan anak pada umumnya baik dari segi fisik, mental,
intelektual maupun emosional.
2.2 Anak Dengan Gangguan Emosi dan Tingkah Laku
Tunalaras adalah individu yang mengalami hambatan dalam mengendalikan
emosi dan kontrol sosial. Definisi anak tunalaras atau emotionally handicapped atau
behavioral disorder lebih terarah berdasarkan definisi dari Eli M Bower (Bandi Delphie,
2006: 17) bahwa anak dengan hambatan emosional atau kelainan perilaku, apabila
menunjukkan adanya satu atau lebih dari lima komponen berikut ini: tidak mampu belajar
bukan disebabkan karena faktor intelektual, sensori atau kesehatan; tidak mampu untuk
melakukan hubungan baik dengan temanteman dan guru-guru; bertingkah laku atau
berperasaan tidak pada tempatnya; secara umum mereka selalu dalam keadaan tidak
gembira atau depresi; dan bertendensi ke arah simptom fisik seperti merasa sakit atau
ketakutan yang berkaitan dengan orang atau permasalahan di sekolah.

3
BAB 3

PEMBAHASAN
3.1 Definisi Perilaku Dan Perilaku Sosial
A. Definsi Perilaku

1. Perilaku adalah segenap manifestasi hayati individu dalam berinteraksi dengan


lingkungan, mulai dari perilaku yang paling nampak sampai yang tidak tampak, dari yang
dirasakan sampai paling yang tidak dirasakan (Okviana, 2015).
2. Perilaku merupakan hasil daripada segala macam pengalaman serta interaksi manusia
dengan lingkunganya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan.
Perilaku merupakan respon/reaksi seorang individu terhadap stimulus yang berasal dari
luar maupun dari dalam dirinya (Notoatmojo, 2010).
3. Sedangkan menurut Wawan (2011) Perilaku merupakan suatu tindakan yang dapat
diamati dan mempunyai frekuensi spesifik, durasi dan tujuan baik disadari maupun tidak.
Perilaku adalah kumpulan berbagai faktor yang saling berinteraksi.

Dari pemaparan pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku adalah respon
atau reaksi seseorang yang dapat diamati maupun tidak dalam wujud pengetahuan, sikap,
dan tindakan yang dilakukan dari pengalaman-pengalaman serta berpengaruh terhadap
lingkungan sekitarnya.

B. Definisi Perilaku Sosial

1) Walgito (2004:15) mengatakan perilaku manusia tidak lepas dari keadaan individu itu
sendiri dan lingkungan dimana individu itu berada.

2) (Hurlock, 2004:262) mendefinisikan Perilaku Sosial adalah aktifitas fisik dan psikis
seseorang terhadap orang lain atau sebaliknya dalam rangka memenuhi diri atau orang lain
yang sesuai dengan tuntutan sosial.

3) ( Rusli Ibrahim 2001: 23) mendefinisikan Perilaku sosial adalah suasana saling
ketergantungan yang merupakan keharusan untuk menjamin keberadaan manusia, artinya

4
bahwa kelangsungan hidup manusia berlangsung dalam suasana saling mendukung dalam
kebersamaan.

Dari pengertian para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku sosial merupakan sifat
untuk menanggapi orang lain dengan cara yang berbeda-beda, perilaku yang secara khusus
ditujukan kepada orang lain.

