Anda di halaman 1dari 12

INTERAKSI SOSIAL PERSEPSI SIKAP SOSIAL DAN PRASANGKA

SOSIAL

Disusun Guna Memenuhi Tugas


Mata Kuliah : Tasawuf Sosial
Dosen Pengampu : Dianing Pra Fitri M.S.I

Disusun Oleh Kelompok 2 :


1. Muhammad Saifuddin (2130310031)
2. Nafiatuz Zahrok (2130310033)
3. Jonathan Aditya Widyansyah (2130310034)

PRODI TASAWUF DAN PSIKOTERAPI FAKULTAS USLUHUDDIN


INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
TAHUN 2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Interaksi Sosial Persepsi Sikap Sosial dan Prasangka Sosial” tepat pada
waktunya. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas dari Mata kuliah Tasawuf Sosial. Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan tentang pentingnya Tasawuf di kehidupan modern
saat ini bagi para pembaca dan juga bagi penulis. Kami mengucapkan terima kasih
kepada Ibu Dianing Pra Fitri, M.S.I selaku Dosen Mata Kuliah Tasawuf Sosial
yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan
wawasan sesuai dengan bidang studi yang Kami tekuni. Kami juga mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari, makalah yang
kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Kudus, September 2022

Kelompok 2

2
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................
1.3 Tujuan....................................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................
2.1 Pengertian Interaksi sosial Persepsi Sikap Sosial dan Prasangka Sosial...............................
2.2 Hubungannya dengan Tasawuf Sosial...................................................................................
2.3 Paradigma Tasawuf Sosial Sebagai Bentuk Rekonstruksi Tasawuf yang
Relevan.......................................................................................................................................
BAB III PENUTUP.......................................................................................................................
3.1 Kesimpulan..........................................................................................................................
3.2 Saran.....................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia merupakan makhluk sosial yang mana dalam menjalani


kehidupan tidak terlepas dari peran orang lain . Dalam aktivitasnya manusia
sering terlibat dengan orang lain yang mana terkadang terjadi perbedaan baik dari
fisik, kognitif bahkan sikap dalam menengapi suatu juga tidak sama, sehingga
dibutuhkan penghubung antar keduanya. Lebih- lebih diera sekarang ini, banyak
persepsi -persepsi yang keliru yang akhirnya berdampak pada sikap negatif pada
masyarakat yang menimbulkan interaksi sosial menjadi tidak sehat bahkan terjadi
ketimpangan sosial. Oleh karenanya tasawuf sering dipakai guna mengatasi atau
menghalau kondisi yang kurang baik.

Tasawuf merupakan solusi yang tepat karena pada dasarnya merupakan


jalan atau cara yang ditempuh oleh seseorang untuk mengetahui tingkah laku
nafsu dan sifat-sifat nafsu, baik yang buruk maupun yang terpuji. Karena itu
kedudukan tasawuf dalam Islam diakui sebagai ilmu agama yang berkaitan
dengan aspek-aspek moral serta tingkah laku yang merupakan substansi Islam.

Selain itu tasawuf dapat dijadikan benteng oleh seseorang agar tidak
terperosok kehal- hal negatif. Hal tersebut karena kondisi sepiritual yang
ditambah dengan kognitif yang baik maka akan selalu berfikir terlebih dahulu
sebelum melakukan tindakan sehingga disetiap langkah tidak akan merugikan
orang lain bahkan memberikan kemanfaatan bagi orang lain.

1.2 Rumasan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Interaksi Sosial Persepsi Sikap Sosial dan
Prasangka Sosial ?
2. Bagaimana Hubungan Interaksi Sosial Persepsi Sikap Sosial dan
Prasangka Sosial dengan Tasawuf Sosial ?
3. Bagaimana Paradigma Tasawuf Sosial Sebagai Bentuk Rekonstruksi yang
Relevan?
1.3 Tujuan
1. Untuk Mengetahui Pengertian Interaksi Sosial Persepsi Sikap Sosial Dan
Prasangka Sosial.
2. Untuk Mengetahui Hubungan antara Interaksi Sosial Persepsi Sikap Sosial
Dan Prasangka Sosial dengan Tasawuf Sosial.

4
3. Untuk Mengetahui Paradigma Tasawuf Sosial Sebagai Bentuk
Rekonstruksi Yang Relevan.