3.2 Teori-Teori Perilaku Dan Perilaku Sosial

A. Teori Perilaku

Skiner (1938) dalam Notoatmodjo (2011) merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau
reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Pengertian ini dikenal dengan teori
„S-O‟R” atau “Stimulus-Organisme-Respon”. Respon dibedakan menjadi dua yaitu:

1. Respon respondent atau reflektif Adalah respon yang dihasilkan oleh rangsangan-
rangsangan tertentu. Biasanya respon yang dihasilkan bersifat relatif tetap disebut juga
eliciting stimuli. Perilaku emosional yang menetap misalnya orang akan tertawa apabila
mendengar kabar gembira atau lucu, sedih jika mendengar musibah, kehilangan dan
gagal serta minum jika terasa haus.
2. Operan Respon Respon operant atau instrumental respon yang timbul dan berkembang
diikuti oleh stimulus atau rangsangan lain berupa penguatan. Perangsang perilakunya
disebut reinforcing stimuli yang berfungsi memperkuat respon. Misalnya, petugas
kesehatan melakukan tugasnya dengan baik dikarenakan gaji yang diterima cukup,
kerjanya yang baik menjadi stimulus untuk memperoleh promosi jabatan.

Menurut Notoatmodjo (2011), dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus, maka perilaku dapat
dibedakan menjadi dua;

1. Bentuk pasif /Perilaku tertutup (covert behavior) Respons seseorang terhadap stimulus
dalam bentuk terselubung atau tertutup. Respons atau reaksi terhadap stimulus ini masih
terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan atau kesadaran dan sikap yang terjadi pada
seseorang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh
orang lain.

5
2. Perilaku terbuka (overt behavior) Respons terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam
bentuk tindakan atau praktik, yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat orang lain.

B. Teori Perilaku Sosial

Abu Ahmadi (2009 : 152-153) mengemukakan bahwa “ Perilaku sosial adalah kesadaran
individu yang menentukan perbuatan yang nyata, terhadap objek sosial( objeknya banyak orang
dalam kelompok ) dan berulang –ulang.

George Ritzer (2014 : 73) mengemukakan bahwa, ada dua teori Perilaku sosial yaitu:

1) Teori Behavior Sosiologi

Teori ini dibangun dalam rangka menerapkan prinsip-prinsip psikologi perilaku kedalam
sosiologi. Memusatkan perhatiannya kepada hubungan antara akibat dan tingkah laku yang
terjadi didalam lingkungan aktor dengan tingkah laku aktor. Konsep dasar behavioral sosiologi
adalah ganjaran (reward). Tidak ada sesuatu yang melekat dalam objek yang dapat menimbulkan
ganjaran. Perulangan tingkah laku tidak dapat dirumuskan terlepas dari efeknya terhadap
perilaku itu sendiri. Perilaku yang alami adalah perilaku yang dibawa sejak lahir yang berupa
refelks dan insting sedangkan perilaku operan adalah perilaku yang dibentuk melalui proses
belajar. Perilaku operan merupakan perilaku yang dibentuk, dipelajari dan dapat dikendalikan
oleh karena itu dapat berubah melalui proses belajar”.

2) Teori Pertukaran Sosial (Exchange )

Teori pertukaran sosial diambil dari konsep-konsep dan prinsip-prinsip psikologi perilaku
(behavioral psichology). Selain itu juga diambil dari konsep konsep dasar ilmu ekonomi seperti
biaya (cost), imbalan (rewad) dan keuntungan (profit). Dasar ilmu ekonomi tersebut menyatakan
bahwa manusia terus menerus terlibat antara perilaku-perilaku alternatif, dengan pilihan yang
mencerminkan cost and rewad (atau profit) yang diharapkan yang berhubungan garis-garis
perilaku alternatif itu. Teori Pertukaran sosial menyatakan bahwa semakin tinggi ganjaran
(rewad) yang diperoleh maka makin besar kemungkinan tingkah laku akan diulang. Begitu pula
sebaliknya semakin tinggi biaya (cost) atau ancaman hukuman (punishment) yang akan

6
diperoleh, maka makin kecil kemungkinan tingkah laku serupa akan diulang. Sealin itu juga
terdapat hubungan berantai antara berbagai stimulus dan perantara berbagai tanggapan.