5
BAB II

PEMBAHASAN

1.1 Pengertian Interaksi Sosial Persepsi Sikap Sosial dan Prasangka Sosial
a. Interaksi Sosial

Interaksi sosial berasal dari kata interaksi artinya tindakan yang terjadi
secara dua orang atau lebih yang bereaksi akan timbal balik melalui kontak
langsung maupun tidak langsung. Sosial yang berarti mencakup saling
berkesinambungan atau bekerja sama seperti halnya manusia merupakan makhluk
sosial yang tidak bisa hidup sendiri dan akan membutuhkan orang lain. Secara
sederhana, pengertian interaksi sosial adalah hubungan timbal balik antara
individu maupun kelompok untuk menjalin hubungan pertemanan, diskusi,
kerjasama yang diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat.1

Seorang ahli dalam bidang sosiologi juga memaparkan defenisi tesntang


interaksi sosial yakni Soerjono Soekanto yang mengatakan bahwa interaksi sosial
adalah proses sosial mengenai cara-cara berhubungan yang dapat dilihat jika
individu dan kelompok-kelompok sosial saling bertemu dan menentukan sistem
dan hubungan sosial. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa interaksi
sosial adalah hubungan antar individu maupun klompok yang menyebabkan
adanya hubungan aksi dan reaksi dalam bermasyarkat.

b. Persepsi

Persepsi merupakan salah satu aspek kognitif manusia yang sangat


penting, yang memungkinkannya untuk mengetahui dan memahami dunia
skelilingnya. Istilah persepsi berasal dari bahasa Inggris “perception”, yang
diambil dari bahasa Latin “perceptio”, “perceptio”, yang berarti menerima atau
mengambil. Dalam Kamus Inggris Indonesia, kata perception diartikan dengan
“penglihatan” atau “tanggapan”. Dalam Kamus Lengakap Psikologi Perception
(persepsi) adalah proses Mengetahui atau mengenali objek dan kejadian objektik

1
Angeline Xiao, “Konsep Interaksi Sosial Dalam Komunikasi, Teknologi, Masyarakat,” Jurnal
Komunika : Jurnal Komunikasi, Media dan Informatika, 7.2 (2018)
<https://doi.org/10.31504/komunika.v7i2.1486>.

6
dengan bantuan Indera. Dalam psikologi kontemporer, persepsi secara umum
diperlakukan.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah suatu proses mengolah


pengetahuan yang telah dimiliki untuk memperoleh dan menginterpretasi stimulus
yang diterima oleh sistem alat indra manusia. Maka, pada dasarnya persepsi
merupakan hubungan antara manusia dengan lingkungannya, serta bagaimana
manusia menggambarkan atau menyampaikan stimulus yang ada di
lingkungannya dengan menggunakan pengetahuan yang dimilikinya, kemudian
memproses hasil pengindraannya itu, sehingga muncullah makna mengenai objek
tersebut (baik atau buruk).

c. Sikap Sosial

Sikap sosial adalah kesiapan yang senantiasa cenderung berperilaku atau


bereaksi dengan cara tertentu jika dihadapkan dengan suatu masalah atau objek.
Oleh karena itu, banyak sosiolog dan psikolog memberi batasan bahwa sikap
merupakan kecenderungan individu untuk merespons dengan cara yang khusus
terhadap stimulus yang ada dalam lingkungan sosial.

d. Prasangka Sosial

Prasangka merupakan sikap (biasanya negatif) kepada anggota kelompok


tertentu yang hanya didasarkan pada keanggotaan mereka dalam kelompok.
Misalnya, karena pelaku pengeboman di Bali adalah orang Islam yang berjanggut
lebat, seluruh orang Islam, terutama yang berjanggut lebat, dicurigai memiliki
iktikad buruk untuk meneror.

Sementara itu, memberikan definisi prasangka lebih spesifik, yaitu


kecenderungan untuk menilai secara negati orang yang memiliki perbedaan dari
umumnya orang dalam hal seksualitas, ras, etnis, atau yang memuiliki kekurangan
pada kemampuan fisik. Soekanto (1993) dalam Kamus Sostologi menyebutkan
prasangka kelas, yaitu sikap-sikap diskruminabf terselubung terhadap gagasan
atau perilaku kelas tertentu. Prasangka imu ada pada kelas masyarakat tertentu
dan dialamat can pada kelas masyarakat lain yang ada di dalam masyarakat.2
2
Bambang Syamsul Arifin, “Bambang Psikologi Sosial,” 2015, 1–308.