3.3 Mengetahui Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Perilaku Dan


Perilaku Sosial

A. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Perilaku

Menurut teori Lawrance Green dan kawan-kawan (dalam Notoatmodjo, 2007) menyatakan
bahwa perilaku manusia dipengaruhi oleh dua faktor pokok, yaitu faktor perilaku
(behaviorcauses) dan faktor diluar perilaku (non behaviour causes). Selanjutnya perilaku itu
sendiri ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor yaitu:

1. Faktor predisposisi (predisposing factors), yang mencakup pengetahuan, sikap,


kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya.
a. Pengetahuan apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui
proses yang didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif,
maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting) daripada
perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan atau kognitif
merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan
seseorang dalam hal ini pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif
mempunyai tingkatan (Notoatmodjo, 2007). Untuk lebih jelasnya, bahasan
tentang pengetahuan akan dibahas pada bab berikutnya.
b. Sikap Menurut Zimbardo dan Ebbesen, sikap adalah suatu predisposisi
(keadaan mudah terpengaruh) terhadap seseorang, ide atau obyek yang berisi
komponen-komponen cognitive, affective danbehavior (dalam Linggasari,
2008). Terdapat tiga komponen sikap, sehubungan dengan faktor-faktor
lingkungan kerja, sebagai berikut:
1) Afeksi (affect) yang merupakan komponen emosional atau perasaan.
2) Kognisi adalah keyakinan evaluatif seseorang. Keyakinankeyakinan
evaluatif, dimanifestasi dalam bentuk impresi atau kesan baik atau
buruk yang dimiliki seseorang terhadap objek atau orang tertentu.

7
3) Perilaku, yaitu sebuah sikap berhubungan dengan kecenderungan
seseorang untuk bertindak terhadap seseorang atau hal tertentu dengan
cara tertentu (Winardi, 2004). Seperti halnya pengetahuan, sikap
terdiri dari berbagai tingkatan, yaitu: menerima (receiving), menerima
diartikan bahwa subjek mau dan memperhatikan stimulus yang
diberikan.Merespon (responding), memberikan jawaban apabila
ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah
suatu indikasi dari sikap. Menghargai (valuing), mengajak orang lain
untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu
indikasi sikap tingkat tiga. Bertanggungjawab (responsible),
bertanggungjawab atas segala suatu yang telah dipilihnya dengan
segala risiko merupakan sikap yang memiliki tingkatan paling tinggi
manurut Notoatmodjo(2011).
2. Faktor pemungkin (enabling factor), yang mencakup lingkungan fisik, tersedia atau
tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana keselamatan kerja, misalnya
ketersedianya alat pendukung, pelatihan dan sebagainya.
3. Faktor penguat (reinforcement factor), faktor-faktor ini meliputi undang-undang,
peraturan-peraturan, pengawasan dan sebagainya menurut Notoatmodjo(2007).

Sedangkan faktor yang dapat mempengaruhi perilaku menurut Sunaryo (2004) dalam
Hariyanti (2015) dibagi menjadi 2 yaitu;

1. Faktor Genetik atau Faktor Endogen Faktor genetik atau faktor keturunan merupakan
konsep dasar atau modal untuk kelanjutan perkembangan perilaku makhluk hidup
itu. Faktor genetik berasal dari dalam individu (endogen), antara lain:
a. Jenis Ras Semua ras di dunia memiliki perilaku yang spesifik, saling berbeda
dengan yang lainnya, ketiga kelompok terbesar yaitu ras kulit putih
(Kaukasia), ras kulit hitam (Negroid) dan ras kulit kuning (Mongoloid).
b. Jenis Kelamin Perbedaan perilaku pria dan wanita dapat dilihat dari cara
berpakaian dan melakukan pekerjaan sehari-hari, pria berperilaku
berdasarkan pertimbangan rasional. Sedangkan wanita berperilaku
berdasarkan emosional.

8
c. Sifat Fisik Perilaku individu akan berbeda-beda karena sifat fisiknya.
d. Sifat Kepribadian Perilaku individu merupakan manifestasi dari kepribadian
yang dimilikinya sebagai pengaduan antara faktor genetik dan
lingkungan.Perilaku manusia tidak ada yang sama karena adanya perbedaan
kepribadian yang dimiliki individu.
e. Bakat Pembawaan Bakat menurut Notoatmodjo (2003) dikutip dari William
B. Micheel (1960) adalah kemampuan individu untuk melakukan sesuatu
lebih sedikit sekali bergantung pada latihan mengenai hal tersebut.
f. Intelegensi Intelegensi sangat berpengaruh terhadap perilaku individu, oleh
karena itu kita kenal ada individu yang intelegensi tinggi yaitu individu yang
dalam pengambilan keputusan dapat bertindak tepat, cepat dan mudah.
Sedangkan individu yang memiliki intelegensi rendah dalam pengambilan
keputusan akan bertindak lambat.
2. Faktor Eksogen atau Faktor Dari Luar Individu
Faktor yang berasal dari luar individu adalah faktor lingkungan, lingkungan disini
menyangkut segala sesuatu yang ada disekitar individu. Lingkungan sangat
berpengaruh terhadap individu karena lingkungan merupakan lahan untuk
perkembangan perilaku. Menurut Notoatmodjo (2003), perilaku itu dibentuk melalui
suatu proses dalam interkasi manusia dengan lingkungan.
a) Usia
Menurut Sarwono (2000), usia adalah faktor terpenting juga dalam
menentukan sikap individu, sehingga dalam keadaan diatas responden
akan cenderung mempunyai perilaku yang positif dibandingkan umur
yang dibawahnya. Menurut Hurlock (2008) masa dewasa dibagi
menjadi 3 periode yaitu masa dewasa awal (18-40 tahun), masa
dewasa madya (41-60 tahun) dan masa dewasa akhir (>61 tahun).
Menurut Santrock (2003) dalam Apritasari (2018), orang dewasa
muda termasuk masa transisi, baik secara fisik, transisi secara
intelektual, serta transisi peran sosial.Perkembangan sosial masa
dewasa awal adalah puncaak dari perkembangan sosial masa dewasa.
b) Pendidikan

9
Kegiatan pendidikan formal maupun informal berfokus pada proses
belajar dengan tujuan agar terjadi perubahan perilaku, yaitu dari tidak
tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti dan tidak
dapat menjadi dapat. Menurut Notoatmodjo (2003), pendidikan
mempengaruhi perilaku manusia, beliau juga mengatakan bahwa
apabila penerimaan perilaku baru didasari oleh pengetahuan,
kesadaran, sikap positif maka perilaku tersebut akan bersifat
langgeng. Dengan demikian semakin tinggi tingkat pengetahuan
seseorang maka semakin tepat dalam menentukan perilaku serta
semakin cepat pula untuk mencapai tujuan meningkatkan derajat
kesehatan.
c) Pekerjaan
Bekerja adalah salah satu jalan yang dapat digunakan manusia dalam
menemukan makna hidupnya. Dalam berkarya manusia menemukan
sesuatu serta mendapatkan penghargaan dan pencapaian pemenuhan
diri menurut Azwar (2003). Sedangkan menurut Nursalam (2001)
pekerjaan umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu dan
kadang cenderung menyebabkan seseorang lupa akan kepentingan
kesehatan diri.
d) Agama
Agama sebagai suatu keyakinan hidup yang masuk dalam konstruksi
kepribadian seseorang sangat berpengaruh dalam cara berpikir,
bersikap, bereaksi dan berperilaku individu.
e) Sosial Ekonomi
Lingkungan yang berpengaruh terhadap perilaku seseorang adalah
lingkungan sosial, lingkungan sosial dapat menyangkut sosial.
Menurut Nasirotun (2013) status sosial ekonomi adalah posisi dan
kedudukan seseorang di masyarakat berhubungan dengan pendidikan,
jumlah pendapatan dan kekayaan serta fasilitas yang dimiliki.
Menurut Sukirno (2006) pendapatan merupakan hasil yang diperoleh
penduduk atas kerjanya dalam satu periode tertentu, baik harian,