7
Jadi antara interaksi, persepsi , sikap dan prasangka sosial merupakan
kesatuan utuh yang satu sama lain salig mempengaruhi. Yang mana ketika kita
berinteraksi dengan orang lain maka akan akan timbul persepsi atau gambaran
dari diri kita terhadap orang yang kita ajak untuka interaksi. Hal tersebut karena
kita secara tidak langsung mengamati orang tersebut menggunakan panca indra
sehingga menimbulkan gambarang dari orang tersebut yang memunculkan reaksi
yang berupa sikap terhadap orang lain. Sikap inilah yang kemudian timbul akibat
aksi dari lawan interaksi kita. Dari pengamatan sikap seseorag biasanya
menimbulkan prasangka atau karakter dari seseorang, jika sikap seseorang iyu
baik maka prasangka yang ditimbulkan juga baik. Namun jika sikap seseorang itu
kurang baik maka prasangka yang ditimbulkan juga kurang baik.

1.2 Hubungan dengan Tasawuf Sosial

Dalam ajaran tasawuf juga erat kaitannya dengan berinteraksi sosial


seperti yang dilakukan pada era Walisongo dengan memadukan tasawuf unsur
adat yang ada sehingga dapat memikat hati manusia agar menyembah Allah
SWT. Tasawuf sangat dibutuhkan dalam bersosial karena dalam ajaran tasawuf
terdapat akhlak atau semacam norma yang mana dengannya dapat menstabilkan
bahkan antar sesama terjalin hubungan yang harmonis . Dalam beragama kita juga
diwajibkan berhubungan baik dengan Tuhan dan Makhluk ciptaanya. Dalam
memandang sesama makhluk didalam tasawuf juga diajarkan dengan memandang
dengan kacamata kasih sayang Yang mana atas dasar tersebut memelihara
hubungan baik dengan sesama merupakan salah satu ajaran tasawuf yang wajib
dijalankan oleh sufi. Adapun contohnya seperti memuliyakan tamu, menjenguk
orang sakit, bersedekah kepada orang yang membutuhkan.

Dalam Q.S Luqman ayat 18-19 yang berbunyi

Surat Luqman: 18

Surat Luqman: 19

8
1. :” Jangan sekali-kali bersifat angkuh dan sombong, membanggakan diri
dan memandang rendah orang lain. Tanda-tanda seseorang yang bersifat
angkuh dan sombong itu ialah:
• Bila berjalan dan bertemu dengan orang lain, ia memalingkan
mukanya, tidak mau menegur atau memperlihatkan sikap ramah.
• Berjalan dengan sikap angkuh, seakan-akan ia yang berkuasa dan
yang paling terhormat.
2. berjalan secara wajar, tidak dibuat-buat dan kelihatan angkuh atau
sombong, dan lemah lembut dalam berbicara, sehingga orang yang melihat
dan mendengarnya merasa senang dan tenteram hatinya. Berbicara dengan
sikap keras, angkuh, dan sombong dilarang Allah karena gaya bicara yang
semacam itu tidak enak didengar, menyakitkan hati dan telinga.

Hal tersebut merupakan dasar dan pedoman tentang bagaiman kita dalam
berinteraksi sehingga tidak menimbulkan sikap yang kurang disukai oleh
orang lain. Selain itu telah jelaskan bahwa kita disuruh mengedepankan akhlak
ketimbang ilmu meskipun notabenya ilmu merupakan mahkota bagi
pemiliknya, namun ternyata akhlak lebih diunggulkan dan dianjurkan baik
dalam beragama maupun bermasyarakat. Sehingga akhlak yang merupakan
bagian dari ilmu tasawuf sangat erat bagi kehidupan sehingga keduanya tidak
mungkin untuk dipisahkan jikalau ingin menjadi masyarakat yang rukun,
harmonis dan sejahtera.3

1.3 Paradigma Tasawuf Sosial Sebagai Bentuk Rekonstruksi Tasawuf yang


Relevan

Tasawuf Sosial sesungguhnya adalah sebagai penegasan dari substansi


ajaran tasawuf itu sendiri yang mengedepankan keseimbangan antara keshalihan
individu dan keshalihan sosial atau keseimbangan antara hubungan manusia
dengan Allah dan hubungan manusia dengan sesamanya, bahkan hubungan

3
MA’MUN ARIFIN, “Akhlak Berinteraksi Sosial Dalam Al- Qur ’ an Surat Luqman Ayat 18-19
( Perspektif Pendidikan Islam ) Program Studi Pendidikan Agama Islam,”
Repository.Iainpurwokerto.Ac.Id, 19.interaksi sosial, (2016), 2.