10
mingguan, bulanan atau tahunan. Pendapatan merupakan dasar dari
kemiskinan. Pendapatan setiap individu diperoleh dari hasil kerjanya.
Sehingga rendah tingginya pendapatan digunakan sebagai pedoman
kerja. Mereka yang memiliki pekerjaan dengan gaji yang rendah
cenderung tidak maksimal dalam berproduksi. Sedangkan masyarakat
yang memiliki gaji tinggi memiliki motivasi khusus untuk bekerja dan
produktivitas kerja mereka lebih baik dan maksimal.
f) Kebudayaan
Kebudayaan diartikan sebagai kesenian, adat-istiadat atau peradaban
manusia, dimana hasil kebudayaan manusia akan mempengaruhi
perilaku manusia itu sendiri.
3. Faktor-Faktor Lain
Faktor ini dapat disebutkan antara lain sebagai berikut: susunan saraf pusat, persepsi
dan emosi. Green (1980) berpendapat lain tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
perilaku, antara lain:
a. Faktor lain mencakup pengetahuan dan sikap seseorang terhadap kesehatan
tradisi dan kepercayaan seseorang terhadap hal-hal yang terkait dengan
kesehatan, sistem nilai yang dianut seseorang tingkat pendidikan, tingkat
sosial ekonomi dan sebagainya.
b. Faktor pemungkin (enabling factors) Faktor ini mencakup ketersediaan
sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat, termasuk juga
fasilitas pelayanan kesehatan. Hal ini sesuai dengan teori Azwar (1995),
bahwa berbagai bentuk media massa seperti : radio, televisi, majalah dan
penyuluhan mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan
kepercayaan seseorang. Sehingga semakin banyak menerima informasi dari
berbagai sumber maka akan meningkatkan pengetahuan seseorang sehingga
berperilaku ke arah yang baik.
c. Faktor penguat (reinforcing factors) Faktor ini meliputi sikap dan perilaku
tokoh masyarakat, tokoh agama termasuk juga disini undang-undang,
peraturan-peraturan baik dari pusat atau pemerintah daerah yang terkait
dengan kesehatan manurut Novita (2011).

11
B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Perilaku sosial

Menurut Dini P. Daeng S (1996: 114) ada beberapa faktor yang berpengaruh pada
kemampuan bersosialisasi anak, yaitu :

a) Adanya kesempatan untuk bergaul dengan orang-orang disekitarnya dari berbagai usia dan
latar belakang. Banyak dan bervariasinya pengalaman dalam bergaul dengan orang-orang di
lingkungannya

b) Adanya minat dan motivasi untuk bergaul. Banyaknya pengalaman yang menyenangkan
yang diperoleh melalui pergaulan dan aktivitas sosialnya.

c) Adanya bimbingan dan pengajaran dari orang lain, yang biasanya menjadi model bagi
anak.. Adanya bimbingan dan pengajaran yang secara sengaja diberikan oleh orang yang
dapat dijadikan model bergaul yang baik bagi anak.

d) Adanya kemampuan berkomunikasi yang baik yang dimiliki anak. Adanya kemampuan
berkomunikasi yang dapat membicarakan topik yang dapat dimengerti dan menarik bagi
orang lain yang menjadi lawan bicaranya.

Mengingat betapa pentingnya peran konteks sosial ini, kita dituntut untuk memahami
relasi-relasi sosial yang terjadi pada lingkungan tempat anak itu bergaul. Proses pembelajaran
dalam kelompok sebaya merupakan proses pembelajaran "kepribadian sosial" yang
sesungguhnya. Anak-anak belajar cara-cara mendekati orang asing, malu-malu atau berani,
menjauhkan diri atau bersahabat. labelajar bagaimana memperlakukan teman-temannya, ia
belajar apa yang disebut dengan bermain jujur. Seseorang yang telah mempelajari kebiasaan-
kebiasaan sosial tersebut, cenderung akan melanjutkannya dalam seluruh kehidupannya. Dalam
berinteraksi dengan teman sebaya, anak akan memilih anak lain yang usianya hampir sama, dan
di dalam berinteraksi dengan teman sebaya lainnya, anak dituntut untuk dapat menerima teman
sebayanya. Dalam penerimaan teman sebayanya anak harus mampu menerima persamaan usia,
menunjukkan minat terhadap permainan, dapat menerima teman lain dari kelompok yang lain,
dapat menerima jenis kelamin lain, dapat menerima keadaan fisik anak yang lain, mandiri atau
dapat lepas dari orang tua atau orang dewasa lain, dan dapat menerima kelas sosial yang berbeda.

12
Jadi Kemampuan berperilaku sosial perlu dididik sejak anak masih kecil. Terhambatnya
perkembangan sosial anak sejak kecil akan menimbulkan kesulitan bagi anak dalam
mengembangkan dirinya di kemudian hari. Tidak semua anak mampu menunjukkan perilaku
sosial seperti yang diharapkan. Upaya untuk membantu pengembangan sosial anak, selayaknya
ada kerja sama antara orang tua dan guru. Karena melalui merekalah perkembangan sosial anak
berkembang dengan baik.Dalam perkembangan sosial anak, teman sebaya memberikan pengaruh
yang kuat sekali bagi pembentukan perilaku-perilaku sosial anak. Oleh karena itu, peran aktif
orang tua dan guru dalam memperhatikan kebutuhan dan perkembangan anak sangat dibutuhkan
agar mereka memiliki perilaku sosial yang diharapkan.

3.4 Mengetahui Aspek-Aspek Bentuk Perilaku Dan Perilaku Sosial


A. Aspek-Aspek Bentuk Perilaku
Disebutkan oleh Rakhmat (2001), menyebutkan bahwa terdapat tiga komponen yang
mempengaruhi perilaku manusia, yaitu komponen kognitif, afektif, dan konatif. Komponen
kognitif merupakan aspek intelektual yang berkaitan dengan apa yang diketahui manusia.
Komponen afektif merupakan aspek emosional. Komponen konatif adalah aspek volisional
yang berhubungan dengan kebiasaan dan kemauan bertindak.
Dikemukakan oleh Samsudin (1987), unsur perilaku terdiri atas perilaku yang tidak nampak
seperti pengetahuan(cognitive) dan sikap(affective), serta perilaku yang nampak seperti
keterampilan(psychomotoric) dan tindakan nyata(action).
B. Aspek-Aspek Bentuk Perilaku Sosial
Sehubungan dengan aspek-aspek perilaku sosial, maka materi pembelajaran yang harus
dipersiapkan dalam rangka mengembangkan perilaku sosial yang diterapkan meliputi
disiplin, kerjasama, tolong menolong, empati, dan tanggung jawab. Aspek-aspek tersebut di
atas secara perinci dijelaskan di bawah ini:
a. Disiplin Secara umum, pengertian disiplin adalah adanya kesediaan untuk mematuhi
ketentuan/peraturan-peraturan yang berlaku. Kepatuhan disini bukanlah karna
paksaan, tetapi kepatuhan atas dasar kesadaran tentang nilai dan pentingnya
mematuhi peraturan-peraturan itu. Disiplin harus ditanamkan dan ditumbuhkan
dalam diri anak, sehingga akhirnya rasa disiplin itu akan tumbuh dari hati sanubari
anak itu sendiri (self-disipline). Oleh karena itu, guru dalam menanamkan disiplin