9
dengan alam dan makhluk lainnya. Oleh karena itu, paradigma tasawuf sosial
sebagai bentuk rekonstruksi tasawuf yang relevan dengan abad modern. Dalam
hal ini dapat dikatakan:

1) Tasawuf Sosial menghubungkan harmonisasi antara tasawuf dan


syari’at. Dengan demikian, pencapaian hakikat dalam tasawuf tidak
boleh meninggalkan amal syari’at. Sebab, hakikat tanpa syari’at akan
sesat, dan syari’at tanpa hakikat akan hampa tanpa makna. Jadi
eksoteris syari’at harus dimaknai dengan esoteris tasawuf. Pengamalan
agama yang hanya mementingkan amalan lahiriyah tidak akan
memberikan kesan spritual yang mendalam yang berakibat pada tidak
berimplikasi terhadap pembinaan moral. Sebaliknya amalan agama
yang lebih mementingkan amalan batiniyah dan mengabaikan amalan
lahiriyah yang telah diisyari’atkan akan terjerumus kepada kesesatan.
2) Tasawuf sosial menghubungkan harmonisasi antara kehidupan dunia
dan kehidupan akhirat. Dengan demikian, bertasawuf tidak harus
meninggalkan dunia, namun dunia dijadikan sebagai sarana untuk
mendapatkan diri kepada Allah, dengan begitu akan menghadirkan hati
bersama allah di tengah-tengah kehidupan sosial. Jadi, pengasingan
diri atau menyepi dapat dilakukanpda sepertiga malam dengan shalat
malam, berdzikir, bermunajat.
3) Tasawuf sosial tidak menegasikan eksitensi tarekat sebagai institusi
untuk wadah pbagi para sufi untuk melakukan riyadhoh dan
bersungguh sungguh mengendalikan hawa nafsu, tetapi bertasawuf
juga tidak perlu bertarekat ataupun bimbingan dari seorang mursyid.
4) Tasawuf sosial lebih mengedepankan moral dalam kehidupan pribadi
dan sosial daripada untuk mencapai tingkat supranatural yang tinggi.
Bertasawuf tidak harus menjadi wali, ataupun mendapatkan keanehan-
keanehan supranatural.4

BAB III

4
H. MA. Achlami HS, “century, a combination of the unprecedented challenges-secularized
authoritarian state structures, a Western-inspired rationalist discourse and Islamic
fundamentalist critique since the second half of the 19,” Vol. 8, No.

10
PENUTUP

1.1 Kesimpulan

Kesimpulannya, Tasawuf Sosial merupakan hal yang penting bagi seseorang yang
bertasawuf, karena dalam Tasawuf tidak hanya menyendiri, menyepi dari
keramaian, namun juga bersosialisasi kepada masyarakat sekitar dengan
menyikapi norma-norma yang ada.

1.2 Saran

Sebaiknya, ddalam bertasawuf harus mematuhi norma-norma sosial yang ada,


sebagai sufi tetap berinteraksi dengan menunjukkan sikap akhlak yang baik
terhadap siapapun agar persepsi masyarakat terhadap tasawuf akan menjadi baik,
sehingga tidak menimbulkan prasangka yang buruk atau suuzon.

DAFTAR PUSTAKA

Angeline Xiao, “Konsep Interaksi Sosial Dalam Komunikasi, Teknologi, Masyarakat,”


Jurnal Komunika : Jurnal Komunikasi, Media dan Informatika, 7.2 (2018)
<https://doi.org/10.31504/komunika.v7i2.1486>.

Bambang Syamsul Arifin, “Bambang Psikologi Sosial,” 2015, 1–308.

11
MA’MUN ARIFIN, “Akhlak Berinteraksi Sosial Dalam Al- Qur ’ an Surat Luqman Ayat 18-19
( Perspektif Pendidikan Islam ) Program Studi Pendidikan Agama Islam,”
Repository.Iainpurwokerto.Ac.Id, 19.interaksi sosial, (2016), 2.

12

Anda mungkin juga menyukai