13
pada anak usia dini harus memperhatikan beberapa langkah sebagai mana
dikemukakan Sabri (Susanto, 2015:181).
b. Kerjasama. Kerja sama (cooperation), yaitu sikap mau bekerja sama dengan
kelompok. Menurut Susanto (2015:183) Menjelaskan bahwa kerja sama atau
kooperatif adalah gejala saling mendekati untuk mengurus kepentingan bersama
dengan tujuan yang sama. Kerja sama dan pertentangan merupakan dua sifat yang
dapat dijumpai dalam seluruh proses sosial masyarakat, di antara seseorang dengan
orang lain, kelompok dengan kelompok, dan kelompok dengan seseorang.
c. Tolong-menolong. Menolong artinya membantu teman atau orang yang mengalami
kesulitan. Tolong-menolong artinya saling membantu bekerja sama dengan orang
yang ditolong. Berkerja sama dengan orang yang membeutuhkan pertolongan, orang
yang suka menolong biasanya banyak temannya. Manfaat tolong-menolong, antara
lain:
a) Mempercepat selesainya pekerjaan.
b) Mempererat persauaraan.
c) Pekerjaan yang berat menjadi ringan.
d) Menumbuhakn kerukunan antara sesama manusia.
e) Menghemat tenaga karena dekerjakan bersama-sama.
f) Saling membantu biaya yang dikeluarkan relatif sedikit.
g) Saling bertukar pikiran dan saling memahami.
d. Empati. Susanto (2015:189) menyatakan bahwa “Empati adalah suatu proses ketika
seseorang merasakan perasaan orang lain, dan menangkap arti dari perasaan itu,
kemudian mengkomunikasikannya dengan kepekaan sedemikian rupa hingga
menunjukkan bahwa ia sungguh-sungguh mengerti perasaan orang lain itu”. Empati
seperti halnya simpati, empati membutuhkan pengertian tentang perasaan dan emosi
orang lain, tetapi di samping itu juga membutuhkan kemampuan untuk
membayangkan untuk membayangkan diri sendiri di tempat orang lain. Istilah
empati sudah sangat populer diartikan sebagai kemampuan dalam memahami
perasaan orang lain yang menciptakan keinginan untuk menolong.
e. Tanggung jawab. Tanggung jawab secara umum dapat diartikan sebagai keadaan
wajib menanggung segala sesuatunya. Sehingga bertanggug jawab dimaknai sebagai

14
berkewajiban menanggung, memikul, menanggung segala sesuatu, dan menanggung
akibatnya. Tanggung jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau
perbuatannya yang disengaja maupun tidak disengaja.

15
BAB 4

PENUTUP
A. Kesimpulan
perilaku sosial merupakan sifat untuk menanggapi orang lain dengan cara yang berbeda-
beda, perilaku yang secara khusus ditujukan kepada orang lain.
Dalam perkembangan perilaku dan perilaku sosial ada beberapa faktor pendukung yang
telah di sebutkan menurut beberapa ahli.
B. Saran
Perkembangan perilaku bisa dilakukan dengan melihat beberapa faktor pendukung
kemudian direalisasikan ke dalam bentuk pendekatan pendekatan.

16
DAFTAR PUSTAKA
Nisrima, Siti, Muhammad Yunus, and Erna Hayati. "pembinaan perilaku sosial remaja penghuni
yayasan islam media kasih kota Banda Aceh". Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan
Kewarganegaraan 1.1 (2016).

Nahar, Novi Irwan. "Penerapan teori belajar behavioristik dalam proses pembelajaran".
NUSANTARA: Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial 1.1 (2016).

Rohayati, T. (2013). Pengembangan perilaku sosial anak usia dini. Cakrawala Dini: Jurnal
Pendidikan Anak Usia Dini, 4(2).

SITI, HALIMAH. PERILAKU TENAGA KERJA WANITA (TKW) DALAM MENGATASI


KECEMASAN di PJTKI CITRA CATUR UTAMA KARYA PONOROGO. Universitas
Muhammadiyah Ponorogo, 2018.

17

Anda mungkin juga menyukai